Anda di halaman 1dari 16

1

PERAN ORANG TUA DALAM MEMINIMALISIR


PENGGUNAAN GADGET/GAWAI
(Studi Kasus pada Anak Usia Dini di TK Islam Abi Zaid
Kabpaten Cirebon)

1
Rossiana Anggun Syfitri, 2Siti Mabruroh,
3
Idah Rofidah, 4Iif Afifah
1,2,3,4
Institut Agama Islam (IAI) Bunga Bangsa Cirebon
Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Tahun 2022
Email:

ABSTRAK
Banyak orang menggunakan gawai untuk membantu mereka menyelesaikan
pekerjaan dengan efektif. Meski demikian, bagi banyak orang, gawai membawa
tantangan besar karena dapat memberikan gangguan ketika sedang fokus bekerja.
Gawai membawa pengaruh positif dan negatif dalam setiap hal. Anak-anak juga
menggunakan gawai untuk mencari hiburan yang sering kali membuat mereka
kecanduan dan berdampak pada perkembangan karakter anak. Tujuan dari artikel ini
adalah untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam meminimalisir penggunaan
gawai bagi anak mereka. Kombinasi dari metode deskriptif dan penelitian literatur
digunakan untuk menganalisis artikel jurnal dan laporan penelitian tentang peran
orang tua. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa peran orang tua sangatlah
penting dalam pengawasan anak. Sebuah keluarga membutuhkan pendidikan
karakter dan kepribadian. Selain itu, orang tua juga dapat berperan sebagai konselor
bagi anak mereka di rumah.

Kata Kunci: Gadget, Gawai, Peran Orang Tua

ABCTRACT
Many people use smartphones to help them get their work done effectively.
However, for many people, gadgets pose a big challenge because they can provide
distractions while focusing on work. Gadgets have positive and negative influences
in every way. Children also use gadgets to seek entertainment which often makes
them addicted and has an impact on children's character development. The purpose
of this article is to describe the role of parents in minimizing the use of gadgets for
their children. A combination of descriptive methods and literature research was
used to analyze journal articles and research reports on the role of parents. From the
observations, it was found that the role of parents is very important in the
supervision of children. A family needs character and personality education. In
addition, parents can also act as counselors for their children at home.

Keywords: Gadgets, Devices, The role of parents


2

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini sangat berpengaruh besar pada
kehidupan kita sehari-hari. Hal ini dikarenakan bahwa pola pikir dan tingkah laku
manusia berkembang setiap saat dari waktu ke waktu demi mendapatkan sesuatu
yang lebih maju. Secara harfiah bahwa teknologi merupakan segala daya upaya yang
dapat dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik.
Teknologi dibutuhkan manusia baik berupa fisik, keahlian dan keterampilan.
Berbagai macam penemuan yang terus berkembang menjadi lebih canggih dan
berkembang pesat, salah satu contoh telepon. Telepon dahulu hanya berada di rumah
saja tidak bisa dibawa kemana-mana, seiring perkembangan zaman muncullah
gadget yang lebih canggih. Setiap orang bisa membawa gadget kemana-mana dan
lebih praktis dalam penggunaannya bisa disimpan di saku maupun dompet.
Semenjak adanya gadget kita lebih mudah berinteraksi walau dengan jarak
yang jauh baik dengan saudara maupun teman. Semua kalangan hampir memilikinya
baik dari anak-anak maupun dewasa. Interaksi manusia dengan manusia telah
digantikan melalui teknologi digital sehingga dapat mengurangi kehidupan
bersosialisasi dengan tetangga maupun kerabat. Penggunaan gadget secara
berkesinambungan akan membawa dampak negatif bagi anak. Gadget menjadi
kegiatan rutin untuk mereka bermain, mencari informasi apa saja yang dibutuhkan.
Gadget menjadi kebutuhan utama mereka sehari-hari, dan orang tua membiarkan hal
itu terjadi.
Orang tua senang ketika anak mereka sudah pandai dalam mengoperasikan
gadget sejak dini, tanpa mengetahui dampak negatif yang akan terjadi di masa
depan. Banyak kejadian anak cenderung bersikap cuek terhadap teman sebayanya,
sering marah-marah ketika orang tua meminta bantuan, tidak mendengar nasihat
orang tua, malas untuk menyapu, makan, dan madi. Anak menjadi kecanduan pada
gadget, mereka belum bisa memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Mereka
cenderung mengikuti hal apa saja yang menurutnya bagus melalui situs-situs yang
dengan mudah dibuka di internet. Misalnya, ketika mereka melihat orang yang
kecanduan obat-obat terlarang (narkoba) yang merasa setelah memakainya perasaan
bahagia akan muncul. Anak-anak akan meniru dan mencoba narkoba tersebut
sehingga bisa bahagia dan melayang seperti apa yang dicontohkan di internet. Anak-
anak tidak dapat memfilter mana yang patut dicontoh atau tidak. Banyak faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya orang tua sudah mengenalkan gadget
sejak dini kepada putra-putrinya yang masih kecil. Hal itu dapat menyebabkan anak
menjadi kecanduan terhadap gadget. Peristiwa tersebut dianggap sepele oleh orang
3

