PENDAHULUAN
anak-anak maupun orang dewasa. Gadget tidak hanya sebagai alat untuk
Salah satu jenis dari gadget yang sering digunakan oleh anak usia
oleh orang dewasa atau anak remaja saja, namun sudah mulai digunakan
berusia 3-6 tahun. Dalam hal ini, pola asuh orang tua menjadi peran yang
1
2
utama bagi anak-anak sampai orang dewasa. Gadget tidak hanya sebagai
pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang
tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari
yang mengarahkan atau menuntun anak agar dapat menjadi pribadi yang
akan memberikan manfaat yang sangat baik dan hal ini ditentukan oleh
peran orang tua untuk mencapainya. Perbedaan dalam penerapan pola asuh
pada anak akan menghasilkan proses tumbuh kembang yang berbeda pada
setiap anak. Pada saat ini, banyak sekali orang tua yang memanfaatkan
merupakan teman bermain anak yang aman dan memiliki pengawasan yang
mudah. Sehingga peran orang tua dalam mengawasi tumbuh kembang anak
digantikan oleh gadget, dan ketika anak bermain gadget mereka akan
bermain gadget paling tinggi adalah 1 hari sekali dengan durasi paling lama
30 menit, dan intensitas paling rendah adalah 3 hari sekali dengan durasi 30
menit.
orang tua terhadap anaknya dalam penggunaan gadget. Hal ini dilakukan
agar gadget dapat digunakan dengan tepat dan efektif, karena jika tidak ada
orang yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit
sekitar 14% dari seluruh pengguna handphone. Bila dilihat dari komposisi
dan remaja di Indonesia cukup tinggi, yaitu 79,5%. Survei yang dilakukan
hiburan, serta menjalin relasi sosial. Adapun survei yang dilakukan oleh
Indonesia sudah melek teknologi atau disebut juga dengan active internet
fitur dan aplikasi yang menarik, interaktif, fleksibel dan berbagai variasi
media yang paling aktif di Asia. Pada tahun 2011 penggunaan gadget pada
peningkatan menjadi 72% ditahun 2013, dan pada tahun 2015 meningkat
kembali menjadi 80%. gadget digunakan sebagai sarana bermain bagi anak,
sedangkan 82% dari orang tua mengatakan bahwa anak mereka online
terlalu lama pada anak dapat berdampak negatif bahkan dapat menyebabkan
bahwa batasan durasi anak usia 3-5 tahun dalam bermain gadget yaitu
sekitar 1 jam per hari, dan 2 jam per hari untuk anak usia 6-18 tahun
anak-anak yang menggunakan gadget 4-5 kali lebih banyak dari yang
seharusnya direkomendasikan.
dampak negatif dari penggunaan gadget adalah orang tua. Pola asuh yang
diberikan oleh orang tua berkaitan dengan penggunaan gadget pada anak.
6
dalam mematuhi orang tuanya. Penerapan pola asuh yang baik seperti pola
namun jika orang tua menerapkan pola asuh permisif dapat mengakibatkan
hubungan yang tidak baik dengan anak, misalnya anak akan menjadi bebas
lain pada anak prasekolah. Dimana masa tumbuh kembang pada usia ini
masa depan.
hari. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang bermain gadget.
Salah satu dari wali murid membiarkan anaknya bermain gadget tanpa
ketergantungan pada gadget dan sering meminta untuk bermain game atau
atau pun keluarga. Berbeda halnya dengan wali murid yang membatasi
anak bermain gadget hanya ketika hari libur saja dan tidak memberikannya
saat hari sekolah, sehingga orang tua tidak merasakan adanya perubahan
informasi yang diterima dari gadget itu sendiri, sehingga anak dapat tumbuh
menjadi pribadi yang high technology dan cepat menyerap informasi. Selain
itu, terdapat gaya pengasuhan berbeda dari salah seorang wali murid,
hubungan pola asuh orang tua dengan kebebasan penggunaan gadget pada
Tembeng Putik.
8
Putik.
