Anda di halaman 1dari 13

Page 1 of 13

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN PERILAKU


ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA PERAWAT
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMMI BOGOR

Elsa Susanti1, Sri Mulyatiningsih2, Roma Tao Toba MR3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
2
Departemen Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
3
Departemen Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borobudur
E-mail: elsasusanti16@gmail.com

Abstrak

Kepuasan kerja menjadi salah satu faktor yang memengaruhi keoptimalan kinerja seorang perawat rawat inap dalam
mengembangkan perilaku ekstranya. Salah satu perilaku ekstra tersebut adalah perilaku Organizational Citizenship
Behavior (OCB). Desain penelitian cross sectional dengan uji chi square digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara kepuasan kerja dengan perilaku OCB pada perawat rawat inap. Penelitian kuantitatif dengan teknik simple
random sampling ini melibatkan sebanyak 54 responden terpilih. Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner kepuasan
kerja dan perilaku OCB untuk menilai tingkat kecenderungan perilaku OCB. Hasil penlitian menunjukkan bahwa
55,6% perawat rawat inap memiliki kepuasan kerja yang rendah dan 51,9% perawat rawat inap kurang mengembangkan
perilaku OCB. Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kepuasan kerja dengan perilaku OCB (p value=0,024). Perawat rawat inap yang memiliki kepuasan kerja yang
rendah berpeluang 3,385 kali lebih besar untuk kurangnya mengembangkan perilaku OCB (OR: 3,385).

Kata Kunci: kepuasan kerja, OCB, perawat

Abstract

Job satisfaction becomes one of the main factors affecting work performance among inpatient nurses in delivering
health service and developing extra behavior. One of those extra behavior is Organizational Citizenship Behavior
(OCB). Cross sectional research method using Chi-Squared test are used to identify the relationship between job
satisfaction to the OCB. This quantitative research using simple random sampling method involved 54 participants. The
instrumens used in this research are job satisfaction questionnaire and OCB questionnaire. The result showed that
55,6% of the inpatient nurses have a low level of job satisfaction and 51,9% of them don’t develop OCB. The analysis
result using chi-squared showed that there was a significant relationship between job satisfaction and OCB (p=0,024).
Inpatient nurses that having low level of job satisfaction have 3,385 times bigger chance to not develop OCB.

Keywords: job satisfaction, OCB, nurse

Pendahuluan memberikan kinerja yang optimal dalam


melayani pasiennya. Salah satu sumber daya
Sumber daya manusia adalah faktor terpenting manusia yang mempunyai peran besar dalam
yang membantu perusahaan mencapai pelayanan rumah sakit adalah perawat.
tujuannya. Hal tersebut dikarenakan sumber
daya manusialah yang menggerakkan roda Pada skala internasional, ditemukan jumlah
perusahaan. Sama halnya dengan perusahaan perawat di seluruh dunia adalah sebanyak 28
yang bergerak di bidang pelayanan jasa seperti juta perawat atau sebanyak 59% dari total
rumah sakit. Sumber daya manusia dalam seluruh tenaga kesehatan profesional di dunia,
sebuah rumah sakit akan dituntut untuk selalu dimana 19,3 juta diantaranya merupakan
Page 2 of 13

perawat profesional, 6 juta adalah perawat enggan untuk berhubungan dengan perawat
asosiasi profesional dan sisanya merupakan (Riana, 2019). Maka dari itu, untuk menjadi
perawat yang tidak diklasifikasikan terhadap seorang perawat yang bisa melaksanakan
keduanya (WHO, 2020). Pada skala nasional, tugasnya dengan baik dan optimal, seorang
diperoleh data dari BPPSDMK (Badan perawat tidak hanya harus melakukan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber pekerjaan sesuai dengan uraian tugas yang
Daya Manusia Kesehatan) bahwa jumlah telah ditetapkan (Akira & Jatmika, 2015),
perawat di Indonesia saat ini sebanyak tetapi juga dengan meningkatkan peran ekstra
296.876 (Kemenkes RI, 2017). Presentase yaitu perilaku Organizational Citizenship
jumlah perawat adalah yang terbesar diantara Behavior (OCB) (Mahardika & Wibawa,
tenaga kesehatan lainnya, yaitu mencapai 49% 2018).
dari seluruh rekapitulasi tenaga kesehatan di
Indonesia pada bulan Desember 2016. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
adalah teori yang mengkaji secara khusus
Perawat merupakan sumber daya manusia perilaku manusia dalam sebuah organisasi
yang jumlahnya sangat dominan di rumah dalam bidang psikologi industri. Jika diartikan
sakit, mengingat perawatlah yang bertugas secara sederhana, OCB merupakan perilaku
merawat dan menjaga pasien selama 24 jam. individu yang secara sukarela mengerjakan
Jumlah perawat dalam sebuah rumah sakit pekerjaan melebihi standar tugas yang
berkisar 50-60% dari seluruh tenaga kesehatan diberikan kepada individu tersebut demi
yang ada (Fitria & Febriana, 2016). Oleh membantu keberlangsungan organisasi dalam
karena itu, dapat dikatakan bahwa perawat mencapai tujuannya (Wibowo, 2019). Perawat
merupakan ujung tombak baik atau tidaknya dengan tingkat perilaku OCB yang tinggi
pelayanan kesehatan yang diberikan rumah merupakan aset bagi sebuah rumah sakit
sakit kepada pasiennya. Hal tersebut sejalan karena perawat seperti ini akan mudah sekali
dengan pendapat bahwa perawat memberikan menaati peraturan yang ada dan melakukan
kontribusi yang sangat besar terhadap perintah tanpa banyak berpikir keuntungan apa
keberhasilan pemberian pelayanan kesehatan yang akan didapatkan setelahnya. Pendapat
paripurna kepada pasien (Potter, Perry, lain mengemukakan bahwa OCB adalah
Stockert, & Hall, 2013). perilaku ekstra dari seorang individu yang
menguntungkan bagi sebuah organisasi
Perawat dituntut harus mampu memberikan (Turnipseed & Rasuli, 2005). Perilaku OCB
pertolongan pertama kepada pasien dengan juga merupakan aspek yang unik dari aktivitas
responsif tanpa mengeluhkan bagaimanapun individu dalam bekerja dan merupakan
kondisi dan keadaan pekerjaannya (Fitria & kebiasaan atau perilaku yang dilakukan secara
Febriana, 2016). Oleh karena itu, pelayanan sukarela, tidak merupakan bagian dari
keperawatan yang ramah sangat dibutuhkan, pekerjaan formal serta secara langsung
didukung oleh sikap menaruh minat dan dikenali oleh sistem reward. Oleh karena itu,
tampilan baik yang mana hal tersebut akan perilaku OCB dikenal sebagai kegiatan yang
membuat pasien dan keluarganya merasa dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi dan
tenang dan nyaman di rumah sakit (Riana, performa suatu organisasi (Lestari, Kholifatul,
2019). Namun, pada kenyataannya masih & Ghaby, 2018). Perilaku OCB ini juga dapat
banyak pasien dan keluarga yang merasa dipengaruhi beberapa hal, yang mana salah
kurang puas terhadap pelayanan di rumah satunya adalah kepuasan kerja.
sakit, terutama pasien rawat inap. Perawat
dikatakan sebagai tenaga yang kurang Kepuasan kerja menyangkut sikap umum
responsif, kurang perhatian dan kurang ramah seorang individu terhadap pekerjaannya.
sehingga pasien beserta keluargannya merasa Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang
Page 3 of 13

