Anda di halaman 1dari 12

Page 1 of 12

HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN GAWAI (GADGET) DENGAN


PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI
PAUD BUNGA HARAPAN BOGOR

Erika Lutviani Suci1, Yulianingsih2, Roma Tao Toba MR3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
2
Departemen Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
3
Departemen Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
E-mail: erikalutvs@gmail.com

Abstrak

Kecanduan gawai (gadget) merupakan suatu perilaku yang tidak terkontrol dalam menggunakan gawai yang dapat
mengakibatkan adanya perubahan perilaku yang signifikan dalam diri seseorang pada kegiatan sehari-hari. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kecanduan gawai (gadget) dengan perkembangan emosional anak
prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Bunga Harapan Bogor. Desain penelitian dengan metode kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak prasekolah dengan jumlah sampel 52
responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner kecanduan
gawai (gadget) dan perkembangan emosional anak prasekolah. Hasil uji statistic diperoleh P value = 0.845. P value ≥ α
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kecanduan gawai (gadget) dengan perkembangan
emosional anak prasekolah (3-6 tahun) dengan OR: 0,982.

Kata Kunci: kecanduan gawai, perkembangan emosional, anak prasekolah

Abstract

Gadget addiction is an uncontrolled behavior in using a device that can result in significant behavioral changes in a person
in daily activities. The purpose of this study was to determine the relationship between gadget addiction and the emotional
development of preschool children (3-6 years) at PAUD Bunga Harapan Bogor. The research design used quantitative
methods with a cross sectional approach. The population in this study were parents who have preschool children with a
sample of 52 respondents with purposive sampling technique. Data collection tools in the form of a questionnaire on
gadget addiction and emotional development of preschool children. The statistical test results obtained P value = 0.845.
Pvalue 0.05, it can be concluded that there is no relationship between gadget addiction and the emotional development of
preschool children (3-6 years old) with OR: 0.982.

Keywords: gadget addiction, emotional development, preschool children

Pendahuluan 2019 pengguna gadget terus meningkat,


didapatkan tahun 2017 terdapat 74,9 juta jiwa
Indonesia merupakan salah satu negara yang orang di Indonesia menggunakan gadget.
mempunyai pertumbuhan terbesar, setelah Indonesia telah dinobatkan sebagai negara yang
China dan India. Berdasarkan hasil survey yang menduduki peringkat kelima di dunia sebagai
didapatkan oleh eMarketer diperoleh data pengguna gadget terbanyak. Berdasarkan data
pengguna gadget di Indonesia meningkat terus pada Januari 2018 yang telah dipublikasikan
menerus secara signifikan dan masuk ke posisi oleh Hootsuite ada 177,9 juta penduduk di
empat besar pengguna aktif gadget yang Indonesia sebagai pengguna aktif gadget dari
terbesar di dunia tahun 2016. EMarketer juga total 265,4 juta penduduk (Zulfitria, 2018).
memprediksikan bahwa tahun 2016 sampai
Page 2 of 12

Gawai (gadget) merupakan perangkat smartphone sangat mendominasi yaitu


elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus, sebanyak 24 anak (72,7%) dan sisanya
selain untuk melakukan panggilan telepon dan sebanyak 9 anak dinyatakan jarang (27,3%).
mengirim pesan teks, gawai (gadget) pun dapat Sehingga lebih dari setengahnya anak usia pra
menyediakan akses informasi yang terkoneksi sekolah di TK Al Marhamah Kabupaten
internet, mengirim dan menerima email, Majalengka tahun 2017 adalah pengguna
mengakses aplikasi media sosial serta smartphone dengan frekuensi sering (Heni &
dilengkapi dengan kemampuan mengambil Mujahid, 2018).
foto, bermain game, memutar dan merekam
audio atau video, dan lain-lain. Maka dari itu, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
tidak hanya orang dewasa yang tertarik untuk Lestari 2021 mengenai Analisis Penggunaan
menggunakannya, saat ini anak-anak pun Smartphone terhadap Perkembangan Anak
tertarik dan mahir mengaplikasikan gawai Usia Prasekolah menunjukkan bahwa dalam
(gadget) khususnya anak usia prasekolah yang penggunaan smartphone, anak
pada umumnya baru berusia 3-6 tahun menggunakannya untuk bermain game dan
(Agustin, 2019). menonton video (36%), anak menggunakannya
selama lebih dari waktu yang
Kecanduan gawai (gadget) adalah suatu bentuk direkomendasikan yaitu 1 jam (45%), dan
keterikatan atau kecanduan terhadap gadget orang tua tidak mendampingi anak dalam
yang memungkinkan terjadinya masalah sosial penggunaan smartphone (36%). Sebagian besar
seperti halnya b menarik diri dan kesulitan (73%) perkembangan anak usia prasekolah
dalam performa aktivitas sehari-hari atau ditemukan buruk. Ada 4 aspek perkembangan
sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri yang terganggu pada anak usia prasekolah
seseorang (Mulyana & Afriani, 2018). Menurut pengguna smartphone, yaitu sosial (36%),
Yuwanto & Umum (dalam Sherlyana, 2017), emosional (27%), kognitif (18%), dan motorik
seseorang memiliki kecenderungan kecanduan (18%).
disebabkan karena adanya faktor internal
terkait dengan sensation seking yang tinggi Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh
yang dapat mengakibatkan seseorang mudah Agustin pada tahun 2019 tentang “Hubungan
mengalami bosan, self esteem yang rendah Penggunaan Gadget dengan Perkembangan
dimana seseorang akan merasa tidak mampu Emosional Pada Anak Usia Prasekolah”
untuk berinteraksi dengan orang lain, kontrol menunjukkan bahwa dari 104 responden anak
diri yang rendah. Selain faktor internal juga usia prasekolah di TK Al-Fitroh Surabaya dan
terdapat faktor situasional seperti kejenuhan, TK Budi Mulya Surabaya didapatkan
kecemasan, tidak memiliki kegiatan. Faktor perkembangan emosional (skala kesulitan)
sosial yang menyebabkan seseorang dalam kategori normal sebanyak 41 orang
ketergantungan yaitu terkait dengan keinginan (39,4%), kategori borderline sebanyak 46
seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain orang (44,2%) dan kategori abnormal sebanyak
dan faktor eksternal terkait dengan bagaimana 17 orang (16,3%). Hasil ini menunjukkan
media dan fasilitasnya. bahwa sebagian besar yang mengalami masalah
perkembangan emosional (skala kesulitan)
Dalam jurnal keperawatan Silampari tahun pada anak dalam kategori borderline yaitu
2018 yang mengambil topik “Pengaruh sebanyak 46 orang (44,2%).
Penggunaan Smartphone terhadap
Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra Jika dilihat dari sudut pandangan ilmu
Sekolah” didapatkan bahwa penggunaan kesehatan jiwa, proses tumbuh kembang anak
smartphone anak usia pra sekolah di TK Al- secara alami dapat terganggu karena
Marhamah dengan anak sering menggunakan penggunaan gawai (gadget) yang berlebihan,
Page 3 of 12