tua karena mereka beranggapan jika anak mereka dapat mengoperasikan gadget
termasuk anak yang cerdas dan membuat orang tua bangga. Orang tua belum paham
betul bahwa gadget mempunyai dampak negatif dan sangat berbahaya anak karena
dapat mengganggu fisik dan psikis anak.
Gadget membawa pengaruh yang sangat besar bahkan dalam berbagai nilai
kebudayaan. Seluruh orang yang ada di dunia tentunya mempunyai gadget, bahkan
ada yang memiliki gadget lebih dari satu. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
sebab beberapa faktor. Dapat dijumpai setiap harinya gadget selalu digenggam
untuk memainkannya pun hampir satu hari penuh. Adanya gadget membuat
aktivitas manusia kebanyakan hampir dua puluh empat jam ada di dunia maya.
Tidak hanya itu, anak-anak pun di zaman sekarang lebih suka main gawai
ketimbang main dengan teman sebaya atau permainan yang nyata seperti masak-
masakan, kegiatan olahraga, boneka dan permainan yang lain. Saat ini, anak-anak
lebih cenderung banyak main gadget. Gadget mempunyai daya tarik sendiri yakni
dalam fasilitas yang disuguhkan. Anak-anak biasanya lebih sering main game,
melihat video di youtube, main sosial media dan lainnya. Tidak hanya anak-anak
namun berbagai kalangan juga sering menggunakan fasilitas tersebut. Selain itu,
semakin berkembangnya teknologi fasilitas pada sarana penunjang seperti
tersedianya jaringan yang memadai di setiap daerah dapat memudahkan manusia
untuk terus beraktivitas dalam menggunakan media komunikasi dan penggunaan
media yang ada di dalam gadget.
Gadget diciptakan tentunya bertujuan agar memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas sebagai sarana penunjang dan membantu kegiatan manusia.
Namun, gawai dapat membawa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh tersebut
tentunya tergantung dari setiap pengguna. Ingin digunakan dalam hal positif atau
negatif. Kemudian, dalam penggunaan gawai untuk anak-anak tentunya ada dua
pengaruh tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan dari orang tua. Gadget
juga dapat berpengaruh dalam perkembangan anak baik psikologis, kognitif,
interaksi sosial, karakter dan lainnya. Hal inilah yang perlu ditekankan bahwa peran
orang tua sangat penting dalam pengawasan dan pemanfaatan gadget itu sendiri
(Chusna, 2019, p.316-318).
Berdasarkan hasil observasi di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon peneliti
menemukan bahwa tingkat ketergantuangan anak terhadap gadget sudah cukup
tinggi. Di mana dalam setiap istirahat jam pelajaran, anak-anak yang ditunggu oleh
orang tuanya tidak segan-segan meminta gadget untuk mengisi waktu istirahat. Para
orang tua juga dengan terpaksa harus memberikan gadget tersebut karena anak-anak
4

sebagian besar menangis jika tidak diberikan. Tentu hal ini menjadi pemandangan
yang kurang baik bagi anak-anak dan juga sekolah. Sementara itu pihak sekolah
telah memberikan himbauan kepada para orang tua untuk memberikan kontrol
terhadap penggunaan gadget baik ketika di sekolah maupun di rumah. Tujuannya
adalah agar anak-anak tidak bergantung secara berlebihan terhadap gadget.
Himbauan tersebut sering diberikan baik secara formal maupun non formal di
sekolah, bahkan sering diingatkan melalui whatshap kepada setiap orang tua,
terutama ketika pada waktu libur, anak-anak tidak banyak kegiatan akhirnya lebih
banyak menghabiskan waktu memainkan gadget.
Sementara berdasarkan keterangan para orang tua yang diawancara dalam
penelitian ini memberikan keterangan bahwa ada orang tua yang memang
memberikan anaknya kebebasan untuk menggunakan gadget dengan alasan bahwa
hal tersebut sebagai media rihlah agar anak-anak tidak berkeliaran bermain di luar.
Namun sebagian orang tua juga terpaksa memberikan gadget karena anak-anak
berontak ketika tidak diberikan media tersebut. Namun sebagian besar orang tua
merawa khawatir dengan ketergantungan gadget ini pada anak-anak mereka,
sehingga mereka mencoba melakukan tindakan yang lebih ketat dalam menjadwal
dan memberikan kesempatan anak-anak untuk bermain dengan gadget.

METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian
kualitatif deskriptif ini adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Kata deskriptif
berasal dari bahasa lain “descriptive” yang berarti uraian. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode
tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendiskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan (Muhktar, 2013, p.10).
Penelitian kualitatif dilakukan guna mendapat pemahaman tentang apa
yang dialami oleh peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Muhktar, 2013, p.6). Tujuan dari penelitian ini ialah
5

untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara jelas dan terperinci peran


orang tua dalam meminimalisir penggunaan gadget pada anak usia dini,
sehingga peneliti membutuhkan metode pengumpulan data secara mendalam,
terbuka dan terstruktur.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud subjek penelitian adalah
informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan orang tua anak di TK
Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon. Informan dalam penelitian kualitatif
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara penentuan informan yang
ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Dalam
penelitian ini, pemilihan informan didasarkan kriteria dengan urutan sebagai
berikut: 1) Orang tua yang memiliki anak pengguna gadget. 2) Kepala sekolah
dan para guru yang intensif memperhatikan masalah gadget pada anak di
sekolah.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran genap tahun 2021-2022, yaitu
pada bulan Januari sampai dengan Februari 2022. Desain penelitian merupakan
gambaran perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian.
Adapun desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara umum ada
tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan peneliti dalam merencanakan
penelitian dan membuat rancangan peneliti yang akan dilaksanakan.
Sebelumnya, peneliti menentukan tempat dan menentukan fokus
permasalah dalam penelitian yang dirancang dengan observasi awal dan
melakukan wawancara dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti
dan selanjutnya menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal
penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal penelitian tentang
peran orang tua dalam meminimalisir penggunaan gagdet. Jadi, tujuan
peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran orang tua dalam
meminimalisir penggunaan gadget pada anak-anak baik ketik di sekolah
maupun di rumah. Selanjutnya, peneliti mengurus segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam perizinan untuk penelitian di TK Islam Abi Zaid
Kabupaten Cirebon.
6

b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksaan merupakan tahapan peneliti untuk melakukan
penelitian ke lapangan dengan memasuki situasi dan kondisi lapangan.
Pada tahapan ini, peneliti berperan dalam mengumpulkan data dengan
pedoman wawancara dan pedoman observasi, serta studi dokumentasi
untuk melengkapi data penelitian. Pedoman wawancara dan pedoman
observasi telah dirancang sebelumnya dalam aspek-aspek yang akan
diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan mengamati tentang
pentingnya peran orang tua untuk meminimalisir penggunaan gadget pada
anak-anak.
c. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian
Tahap laporan merupakan tahapan akhir penelitian yang peneliti
lakukan. Dalam tahapan pelaporan ini, peneliti mengolah data yang telah
didapat melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi agar dapat
dianalisis dengan mudah sesuai dengan kaidah olahan data analisis dan
analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya,
peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengaruh dan Pemanfaatan Gagdet Terhadap Perkembangan Kognitif,
Psikologis dan Sosial Interaksi Anak
Menurut estimologi, gagdet merupakan suatu istilah yang berasal dari
bahasa Inggris yakni perangkat elektronik kecil dan mempunyai fungsi yang
khusus. Gagdet diciptakan dan dilakukan pembaharuan secara terus menerus.
Sehingga tak jarang dalam satu tahun banyak keluaran baru jenis-jenis gagdet
yang datang. Hal ini juga membuat kehidupan manusia menjadi lebih praktis.
Gagdet adalah barang elektronik yang memiliki fungsi spesifik contohnya saja
seperti dapat merekam suara, video, foto bahkan gagdet pun dapat berfungsi
sebagai pengawasan. Sebuah kata gagdet ini sering kali muncul dan digunakan
dalam media massa bahkan media elektronik. Jika dalam bahasa Indonesia
sendiri gawai dapat diartikan sebagai sebuah objek yaitu suatu alat atau barang
elektronik masuk pada teknologi yang kecil dan mempunyai fungsi khusus,
namun juga sebagai inovasi atau barang yang baru. Maka oleh karena itu,
gagdet ialah perangkat elektronik masuk pada bentuk teknologi informasi
mempunyai fungsi spesifik dan sesuai dengan konteks pada era globalisasi yang
berkembang saat ini.
7

