Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN MOTIVASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN


PENDOKUMENTASIAN

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang


meyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan baik secara utuh dan
didalamnya tesedia rawat darurat, rawat inap, rawat jalan yang merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta
tuntutan dari pengguna jasa pelayanan yaitu pasien dengan harapan memperoleh
penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas, nyaman serta aman didukung
dengan pelayanan keperawatan yang sangat berkualitas dan menunjang didalam
suatu rumah sakit (Asmuji, 2013)

Untuk menetukuan mutu dan kualitas pelayanan Rumah Sakit berperan


penting dalam pemenuhan indikator evaluasi kualitas pelayanan. Hasil riset
(Alshamsan et al., 2010) menunjukkan bahwa 90% masyarakat di lima negara
berkembang di dunia menerima perawatan saat dibutuhkan atau kualitas
pelayanan yang efektif sehingga tercapainya derajat kesehatan yang baik
dibuktikan dengan seluruh masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan masalah kesehatan yang diderita. Namun fakta menunjukan Negara China
merupakan negara yang paling sedikit masyarakatnya mendapatkan perawatan
kesehatan saat dibutuhkan. Alasan utama dari masyarakat adalah biaya untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan sebagai penghalang terbesar, dengan
negara terendah adalah Afrika Selataan dan Rusia (kurang dari 2%) dan negara
lain India (35%), Meksiko (40%) dan Ghana 47%. Data kemenenkes RI tahun
2018 sekitar 60% rumah sakit di Indonesia belum memenuhi kebutuhan pelayanan
yang efektif dan menerapkan standar pelayanan yang mampu diterima dan
dijangkau oleh setiap masyarakat. Dirjen Bina Pelayanan Medik 2010,
menyatakan bahawasannya masih dalam tahap pemenuhan kebutuhan pelayanan
yang memadai untuk seluruh masyarakat Indonesia. Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan, mengatakan kurang lebih 20% hingga
40% dari 1.000 lebih rumah sakit yang belum memadai dalam peningkatan
kualitas pelayanan atau belum menerapkan standar minimal pelayanan.

Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit diharapkan selau


memperhatikan aspek sosial selama memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat sehingga terciptanya mutu pelayanan prima rumah sakit dimana
sumber daya manusia adalah yang paling dominan (Hidayat, 2018). Dalam
meningkatkan mutu pelayanan , sumber daya manusia merupakan asset terpenting
yang dimiliki rumah sakit khususnya perawat, yang mampu melaksanakn tugas
dan melakukan perubahan dalam pelayanan keperawatan (Mamik, 2016). Dapat
diartikan bahwasanya pelayanan merupakan sebuah hasil akhir dari bentuk
kepuasan yang diterima oleh pengguna layanan itu sendiri yaitu pasien.

World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa ada lebih dari 9


juta perawat dan bidan dari 141 negara, menurut data (Kementerian Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan 2018) di Indonesia jumlah perawat sekitar
(472.650 orang), menurut BPS Jawa Barat (Badan Pusat Statistik Jawa Barat )
terdapat 33.199 tenaga kesehan perawat di Provinsi Jawa Barat dan 1.697 tenaga
kesahatan perawat di Kota Cimahi. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang
diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan (Undang-
Undang 38 , 2014). Pelayanan keperawatan merupakan suatu lingkup yang
dilakukan seorang perawat yang telah lulus pendidikan perawat dan memiliki
kemampuan ataupun wewenang dan melakukan tindakan berdasarkan bidang ke
ilmuan yang dimiliki untuk memberikan pelayanan keperawatan baik secara bio-
psiko-sosio dan spiritual yang merupakan sebagai suatu asuhan keperawatan,
(Bakri, 2018). Dari beberapa data diatas menyatakan banyaknya tenaga kesehatan
salah satunya perawat memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan
ksusunya pendokumentasian asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan yang merupakan sistem pendokumentasian oleh
perawat sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan yang memiliki
wewenang seorang perawat yang harus menunjukkan sikap profesionalismenya
dalam pelaksanaan dan menjalankan asuhan keperawatan sebagai seorang tenaga
kesehatan, khususnya seorang perawat adalah bagaimana membangun komunikasi
baik antar perawat dan tenaga kesehatan maupun tenaga medis lainnya dalam
meningkatkan asuhan pada pasien melalui prosedur timbang terima yang
dilakukan oleh perawat (Rifani, 2015). Pendokumentasian asuhan keperawatan
merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan. pendokumentasian merupakan
bukti pencatatan dan pelaporan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis (Hutahaean cit
Putra, 2016). Hal ini didukung dengan penelitian yang menyebutkan bahwasannya
dokumentasi keperawatan menjadi salah satu fungsi yang paling penting dari
perawat sejak zaman Florence Nightingale, sistem pelayanan kesehatan
mengharuskan adanya pendokumentasian karena dapat menjamin kelangsungan
perawatan, dapat berfungsi sebagai bukti hukum dari proses keperawatan dan
mendukung evaluasi kualitas perawatan pasien, perawat yang kurang patuh dalam
pendokumentasian asuhan keperaawatan akan berakibat pada rendahnya mutu
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan (Tria Juliana).