oleh karena itu anak sangat tidak disarankan tahun bahwa anak telah terpapar sejak usia 2-4
dalam menggunakan gawai (gadget). tahun dan kegiatan yang dilakukan anak pada
Sebaiknya orang tua setelah bermain gawai saat menggunakan gawai (gadget) yaitu
(gadget) usahakan selalu menyimpan dengan bermain games dan menonton video di youtube.
tidak sembarangan karena hal ini akan Secara keseluruhan orangtua masing-masing
memungkinkan anak bermain gawai (gadget) memiliki aturan yang berbeda-beda dalam
tanpa sepengetahuan orang tua. Orang tua dapat mengawasi anaknya dalam penggunaan gawai
mengalihkan perhatian dengan mengajaknya (gadget). Namun disini terdapat ke khawatiran
bermain bersama teman-temannya, yang patut di waspadai, karena ketika anak
mengenalkan permainan tradisional dapat sedang asik bermain gawai (gadget) kadang
menstimulasi untuk mengembangkan susah sekali dihentikan, hingga marah dan
kerjasama, bersosialisasi secara positif, menangis saat gawai (gadget) nya diambil oleh
mempunyai rasa empati terhadap temannya. orangtua. Anak pun cenderung mengabaikan
Dengan bermain anak bisa mengekspresikan saat dipanggil oleh orangtuanya. Beberapa
perasaan dan ide-ide dalam menghadapi orangtua mengatakan anak agak sulit ketika
kehidupan nyata dan dapat mengatur emosi diajak mengerjakan PR. Orangtua pun khawatir
perasaannya pada saat bermain. Hal ini akan anak akan kecanduan gawai (gadget) dan akan
mendorong anak lebih memahami diri sendiri berpengaruh terhadap aktivitasnya sehari-hari.
(Agustin, 2019).
Metode
Masa prasekolah merupakan periode yang
penting dalam proses pertumbuhan dan Penelitian ini menggunakan desain penelitian
perkembangan manusia. Periode ini deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
menentukan berhasil tidaknya tumbuh sectional dan menggunakan teknik purposive
kembang anak di masa berikutnya (Imron, sampling yang melibatkan 52 responden
2017). Tidak semua anak bisa mengalami orangtua yang memiliki anak usia prasekolah di
perkembangannya dengan baik dan banyak PAUD Bunga Harapan Bogor. Analisis yang
faktor yang mengakibatkan anak mengalami dilakukan ialah analisis univariat dan analisis
masalah dalam perkembangannya. Masalah bivariat menggunakan uji chi square untuk
perkembangan yang bisa muncul tidak hanya mengetahui ada tidaknya hubungan antara
sosial dan emosi saja tetapi juga perkembangan kecanduan gawai dengan perkembangan
fisik, kognitif, intelektual, dan bahasa (Izzaty, emosional anak prasekolah di PAUD Bunga
2017). Anak dapat mengalami gangguan Harapan Bogor. Etika penelitian yang
perkembangan seperti gangguan dalam diterapkan ialah menghormati hak responden
mengontrol emosi, mengontrol diri, kesulitan untuk ikut serta atau menolak berpartisipasi
dalam berkonsentrasi, serta sulit bersosialisasi dalam penelitian ini dengan memberikan
dikarenakan menggunakan gawai (gadget) lembar persetujuan (informed consent),
selama satu hingga dua jam bahkan lebih untuk menjunjung privasi dengan menyediakan
menonton video dan bermain game kolom kode nama responden (anonimity) dan
(Setianingsih dkk., 2018). kerahasiaan subjek penelitian (confidentiality).