Kita ketahui sendiri bahwa saat ini baik dari kalangan orang yang lebih tua
maupun muda bahkan anak usia dini telah lancar dan bisa mengoperasikan
gagdet dengan baik. Teknologi tersebut telah bersahabat dengan mereka.
Gagdet membawa kemudahan untuk pengguna sehingga dapat saja terjadi
sebuah ketergantungan dalam pemakaiannya. Awal mulanya teknologi ini
diciptakan agar manusia mudah dalam berkomunikasi, tidak seperti jaman dulu
yang harus mengirim surat jika ingin berkomunikasi jarak jauh. Kemudian,
seiring berkembangnya zaman gagdet telah banyak membawa perubahan yang
baru secara terus menerus dengan tersedianya berbagai fitur yang dapat
digunakan dalam berbagai hal misalnya game, sosial media, foto, musik dan
mencari informasi lainnya.
Penggunaan gagdet yang telah merambat semua kalangan. Sehingga, tidak
asing lagi jika melihat anak balita telah memainkan teknologi tersebut di
kehidupan sehari-harinya. Adanya berbagai fitur dan juga aplikasi yang tersedia
mampu menciptakan ketertarikan anak-anak untuk terus dan suka kepada gawai
tersebut. Maka, dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap proses perkembangan
kognitif si anak. Pada masa the golden of age merupakan perkembangan yang
sangat sensitive di usia anak yakni dari 1-5 tahun. Usia ini sangatlah penting
dalam perkembangan kecerdasan anak seperti intelektual, spiritual, emosi akan
mengalami perkembangan yang luar biasa dapat berhubungan untuk
memengaruhi dan menentukan perkembangan si anak dalam tahap selanjutnya.
Fase ini si anak akan menyerap informasi yang cepat, mereka lebih pintar dan
cerdas. Maka dari itu, dalam proses ini menjadi dasar untuk terbentuknya
kemampuan kognitif pada anak (Dwiputri, 2019).
Perkembangan kognitif merupakan suatu kemampuan berfikir yang
dimiliki oleh manusia di dalamnya terdapat daya ingat, imajinasi, penalaran,
perhatian, kreativitas dan bahasa. Sejak usia empat tahun potensi anak akan
terbentuk. Jean Piaget sendiri telah mengidentifikasi mengenai perkembangan
kognitif individu itu sendiri, yakni: Pada usia 0-2 tahun dinamakan tahap
sensori motor. Perkembangannya tertuju pada gerak reflex yang menjadi bukti
bahwa ada kemampuan untuk menyadari terdapat sesuatu di dekatnya.
Kemudian di usia 2-7 tahun merupakan tahap pra operasional yakni muncul
suatu ciri disebut egosentris. Egosentris merupakan kemampuan untuk
mengasosiasikan sesuatu terhadap dirinya. Selanjutnya, pada usia 7-18 tahun
yaitu tahap konkret. Dimana anak akan mengenali urutan hierarki. Usia 18
tahun ke atas yaitu tahap formal operational. Tahap ini akan terbentuknya suatu
8

kemampuan berfikir yang proporsional dan dapat berfikir deduktif (Kiftiyah,


2019, p.201).
Gagdet membawa dampak negatif dan positif pada perkembangan kognitif
anak. Dampak negatif pada gawai sendiri ialah dapat menghambat kemampuan
berbahasa karena anak yang kecenderungan sering menggunakan gagdet akan
lebih diam, menirukan bahasa yang ia dengar, menutup diri dan tidak mau
berkomunikasi dengan teman atau keluarganya. Kemudian, gagdet dapat
membawa pengaruh yang positif pada kognitif anak yakni dapat melatih
kecerdasan karena anak. Maksudnya anak akan terbiasa pada kebiasaan yang
membantu belajarnya melalui gawai baik tulisan, bacaan, dan gambaran.
Tentunya hal tersebut dapat mengajarkan anak mengenai hal yang bersifat
edukasi dan dapat memecahkan suatu permasalahan. Biasanya anak memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang ia alami atau dilihatnya. Sehingga
dapat memunculkan minat untuk sadar dalam kebutuhan belajar tanpa perlu
adanya paksaan. Rasa ingin tahu yang tinggi akan meningkatnya imajinasi pada
anak seperti menggambar sesuatu apa yang ada di pikiran atau imajinasinya.
Saat anak usia dini telah mengalami kecanduan gagdet tentunya banyak
hal yang terganggu terhadap perkembangan psikologis nya dari segala aspek.
Berawal dari proses perkembangan fisik-motorik yang mana harusnya anak
akan lebih aktif dan kreatif namun saat kecanduan gawai ia lebih asi bermain
gagdet sehingga perkembangan pada proses tersebut dapat terhambat.
Kemudian membuat si anak menjadi malas dan juga lamban untuk bergerak.
Jika dilihat dari segi kognitif anak lebih kurang peka terhadap lingkungan
sekitarnya karena sibuk dengan gagdet tersebut. Perkembangan sosio
emosional juga sangat berpengaruh pada perkembangan si anak. Ia lebih
memilih untuk berdiam di rumah atau ditempat tidurnya untuk bermain gagdet.
Dimana harusnya mengenal dunia luar dan main bersama teman sebayanya.
Selain itu, anak yang kecanduan gagdet akan mengikuti karakter tokoh
yang dilihatnya dan menirukan perilakunya. Contoh si anak sering main game
atau melihat suatu video maka ia akan mengikuti segala gaya yang ada di dalam
karakter game maupun video yang ia lihat. Maka dari itu, pada masa tahap
perkembangan masa anak-anak haruslah dibutuhkan pengawasan dari orang
tuanya sendiri. karena pada tahap perkembangan masa anak-anak ia akan
mencontoh apa yang ia lihat. Jika anak dalam usia dini lebih sering dalam
menggunakan gagdet ia akan merasa cepat puas terhadap segala informasi dan
juga pengetahuan yang ia dapatkan dari internet tersebut. Karena menurutnya
9