9
pada masyarakat tentang pola asuh yang tepat dalam mengawasi anak
Metode Hasil
No Peneliti Judul Perbedaan Persamaan
Penelitian Penelitian
2 Ayunda Kontribusi Pola Penelitian ini Dari hasil Metode penelitian - Kuan
Yustina, Asuh Orang menggunakan penelitian yang yang digunakan titatif
2021 Tua Dalam menggunakan menggunakan adalah kuantitatif - Pend
Penggunaan metode ex post uji regresi korelasi. Dengan ekata
n
Gadget facto. Sampel linear sederhana menggunkan cross
Terhadap dalam penelitian diperoleh t tehnik sampel sectio
Perkembangan ini sebanyak 27 hitung sebesar adalah total nal
Sosial responden. 3,134 dengan p sampling. Analisa
Emosional Dalam value sebesar data yang
Anak Di TK penelitian ini 0,004. digunakan adalah
AISYIYAH menggunakan spearman rank
BUSTANUL 2 analisis statistik
JOMBANG regresi linear
TINJAUAN PUSTAKA
Anak usia prasekolah adalah anak dengan usia mulai dari 3 hingga
dengan 6 tahun (Arnis, 2016). Masa prasekolah merupakan masa saat anak
Markham (2019), usia 3 sampai 5 tahun biasa disebut dengan The Wonder
menciptakan sebuah fondasi yang tidak terbatas dan aman untuk masa kecil
pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas
umur 7 tahun ini memodifikasi metode Frobel dan metode Montessori, dan
menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai
seperti TK Plus, Terpadu, Unggul dan TK Full Day; namun Yayasan Beribu
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
bermainnya.
pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang
peluang untuk bermain dan pengembangan sikap positif menuju diri dan
bermain sambil belajar, adapun program pendidikan anak Prasekolah ini ada
beberapa jenis yang sering kita jumpai, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK),
tempat penitipan anak (TPA), Raudatul Atfhal (RA), Pendidikan Anak Usia
perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia dini
Target Angka Partisipasi Kasar (APK) 75% pada tahun 2015 yang
PAUD. Hingga akhir tahun 2013, dari total 77.559 desa se-Indonesia,
sebanyak 53.832 desa sudah terlayani PAUD. Target Renstra dan capaian
kerja utama Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD secara nasional pada
tahun 2012 memiliki target APK 63,60, terealisasikan 63,01%, tahun 2013
tercermin dari jumlah lembaga PAUD yang terus bertambah setiap tahun
(KemDikBud, 2014).
1) Masa vital
17
utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi (penelitian) dan belajar. Pada tahun kedua anak telah belajar
selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi
2) Masa estetik
Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak
ahli, baik di bidang moral, hukum maupun di bidang politik. Istilah yang
bukan semata-mata menjadi pembahasan para filsuf, tetapi juga para ahli
politik, sosial dan ekonomi. Hal ini sudah tentu mengakibatkan pengertian
Harol~H. Titus (11 " 1984, .po 97) bahwa istilah kebebasan, yaitu kebebasan
moral yang berarti kebebasan untuk memilih antara beberapa alternatif bagi
bebas.
“kebebasan” merupakan hal yang dapat dirasakan tetapi sulit dijawab bila
ditanyakan apa yang dimaksud atau apa definisi dari kebebasan tersebut.
adanya kebebasan merupakan hal yang tidak mungkin. Dalam hidup manusia,
bahkan ketika kita menunjuk pada satu peristiwa yang sama. Selanjutnya
Dister mengatakan bahwa bila kata “bebas” hanya mempunyai satu arti
saja maka tentu saja apa yang dimaksud Acton dan Roesseau merupakan hal
tidak bebas. Interpretasi akan makna “bebas” ini menjadi sedikit jelas
ketika istilah ini harus di hubungkan dengan kata lain yaitu ” dari atau
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bebas berarti lepas sama sekali
diri dari ikatan, tuntutan, tekanan, hukuman, kekuasaan, dan lain sebagainya.