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan Pengumpulan data dilakukan menggunakan
peneliti di Paud Bunga Harapan Bogor kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
didapatkan bahwa terdapat anak usia kuesioner data demograsi responden, kuesioner
prasekolah yang menggunakan gawai (gadget). untuk menilai tingkat kecanduan gawai dan
Hasil dari wawancara dan pendekatan yang kuesioner untuk menilai tingkat perkembangan
dilakukan kepada beberapa orang tua emosional anak prasekolah. Ketiga kuesioner
mempunyai anak prasekolah yang berusia 3-6 tersebut digunakan untuk menilai tingkat
Page 4 of 12

kecanduan gawai dan perkembangan emosional Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 29
pada anak prasekolah. Data dianalisis dengan responden (56%) anak usia pra sekolah di
analisa univariat, untuk menggambarkan data PAUD Bunga Harapan Bogor memiliki tingkat
demografi yang diteliti secara terpisah dengan kecenderungan kecanduan gawai yang tinggi.
membuat tabel frekuensi dari masing-masing
variabel, yang kemudian akan disajikan dalam Perkembangan emosional merupakan variabel
bentuk tabel distribusi frekuensi varianel dependen dalam penelitian ini. Distribusi
independen dan dependen. Analisis bivariat variabel perkembangan emosional dalam
untuk mengetahui adanya hubungan kecanduan penelitian ini dikategorikan menjadi normal
gawai dengan perkembangan emosional anak dan abnormal. Pengkategorian normal apabila
usia prasekolah menggunakan uji chi square. memiliki nilai ≥ 1,48 dan kategori abnormal
apabila memiliki nilai < 1,48. Hasil statistik
Hasil distribusi frekuensi untuk variabel
perkembangan emosional disajikan pada Tabel
Hasil penelitian ini mendapatkan karakteristik 2.
responden anak usia prasekolah di PAUD
Bunga Harapan mayoritas berusia 6 tahun yaitu Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel
sebanyak 23 responden (44%), nomor urut anak Perkembangan Emosional (n=52)
ke-1 sebanyak 21 responden (40%), tingkat Kategori Frekuensi Presentase
Perkembangan (n) (%)
pendidikan orangtua SMA sebanyak 28 Emosional
responden (54%), pekerjaan orangtua sebagai Abnormal 27 52
ibu rumah tangga sebanyak 23 responden
(44%), tingkat pendapatan orangtua diatas Normal 25 48
UMR sebanyak 29 responden (56%) dan Total 52 100
smartphone sebagai jenis gawai yang sering
digunakan sebanyak 43 responden (83%). Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 27
responden (52%) anak usia pra sekolah di
Kecanduan gawai merupakan variabel PAUD Bunga Harapan Bogor memiliki
independen dalam penelitian ini. Distribusi perkembangan emosional yang abnormal.
variabel kecanduan gawai dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi tidak kecanduan gawai Tabel 3. Hubungan Kecanduan Gawai dengan
dan kecanduan gawai. Pengkategorian tidak Perkembangan Emosional pada Anak Prasekolah
kecanduan gawai apabila memiliki nilai ≤ 1,44 Kecanduan Perkembangan
dan kategori kecanduan gawai apabila memiliki gawai Emosional Total p
nilai > 1,44. Hasil statistik distribusi frekuensi Normal Abnormal value
untuk variabel kecanduan gawai disajikan pada n n
Tidak 11 12 23 0,845
Tabel 1. kecanduan
Kecanduan 14 15 29
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Jumlah 25 27 52
Kerja (n=52)
Kategori Kecanduan Frekuensi Presentase Tabel 3 menunjukkan hasil uji chi square
Gawai (n) (%) dengan p value=0,845 (p < 0,05) yang
Kecanduan 29 56
menujukkan bahwa tidak ada hubungan antara
Tidak kecanduan 23 44 kecanduan gawai dengan perkembangan
Total 52 100 emosional pada anak prasekolah di PAUD
Bunga Harapan Bogor.
Page 5 of 12

Pembahasan Karakteristik selanjutnya yang ditinjau pada


penelitian ini adalah tingkat pendidikan
Gambaran Karakteristik Anak Prasekolah orangtua. Data distribusi distribusi frekuensi
Penelitian dengan judul hubungan antara responden berdasarkan pendidikan orangtua
kecanduan gawai dengan perkembangan pada anak prasekolah di PAUD Bunga Harapan
emosional pada anak prasekolah di PAUD Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar
Bunga Harapan ini dilakukan pada 52 orang berpendidikan SMA (54%). Tingkat
responden di PAUD tersebut. Penelitian ini pendidikan sangat mempengaruhi pola asuh
meninjau karakteristik anak usia prasekolah orangtua terhadap anak. Orangtua merupakan
berdasarkan usia, nomor urut anak, tingkat lembaga pertumbuhan dan belajar awal yang
pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dapat mengantarkan anak menuju
pendapatan orangtua dan jenis gawai yang perkembangan selanjutnya. Pendidikan terakhir
sering digunakan. Usia anak prasekolah pada orangtua terutama pada ibu akan
penelitian ini berada pada rentang 3 hingga 6 mempengaruhi bagaimana cara seseorang
tahun dimana mayoritas anak berusia 6 tahun dalam memberikan bimbingan dan pengajaran
(44%). Menurut Kyle & Carman (dalam pada anak (Riyanto, 2022).
Agustin 2019) periode prasekolah adalah Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
periode usia antara 3-6 tahun, tumbuh lebih orangtua juga ikut ditinjau pada penelitian ini.
lambat dari pada tahun sebelumnya, dan anak Data distribusi frekuensi responden
prasekolah yang sehat bertubuh ramping, berdasarkan pekerjaan orangtua pada anak
cetakan dan potret dengan postur tubuh yang prasekolah di PAUD Bunga Harapan Bogor
tegak. Hal ini sesuai dengan prasyarat usia menunjukkan bahwa sebagian besar sebagai ibu
untuk masuk PAUD. Sejalan dengan penelitian rumah tangga (43%), yang dimana orangtua
yang dilakukan oleh Agustin 2019 mengenai dapat mengawasi anaknya secara langsung
hubungan penggunaan gadget dengan selama 24 jam agar pertumbuhan dan
perkembangan emosional pada anak usia perkembangannya tidak terganggu, sesuai
preschool di TK Al-Fitroh Surabaya dan TK dengan usianya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Budi Mulya Surabaya, didapatkan hasil Ardita, V. Kadir, A & Askar, M (dalam
sebagian besar anak sebanyak 51% berusia 6 Agustin, 2019) faktor-faktor yang
tahun. mempengaruhi pertumbuhan dan
Karakteristik anak prasekolah ditinjau dari perkembangan anak adalah pendidikan ibu,
nomor urut anak dalam keluarga pada pekerjaan orangtua, anak diasuh oleh, stimulasi
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian perkembangan dan faktor lingkungan dari anak.
besar anak tunggal (40%). Semakin banyak Karakteristik responden berdasarkan
anak dalam satu keluarga, semakin pula pendapatan orang tua didapatkan bahwa
berkurangnya tingkat pengawasan orangtua sebagian besar orangtua pada anak usia
terhadap anak. Anak bisa dengan seenaknya prasekolah di PAUD Bunga Harapan Bogor
menggunakan gawai tanpa adanya batasan memiliki pendapatan ≥ UMR. Dimana dengan
waktu yang dapat menyebabkan kecanduan. tingkat sosio-ekonomi yang mencukupi,
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang orangtua dapat dengan mudah memfasiltasi
dilakukan oleh Rizky Novitasari Suherman anak dengan gawai kekinian yang multifungsi.
tahun 2019 mengenai hubungan pola asuh Hal ini sesuai dengan teori menurut Depkes
orangtua dengan tingkat kecanduan gadget (dalam Ika Niken, 2021) bahwa faktor-faktor
pada anak prasekolah di TK Al-Fitroh Surabaya yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
dan TK Budi Mulya Surabaya menunjukkan usia prasekolah yaitu pada faktor eksternal
bahwa sebanyak 53,8% merupakan urutan postnatal meliputi, gizi, sosio-ekonomi,
anak ke 2.
Page 6 of 12