internet adalah sumber yang lengkap dan ter aktual. Hal tersebut akan
menjadikan anak di usia dini tidak terbiasa belajar hal yang rumit maka si anak
tidak terbiasa dan akan menjadi generasi yang berfikir secara instan, penurunan
dalam konsentrasi belajar, malas untuk menulis atau membaca buku, lemahnya
untuk berinteraksi baik secara internal maupun eksternal sehingga hal tersebut
dapat berdampak terhadap mundurnya kemampuan anak dari segi fisik dan juga
psikologis (Kusuma, 2016, p.138-139).
Tidak hanya berpengaruh pada psikologis saja melainkan berpengaruh
juga pada perkembangan interaksi sosial anak. Interaksi sosial merupakan
hubungan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan memiliki
tujuan yaitu saling berpengaruh antara satu dengan yang lain agar tercapainya
tujuan tertentu. Dalam konteks ini, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
interaksi sosial ini terdapat hubungan individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tentunya penggunaan
gagdet ini dapat memengaruhi interaksi sosial pada anak. Kebanyakan anak
memainkan gawai tersebut karena diberikan dari orang tuanya. Bahkan,
terdapat orang tua yang tidak mengalah pada anaknya karena ingin melihat film
favoritnya. Selain itu, gawai juga digunakan orang tua sebagai media
pengalihan agar anak-anaknya tidak mengganggu pekerjaan orang tuanya.
Berdasarkan haasil penelitian mengenai penggunaan gagdet pada anak usia
dini ini di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon bahwa lebih menyenangkan
ketimbang bermain dengan teman sebayanya. Hal ini disebabkan karena fitur-
fitur yang ada di dalam gawai banyak yang lebih menarik perhatiannya dengan
begitu interaksi sosial pada anak dapat terganggu. Apalagi jika anak sudah
ketergantungan maka akan sedikit sulit. Kemudian dapat mengakibatkan
kurangnya kemampuan berkomunikasi pada anak. Sehingga akan kurang
memperdulikan lingkungan sekitarnya. Rasa empati dan simpati pada anak
akan berkurang karena ia lebih cenderung fokus pada gagdet yang ia miliki.
Ketergantungan itu dapat terjadi jika anak menggunakan gagdet dengan waktu
yang sangat lama dan tanpa adanya pengawasan yang lebih tegas. Hal-hal
tersebut memungkinkan interaksi sosial anak akan kurang berkembang dan
sosialisasi pada lingkungannya juga akan berkurang. Selain itu, dapat membuat
anak lebih bersikap individualis atau menyendiri karena kelamaan akan
menyebabkan ia lupa untuk berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Maka, penggunaan gagdet dapat mempengaruhi
10

interaksi sosial pada anak, tidak hanya pada temanya saja melainkan orang tua,
keluarga, dan lingkungan sekitarnya.
2. Peran Orang Tua di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon dalam
Pemanfaatan Gagdet Bagi Perkembangan Anak
Sahlan berpendapat mengenai pengertian orang tua. Bahwa, orang tua
merupakan komponen terdiri dari ibu dan ayah serta hasil terhadap perkawinan
yang sah. Kemudian dapat membentuk sebuah keluarga. Sebagai orang tua
tentunya mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap anak. Orang tua
mempunyai tugas kepada anak yakni mereka membimbing, membina,
mengasuh dan mendidik anak-anaknya untuk tercapainya kepada tahapan yang
diharapkan sehingga anak tersebut dapat siap untuk terjun dalam kehidupan
bermasyarakat (Bintoro, 2019, p.10).
Selanjutnya, menurut Rahman berpendapat bahwa upaya orang tua untuk
mengembangkan anak secara rinci sebagai berikut: memelihara kesehatan
mental dan juga fisik pada anak, meletakkan dasar kepribadian anak, dapat
memotivasi dan juga membimbing dalam mengembangkan diri, memberikan
fasilitas yang memadai dalam pengembangan si anak, dan menciptakan suatu
suasana yang nyaman, aman dan juga dapat kondusif bagi pengembangan diri
anak tersebut (Bintoro, 2019, p.11).
Berdasarkan dari pengertian tersebut peran orang tua dalam penggunaan
gadget pada anak sangatlah penting. Banyak manfaat dan juga kerugian dalam
penggunaan gadget. Berbagai kalangan baik orang tua, dewasa, remaja, dan
anak-anak tidak lepas dari genggaman gadget. Dengan berbagai fitur yang
tersedia anak akan suka untuk memainkannya. Anak-anak suka sekali bermain
game, bahkan ada yang mempunyai akun sosial media. Kita ketahui sendiri jika
akun sosial sangat bahaya akan kejahatan seperti penipuan dan juga kekerasan.
Terdapat tanda-tanda jika anak telah kecanduan gawai menurut Maulida
yaitu: rasa ingin untuk beraktivitas akan hilang, membicarakan mengenai
teknologi secara terus menerus, anak akan memiliki kecenderungan membantah
terhadap suatu perintah jika menghalangi ia untuk mengakses gawai, sensitive
atau mudah tersinggung yang akan menyebabkan mood berubah, egois
kesulitan dalam membagi waktu penggunaan gadgetnya dengan orang lain.
Kemudian, anak akan sering berbohong dikarenakan tidak dapat lepas dari
gadget nya. Maksudnya ialah ia akan mencari cara apapun agar ia dapat
memainkan gadget meskipun hal tersebut akan mengganggu waktu tidurnya
(Febriana, 2017, p.2).
11