tinggi menunjukkan sikap yang positif observasi, masih banyak perawat yang
terhadap pekerjaannya tersebut. Kepuasan mengeluhkan pekerjaannya, sering tidak hadir
kerja menurut Blum merupakan sikap umum dalam rapat ruangan, tidak hadir tepat waktu
yang merupakan hasil dari beberapa sikap dan kurang disiplin dalam melaksanakan
khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, sasaran mutu ruangan yang tentunya hal
penyesuaian diri dan hubungan sosial individu tersebut menunjukkan kecenderungan
di luar pekerjaan (Mahardika & Wibawa, rendahnya OCB dan kepuasan kerja pada
2018). Kepuasan kerja perawat dipengaruhi perawat rawat inap di Rumah Sakit Ummi
beberapa faktor, seperti kesempatan untuk Bogor. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi di
maju, keamanan kerja, gaji dan faktor intrinsik atas, penelitian untuk mengidentifikasi
seperti kondisi kerja, aspek sosial dalam kepuasan kerja dengan perilaku OCB pada
pekerjaan, komunikasi dan fasilitas. perawat rawat inap merupakan hal yang sangat
penting sehingga hal tersebut dapat menjadi
Hubungan antara kepuasan kerja dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
perilaku OCB menunjukkan adanya tingkat di rumah sakit tersebut di kemudian hari.
efektivitas dalam rumah sakit. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Metode
Prasetio & Hayuningrat (2017) yang
menunjukkan bahwa adanya pengaruh Penelitian ini menggunakan desain penelitian
signifikan dan positif antara kepuasan kerja deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
terhadap OCB. Hasil penelitian tersebut sectional dan menggunakan teknik simple
menunjukkan bahwa karyawan yang merasa random sampling yang melibatkan 54
puas cenderung mengembangkan perilaku responden perawat rawat inap di RS Ummi
OCB yang tinggi dan pada akhirnya Bogor. Analisis yang dilakukan ialah analisis
berdampak positif pada kinerja perusahaan univariat dan analisis bivariat menggunakan
secara keseluruhan (Prasetio & Hayuningrat, uji chi square untuk mengetahui ada tidaknya
2017). Selain itu, penelitian yang dilakukan hubungan antara kepuasan kerja dengan
oleh Nafi & Indrawati juga menjelaskan perilaku OCB pada perawat rawat inap. Etika
bahwa terdapat hubungan positif yang penelitian yang diterapkan ialah menghormati
signifikan antara kepuasan kerja dengan harkat dan martabat manusia dengan
perilaku OCB karyawan (Nafi & Indrawati, menghormati privasi (autonomy) dan
2017). Oleh karena itu, dapat disimpulkan kerahasiaan subjek penelitian, prinsip berbuat
tingginya tingkat kepuasan kerja, yang dalam baik dan tidak merugikan (beneficience dan
hal ini adalah kepuasan kerja perawat, non-maleficence), serta prinsip keadilan
berbanding lurus dengan tingginya perilaku (justice) dan keterbukaan.
OCB pada perawat tersebut.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan
Berdasarkan wawancara secara acak yang kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
dilakukan terhadap 10 pasien di ruang rawat kuesioner data karakteristik responden,
inap Rumah Sakit Ummi Bogor, didapatkan kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan
hasil bahwa 5 pasien merasa pelayanan kerja responden dan kuesioner untuk menilai
perawat rawat inap sangat tidak prima, 3 tingkat perilaku OCB responden. Ketiga
pasien merasa pelayanan perawat rawat inap kuesioner tersebut digunakan untuk menilai
sudah cukup prima dan 2 pasien mengatakan tingkat kepuasan kerja dan perilaku OCB pada
pelayanan perawat rawat inap sangat prima. perawat rawat inap. Data dianalisis dengan
Hal tersebut menunjukkan bahwa output analisa univariat, menggunakan tendensi
pelayanan keperawatan masih jauh di bawah sentral untuk data numerik dan distribusi
harapan pasien. Selain itu, berdasarkan hasil frekuensi untuk data kategorik. Analisis
Page 4 of 13