Menurut Loren Bagus, dalam sejarah filsafat dapat dibedakan setidaknya ada
mengenai arti kebebasan yang digunakan secara amat luas, antara lain:
merupakan daya seleksi terhadap salah satu dari dua atau lebih alternatif
(kemungkinan).
20
internal dan bukan eksternal. Alternatif ini menurut suatu doktrin tentang
menurut kehendak hatinya dan tentu saja dengan bijaksana. Prinsip umum
Kebebasan merupakan salah satu hak dasar dari semua individu. Setiap
atau seni. Hal ini yang membedakan manusia dibandingkan makhluk hidup
orang lain. Hal ini nantinya harus membuat manusia bertoleransi terhadap
hak-hak dari individu lain (Faridah S. 2019). Dua prinsip utama yang erat
dengan prinsip kebebasan. Setiap orang pada dasarnya memiliki hak yang
sama sebagai sebuah dasar kebebasan dan berlaku pula pada orang lain.
diri. Setelah anak menyadari dirinya sebagai pribadi yang terpisah dari
ibunya, anak tidak lagi dapat menerima kontrol orang tua dengan mudah anak
ingin menegaskan dirinya sebagai pribadi yang mandiri. Di sisi lain kadang
anak belum memahami banyak hal dan sering ingin melakukan sesuatu diluar
saja ditemukan, yaitu kemampuan untuk memilih. Anak suka sekali melatih
kemampuan untuk memilih meskipun anak tidak tahu apa yang sebenarnya
diinginkan, misalnya memilih baju yang akan dipakai. Sebagai orang tua,
pilihan yang ada, tetapi anak pada usia prasekolah merasa dapat mandiri
maka anak akan melakukan segala sesuatunya sendiri dan tidak mau kalau
dibantu orang lain. Dalam hal ini orang tua memberi kesempatan pada anak
benda atau alat elektronik yang berbentuk kecil namun memiliki berbagai
macam fungsi khusus, tetapi biasa diasosiasikan sebagai sebuah inovasi baru
elektronik kecil yang memiliki tujuan dan fungsi khusus untuk mengunduh
tablet PC, dan telepon seluler atau smartphone. Gadget menjadi salah satu
media teknologi yang sangat berperan pada era globalisasi saat ini dan
bukan lagi menjadi benda asing untuk semua orang yang berada di
perkotaan maupun di pedesaan. Setiap orang pada saat ini telah mampu
usia tua, dewasa, remaja dan anak-anak. Pada awalnya gadget difokuskan
Gadget yang digunakan oleh para kelompok anak usia dini memiliki
tersebut jika belum difilter dengan usia anak juga akan mengakibatkan
gangguan pada psikologis anak itu sendiri (Novitasari & Khotimah, 2016).
yang jauh sehingga seberapa jauh jarak orang yang akan kita jangkau maka
dikalangan remaja (usia 12-21 tahun), dewasa atau lanjut usia (usia 60 tahun
keatas), namun dikenal juga pada anak-anak (usia 7-11 tahun) dan gadget
juga sudah diperkenalkan oleh anak (usia 3-6 tahun) yang seharusnya belum
bisa dikenalkan namun sekarang sudah tidak asing lagi bagi anak umur 3-6
mempelajari banyak hal (Alia & Irwansyah, 2018). Menurut penelitian yang
ingat dan pemahaman anak dalam berilmu, misalnya pada penambahan kosa
kata anak, dengan adanya aplikasi yang menarik dapat membuat anak lebih
bahwa media elektronik merupakan media yang tepat dan baik untuk
maupun audio visual anak lebih mengerti dan tujuan pembelajaran mudah
memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Pemahaman yang baik dari
orang tua ini tidak terlepas dari faktor personal yang dimilikinya seperti
pendidikannya.
anak dapat ditentukan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua,
atau memikul kewajiban di rumah. Hal-hal kecil seperti ini dapat membantu
sebuah perbedaan. Pada orang dewasa gadget biasa digunakan sebagai alat
media, youtube, games, membaca berita online, dan masih banyak lagi
perbedaan, yakni orang dewasa biasa menggunakan lebih dari 1-4 jam
pulang sekolah dan pada saat makan, dan saat anak menjelang tidur.