Berdasarkan hasil penelitian di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon


bahwa ha-hal yang dilakukan para orang tua untuk mengatasi anak yang telah
ketergantungan terhadap gadget adalah; pertama, orang tua memberikan
batasan waktu dalam penggunaan gadget. Hal ini bertujuan untuk
mendisiplinkan anak. Karena, dengan adanya batasan ini anak secara bertahap
akan lupa dengan gadgetnya. Kedua, orang tua membantu untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki anak. Setiap individu tentunya memiliki
bakat masing-masing. Begitu juga anak, sangatlah bagus jika mulai dilatih
kemampuan atau bakat yang dimiliki dari sejak dini. Misalnya bakat dalam
bidang musik, visualisasi seperti menggambar, melukis, membuat kerajinan
tangan, menari dan lainnya. Ketiga, orang tua lebih sering bermain dengan si
anak. Karena, jika anak sering diajak untuk bermain dengan orang tua maka
anak akan lebih dekat dengan orang tua ketimbang dengan gadget nya. Hal ini
tentunya akan mempererat hubungan antara orang tua dan si anak. Misalnya
bermain diluar rumah akan meningkatkan tumbuh kembang pada si anak. Dapat
membawa anak untuk bermain bersama saudara, keluarga atau teman
sebayanya. Supaya anak tidak tertutup dan mudah dalam bersosialisasi.
Keempat, orang tua mengajak anda untuk ikut serta dalam aktivitas orang tua.
Misalnya, memasak atau bersih-bersih dan aktivitas yang lainnya dapat
memungkinkan si anak dapat untuk diajak. Kegiatan ini dapat melatih anak
untuk bertanggungjawab dan mengerti dalam melakukan sesuatu dan
meningkatkan kreativitas pada anak. Kelima, orang tua mengajak anak ke
tempat rekreasi. Rekreasi akan membuat pikiran anak lebih fresh dan dapat lupa
dengan gawai yang biasa ia mainkan. Karena dari rekreasi tersebut akan
membuat si anak merasa bahagia dan gembira. Berkunjung ke tempat yang
disukai mungkin seperti pantai, pegunungan atau kebun binatang sekaligus
menambah edukasi pada anak. Gadget membawa pengaruh yang besar kepada
manusia. Hal ini dapat terjadi pada kalangan anak-anak. Tentunya jika
penggunaan gadget tersebut secara berlebihan dapat menimbulkan dampak
yang negative. Oleh karena itu, di sini perlu dan sangat penting peran orang tua
dalam pemanfaatan gadget bagi perkembangan anak.
Dampak negatif gadget diantaranya yakni: anak menjadi pribadi yang
tertutup, kesehatan pada otak, mata, tangan akan terganggu. Selain itu akan
mengalami gangguan tidur, anak lebih suka menyendiri, rawan perilaku
kekerasan, pudar ya suatu kreativitas pada anak, dapat terpapar radiasi, dan
ancaman cyberbullying juga sangat berbahaya. Gadget tidak selalu berdampak
12

negative pada anak. Gadget akan berdampak positif apabila digunakan dengan
bijak. Diantaranya seperti: akan meningkatkan ketajaman terhadap penglihatan,
dapat merangsang dalam mengikuti perkembangan teknologi yang terbaru,
mendukung mengenai aspek akademis, dapat meningkatkan kemampuan dalam
berbahasa, meningkatkan keterampilannya dalam mengetik, dapat mengurangi
rasa stress, meningkatkan keterampilan yang matematis.
Selain itu, adapun menurut Setianingsih terdapat beberapa hal yang
penting untuk diperhatikan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam
pengawasan anak jika saat bermain dengan gawai, yakni: akun email pribadi
yang dimiliki oleh orang tua dijadikan akun utama untuk anak. Hal ini agar
segala kegiatan internet dapat terintegrasi dan juga dapat terpantau langsung di
akun email yang dimiliki oleh orang tua. Kemudian, mengenai aplikasi sosial
media hanya diizinkan untuk mem-follow atau berteman dengan teman
sebayanya. Selanjutnya, membuatkan suatu peraturan No gawai dari magrib
hingga pukul Sembilan malam. Ini untuk waktu belajar anak Selanjutnya, jika
anak usia TK atau SD sebaiknya ada dibatasi tidak lebih dari dua jam per
harinya dan di sini orang tua juga haruslah menjadi teladan untuk tidak
menunjukkan pemakaian yang tinggi terhadap gawai. Tidak memarahi anak-
anak dengan membabi buta jika mereka mengetahui telah terpapar konten yang
negative di dunia maya. Maka, berilah dampingan pada anak, pengarahan dan
juga penjelasan yang sesuai dan mudah untuk dipahami terhadap bahasa anak
(Syifa dkk, 2019, p.540).
3. Peran Orang Tua Anak TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon Terhadap
Bimbingan dan Konseling Anak di Rumah
Berbagai kasus mengenai dampak dari gadget di TK Islam Abi Zaid
Kabupaten Cirebon yang membuat anak menjadi kecanduan. Contohnya, ketika
anak sangat asyik dengan gadget ia kurang memperhatikan dan tidak
menghiraukan bahwa orang tua sedang memanggilnya untuk dimintai bantuan.
Demikian membuat jiwa sosial anak perlahan menurun dan menjadi kurang
dalam bersosialisasi. Selain itu, anak juga akan lalai akan kewajiban-kewajiban
yang harus dikerjakan. Baik ibadah atau tanggungjawab lainnya. Maka, dalam
hal ini perlunya layanan konseling untuk anak. Konseling ini tidak hanya
dilakukan oleh pihak sekolah saja melainkan keluarga dapat memberikan
layanan konseling yakni orang tua. Seperti dijelaskan sebelumnya peran orang
tua sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk
dalam penggunaan atau pemanfaatan gawai tersebut. Konseling individu dapat
13