bivariat untuk mengetahui adanya hubungan Perilaku OCB merupakan variabel dependen
kepuasan kerja dengan perilaku OCB dalam penelitian ini. Skor minimum dan
menggunakan uji chi square. maksimum variabel perilaku OCB berkisar
pada skor 15 hingga 75. Distribusi variabel
perilaku OCB dalam penelitian ini
Hasil dikategorikan menjadi baik dan kurang.
Pengkategorian menggunakan nilai tengah
Hasil penelitian ini mendapatkan karakteristik atau median sebagai cut of point karena
responden perawat rawat inap di RS Ummi diperoleh data tidak berdistribusi normal.
dengan rerata usia ialah 26,22 tahun, usia Pengkategorian perilaku OCB baik apabila
perawat rawat inap berkisar dari usia 21-41 memiliki nilai  46 dan kategori perilaku OCB
tahun. Perawat rawat inap didominasi oleh kurang apabila memiliki nilai < 46. Hasil
perempuan sebanyak 43 responden (79,6%), statistik untuk variabel kejadian ISPA
tingkat pendidikan D3 sebanyak 46 responden disajikan pada Tabel 2.
(85,2%) dan masa kerja < 3 tahun sebanyak 35
responden (66,7%). Tabel 2. Hasil Statistik Variabel Perilaku OCB
(n=54)
Kepuasan kerja merupakan variabel Variabel Mean Median SD
independen dalam penelitian ini. Skor Perilaku OCB 46,85 46,00 5,257
minimum dan maksimum variabel kepuasan
kerja berkisar pada skor 12 hingga 48.
Distribusi variabel kepuasan kerja dalam Hasil yang didapatkan adalah rata-rata skor
penelitian ini dikategorikan menjadi kepuasan perilaku OCB pada perawat rawat inap di RS
kerja tinggi dan rendah. Pengkategorian Ummi adalah 46,85, median atau nilai tengah
menggunakan nilai mean atau rerata sebagai 46,00 dengan standar deviasi 5,257.
cut of point karena diperoleh data berdistribusi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
normal. Pengkategorian kepuasan kerja tinggi sebanyak 28 responden (51,9) perawat rawat
apabila memiliki nilai  40,35 dan kategori inap di RS Ummi Bogor kurang
kepuasan kerja rendah apabila memiliki nilai < mengembangkan perilaku OCB.
40,35. Hasil statistik untuk variabel kepuasan
kerja disajikan pada Tabel 1. Tabel 3. Hubungan Kepuasan Kerja dengan
Perilaku OCB pada Perawat Rawat Inap
Perilaku OCB
Tabel 1. Hasil Statistik Variabel Kepuasan Kerja Kepuasan p
Baik Kurang Total
(n=54) Kerja
n n
value
Variabel Mean Median SD Tinggi 19 5 24 0,024
Kepuasan 40,35 40,00 4,103 Rendah 5 25 30
Kerja Jumlah 24 30 54

Hasil yang didapatkan adalah rata-rata skor Tabel 3 menunjukkan hasil uji chi square
kepuasan kerja perawat rawat inap di RS dengan p value=0,024 (p < 0,05) yang
Ummi Bogor adalah 40,35, median atau nilai menujukkan bahwa terdapat hubungan antara
tengah 40,00 dengan standar deviasi 4,103. kepuasan kerja dengan perilaku OCB pada
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perawat rawat inap di RS Ummi Bogor.
sebanyak 30 responden (55,6%) perawat rawat
inap di RS Ummi memiliki kepuasan kerja Pembahasan
yang rendah.
Gambaran Karakteristik Perawat Rawat
Inap
Page 5 of 13

Penelitian dengan judul hubungan antara tugas dalam profesi perawat. Selain itu,
kepuasan kerja dengan perilaku OCB pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati,
perawat rawat inap di RS Ummi Bogor ini Sukmaningtyas & Muti (2021) juga
dilakukan pada 54 orang perawat di rumah menyebutkan hal yang serupa, dimana
sakit tersebut. Penelitian ini meninjau mayoritas orang yang berjenis kelamin
karakteristik perawat rawat inap berdasarkan perempuan memilih program studi
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan keperawatan yaitu sebayak 75,7%. Penelitian
masa kerja. Usia perawat rawat inap pada oleh Suranadi (2017) di Universitas Udayana
penelitian ini berada pada rentang 21 hingga juga memaparkan hal serupa yaitu sebanyak
41 tahun dimana rerata usia yang didapatkan 71,1% perawat berjenis kelamin perempuan.
adalah 26,22 tahun. Menurut Berman, Synder Hal tersebut memiliki kesamaan dengan teori
dan Frandsen (2016) rentang usia dewasa awal yang dikemukakan bahwa jenis kelamin
berada pada usia 20-40 tahun, maka usia perawat didominasi oleh perempuan karena
perawat rawat inap pada penelitian ini dapat dalam sejarahnya, keperawatan muncul
digolongkan pada usia dewasa awal. Hal ini sebagai peran care taking atau pemberi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh perawatan secara tradisional di dalam keluarga
Widianingsih (2016) bahwa rentang usia dan masyarakat (Rollinson & Kish, 2017).
perawat pelaksana di Rumah Sakit kelas A Karakteristik responden yang juga ditinjau
yaitu 23 hingga 56 tahun yang mana rentang pada penelitian ini adalah masa kerjanya. Masa
usia tersebut juga masuk dalam klasifikasi usia kerja karyawan dapat digolongkan menjadi
dewasa awal. Selain itu, penelitian oleh tiga, antara lain masa kerja kontrak memiliki
Ratanto, Mustikasari & Kuntarti (2013) jumlah masa kerja maksimal dua tahun, masa
menyebutkan bahwa usia perawat pelaksana di perpanjangan kerja kontrak memiliki masa
RS X mayoritas berusia diatas 29 tahun kerja satu hingga dua tahun dan dihitung
dengan presentase 50% dengan rentang usia setelah masa kerja kontrak dan masa kerja
21 hingga 55 tahun. Rentang usia perawat karyawan tetap secara otomatis didapatkan
rawat inap pada penelitian ini juga termasuk ke oleh karyawan setelah melalui masa kontrak
dalam klasifikasi usia produktif yang mana dan masa perpanjangan kontrak dimana
menurut Lembaga LIPI (2016) yang termasuk jumlah keseluruhannya minimal tiga tahun dan
ke dalam definisi usia produktif adalah rentang maksimal empat tahun masa kerja. Dalam
usia 15 hingga 64 tahun. penelitian ini, masa kerja dibagi menjadi dua,
Karakteristik perawat rawat inap berdasarkan yaitu masa kerja kategori baru yaitu < 3 tahun
jenis kelamin pada penelitian ini mayoritas dan ≥ 3 tahun (Handoko, 2010). Mayoritas
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak perawat rawat inap di RS Ummi Bogor
79,6%. Hal ini sejalan dengan penelitian memiliki masa kerja < 3 tahun. Hal ini
dengan judul “Diferensiasi Peran Perawat berlawanan dengan penelitian yang dilakukan
Laki-Laki dan Perempuan di RSUD Haji Kota oleh Hamel, Rompas & Doda (2018) di RSUP
Makassar” yang menyebutkan bahwa Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian
mayoritas perawat berjenis kelamin tersebut mamaparkan bahwa sebagian besar
perempuan (Rahim & Irwansyah, 2021). responden memiliki masa kerja ≥ 3 tahun
Dalam penelian tersebut disebutkan bahwa yakni sebesar 62,2%.
profesi perawat dalam pandangan masyarakat
sangat dekat salah satu jenis kelamin yaitu Gambaran Kepuasan Kerja pada perawat
perempuan. Profesi sebagai perawat dilekatkan rawat inap
dengan perempuan karena adanya stereotipe di Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
masyarakat yang menganggap perempuan sebanyak 55,6% perawat rawat inap di RS
lebih lemah lembut, penyayang yang mana Ummi Bogor memiliki kepuasan kerja yang
hal-hal tersebut sangat dekat dengan tugas-
Page 6 of 13

rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang yang dilakukan oleh Madeo, Welembuntu &
dilakukan oleh Wati, Juanamasta & Suartini Tooy (2015) yang menyatakan bahwa
(2020) yang menyatakan bahwa sebanyak kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang
58,5% responden yaitu perawat di ruang rawat rawat inap hanya 46%. Hal tersebut
inap RSUD Wangaya Denpasar menyatakan menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja
tidak puas terutama pada item kuesioner perawat di ruangan rawat inap RSUD Liun
“Pemberian insentif tambahan atas suatu Kendage Tahuna diharapkan dapat dijadikan
prestasi atau kerja ekstra”. Pada penelitian sebagai acuan untuk dapat meningkatkan
tersebut dipaparkan bahwa ketidakpuasan kepuasan kerja perawat di kemudian hari.
kerja salah satunya terjadi karena tidak adanya Gambaran Perilaku OCB pada perawat
transparansi sistem keuangan dan pemberian rawat inap
insentif yang adil sesuai kebijakan dengan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tujuan untuk meningkatkan kepuasan sebanyak 51,9% perawat rawat inap di RS
pegawainya. Ummi Bogor kurang mengembangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Mandala, Jufri perilaku OCB. Penelitian serupa dilakukan
& Hamid (2016) juga mengemukakan bahwa oleh Setyawan & Utami (2017) yang
sebanyak 48,1% responden penelitiannya menyatakan bahwa perilaku OCB karyawan di
memiliki tingkat kepuasan kerja yang rendah. RS Permata Bunda Kota Malang cenderung
Kepuasan kerja yang rendah pada responden rendah yaitu sebesar 47,7%. Sejalan dengan
penelitian tersebut dipengaruhi oleh pemaparan sebelumnya yang menyatakan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu sendiri bahwa poin altruisme memiliki pengaruh yang
dan ketidakpuasan karyawan terhadap gaji. paling signifikan terhadap perilaku OCB
karena inti dari aspek atruisme memberikan
Penelitian serupa dilakukan oleh Manurung
pertolongan yang bukan menjadi
(2017) yang menyatakan bahwa gambaran
tanggungjawab dari tugas utama. Ketika aspek
kepuasan kerja perawat di RSUD Petala Bumi
tersebut dikembangkan dalam diri seseorang
Pekanbaru cenderung rendah karena hanya
maka akan semakin tinggi pula kecenderungan
43,3% perawat yang didapatkan merasa puas.
perilaku OCBnya. Penelitian yang dilakukan
Hal tersebut sejalan dengan penelitian menurut
oleh Harianja (2020) juga menghasilkan hal
Siregar, Noer & Natalia (2021) yang
yang serupa dimana 46% dari karyawan di
menyatakan bahwa mayoritas perawat di ruang
Perusahaan High Point menunjukkan perilaku
IGD RSBP Batam merasa tidak puas, terutama
OCB yang cenderung rendah.
mengenai kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melaui pelatian dan Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian
pendidikan tambahan serta lingkungan yang menurut Akira & Jatmika (2015) bahwa
nyaman. Seperti yang tertera pada penelitian mayoritas perawat di RSIA “LM” cenderung
oleh Saptorini (2016), setiap pekerjaan tidak mengembangkan perilaku OCB.
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
dengan bidangnya masing-masing. Sukar atau didapatkan data bahwa OCB pada perawat di
tidaknya suatu pekerjaan serta perasaaan rumah sakit tersebut yang berada pada kategori
seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan sangat rendah sebanyak 16,24%, kategori
dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan rendah sebanyak 32,48%, kategori sedang
meningkatkan atau mengurangi kepuasan sebanyak 24,75%, kategori tinggi sebanyak
kerja. 25,64% dan kategori sangat tinggi hanya
sebesar 0,85%. Hal tersebut dipengaruhi oleh
Selain itu, hasil serupa juga didapatkan dari
beban kerja masing-masing perawat dalam
studi sebelumnya yang berjudul “Gambaran
setiap ruangan. Sebagai contoh, perawat ada
Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang
divisi perawatan intensif yang menangani
Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna”
Page 7 of 13