pengawasan dari orang tua maupun keluarga dimana saja ketika mereka
Amerika dan Canada, mengatakan bahwa anak usia 3-5 tahun diberikan
batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam per hari, dan untuk anak usia 6-
kemampuan pada anak akan tetapi jika penggunaan gadget tidak digunakan
secara bijak maka dapat pula menimbulkan dampak negatif (Alamiyah Syifa
memudahkan anak untuk melihat berbagai film dan video, sehingga hal
ketika mereka sedang mempelajari hal baru. Selain itu, manfaat utama
pesan gambar atau dapat bertatap muka melalui fitur video call dengan
orang tua dan keluarga mereka pada saat berjauhan. Tidak hanya
menjadi terhambat.
1. Kesehatan mata pada anak yang menggunakan gadget terlalu lama dan
anak, seperti: mata merah, mata merasa seperti lelah, mata terasa
kering, merasa buram ketika melihat dan dapat terjadi iritasi pada mata.
menonton video terlebih dulu sebelum tidur dan memiliki jam tidur di
dengan hanya melihat gambar saja tanpa harus menulis apa yang
yang ada didalam gadget tersebut. Hal ini tentu berdampak buruk bagi
akan cenderung diam, anak akan menirukan bahasa yang sering mereka
pada anak. Sebagai contoh pada saat bermain games dan melihat
hanya untuk bermain game dan melihat video youtube, namun lama-
ditimbulkan dari gadget itu sendiri tergantung dari segi pemanfaatan media
maka semakin baik pula perilaku anak. Dimana terdapat hubungan antara
31
negatif.
Dokter anak yang berasal dari Amerika Serikat, Cris Rowman dalam
penyakit mental, agresif, serta pikun digital” (Palar & Oroh, 2018). Oleh
karena itu, perlu adanya dampingan dari orang tua kepada anak saat
tua pada saat mendampingi anak dalam penggunaan gadget adalah sebagai
1. Membuat batasan penggunaan gadget pada anak karena orang tua dan
gadget, hal ini bukan untuk memproteksi anak tetapi bertujuan untuk
oleh informasi dari media, karena sebagai orang tua yang memiliki
anak dalam penggunaan gadget. Hal yang harus dilakukan oleh orang
digital dan konten-konten apa saja yang boleh dilihat di dalamnya. Bila
32
orang tua, anak dan anggota keluarga tanpa ada internet didalamnya.
Sebagai contoh dengan mengikuti aturan 18-21 yaitu aturan yang tidak
2. Memberikan gadget pada anak diusia yang tepat akan menjadikan anak
tepat yang dapat diberikan kepemilikan gadget pada anak yaitu saat
bisa menjadikan alasan untuk melawan pada saat anak diingatkan untuk
oleh orang tua atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Salah satunya
dalam hal penggunaan gadget, jika orang tua tidak menghendaki anak-
tua dengan anak mengenai kapan dapat menggunakan gadget dan pada
karena bisa saja anak dapat melihat dan mengakses hal tersebut
tentang semua aplikasi media sosial dan seluruh konten atau alur dari
permainan tersebut. Jika orang tua sudah yakin bahwa hal tersebut
aman dan baik untuk anak-anak, maka orang tua dapat memberikan ijin
tetap dengan batasan waktu yang telah disepakati. Sebaiknya orang tua
pada saat bermain gadget. Bangun ikatan yang kuat dengan anak
supaya anak menjadi lebih dekat dan nyaman bercerita dengan orang
tuanya. Pada saat anak sudah merasa nyaman dengan orang tua, mereka
Selain itu, ketika anak tidak sengaja melihat konten yang dilarang, anak
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem,
cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung
arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri sendiri dan
penggunaan media oleh anak, sehingga orang tua mempunyai andil dalam
2021).