digunakan orang tua untuk melakukan konseling kepada anaknya. Layanan


konseling individu adalah layanan BK khusus yang dilakukan dalam bentuk
tatap muka secara langsung untuk menuntaskan suatu permasalahan yang
dialami oleh klien. Maka, dalam hal tersebut orang tua dapat mejadi konselor
dengan artian layanan konseling keluarga yang dilakukan secara individu.
Konsep dasar dan juga tahapan dalam melakukan konseling individu harus
dipahami oleh orang tua. Maka, orang tua diharuskan melakukan pendekatan
kepada anak. Memberikan suatu ketegasan dalam mendidik anak. Tidak selalu
memfasilitasi gadget pada anak terlebih dahulu. Kemudian, ajaklah bermain
fisik dengan membuat dunia anak lebih indah dari apa saja yang dikerjakan dan
dilakukan. Tidak memanjakan anak di bawah usia 12 tahun untuk
memanfaatkan gadget tersebut. Sebagai orang tua haruslah jeli memiliki suatu
cara tarik ulur untuk menghadapi si buah hatinya. Hal ini karena anak lebih
dominan mendapatkan dampak yang negative jika usia bawah umur telah
memainkan gadget (Uyun, 2017).
Orang tua perlu untuk menggali potensi terlebih dahulu sebelum
memainkan perannya menjadi konselor untuk anaknya. Lebih baik orang tua
mempersiapkan diri untuk beberapa hal yakni dengan memahami kembali
fitrahnya sebagai orang tua seperti: berusaha akan menempatkan anak dalam
kehidupan yang baik, jika terjadi bencana maka keselamatan anak adalah yang
utama dari pada dirinya sendiri, sebagai orang tua tentunya mengharapkan anak
akan memiliki suatu sikap hati-hati dan juga waspada, mengutamakan
kelangsungan hidup anaknya dibandingkan dirinya sendiri, dan bersabar akan
perilaku anaknya. Persiapan selanjutnya adalah sebagai orang tua dapat
menerima berbagai masukan atau mungkin mencari pengetahuan serta wawasan
untuk persiapan bimbingan dan konseling anaknya. Hal tersebut, orang tua juga
bisa menempuh pendidikan dalam mengikuti sekolah orang tua.
Pendiri sekolah orang tua adalah Ariesandi Setyono dan Sukarto pada
tahun 2007 saat itu. Hal ini diawali dari pengalaman mereka memberikan
bimbingan serta konseling selama 12 tahun kepada banyak orang tua yang
tentunya mengalami kesulitan mengatasi anaknya. Sekolah orang tua memiliki
aspek-aspek untuk mewujudkan misinya dengan memberi pendidikan
menyeluruh kepada orang tua dan anak seperti: aspek parenting yakni suatu
cara untuk mengarah dan mendidik anak agar dapat tumbuh memiliki berbagai
nilai hidup yang positif, dapat percaya diri, mampu menggapai potensinya, dan
juga dapat mencapai kesuksesan anaknya. Kemudian, aspek relationship yakni
14