pasien gawat darurat memiliki kualitas beban digunakan oleh Khasanah (2019) dengan judul
kerja yang tinggi dan seorang perawat dapat ‘Hubungan antara Kepuasan kerja dengan
menangani 1-3 orang. Sedangkan perawat Organizational Citizenship Behavior (OCB)
rawat jalan memiliki karakteristik pekerjaan pada Pegawai UIN Raden Intan Lampung’.
yang lebih terstruktur dibandingkan perawat di Hasil yang didapatkan dari sebanyak 54
ruang intensif. Hal tersebut mengakibatkan responden yang terlibat dalam penelitian ini
tingkat OCB yang cenderung rendah karena di menunjukkan bahwa perawat rawap inap
waktu yang bersamaan pasien menginginkan memiliki kepuasan kerja yang rendah
pelayanan optimal dan ramah di saat perawat mengingat hasil data penelitian ini
harus menangani pasien yang banyak secara menunjukkan sebanyak 55,6% perawat rawat
bersamaan. inap memiliki kepuasan kerja yang rendah,
Hal serupa juga dijumpai pada perawat rawat sedangkan 44,4% perawat rawat inap memiliki
inap di RS Ummi Bogor. Perawat di rumah kepuasan kerja yang tinggi. Berdasarkan
sakit ini cenderung mempunyai beban kerja analisis data bivariat menggunakan uji Chi
yang berat. Sehingga hal tersebut Square didapatkan nilai p value dari hubungan
menyebabkan kecenderungan rendahnya kepuasan kerja dengan perilaku OCB adalah
perawat dalam mengembangkan perilaku 0,024 yang artinya p value < 0,05. Hal tersebut
OCB. Tingkat OCB perawat yang rendah dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
tersebut dipengaruhi oleh karakteristik antara kepuasan kerja dengan perilaku OCB.
pekerjaan dimana penilaian perawat mengenai Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
sejauh mana beban tugas harus diselesaikan dilakukan oleh Mandala, Jufri & Hamid
dan beban dari segi banyaknya tugas-tugas (2016) yang menyatakan bahwa hasil survei
yang perlu diselesaikan oleh perawat. Selain menemukan bahwa semakin tinggi kepuasan
itu, rendahnya sifat altruisme pada perawat kerja akan berdampak pada tingginya tingkap
rawat inap di rumah sakit ini juga turut perilaku OCB karyawan. Karyawan cenderung
berkontribusi terhadap rendahnya perilaku bekerja semaksimal mungkin jika merasa
OCB. Altruisme merupakan hasil dari perilaku mendapatkan kepuasan dalam bekerja dan
penolong yang semakin meningkat. Altruism sebaliknya ketika karyawan merasa kurang
dalam dimensi OCB merupakan perilaku nyaman dan tidak mendapatkan kepuasan
sukarela pada perawat yang memiliki efek dalam bekerja maka karyawan tidak maksimal
membantu orang lain yang spesifik dengan dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut
bertujuan agar fungsi instansi lebih efektif dan menunjukkan bahwa adanya hubungan positif
efisien. Ketika sifat altruism pada perawat antara kepuasan kerja terhadap OCB.
rawat inap di RS Ummi Bogor tidak
dikembangkan, maka perilaku OCB yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetio
dikembangkan juga cenderung akan rendah. & Hayuningrat (2017) menemukan adanya
Begitupun sebaliknya, jika sifat altruisme pengaruh signifikan dan positif antara
semakin ditingkatkan maka perilaku OCB kepuasan kerja terhadap OCB. Karyawan yang
perawat juga akan semakin tinggi. merasa puas cenderung mengembangkan
perilaku OCB yang tinggi dan pada akhirnya
berdampak positif pada kinerja perusahaan
Hubungan Kepuasan Kerja dengan secara keseluruhan. Seperti yang sudah
Perilaku OCB pada Perawat Rawat Inap dijelaskan pada bab sebelumnya, terdapat
Hasil penelitian mengenai kepuasan kerja berbagai faktor yang berhubungan dengan
dengan perilaku OCB pada perawat rawat inap tinggi rendahnya perilaku OCB dalam suatu
dilakukan dengan menggunakan kuesioner organisasi. Penelitian ini memfokuskan pada
kepuasan kerja dan kuesioner perilaku OCB. variabel kepuasan kerja. Rendahnya tingkat
Kuesioner tersebut merupakan kuesioner yang kepuasan perawat rawat inap di RS Ummi
Page 8 of 13