Gunarsa (dalam Adawiah 2017) pola asuh merupakan cara orang tua
Pola asuh yang diberikan orang tua adalah pendidikan pertama bagi
seorang anak karena pertama kalinya mereka mengenal dunia dan terlahir di
lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua. Keteladanan orang tua
(Santosa et al., 2018). Pola asuh merupakan tata cara yang diterapkan orang
tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,
keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain dalam Mokalu dkk. (2016).
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Mokalu (2016).
pola asuh yang berbeda. Pola asuh tersebut juga gaya pengasuhan orang tua
yang diterapkan kepada anak dan biasanya bersifat relatif konsisten. Pola
asuh dikatakan efektif bila diterapkan dalam kondisi yang tepat dan sesuai
dengan situasi yang ada. Di sinilah letak terjadi beberapa perbedaan dalam
pola asuh. Disatu sisi orang tua harus bisa menentukan pola asuh yang tepat
dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain orang tua
Petranto (dalam Adawiah 2017) pola asuh orang tua merupakan pola
perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke
waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun
positif. Pola asuh yang ditanamkan kelurga berbeda, hal ini tergantung
Pola asuh orang tua merupakan suatu interaksi antara orang tua dan
tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang
proses interaksi orang tua dan anak untuk mendorong pertumbuhan serta
yang dilakukan oleh oran tua memegang peranan yang sangat penting bagi
pembentukan karakter dan perilaku anak itu sendiri. Pola asuh yang tepat
dukungan positif diterima oleh anak. Pola asuh yang positif ini sangat
(Dewi et al., 2020). Pola prilaku ini dirasakan oleh anak mau itu positif
sayang orang tua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan
yang baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya”. Salah satu aspek
penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang
anak bermula atau berasal dari keluarga. Pola asuh orang tua terhadap anak-
38
prilaku anak”. Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung dari pola
Menurut Woolfolk (Ekasari & Witarsa, 2018) terdapat tiga jenis pola
pengasuhan orang tua yang secara umum yaitu pola pengasuhan demokratis,
(Padjrin, 2016). Pola asuh ini memberikan tempat atau ruang untuk anak
antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis salah bentuk perlakuan
demokratis maka anak akan merasakan kasih sayang orang tuanya dan
tidak merasa terkekang dan anak akan lebih bertanggung jawab dan
39
2. Pola asuh otoriter bercirikan keras, kaku dan bersifat paksaan. Orang tua
membuat aturan yang kaku dan aturan tersebut tidak di inginkan anak.
ketika anak tidak mematuhi aturan yang sudah di buat, orang tua tidak
pelecehan anak, jadi jika hukuman fisik dilakukan secara berlebihan itu
pengasuhan ini kurang kasih sayang kepada anak, kurang simpatik dan
anak cendrung sering disalahkan (Pratiwi, 2020). Pola asuh otoriter yang
kurang percaya diri dan kurang bebas, serta cendrung tidak mampu untuk
3. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang tidak perduli kepada anak. Pola
ini biasa terjadi kepada orang tua yang sibuk bekerja. Orang tua yang
40
kebebasan anak tanpa adanya bimbingan dan tuntunan dari orang tua.
Orang tua jarang melakukan kontrol, orang tua juga tidak memantau
kegiatan anak dan jarangnya komunikasi antara orang tua dan anak.
asuh permisif tidak memberikan struktur batasan yang tepat bagi anak.