kelainan konginetal, psikologis, lingkungan Menurut penelitian Palar & Oroh (2018),
pengasuh, lingkungan fisik dan kimia. mengatakan bahwa tingkat popularitas gawai
(gadget) pada kalangan anak-anak tidak lain
Karakteristik selanjutnya yang diteliti dalam
disebabkan karena karakteristik yang menarik
penelitian ini adalah jenis gawai yang sering
dari gawai (gadget) itu sendiri. Selain itu, fitur
digunakan. Data distribusi frekuensi gawai
yang disajikan dalam gawai (gadget) yang tidak
(gadget) yang dipakai oleh anak prasekolah di
terbatas sehingga anak dapat mengakses
Paud Bunga Harapan Bogor menunjukkan
informasi sekaligus hiburan dari gawai (gadget)
bahwa hampir seluruh menggunakan
mereka dan menjadikan anak betah dalam
smatphone/handphone, yaitu 83%.
bermain gawai (gadget) dengan jangka waktu
Smartphone/handphone merupakan salah satu
yang lama.
alat komunikasi yang sering dipakai saat ini,
mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil
dan orang tua. Pada awalnya handphone hanya penelitian yang dilakukan oleh Rizky
untuk berkomunikasi saja, dengan seiring Novitasari Suherman tahun 2019 dengan judul
perkembangan zaman teknologi hingga bisa “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan
mengirim data dan menambah aplikasi yang Tingkat Kecanduan Gadget Pada Anak
disukai. Smartphone/handphone saat ini Prasekolah” didapatkan hasil tingkat kecanduan
merupakan kebutuhan pokok bagi individu, gadget dari 104 anak prasekolah dengan anak
kelompok, maupun organisasi. Pada saat ini, prasekolah yang mengalami ketergantungan
peranan handphone sudah menjadi kebutuhan atau kecanduan gadget yaitu sebanyak 1 orang
primer sehari-hari. Tidak heran jika saat ini (1,0%).
anak-anak sudah mahir menggunakan Menurut penelitian Novitasari (2016)
smartphone/handphone (Noor, 2018). mengatakan bahwa pemakaian gadget pada
anak usia prasekolah lebih menyenangkan
Gambaran Kecanduan Gawai pada Anak dibandingkan dengan bermain dengan teman
Prasekolah sebaya. Fitur yang semakin inovatif, fleksibel
Data kecanduan gawai (gadget) menunjukkan dan kreatif pada gawai menimbulkan rasa
bahwa dari 52 responden anak usia prasekolah ketertarikan dan kenyamanan pada saat anak
di PAUD Bunga Harapan Bogor menunjukkan bermain gawai (gadget) (Sunita & Mayasari,
bahwa sebagian besar anak kecanduan gawai 2018). Pada saat anak bermain gawai dapat
(gadget) sebanyak 29 orang (56%). Hal ini menimbulkan perasaan senang yang
sesuai dalam penelitian Silampari tahun 2018 merangsang produksi hormon dopamin
(Heni & Mujahid, 2018) yang mengambil topik meningkat sehingga hal tersebut menyebabkan
“Pengaruh Penggunaan Smartphone terhadap anak mengulanginya secara terus menerus.
Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Pra Apabila orang tua membiarkan anak berfokus
Sekolah” didapatkan bahwa penggunaan pada gawai tanpa memperdulikan orang lain
smartphone anak usia pra sekolah di TK Al- pada saat bermain gawai, secara tidak sadar
Marhamah dengan anak sering menggunakan anak-anak telah mengalami ketergantungan
smartphone sangat mendominasi yaitu pada gawai (gadget). Putri tahun 2018
sebanyak 24 anak (72,7%). mengatakan bahwa anak tidak akan mengenal
gawai (gadget) jika tidak dimulai dari melihat
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri
kebiasaan dari orang tua mereka yang
(2018), mengatakan bahwa terdapat tiga
menggunakan dan memperkenalkan gawai
kategori yang dapat menyebabkan anak
(gadget).
mengalami kecanduan pada gawai. Faktor yang
paling mendasar ialah pengasuhan orangtua, Anak prasekolah dengan kecanduan gawai akan
lalu faktor neurosains yang berasal dari dalam lebih sensitif dalam menghadapi lingkungannya
diri anak sendiri, serta faktor desain teknologi. dan cenderung sering membantah pada saat
Page 7 of 12