Bogor berpengaruh terhadap tingkat perilaku karyawan. Oleh karena itu, wajar jika
OCB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang lebih puas dengan
semua faktor yang memengaruhi kepuasaan pekerjaannya cenderung tetap berkomitmen
dianggap penting untuk membentuk tingkat dan sangan termotivasi untuk mengembangkan
kepuasan kerja perawat. Faktor-faktor penting peran ekstra dari pekerjaannya, dalam hal ini
tersebut adalah gaji, pekerjaan itu sendiri, adalah perilaku OCB.
program pengembangan SDM dan rekan kerja. Kepuasan kerja pada perawat rawat inap di RS
Guna mencapai kepuasan kerja perawat, faktor Ummi Bogor akan meningkatkan kepuasan
gaji atau upah merupakan salah satu hal yang kerja apabila gaji atau upahnya mencapai
perlu diperhatikan rumah sakit. Apalagi yang harapan mereka. Tidak hanya gaji, program
terjadi di negara berkembang seperti insentif juga dapat diadakan untuk menambah
Indonesia, dimana industri jasa dan pelayanan motivasi dan kepuasan kerja pada perawat
yang ada dianggap sebagai mesin rawat inap. Selain itu, rumah sakit juga dapat
pertumbuhan ekonomi di negara. Staelens, et mengadakan evaluasi rutin untuk mengetahui
al (2016) mengemukakan bahwa faktor apakah kepuasan kerja perawat rawat inap
tersebutlah yang menjadi kekhawatiran di meningkat seiring diadakannya program
negara berkembang untuk mempertahankan insentif. Evaluasi dapat dilakukan dengan
sumber daya manusia. Kontribusi beberapa beragam cara, seperti melalui diskusi atau
pekerja dianggap tidak merata karena ada dengan menyebarkan angket kepuasan yang
beberapa pekerja yang diberi upah tidak sesuai dapat diakses oleh seluruh perawat rawat inap.
dengan beban kerjanya. Jalalkami, et al (2016), Selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk
Hakim, et al (2017), Tlaiss (2013) dan Judge, memastikan apakah upah dan program insentif
et al (2010) dalam penelitiannya sudah diberikan sesuai dengan prinsip keadilan
mengungkapkan bahwa gaji mempunyai internal dan eksternal, rumah sakit dapat
pengaruh yang sangat signifikan terhadap melakukan survei gaji pada industri serupa.
kepuasan kerja. Berbanding terbalik dengan Dengan adanya survei gaji, diharapkan apa
penelitian-penelitian tersebut, hasil penelitian yang rumah sakit berikan kepada perawat tidak
yang dilakukan oleh Jamilu, et al (2015) berbeda jauh dengan standarnya. Ketika sudah
mengatakan hal sebaliknya yaitu gaji tidak ditemukan hasil yang tinggi dalam kepuasan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja perawat, hal tersebut akan beiringan
kerja. dengan tingginya pula perilaku OCB yang
akan menguntungkan rumah sakit.
Robbins & Judge (2008) menyatakan bahwa
karyawan memeroleh kepuasan kerja dari Faktor selanjutnya yang turut memengaruhi
berbagai segi. Salah satunya adalah dari segi kepuasan kerja adalah pekerjaan itu sendiri.
gaji dan hubungan dengan rekan kerja mereka. Faktor ini berkaitan erat dengan beban kerja.
Jika seorang karyawan menerima gaji tinggi Perawat rawat inap di RS Ummi memiliki
dan difasilitasi lingkungan kerja yang beban kerja yang cukup berat berkaitan dengan
mendukung, mereka akan memiliki kinerja jumlah pasien yang dirawat oleh masing-
yang lebih baik dan memberikan peran ekstra masing perawat. Berdasarkan wawancara
dari pekerjaannya. Dengan begitu gaji secara dengan salah satu kepala ruangan di RS Ummi
tidak langsung menjadi faktor pemicu Bogor, ditemukan bahwa seorang perawat
karyawan untuk melakukan peran ekstra yaitu rawat inap dapat menangani 1-3 pasien.
perilaku OCB melalui kepuasan kerja yang Perhitungan rasio antara perawat dan pasien
menjadi peran mediasi antara hubungan sesuai dengan Surat Keputusan Menkes
tersebut. Selain itu, gaji dipandang sebagai Nomor 262 tahun 1979 tentang Ketenagaan
sumber kepuasan terbesar yang pada akhirnya Rumah Sakit yang menggunakan jumlah
gaji menjadi nilai penting yang diperoleh tempat tidur sebagai denominator menyatakan
Page 9 of 13

bahwa rasio normatif perawat dan pasien perawat rawat inap untuk mencapai kepuasan
adalah 1:2, yang artinya 1 perawat wajib kerja yang tinggi. Rumah sakit perlu
merawat maksimal 2 pasien. Berbeda dengan memberikan kesempatan bagi perawat untuk
di ruang perawatan intensif yang menyatakan berkembang. Kebijakan promosi yang adil dan
bahwa rasio normative perawat dan pasien merata dapat mendorong dan memotivasi
adalah 1:1 mengingat pasien-pasien di ruang perawat untuk bekerja lebih baik atau semakin
perawatan intensif adalah pasien dengan mengembangkan perilaku OCB dengan tujuan
tingkat ketergantungan total care. tercapainya sasaran rumah rumah sakit.
Tingkat ketergantungan pasien dapat Faktor rekan kerja juga turut memengaruhi
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu minimal care, kepuasan kerja perawat. Seperti yang telah
partial care dan total care. Minimal care dikemukakan sebelumnya bahwa selain gaji,
adalah tingkat ketergantungan pasien yang hubungan dengan rekan kerja juga merupakan
masih bisa mandir bahkan hamper tidak faktor yang penting dalam meningkatkan
memerlukan bantuan perawat dalam kepuasan kerja. Jika seorang karyawan
melakukan aktivitas harian dan memenuhi difasilitasi lingkungan kerja yang mendukung,
kebutuhan dasar. Partial care adalah tingkat mereka akan memiliki kinerja yang lebih baik
ketergantungan pasien yang memerlukan dan memberikan peran ekstra dari
bantuan perawat untuk melakukan sebagian pekerjaannya. Ketika hubungan rekan kerja
aktivitasnya dalam rangka pemenuhan antar karyawan terjalin dengan baik, merka
kebutuan dasar. Total care adalah tingkat akan saling berbagi pengetahuan terhadap
ketergantungan pasien yang memerlukan perilaku OCB. Seperti yang tertera dalam
bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin
waktu perawat lebih lama untuk membantu (2019), menyatakan bahwa proses barbagi
pasien dalam memenuhi kebutuhan dan pengathuan di dalam lingkungan kerja
perawatannya. Beban kerja perawat sangat membantu pekerjanya untuk mebangun
ditentukan oleh tingkat ketergantungan pasien pemahaman bersama dan mendapatkan nilai
tersebut, semakin tinggi tingkat dari pengetahuan. Berbagi pengetahuan juga
ketergantungan pasien dalam suatu ruangan membantu karyawan menemukan informasi
maka seharusnya semakin sedikit pula jumlah dan informan yang mereka butuhkan untuk
pasien yang harus ditangani pasien. Jika melaksanakan tugas mereka secara tepat waktu
seorang perawat dituntut untuk menangani dan efektif. Proses tersebut akan menjadikan
pasien lebih dari jumlah rasio normatif, maka karyawan lebih puas dengan pekerjaan mereka
kinerja perawat kurang optimal yang akan sejauh mereka mengalami proses berbagi
berdampak terhadap kecenderungan rendahnya pengetahuan dengan rekan kerja yang
perawat untuk mengembangkan perilaku OCB. selanjutkan membuat karyawan akan
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
Program pengembangan SDM juga merupakan
dengan perilaku OCB.
hal yang penting untuk meningkatkan
kepuasan kerja perawat rawat inap. Seperti
yang telah dikemukakan oleh Prasetio & Simpulan dan Saran
Hayuningrat (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul ‘Kepuasan kerja dan Organizational Simpulan
Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan
Harian Umum Fajar Cirebon, program pembahasan yang telah dilakukan didapatkan
pengembangan SDM atau promosi menjadi karakteristik responden perawat rawat inap
salah satu faktor penting yang membentuk dalam penelitian ini berada pada rentang usia
tingkat kepuasan kerja karyawan. RS Ummi 21-41 tahun dengan rata-rata usia 26,22 tahun
Bogor dapat melakukan hal serupa kepada dan standar deviasi 4,840. Rentang usia pada
Page 10 of 13