Orang tua yang menggunakan tipe ini sangat mempercayai bahwa tidak
al., 2015)
Setiap orang mempunyai kisah sejarah sendiri dan latar belakang yang
pola asuh yang berbeda kepada anak. Maccoby dkk (Madyawati, 2016),
hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun
anak dengan lingkungan sekitar. Anak dari orang tua yang sosial
pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang tua baik
3. Nilai-nilai agama juga menjadi hal penting yang ditanamkan orang tua
kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang
5. Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengarui pola asuh yang
6. Usia orang tua dapat menjadi salah satu faktor penerapan pola asuh
kepada anak. Orang tua yang masih muda memahami dan mengikuti
dengan usia yang lebih muda cenderung menerapkan pola asuh yang
demokratis dan permisif jika dibandingkan dengan orang tua yang berusia
lebih tua. Selain itu, tidak jarang orang tua yang menuruti keinginan
dimiliki oleh orang tua dapat mempengaruhi pola asuh yang diberikan pada
anak. Orang tua dengan usia yang lebih muda cenderung mengikuti
menerapkan pola asuh demokratis dan permisif yang biasanya lebih disukai
social dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orang tua, sedangkan
berpengaruh dalam pola asuh pengasuhan orang tua yaitu budaya, orang tua
tetap menggunakan cara pola pengasuhan orang tua dulu karena di anggap
43
berhasil mendidik mereka dengan baik, tingkat pendidikan orang tua, orang
tua lebih memiliki ilmu pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak,
status sosial ekonomi, orang tua dari kelas menengah cenderung lebih keras
dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam kaitannya dengan internet.
internet atau gadget. Introduction yaitu model orang tua yang berperan di
tidaklah semua benar dan bermanfaat bagi anak. Kemudian, restrictive yaitu
pengawasan yang dinyatakan dalam bentuk suatu batasan dari orang tua
yang secara tegas mengatur apa saja yang dapat diakses oleh anak, berapa
lama waktu atau durasi mengakses termasuk game online yang bisa
secara bersama-sama antara orang tua dan anak dalam aktivitas yang
Kebebasan
Macam-macam pola Pola asuh orang
penggunaan
asuh orang tua yaitu: tua
gadget
1. Demokratis
2. Otoriter
3. Permisif
1. Dampak Positif
a. Membangun kreatifitas
b. Sumber informasi dan
Faktor-faktor yang komunikasi
mempengaruhi pola asuh 2. Dampak Negatif
orang tua: a. Kerusakan mata pada
anak
1. Pendidikan
b. Masalah Tidur
2. Usia
c. Kesulitan
3. Agama
berkonsentrasi
4. Lingkungan
d. Menurunnya prestasi
5. Jumlah anak
belajar
6. Status sosial ekonomi
e. Perkembangan sosial
f. Perkembangan bahasa
g. Perubahan prilaku
h. Ketergantungan
45
Keterangan:
: Berhubungan
: Berpengaruh
: Diteliti
: Tidak diteliti
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
2019).
Putik.
46
2. Hipotesis Nihil (Ho) tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pola
asuh orang tua dengan pengggunaan gadget pada anak usia prasekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja.
Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan,
namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali
3.2.1. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua wali murid yang
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang yang ada. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling atau yang biasa yang dikenal sebagai sampling jenuh adalah
dari 100.
nilai yang bervariasi, yakni suatu sifat, karakterististik atau fenomena yang
dapat menunjukan sesuatu untuk dapat diamati atau diukur yang nilainya
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas,
gadget.
atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat ukur Cara ukur
Operasional Ukur
1 Pola asuh Suatu cara Cara orang tua Kuesioner Skor disetiap Ordinal
orang tua menjaga, dalam pilihan jawaban
mendidik mengontrol pada kuesioner
merawat serta atau pola asuh orang
memberikan memantau tua
kasih sayang apa yang
kepada anaknya dilakukan a. Selalu = 3
sehingga anak oleh b. Kadang-
Kadang =2
tersebut dapat anaknya.
c. Tidak
berdiri sendiri Pernah = 1
dengan baik dan a. Otoriter
benar. (pola asuh
yang
diberikan
kepada anak
yang
bersifat
memaksa)
b. Permisif
(pola asuh
yang tidak
perduli
kepada anak
atau
membebask
an anak)
c. Demokratis
(pola asuh
51
yang
mempriorita
skan
kepentingan
anak)
2 Kebebasan Kebebasan anak a. Membuat Kuesioner Skor disetiap Ordinal
Penggunaan dalam batasan pilihan jawaban
gadget menggunakan penggunaan pada kuesioner
gadget hingga gadget pada kebebasan
anak
akhirnya anak b. Memberikan penggunaan
menjadi lupa anak gadget gadget
waktu. di usia yang
tepat a. Selalu = 4
c. Memberikan b. Sering = 3
contoh yang c. Kadang-
baik pada Kadang = 2
anak d. Tidak
d. Memproteks Pernah = 1
i situs dari
konten-
konten yang
negatif di
internet.