aspek yang dapat membangun hubungan antara suami istri atau ayah dan ibu
dengan baik. Hal tersebut sangatlah baik untuk menjadi sumber kebahagiaan,
harmonis dan penting bagi pertumbuhan serta perkembangan mental pada anak.
Orang tua dapat mewujudkan kepribadian pada si anak adalah suatu
bentuk peran orang tua dalam bimbingan dan konseling. Peran orang tua di TK
Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon dalam pembentukan kepribadian anak
sehingga tidak bergantung kepada gadget berdasarkan hasil penelitian yaitu
pertama; orang tua wajib menyayangi anak-anaknya. Hal ini dikarenakan saat
anak memiliki kasih sayang yang cukup jika ia mendapatkan masalah baru
diluar rumah anak mampu menghadapi masalah tersebut. Sebaiknya sebagai
orang tua juga tidak perlu terlalu ikut campur atas masalah mereka. Karena hal
tersebut dapat menjadi penghalang dalam kesempurnaan kepribadian anak.
Kedua, orang tua menjaga ketenangan lingkungan rumah dan juga menyiapkan
akan ketenangan jiwa si buah hatinya. Hal tersebut akan meningkatkan
kreativitas dan potensi akal anak sehingga ada kemauan yang kuat dan berikan
mereka untuk berlatih bebas dalam memilih. Ketiga, para orang tua
menerapkan saling menghormati antara anak dan orang tua yakni
memperhatikan permintaan yang alami dari anak-anaknya. Keempat, orang tua
mewujudkan kepercayaan. Orang tua memberi kepercayaan kepada anak adalah
suatu penghargaan. Dengan begitu anak akan maju, berani, dan juga percaya
diri dalam bersikap. Mampu menyadari antara kekurangan serta kesalahan yang
ada di dalam diri anak. Kelima, para orang tua membuat suatu perkumpulan
atau rapat keluarga atau diskusi ringan dengan anak. Di sini, orang tua
memberikan informasi mengenai susunan badan serta perubahan dalam
pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Mulai mengenalkan akan hukum-
hukum fikih, keyakinan, dan akhlak serta tentang kehidupan manusia.
Sebagai orang tua tentunya sering anak mencurahkan isi hatinya dengan
orang tua. Orang tua sebagai konselor bagi anak di rumah. Sehingga orang tua
dijadikan tempat curhat oleh anaknya. Maka perlunya ada langkah-langkah
yang digunakan orang tua untuk menjadi konselor yang bijak terhadap anaknya
yakni: menciptakan suatu hubungan yang baik, dapat mendengarkan dengan
sepenuh hati, mengenali permasalahan atau persoalan anak, berempati terhadap
anak, menjadi pendengar yang baik, tidak berlagak seperti guru, dapat
menyimpan rahasia (Sihabudin, 2015, p.127-135).

KESIMPULAN
15

Gadget merupakan alat teknologi informasi yang modern dalam perkembangan


globalisasi. Gadget dapat mempengaruhi semua kalangan salah satunya adalah anak-
anak. Pengaruh gadget pada anak harus diperhatikan karena gawai dapat membuat
penggunanya kecanduan. Oleh karena itu, tidak hanya orang dewasa saja, namun,
anak-anak penting juga untuk mendapat pengawasan dalam pemanfaatan gadget.
Banyak sekali, anak di bawah umur di TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon yang
sudah mengenal gadget bahkan sangat lancar dalam menggunakannya. Di sini,
orang tua harus aktif berperan dalam pengawasan atau pemanfaatan gadget. Hal ini
disebabkan karena gadget dapat berpengaruh pada perkembangan karakter anak baik
psikologis, kognitif, maupun interaksi sosial anak. Jika tidak ada pengawasan yang
tegas dari orang tua, anak akan lalai dan dapat menjadi kebiasaan yang
mempengaruhi hidupnya di masa depan. Untuk itu, dalam kasus ini orang tua dapat
mejadi konselor bagi keluarga. Sementara itu, langkah yang ditempuh orang tua di
TK Islam Abi Zaid Kabupaten Cirebon dalama meminimalisir dampak gadget pada
anak-anak adalah dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai pengendali dan
pembimbing anak di rumah. Adapun upaya-upaya yang ditempuh adalah dengan
banyak bermain bersama anak-anak dan menjadwal penggunaan gadget, selain itu
orang tua melakukan usaha-usaha bimbingan konseling kepada anak-anaknya
sehingga menumbuhkan rasa kedekatan dan kasih sayang kepada anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, Y. C. . (2019). Upaya Orang tua Dalam Mengatasi Kecanduan
Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini Di Desa Mandiraja Kecamatan
Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara [Universitas Negeri Semarang]. In Αγαη
(Vol. 8, Issue 5). http://iib.unnes.ac.id

Chusna, P. A. (2019). PENGARUH MEDIA GADGET PADA PERKEMBANGAN


KARAKTER ANAK. 1, 105–112.

Dwiputri, L. (2019). Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini.


Beyond Blogging Kompasiana.
https:/www.kompasiana.com/lidyadwiputri/5def3da4097f3674264f062/pengar
uh-gadget-terhadap-perkembangan-anak-usia-dini

Febriana, P. hana. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan


Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1(1), 1. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.26

Kiftiyah, I. N. dkk. (2019). Peran Media Youtube Sebagai Sarana Optimalisasi


Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini. Seminar Nasional Penguatan
16

Individu Di Era Revolusi Industry. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusuma, W. D. . (2016). Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Psikologis


Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian Dan Perkembangan.
https://jurnal.untirta.ac.id

Muhktar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Referensi (GP


Press Group).

Sihabudin, M. (2015). PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN KONSELING


SISWA. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., III(2), 5–
24.

Syifa, L., Setianingsih, E. S., & Sulianto, J. (2019). Dampak Penggunaan Gadget
terhadap Perkembangan Psikologi pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar, 3(4), 538. https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.22310

Uyun, L. Q. (2017). Layanan Konseling Anak Kecanduan Gadget. Beyond Blogging


Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/lutfiya/58d14a8cf77e61c417dc4a00/layanan-
konseling-anak-kecanduan-gadget

Anda mungkin juga menyukai