tidak diperbolehkan menggunakan gawai. bahwa sebagian besar anak mengalami masalah
Selain itu, anak lebih suka menghabiskan waktu pada perkembangan emosionalnya. Gangguan
luang dengan gadget dari pada dengan emosional pada anak yang paling sering terjadi
temannya (Rizky Novitasari Suherman 2019). adalah gangguan cemas, tingkah laku,
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan attention-deficit/hyperactivity dan depresi
oleh orangtua untuk menghindari dampak (Waddell, C. & Shepherd dalam Ririn Prastia
negatif dari kecanduan gawai (gadget) pada Agustin, 2019).
anak prasekolah diantaranya adalah Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
memberikan batasan waktu dalam penggunaan yang dilakukan oleh Agustin pada tahun 2019
gawai, mengembangkan bakat anak, mengajak tentang “Hubungan Penggunaan Gadget
anak untuk bermain dengan teman sebayanya, dengan Perkembangan Emosional Pada Anak
meluangkan waktu dengan anak dan berlibur Usia Prasekolah” menunjukkan bahwa dari 104
bersama keluarga sehingga hal tersebut dapat responden anak usia prasekolah di TK Al-
membuat anak gembira dan merasa senang Fitroh Surabaya dan TK Budi Mulya Surabaya
sehingga anak akan lupa oleh gawai (gadget) didapatkan perkembangan emosional (skala
nya (Rizky Novitasari Suherman 2019). kesulitan) dalam kategori normal sebanyak 41
Maka dari itu, peneliti berasumsi bahwa anak orang (39,4%), kategori borderline sebanyak
yang sudah kecanduan gawai (gadget) akan 46 orang (44,2%) dan kategori abnormal
semakin agresif untuk bermain gawai dan sebanyak 17 orang (16,3%). Hasil ini
menjadi marah ketika tidak diizinkan untuk menunjukkan bahwa sebagian besar yang
memainkannya. Anak juga cenderung mengalami masalah perkembangan emosional
menirukan adegan ataupun hal lain yang (skala kesulitan) pada anak dalam kategori
mereka lihat di gawai nya, seperti cara borderline yaitu sebanyak 46 orang (44,2%).
berbicara yang mengikuti influencer yang Penelitian Setiawati et al. (2019) dengan judul
sedang mempromosikan barang atau makanan, the effect of gadget on children‟s social
menggunakan kata-kata kasar yang sering capability, berdasarkan hasil penelitian
mereka dengar dari video pendek yang ada di ditemukan bahwa aplikasi yang sering
suatu aplikasi, dan yang paling berbahaya digunakan oleh responden adalah game
apabila adegan kekerasan dalam “game” yang (66,67%) dan hampir setengah reseponden
anak mainkan lalu diterapkan oleh anak di mempunyai tingkat sosial emosional buruk
dunia nyata. Sebenarnya orangtua lah pusat yaitu sebesar 13 responden (39,39%).
kontrol anak dalam penggunaan gawai
Penelitian yang dilakukan oleh (Solantaus &
(gadget). Jika orang tua memberikan arahan Paavonen, 2010), intervensi dengan
dan pendampingan terhadap anak mengenai menggunakan psikoedukasi pada gejala
penggunaan gawai khususnya pada frekuensi emosional, kecemasan dan khawatir anak
dan durasi maka hal tersebut diharapkan dapat sehingga dapat meningkatkan aspek prosocial
meminimalisir tingkat kecanduan gawai pada pada anak (Istiqomah, 2017). Gejala emosi
anak. merupakan suatau aspek yang mengarah pada
perasaan dan pikiran yang kemungkinan tidak
sesuai dengan usia, budaya maupun norma-
Gambaran Perkembangan Emosional Anak
norma etis yang akan berdampak buruk secara
Prasekolah
emosional dengan merespon perilaku dalam
Data perkembangan emosional pada anak
keterampilan dan kepribadian (Kau, 2010).
prasekolah di PAUD Bunga Harapan Bogor
menunjukkan bahwa sebagian besar Dalam penelitian Agustin (2019) terdapat 4
perkembangan emosional kategori abnormal faktor yang dapat mempengaruhi
sebanyak 27 orang (52%) dan kategori normal perkembangan emosi yaitu, keadaan individu
sebanyak 25 orang (48%). Hal ini menunjukkan anak, faktor belajar, konflik-konflik dalam
Page 8 of 12