Kategori
Kebebasan
Penggunaan
Gadget
Tidak
Baik = 13-
26
b. 27-52
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
yang ada. Skala ukur yang digunakan untuk skoring angket adalah
alternatif jawaban yang tengah atau netral. Kuesioner pola asuh orang tua
Kuesioner pola asuh orang tua yang diadopsi dari penelitian yang
bersifat memaksa.
b. Permisif adalah pola asuh yang tidak perduli kepada anak atau
membebaskan anak.
anak.
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu apa
mengacu pada tinjauan pustaka yang ada. Skala ukur yang digunakan
jadi df = x-2, maka r tabel = 0,374. Butir pertanyaan dikatakan valid jika
nilai r hitung > r tabel yang mana r hitung dapat dilihat dari Corrected
(Wiratna, 2014).
SPSS 16. Hasil uji menunjukkan nilai Alpha 0,962, nilai r tabel n = 13
adalah 0,374 pada taraf signifikansi 5%, kesimpulannya Alpha 0,962 > r
variabel dikatakan reliabel juka memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60
(Wiratna, 2014).
keterangan dari suatu hal yang diperoleh dengan melalui pengamatan atau
1. Pengumpulan data
a. Tahap Persiapan
2. Tahap Penelitian
3. Pengolahan Data
57
a. Editing
mengisi kembali.
b. Coding
c. Tabulating
d. Data entry
58
e. Processing
berhubungan.
f. Cleaning
tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
16.00.
kedua yaitu untuk menguji koefisien antara variabel bebas dengan variabel
tersebut diolah dan dianalisis dengan uji statistik yang digunakan adalah
b. Jika probalitas (p value) > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
3.8.2. Anonymity
3.8.3. Confidentiality
Kepala Sekolah
Taman Kanak-
Surat pengantar Kanak
dari kampus Maraqittalimat
BAPEDA
(TK.MT)
Tembeng Putik
Ujian skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(1), 33-48.
Adi, Tri Nugroho. 2017. “Pola Pengawasan Orang Tua terhadap Aktivitas Anak
di Dunia Maya: Studi Kasus pada Keluarga dengan Anak Remaja Usia
12 — 19 Tahun di Purwokerto. Acta Diurna. 13 (1). 1 - 20
Al-Ayouby. M. Hafiz. 2017. Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini.
Lampung: Universitas Bandar lampung.
Alia,T., dan Irawansyah. (2018). Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini
dalam Penggunaan Teknologi Digital. A Journal of Language,
Literature, Culture, and Education POLYGLOT, Volume 14(1), 65-78.
Tersedia pada https://ojs.uph.edu/index.php/PJI/article/view/639
Amaliah, S., & Setyowati, S. (2019). Persepsi Orang Tua Terhadap Penggunaan
Gawai Pada Anak Usia Dini Di Tk Lab School Unesa Ketintang
Surabaya. PAUD Teratai, 8(1).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/
view/27946
Annisa, A., Marlina, S., & Zulminiati, Z. (2019). Hubungan Persepsi Orang Tua
Tentang Dampak Smartphone Terhadap Perkembangan Sosial Pada
Anak Di Kelompok Bermain Gugus I Kecamatan Nanggalo Kota
Padang. Jurnal Ilmiah POTENSIA, 4(1), 59—66.
https://doi.org/https://doi.org/10.33369/jip.4.1.59-66
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3834/Siaran+Pers+No.