perawat rawat inap tersebut diklasifikasikan yang Etis. Padang: Majalah Kedokteran
sebagai usia produktif. Mayoritas responden Andalas.
perawat rawat inap di RS Ummi Bogor Agustin, I., Muliyadi, & Maulida, M. N.
berjenis kelamin perempuan (79,6%). (2022). Analisis Sistem Penghargaan
Sebanyak 85,2 % menempuh jenjang dan Beban Kerja terhadap Kinerja
pendidikan terakhir diploma dan sebanyak Perawat Pelaksana Rumah Sakit pada
66,7% memiliki masa kerja kurang dari tiga Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
tahun. Keperawatan Silampari Volume 5
Nomor 2, 1249-1258.
Sebagian besar responden perawat rawat inap Akira, & Jatmika, D. (2015). Organizational
di RS Ummi, yaitu sebanyak 55,6% dalam CItizenship Behavior (OCB) pada
penelitian ini memiliki kepuasan kerja yang Perawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak
rendah. Nilai rata-rata skor kepuasan kerja "X" di Bandung. Psibernetika, 48-61.
yaitu 40,35 dengan skor terendah 12 dan skor
tertinggi 48. Nilai standar deviasi yang Arfiani, H., & Syaifudin, S. (2013). Hubungan
didapatkan yaitu 4,103. Penerapan Perilaku Caring Perawat
dengan Tingkat Kecemasan pada Anak
Sebagian besar responden perawat rawat inap usia Sekolah yang dirawat di RS PKU
di RS Ummi Bogor, yaitu sebanyak 51,9% Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
dalam penelitian ini kurang mengembangkan 2013. Yogyakarta: STIKES'Aisyiyah
perilaku OCB. Nilai rata-rata skor perilaku Yogyakarta.
OCB yaitu 46,85 dengan skor terendah 15 dan Auliani, R. (2017). Faktor-Faktor Kepuasan
skor tertinggi 75. Nilai standar deviasi yang Kerja pada Karyawan Perusahaan
didapatkan yaitu 5,257. Perjalanan Wisata di Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana Vol 4 No 2, 426-
Terdapat hubungan antara kepuasan kerja 434.
dengan perilaku OCB pada perawat rawat inap
di RS Ummi Bogor (p=0,024). Bawelle, S. C., Sinolungan, J., & Hamel, R.
(2013). Hubungan Pengetahuan dan
Saran Sikap Perawat dengan Pelaksanaan
Pelayanan keperawatan dapat memberikan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di
fasilitas untuk membentuk focus group untuk Ruang rawat Inap RSUD Liun
membahas aspek dan dimensi yang penting Kendage Tahuna. Jurnal Keperawatan
dikembangkan dalam rangka meningkatkan 1, 1.
perilaku OCB pada diri masing-masing Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel dan Cara
perawat. Selain itu, institusi terkait juga dapat Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
mengadakan system reward bagi siapa saja Medika.
pekerja yang dinilai semakin baik dalam
memberikan pelayanan dan mengedepankan Dewi, R. M., & Perdhana, M. S. (2016). Peran
dimensi perilaku OCB sehingga pekerja Gender, Usia dan Tingkat Pendidikan
lainnya lebih termotivasi untuk melakukan hal terhadap Organizational Citizenship
yang sama. Behavior (OCB). Diponegoro Journal
of Management Volume 5 Nomo 2, 1-9.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian
Referensi keperawatan: Pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian.
Afandi, D. (2017). Kaidah Dasar Bioetika Jakarta: Trans Info Media.
dalam Pengambilan Keputusan Klinis
Page 11 of 13

Dhermawan, B., Sudibya, & Utama. (2012). Kumajas, F., Warouw, H., & Bawotong, J.
Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, (2014). Hubungan Karakteristik
Kompetensi dan Kompensasi terhadap Individu dengan kinerja Perawat di
Kepuasan Kerja dan Kinerja (Studi Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan RSUD Datoe Binangkang Kabupaten
Umum Provinsi Bali). Jurnal Bolaang Mongondow. Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis dan Keperawatan 2, 2.
Kewirausahaan Volume 6 Nomor 2. Larasati, D., & Sawitri, D. R. (2018).
Ferdiana, V., & Yuwono, S. (2013). Hubungan Hubungan antara Kepuasan Kerja dan
antara Kepuasan Kerja dengan Organizational Citizenship Behavior
Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru SMK
(OCB). UMS Library. Muhammadiyah di Kabupaten
Semarang. Jurnal Empati Volume 7
Fitria, R. M., & Febriana, S. K. (2016).
Nomor 2, 227-235.
Peranan Komitmen Organisasi
terhadap Organizational Citizenship Lestari, E. R., Kholifatul, N., & Ghaby, F.
Behavior pada Perawat. Jurnal Ecopsy, (2018). Pengaruh Organizational
8-12. Citizenship Behaviour (OCB) terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan
Hamel, R. S., Rompas, R. M., & Doda, V. D.
. 116-123.
(2018). Hubungan antara Beban, Masa
Kerja dan Shift Kerja dengan Luthans. (2012). Organizational Behavior 7th
Gangguan Pola Tidur pada Perawat di Ed. New York: McGraw-Hill.
Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Mahardika, B. P., & Wibawa, I. A. (2018).
Umum GMIM Pancaran Kasih Pengaruh Budaya Organiasi Kepuasan
Manado. E-Journal Unsrat, 9-19. Kerja dan Komitmen Organisasional
Husada, R. P. (2015, Oktober 9). Peran dan terhadap Organizational Citizenship
Fungsi Perawat Profesional. Retrieved Behavior pada Karyawan. E-Jurnal
from RSUD Puri Husada: Manajemen Universitas Udayana, 380.
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/per Maryam, S. (2014). Masa Kerja, Tingkat
an-dan-fungsi-perawat-profesional/ Pendidikan, dan Rotasi Kerja
Kemkes. (2020, Mei 12). Infodatin Situasi meningkatkan Kinerja Perawat di RS
Tenaga Keperawatan Indonesia. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Jurnal
Retrieved from Pusdatin: Keperawatan Widya Gantari Vol. 1
https://pusdatin.kemkes.go.id No. 1, 35-46.
Khasanah, P. U. (2019). Hubungan antara Maslita, K. (2017). Gambaran Kinerja
Kepuasan Kerja dengan Organizational Perawat Pelaksana di Ruang Rawat
Citizenship Behavior (OCB) pada Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Pegawai UIN Raden Intan Lampung. Tangerang. Jakarta: UIN Syarif
Psikologi Islam. Hidayatullah.
Kristiawan, G. A., & Purwantara, I. G. (2020). Murtianingrum, B. (2015). Hubungan Tingkat
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendidikan Perawat dengan Perilaku
Perilaku Caring Perawat di Kecamatan Caring Perawat di Rumah Sakit Umum
Busungbiu dan Seririt Kabupaten Daerah Panembahan Senopati Bantul.
Buleleng. Jurnal Kesehatan Yogyakarta: UMY.
MIDWINERSLION Vol. 5, No. 1, 137- Nafi, C., & Indrawati, E. S. (2017). Hubungan
143. antara Kepuasan Kerja dengan
Page 12 of 13