proses perkembangan,dan lingkungan keluarga berjumlah 33 orang (31,7%) dengan


salah. Untuk optimalisasi perkembangan sosial perkembangan emosional (skala kesulitan)
emosional ini dapat dilakukan dengan mulai abnormal 10 orang (30,3%),perkembangan
mengajak anak mengenal dirinya sendiri dan emosional (skala kesulitan) borderline 18 orang
lingkungan. Proses pengenalan ini dapat berupa (54,5%) dan perkembangan emosional (skala
interaksi anak dengan keluarga yang akan kesulitan) normal 5 orang (15,2%). Hal ini
membuat anak belajar membangun konsep diri. menyatakan ada hubungan yang signifikan
Juga dapat dengan cara bermain bersama teman antara penggunaan gadget dengan
sebaya yang akan melatih dan meningkatkan perkembangan emosional (skala kesulitan)
kemampuan sosialisasi anak (Musringati, pada anak usia preschool di TK Al-Fitroh dan
2017). Kemudian, orangtua maupun guru dapat TK Budi Mulya Surabaya.
mengembangkan aspek ini melalui beberapa Hal ini pun tidak sejalan dengan penelitian yang
keteladanan seperti beribadah, saling interaksi dilakukan oleh Imron 2017 mengenai hubungan
dengan orang lain, bekerja sama, berpakaian, penggunaan gadget dengan perkembangan
cara belajar, gaya hidup, dan lainnya sosial dan emosional anak prasekolah di TK
(Nurjannah, 2017). PAUD Percontohan Tunas Ceria Kabupaten
Peneliti berasumsi bahwa anak dengan Lampung Selatan, yang mana hasil penelitian
gangguan emosi memiliki karakteristik yang menunjukkan bahwa responden dengan
kompleks sehingga anak memiliki perasaan penggunaan gadget tinggi dengan
khawatir, sering cemas dan seringkali perkembangan sosial emosional buruk sebesar
menyendiri enggan untuk bermain dengan 36,7% (11 orang). Hal ini menunjukkan bahwa
teman sebayanya. Maka dari itu agar ada hubungan penggunaan gadget dengan
perkembangan emosional anak dapat perkembangan sosial dan emosional anak
berkembang secara optimal orangtua harus prasekolah walaupun dampak negatif gadget
menjadi role model yang baik karena anak tidak terlalu besar terhadap perkembangan
mempunyai sifat meniru apapun yang telah sosial dan emosional pada anak prasekolah.
dilihatnya. Orang dewasa yang paling dekat Seorang anak dapat dilihat kualitasnya dari
dengan anak adalah orangtua, orangtua proses tumbuh kembangnya. Proses
mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan merupakan
perkembangan anak. Hal-hal kecil yang hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor
berdampak besar bagi perkembangan anak, lingkungan (Mansur, 2019). Salah satu faktor
seperti orangtua mengajarkan anak untuk
yang akan mempengaruhi tumbuh kembang
membina hubungan baik dengan teman anak yaitu penggunaan smartphone (Marsal
sebayanya maupun saudara kandungnya, dan Hidayati, 2017). Mengasah kreativitas dan
ajarkan kepada anak sikap saling menolong, kecerdasan merupakan salah satu dampak
sikap empati terhadap oranglain, dan belajar positif yang bisa dipetik dari penggunaan
untuk mengendalikan emosi anak. smartphone. Namun mudahnya pengaksesan
berbagai media informasi dan teknologi oleh
Hubungan Kecanduan Gawai dengan anak-anak akan menyebabkan ketidakmauan
Perkembangan Emosional Anak Prasekolah anak untuk beraktivitas dan bergerak
Hasil penelitian mengenai kecanduan gawai (Novitasari dan Khotimah, 2016).
dengan perkembangan emosional anak usia Menurut Mansur (2019), anak-anak prasekolah
prasekolah didapatkan bahwa tidak ada
mempunyai fantasi yang aktif dan bisa
hubungan yang signifikan diantara keduanya, membuat ketakutan yang sangat nyata serta
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang menghasilkan beragam emosi, sehingga emosi
dilakukan oleh Agustin 2019, didapatkan hasil atau perasaan yang anak rasakan harus
penggunaan gadget buruk sebagian besar ditanyakan orang tua kemudian mendiskusikan
Page 9 of 12

metode alternatif yang bisa digunakan untuk PAUD Bunga Harapan Bogor yaitu
menghadapi emosi tersebut. Emosi yang smartphone/handphone sebanyak 43 orang
dimiliki anak prasekolah cenderung kuat. Anak (83%). Tingkat kecanduan gawai (gadget) pada
bisa bahagia, mempunyai semangat yang anak prasekolah di PAUD Bunga Harapan
tinggi, atau bingung pada satu situasi, dan Bogor sebagian besar kecanduan sebanyak 29
kemudian tiba-tiba kecewa. Anak-anak orang (56%). Pada perkembangan emosional
prasekolah dapat mengutarakan perasaan anak prasekolah di Paud Bunga Harapan Bogor
mereka dan bertindak sesuai perasaannya. menunjukkan bahwa sebagian besar abnormal
Anak-anak biasa mengekspresikan perasaannya sebanyak 27 orang (52%). Selain itu, peneliti
melalui permainan air, melukis atau menyimpulkan bahwa idak ada hubungan yang
menggambar, menggunakan tanah liat, atau signifikan antara kecanduan gawai (gadget)
bahkan boneka. Anak-anak di usia ini akan dengan perkembangan emosional anak
meningkatkan identitas dan mereka tahu jenis prasekolah (3-6 tahun) yang dibuktikan dengan
kelamin mereka. hasil nilai Pvalue = 0,845.
Berdasarkan teori dan penelitian diatas,
menurut peneliti perkembangan emosional Saran
Pelayanan keperawatan dapat memberikan
pada anak dipengaruhi tidak hanya oleh faktor
fasilitas untuk membentuk focus group untuk
stimulasi bermain gawai (gadget). Dampak
membahas materi mengenai parenting untuk
penggunaan gawai dalam masa tumbuh
orangtua mengenai dampak dari perkembangan
kembang anak tidak terlalu signifikan karena
teknologi gawai pada anak sehingga orangtua
hanya bersifat satu arah, sedangkan tumbuh
dapat memahami seberapa pentingnya
kembang anak yang optimal terutama pada
pendampingan, pengawasan dan perumusan
perkembangan emosional membutuhkan
aturan oleh orangtua dalam penggunaan gawai
interaksi dua arah antara anak dan ibunya.
sebijak mungkin agar tidak menyebabkan
Perkembangan emosional anak sangat
kecanduan pada anak prasekolah.
tergantung pada individu anak, peran orang tua,
serta lingkungan yang ada di sekitar anak.
Masing-masing orang tua memiliki cara Referensi
tersendiri dalam mendidik dan membimbing
anak.
Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak.
Simpulan dan Saran Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(1),
33–48.
Simpulan Agustin, Ririn P. (2019). Hubungan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan Penggunaan Gadget dengan
pembahasan yang telah dilakukan didapatkan Perkembangan Emosional Pada Anak
karakteristik responden anak usia prasekolaj Usia Prasekolah. Skripsi. Program Studi
dalam penelitian ini berada pada rentang usia 3- Ilmu Keperawatan STIK Hang Tuah.
6 tahun sebanyak 23 orang (44%), nomor urut Alamiyah, S. S., Zamzamy, A., & Rasyidah, R.
anak menunjukkan sebagian besar anak tunggal (2017). Pendampingan dan Pengawasan
sebanyak 21 orang (40%), pendidikan orangtua dalam Penggunaan Media Gadget pada
sebagian besar SMA sebanyak 28 orang (54%), Anak Usia TK (Taman Kanak Kanak)
pekerjaan orangtua sebagian besar IRT (Pertama). Surabaya: CSGS (Cakra Studi
sebanyak 23 orang (44%), pendapatan orangtua Global Strategis)
sebagian besar diatas UMR sebanyak 29 orang Al-Ayouby, M Hafiz. (2017). Dampak
(56%), dan jenis gawai (gadget) yang paling Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini.
banyak digunakan oleh anak prasekolah di Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
Page 10 of 12