+17-PIH-KOMINFO-2-
2014+tentang+Riset+Kominfo+dan+UNICEF+Mengenai+Perilaku+A
nak+dan+Remaja+Dalam+Menggunakan+Internet+/0/siaran_pers
Candra, A. N., Sofia, A., Anggraini, G. F., Lampung, F. U., Prof, J., &
Brojonegoro, S. (n.d.). No Title, (1).
https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dewi, K. O. R., Murda, I. N., & Astawan, I. G. (2020). Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar PPKN Siswa, 8,
50—60. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jjpgsd.v8i1.24578
Djamarah, Syaiful Bahri. (2014). Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Education, E., Pola, H., Orang, A., Terhadap, T., Bahasa, P., Prasekolah, A., …
Guru, P. (2015). Jurnal paud tambusai, 1(6), 42—48.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.54
Ekasari, D., & Witarsa, R. (2018). Pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap Kecerdasan
Sosial Anak Usia Dini di TK Kenanga Kabupaten Bandung Barat, 2(1),
76—84.
Markham, L. (2019) Learn what your preschooler needs to thrive, September 25.
dilihat 28 Maret 2021
https://www.ahaparenting.com/Ages-stages/preschoolers/wonder-years.
Palar, J. E., Onibala, F., & Oroh, W. (2018). Hubungan Peran Keluarga Dalam
Menghindari Dampak Negatif Penggunaan Gadget Pada Anak Dengan
Perilaku Anak Dalam Penggunaan Gadget Di Desa Kiawa 2 Barat
Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1—8.
Persepsi, P., Asuh, P., Setelah, P., Program, M., Ibu, S., Calon, D. A. N., &
Banjarmasin, K. (2019). Perubahan persepsi pola asuh peserta setelah
mengikuti program sekolah ibu dan calon ibu kota banjarmasin, 3(1),
66
11—25.
Pratiwi, K. E. (2020). pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak
di sd negeri 38 Kota Parepare The Influence Of Parents on Children s
Independence in Primary School 38 State Parepare City, 1(1).
Rakhmawati, I. (n.d.). Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak, 6(1), 1—18.
https://doi.org/https://doi.org/10.21043/kr.v6i1.1037
Santosa, A. I., Rafli, Z., & Lustyantie, N. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua dan Sikap Bahasa terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman
The Influence of Parenting Style and Language Attitude toward the
Reading Comprehension Achievement, 18(April), 69—80.
Setianingsih, Ardani, A.F., & dan Khayati, T.N. (2018). Dampak Penggunaan
Gadget pada Anak Usia Prasekolah dapat Mengakibatkan Resiko
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. GASTER, Volume
XVI(2), 191-205. Tersedia pada: http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/297/191.
Saryono & Mekar, A.D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
S.I. Benn and R.S. Peters, The Principles of Political Thought, CollietBooks, New
Yark, 1964
Silaen, Sofar. 2018. Metodologi Penelitian Sosial untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis. Jakarta: In Media.
Sitoremi fitriana. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Jajan
Magelang. Magelang.
Sumarni, T., & Sofiani, I. K. (2019). Pengaruh gawai dalam pola asuh orang tua
terhadap anak usia dini ( Studi Kasus Orang Tua dari Anak Usia 5
Tahun di TKIT Ibu Harapan Kecamatan Bengkalis ), 11(1), 96—113.
https://doi.org/https://doi.org/10.35445/alishlah.v11i104
Tirtayani, L.A., Magta, M., & Lestari, N.G.A.M.Y. (2017). Teacher Frienly E-
Flashcard:A Development Of Bilingual Learning Media For Young
Learners. Journal of Education Technology, Volume 1(1), 18-29.
Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/view/10080/6416
Viandari dan susilawati (2019). "Peran pola asuh orangtua dan penggunaan
gadget terhadap interaksi sosial anak prasekolah". Jurnal Psikologi
Udayana. Vol. 6 (1): hal. 76-87.
Wiratna, S. 2014 . Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava
Media.
Woetzel Robert K., The Philosophy of Freedom, Popular Library, Inc., New
York, 1996.
Zulfitria. (2017). Pola asuh orang tua dalam penggunaan smarthphone pada anak
sekolah dasar. Holistika: Jurnal Ilmiah PGSD, Volume 1(2). Tersedia
pada:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/download/2502/2070