Beranjak dari penelitian diatas menjelaskan bahwa pendokumentasian


asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat memiliki peranan penting dalam
meningkatakan mutu pelayanan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan
dapat meningkatkan kualitas perawatan serta membantu perawat dalam
menjalankan wewenangnya sebagai tenaga kesehatan. Salah satu wewenang
perawat sebagaimana yang dimaksud dalam Undang undang no 38 pasal 30 ayat 1
Perawat berwenang melakukan pengkajian keperawatan secara holistik,
menetapkan diagnosis keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan .
Dalam hal tersebut merupakan suatu hal yang memang harus dilakukan oleh
perawat sebagai pelaksana dari pelayanan keperawatan sehingga menjadi bentuk
dari layanan yang diberikan kepada pasien sebagai penerima layanan dan menjadi
aspek terpenting dalam meningkatkan pelayanan.(Nursalam,2014)

Kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepemimpinan, motivasi dan beban kerja
( Nursalam, 2015 ) Bentuk motivasi yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian
hasil yang optimal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri, yang mendorong dirinya menjadi produktifitas. Motivasi akan mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku dalam mencapai tujuan
(Hasibuan, 2014). Motivasi merupakan bagian dari proses manajemen untuk
mempengaruhi tingkah laku suatu sumber daya manusia berdasarkan pengetahuan
mengenai segala sesuatu hal apa-apa saja yang membuat mereka tergerak
melakukan pelayanan, terutama dalam hal ini didalam pelayanan keperawatan, hal
ini juga merupakan salah satu alat ukur kualitas pelayanan kesehatan suatu
institusi rumah sakit ( Bakri, 2018). Motivasi sangat diperlukan perawat dalam
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit, karena
dengan motivasi diharapkan setiap individu mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi yang baik perawat perlu
menyadari kebutuhan dan kepentingan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Dokumentasi umumnya kurang disukai oleh perawat karena dianggap terlalu
rumit, beragam, dan menyita waktu, namun dokumentasi keperawatan yang tidak
dilakukan dengan tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan
keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat
keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan berdampak pada
pertanggung jawaban dalam aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi antar
tenaga kesehatan, referensi pendidikan, keuangan dan berkas atau bahan dalam
proses akreditasi (Nursalam, 2013).

Dari hasil beberapa jurnal dan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
yang ada di seluruh Indonesia tentang hubungan motivasi perawat dengan
pendokumentasian didapatkan hasil yang bervariasi. Penelitian yang dilakukan
oleh (Hendayani, 2019) di RS kota Padang Panjang dengan responden 31 orang
hasil analisis hubungan antara motivasi perawat dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan diperoleh ada sebanyak 2 orang (100%) perawat yang motivasinya kurang
yang melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang lengkap.
Sedangkan perawat dengan motivasi kuat keseluruhannya melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan dengan lengkap yaitu 29 orang (100%).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan
rawat inap interne RSUD Padang Panjang dengan nilai P 0,002 < α (0,05), yang artinya H0
ditolak maka dari itu terdapat hubungan antara motivasi dengan pendokumentasian

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (selviana, 2019 ) menyatakan Hasil


analisis univariat diketahui responden dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan baik sebanyak 55 responden (79,7%) dan responden motivasi tinggi
sebanyak 52 responden (75,4%). Hasil analisis bivariat diperoleh hasil (p value = 0,032 <
α 0,05) yang berarti ada hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan dokumentasi
asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji, 2013. Manajemen Keperawatan; Konsep dan Aplikasi Keperawatan,


Yogyakarta, Arruz Medis.

Hidayat, 2018. Ilmu Perilaku Manusia, Pengantar Psikologi untuk Tenaga


Kesehatan, Jakarta

Mamik, Mamik (2016) Manajemen Sumber Daya Manusia. Zifatama Jawara.

Alshamsan, R., Majeed, A., Ashworth, M., Carr, J., & Millett, C. (2010). Impact
of pay for performance on inequalities in health care: a systematic review. Journal
of health services research & policy, 15(3), 178–184.

Undang-Undang 38. Tentang Keperawatan.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. 2018. “Hasil


Utama Riset Kesehatan Dasar.” Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 1–
100. http://www.depkes.go.id/resources/download /info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf.

Nursalam. 2013. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Bakri, 2017. Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,


Bantul. Yogyakarta

isya Rifiani ; Hartanti Sulihandari.Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan / Nisya


Rifiani .2013

Hutahaean, Sari. 2010. Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Mesdia.
Hasibuan, Malayu S.P..Manajemen: Dasar,Pengertian,Dan Masalah. Edisi Revisi
/ Malayu S.P. Hasibuan .2014

Anda mungkin juga menyukai