Organizational Citizenship Behavior Brasileria de Enfermagem REBEn:


pada Karyawan CV. Elfa's Kudus. http://www.scielo.br/pdf/reben/v67n6/0
Eprints Undip. 034-7167-reben-67-06-0867.pdf
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Siregar, A. (2018). Hubungan Kepuasan Kerja
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka dengan Organizational Citizenship
Cipta. Behavior (OCB) pada Karyawan di
Perumnas Regional 1. Medan: UMA.
Nurcahyani, M., & Adnyani, D. (2016).
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi, Soepono, D. N., & Srimulyani, V. A. (2015).
terhadap Kineerja Karyawan, dengan Analisis Pengaruh the Big Five
Kepuasan Kerja, sebagai Variabel Personality terhadap Organizational
Intervening (Studi pada PT. Sinar Citizenship Behavior (OCB). Jurnal
Sosro Pabrik Bali). E-Jurnal Manajemen Indonesia, 51-64.
Manajemen Unud Volume 5 Nomor 1. Subyantoro, A. (2009). Karakteristik Individu,
Prasetio, A. P., & Hayuningrat, H. (2017). Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik
Kepuasan Kerja dan Organizational Organisasi dan Kepuasan Kerja
Citizenship Behavior (OCB) pada Pengurus yang Dimediasi oleh
Karyawan harian Umum Fajar Motivasi Kerja (Studi pada Pengurus
Cirebon. Jurnal Studi Manajemen dan KUD di Kabupaten Sleman). Jurnal
Bisnis (JSMB). Manajemen dan Kewirausahaan Vol
11 No 1.
Pratiwi, N. A. (2020). Meta-Analisis:
Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Sukidi, S., & Wajdi, F. (2016). Pengaruh
Organizational Citizenship Behavior Motivasi, Kompensasi dan Kepuasan
(OCB). Psikostudia: Jurnal Psikologi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Vol 9 No 1. dengan Kepuasan Kerja sebagai
Variabel Intervening . Jurnal Ekonomi
Rahim, H. A., & Irwansyah, I. (2021).
Manajemen Sumber Daya Volume 18
Diferensiasi Peran Perawat Laki-Laki
Nomor 2 .
dan Perempuan di RSUD Haji Kota
Makassar. Jurnal Eprints UNM, 1-9. Turnipseed, D., & Rasuli, A. (2005).
Performance Perceptions of
Ratanto, Mustikasari, & Kuntarti. (2013).
Organizational Citizenship Behaviour
Pengembangan Karir sebagai Faktor
At Work. British Journal of
Paling Mempengaruhi Kinerja Perawat
Management , 23-29.
Pelaksana. Junal Keperawatan
Indonesia Vol 16 No 2, 10. Vertikallini, H., & Wibowo, U. D. (2014).
Kepuasan Kerja dan Organizational
Riana, L. W. (2019). Pengaruh Kerjasama Tim
Citizenship Behavior (OCB) pada
dan Kepuasan Kerja terhadap Kualitas
Karyawan. Psycho Idea Vol 12 No 2.
Pelayanan. E-Journals Unmul, 76-82.
Walukow , P. A., Mandagi, C. K., & Rumayar,
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-
A. A. (2018). Hubungan Masa kerja
Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
dan Kepemimpinan dengan Kinerja
Jakarta: Sagung Seto.
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sedarmayanti. (2013). Pengemban Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kepribadian Pegawai. Bandung: Minahasa Selatan. E-Journal Unsrat,
Mandar Maju. 1-8.
Shamian, J. (2014). The Role of Nursing in Waspodo, A. A., & Minadaniati, L. (2012).
Health Care. Retrieved from Revista Pengaruh Kepuasan Kerja dan Iklim
Page 13 of 13

terhadap Organizational Behavior


(OCB) Karyawan PT. Trubus Swadaya
Depok. Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia (JRMSI) Vol 3 No 1.
Wati, N. N., Juanamasta, I., & Suartini, N.
(2020). Gambaran Kepuasan Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Wangaya Denpasar. GASTER Vo. 18
No. 2, 163-171.
Wibowo. (2014). Metodologi Penelitian
Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Wibowo, S. B. (2019, October 7).
Organizational Citizenship Behaviour
(OCB), Karakter Loyalitas pada
Organisasi.
Widianingsih. (2016). Pengaruh Karakteristik
terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit
Kelas A dan B di Indonesia.
Indonesian Journal of Nursing Health
Science Volume 1 Nomor 1, 75-83.
Yulia, R. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepuasan Kerja
Perawat Pelaksana. Jurnal Human
Care Volume 5 No 4, 1050-1059.

Anda mungkin juga menyukai