Lampung. Jiwantoro, y.a. (2017). Riset keperawatan


Arnis, A. (2016) Praktek Klinik Keperawatan analisa data statistik spss. Mitra wacana
Anak, Kemenkes RI. Balqis. medika.
Arsini, N. K. V. (2018). Metode Penelitian. Kau, M. A. (2010). Empati dan Perilaku
http://repository.poltekkes- Prososial Pada Anak. Jurnal Inovasi, 07(03).
denpasar.ac.id/203/ Kuncoro PW. (2018). Analisis Dampak
Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Penggunaan Smartphone pada Prestasi
Cara Pengambilan Sampel dalam Belajar Mahasiswa Universitas Pasundan.
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Institutional Repositories & Scientific
Jakarta: Salemba Medika. Journals., 23–63.
Dony Setiawan, H. P. (2015). Metodologi Lapau. 2013. Metodologi Penelitian: Yayasan
Penelitian Kesehatan untuk mahasiswa Pustaka Obot Indonesia. Jakarta.
kesehatan. Jember: Graha Ilmu. Lee, H., Kim, J. W., & Choi, T. Y. (2017). Risk
Fungsi, H., Dan, P., Interpersonal, K., Motivasi, Factors For Smartphone Addiction in
D., Dalam, P., Kunjungan, M., Pada, R., Korean Adolescents: Smartphone Use
Pasca, P., Di, S., & Kerja, W. (2019). Patterns. JKMS, 674-1679.
Keperawatan Komunitas Oleh : Lestari, I. N. W. (2021). Analisis Penggunaan
NURDIANA PROGRAM STUDI Smartphone Terhadap Perkembangan
SARJANA KEPERAWATAN STIKES Anak Usia Prasekolah. Insan Cendika
PERINTIS PADANG TAHUN 2019 Medika, 55. http://repo.stikesicme-
Penelitian Keperawatan komunitas
jbg.ac.id/id/eprint/5546
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Lin, Y. et al. (2017). Psychopatology of
Untuk Mengambil Gelar Sarjana Everyday Life in the 21st Century:
Keperawatan STIKes Perintis Padang Smartphone Addiction.
Oleh : 1–104. Mansur, A. R. (2019) Tumbuh Kembang Anak
Heni, H., & Mujahid, A. J. (2018). Pengaruh Usia Prasekolah, Andalas University Pres.
Penggunaan Smartphone terhadap Maria, I., & Amalia, E. R. (2018).
Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Perkembangan Aspek Sosial-Emosional
Pra-Sekolah. Jurnal Keperawatan dan Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai
Silampari, 2(1), 330–342. untuk Anak Usia 4-6 Tahun.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.341 https://doi.org/10.31219/osf.io/p5gu8
Imron, R. (2017). Hubungan Penggunaan Maretha Mudiarni, M. (2017). Hubungan antara
Gadget Dengan Perkembangan Sosial dan Kontrol Diri dan Smartphone Addiction
Emosional Anak Prasekolah di Kabupaten pada Mahasiswa. Journal of Chemical
Lampung Selatan. Keperawatan, XIII(2), Information and Modeling, 53(9), 1689–
148–154. 1699.
Istiqomah. (2017). Parameter Psikometri Alat Markham, L. (2019) Learn what your
Ukur Strengths and Difficulties prasekolaher needs to thrive, September
Questionnaire (SDQ). Ilmiah Psikologi. 25.
Universitas Muhammadiyah Malang., 4, dilihat 4 Februari 2022
no.2, 251–264. https://www.ahaparenting.com/Agesstage
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1756 s/prasekolahers/wonder-years
Izzaty, R. E. (2017) Perilaku Anak Prasekolah - Marsal, A. and Hidayati, F. (2017) „Pengaruh
Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si - Google Buku, Smartphone Terhadap Pola Interaksi
PT Elex Media Komputindo. dilihat 26 Sosial Pada Anak Balita Di Lingkungan
Februari 2022 Keluarga Pegawai Uin Sultan Syarif
https://books.google.co.id/books/about/Perilak Kasim Riau‟, Jurnal Ilmiah Rekayasa dan
u_Anak_Prasekolah.html. Manajemen Sistem Informasi, 3(1), pp.
Page 11 of 12

78–84 Prasekolah. Skripsi. Program Studi Ilmu


Mayar, F. (2013). Perkembangan Sosial Anak Keperawatan STIK Hang Tuah Surabaya.
Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Putri, N. I. (2018). Sistem Pakar Diagnosa
Depan Bangsa. Jurmal At-Ta’lim, 01, Tingkat Kecanduan Gadget Pada Remaja
no.06, 459–464, Padang. Menggunakan Metode Certainty Factor.
Program Studi Teknik Informatika
Mulyana, S., & Afriani, A. (2018). Hubungan
Universitas Islam Sunan Gunung Djati
Antara Self-Esteem dengan Smartphone
Bandung: Bandung. Skripsi
Addiction pada Remaja SMA di Kota
Dipublikasikan.
Banda Aceh. Journal Psikogenesis, 5(2),
Riyanto, T. (2002). Pembelajaran Sebagai
102. https://doi.org/10.24854/jps.v5i2.499
Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta:
Musringati. 2017. Mengembangkan
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia
Saptutyningsih, endah. (2020). Penelitian
Dini pada Kelompok B melalui Metode
kuantitatif metode dan alat analisis.
Bercerita di TK Al Ikhlas. STKIP
Sleman: Gosyen publising.
Siliwangi Bandung.
Setianingsih, Ardani, A. W. and Khayati, F. N.
Noor, F. (2018). Analisa Penguunaan
(2018) „Dampak Penggunaan Gadget
Smartphone dalam Pertemanan Di SMA
Pada Anak Usia Prasekolah Dapat
Negeri 4 Palangkaraya. Teori
Meningkatan Resiko Gangguan
Komunikasi, 2(6), 13–34.
Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas‟,
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Gaster, 16(2), p. 191. doi:
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka 10.30787/gaster.v16i2.297.
Cipta. Setyawati, R. D., Happy, N., & Murtianto, Y.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian H. (2017). Instrumen Angket Self-Esteem
Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Mahasiswa Ditinjau dari Validitas dan
Rineka Cipta. Reliabilitas. Jurnal Phenomenom, 174-
Novitaningsih, T., Santoso, S. I., & Setiadi, A. 186.
(2019). Analisis Profitabilitas Usahatani Sherlyana, N. (2017). Pengaruh training
Padi Organik Di Paguyuban Al-Barokah bermain pura-pura pada orangtua terhadap
Kecamatan Susukan Kabupaten peningkatan keterampilan sosial anak usia
Semarang. Mediagro, 14(01), 42–57. dini yang memiliki kecenderungan
https://doi.org/10.31942/md.v14i01.2619 kecanduan gadget. Thesis, Program
Novitasari, W. (2016). Dampak Penggunaan Pascasarjana Universitas
Gadget Terhadap Interakasi Sosial Anak Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Usia 5-6 Tahun. PAUD Teratai, 05 Nomor Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
0. diunduh pada tanggal 09 Juli 2022 jam Bandung: Alfabeta, CV.
17:27 WIB. Pumpic Mobile Monitoring. 2016. Quiz For
Nurjannah. 2017. Mengembangkan Kecerdasan Parent: Are your Kids Smartphone
Sosial Emosional Anak Usia Dini melalui Addicted,https://pumpic.com/security/chil
Keteladanan. Jurnal Bimbingan Konseling d-smartphone-dependency quiz/diakses
dan Dakwah Islam. Vol.14 (1), hlm. 50- pada 1 Februari 2022 jam 19.25 WIB.
61. Puspitasari, Desy. (2021). Gambaran Tingkat
Palar, J. E., & Oroh, W. (2018). Hubungan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja
Peran Keluarga Dalam Menghindari Usia 12-15 tahun di SMP PGRI Cimanggis
Dampak Negatif Penggunaan Gadget Pada Depok. KTI. Program Studi Keperawatan
Anak Dengan Perilaku Anak Poltekkes Bandung.
Dalam Penggunaan Gadget,6. Putri, Astri Nurarinta. (2019). Hubungan Pola
Tingkat Kecanduan Gadget Pada Anak Asuh Orangtua Terhadap Tingkat
Page 12 of 12

Kecerdasan Emosional Anak Usia


Prasekolah (4-6 tahun) di TK
Dharmawanita Ngawi. Skripsi. Program
Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Sunita, I., & Mayasari, E. (2018). Pengawasan
Orangtua Terhadap Dampak Penggunaan
Gadget Pada Anak, 3(38), 510–514.
Solantaus, T., & Paavonen, E. J. (2010).
Preventive interventions in families with
parental depression : children’s
psychosocial symptoms and prosocial
behaviour, 883–892.
https://doi.org/10.1007/s00787-010-0135-
3
State Government of Victoria. (2018). Social
and emotional development
for preschoolers. Retrieved Februari 20,
2022, from
https://www.education.vic.gov.au:443/par
ents/child-development/Pages/
preschoolers-social-emotional.aspx
Triana Dewi. (2021). Hubungan Penggunaan
Gadget Dan Kejadian Insomnia Pada
Remaja Saat Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan, 13(1), 213–226.
Yusonia, A. (2018). Hubungan antara
kecanduan smartphone dengan kualitas
tidur pada remaja. Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya: Surabaya. Skripsi
dipublikasikan.
Zulfitria, Z. (2018). Pola Asuh Orang Tua
Dalam Penggunaan Smartphone Pada
Anak Sekolah Dasar. Jurnal Holistika,
1(2), 95–102.

Anda mungkin juga menyukai