Anda di halaman 1dari 8

Volume XI No.

1 Januari 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG ASKEP DENGAN


TINDAKANKELENGKAPAN CATATANKEPERAWATAN
DI RSU MITRA SEJATI

Eva Ranika Barus


(S1 Keperawatan STIKes Flora Medan)

Abstrak
Tugas pokok perawat menurut KepMenPan No 94 tahun 2001 tentang Jabatan dan
fungsi Perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan
atau kesehatan. Dunia keperawatan di Indonesia telah banyak mengalami kemajuan,
namun pelayanan keperawatan masih belum memuaskan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan asuhan keperawatan ini adalah ada atau tidaknya
standar asuhan keperawatan.
Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatan
cross-sectional yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan tiga variabel yaitu
Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang Askep dengan tindakan kelengkapan
pengisian catatan keperawatan di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan.
Beradasarkan hasil penelitian bahwa Pengetahuan perawat tentang Askep dalam
pengisian Askep di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan 2017 didapatkan
pengetahuan baik sebanyak 23 responden (63,7%) dan pengetahuan Cukup sebanyak 10
responden (27,8%) dan pengetahuan Kurang Baik sebanyak 3 responden (8,3%). Sikap
perawat tentang Askep dalam pengisian Askep di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan
2017 didapatkan sikap Baik sebanyak 25 responden (69,4%) dan sikap Kurang Baik
sebanyak 11 responden (30,6%).
Kata kunci : Tugas pokok, fungsi perawat, pelayanan keperawatan

PENDAHULUAN
Salah satu bagian dari ilmu kesehatan ialah ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan
berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sesuai dengan
perkembangan jaman. Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakan didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki kertampilan yang
jelas dalam keahliannya, selain itu sebagai profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam
kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya
kemudian juga berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan
kepada individu, kelompok atau masyarakat (Hidayat, 2011).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekarang ada lebih dari 9 juta
perawat dan bidan di 141 negara. The Atlantic Monthly menyatakan bahwa "keperawatan
merupakan perpaduan dari perhatian, pengetahuan dan keterandalan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup pasien. Tugas pokok perawat menurut KepMenPan No 94 tahun
2001tentang Jabatan dan fungsi Perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa
asuhan keperawatan atau kesehatan. Dunia keperawatan di Indonesia telah banyak mengalami
kemajuan, namun pelayanan keperawatan masih belum memuaskan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan asuhan keperawatan ini adalah ada atau tidaknya standar
asuhan keperawatan. Fakta menunjukkan bahwa dari 10 dokumentasi asuhan keperawatan,
dokumentasi pengkajian hanya terisi 25%, dokumentasi diagnose keperawatan 50%,
dokumentasi perencanaan hanya 37,5%, dokumentasi implementasi hanya 37,5% dan

Jurnal Keperawatan Flora 43


Volume XI No. 1 Januari 2018

dokumentasi evaluasi hanya 25%. Sisanya tidak ada dokumentasi sama sekali (Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, 2011).
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di RS.Haji Jakarta diketahui bahwa dari
rekan medis rawat inap yang dijadikan sampel pada triwulan pertama tahun 2012, catatan
asuhan keperawatan yang paling sering ditemui tidak lengkap atau kosong dibandingkan catatan
pasien yang lainnya. Dari hasil unit rekan medis bahwa 13% formulir pengkajian keperawatan
tidak lengkap dan 10.04% kosong (kelengkapan hanya 76.9%), 8% daftar diagnose keperawatan
tidak lengkap dan 12% kosong (kelengkapan 79%), dan 6% formulir rekam medis asuhan
keperawatan pasien pulang tidak lengkap dan1.25% kosong ( Eka Desi Purwati, 2012).
Praktik keperawatan di masa mendatang harus dapat berorientasi pada klien. Hal ini
berdasarkan tren perubahan dan persaingan yang semakin ketat saat ini. Perawat Indonesia di
masa depan harus dapat memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang berkembang, agar tingkat profesionalitas keperawatan itu semakin Nampak
(Nursalam, 2008).
Sejak zaman Florence Nightingale, perawat telah menganggap dokumentasi sebagai
bagian yang vital dari praktik professional. Pada tulisan awalnya Nightingale menggambarkan
tentang perlunya perawat untuk mencatat “penggunaan yang tepat dari udara segar, cahaya,
kehangatan, kebersihan, serta pemilihan dan pemberian diet yang tepat,” dengan tujuan
mengumpulkan ,menyimpan dan mendapatkan kembali data untuk menatalaksanakan pasien
secara cerdas (Camp, 2004).
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien pasien di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik ,dan berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Salah satu bagian yang terpenting
dari asuhan keperawatan ialah dokumentasi. Dokumentasi merupakan tanggung jawab dan tugas
perawat setelah melakukan intervensi keperawatan. Tetapi akhir-akhir ini tanggung jawab
perawat terhadap dokumentasi sudah berubah. Oleh karena perubahan tersebut, maka perawat
perlu menyusun suatu dokumentasi yang efisien dan lebih bermakna dalam pencatatannya dan
penyimpanannya (Nursalam, 2008).
Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional
yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan
benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan
mendokumentasikan proses keperawatan, dan standar dokumentasi. (Nursalam, 2011).
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi
keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung ke pasien. Munculnya
perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan asuhan keperawatan sebagai manajemen
informasi di bidang kesehatan merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi

Jurnal Keperawatan Flora 44


Volume XI No. 1 Januari 2018

informasi sesuai dengan perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang
kesehatan. (Mastini, 2013)
Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan
pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di bidang
kesehatan. Dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem
pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman (Handayaningsih dalam
Mastini 2013).
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari informasi kesehatan secara
keseluruhan, harus dikelola sebagai satu kesatuan tanpa harus meninggalkan informasi-
informasi dari tenaga kesehatan lain. Pencatatan keperawatan sama pentingnya dengan
pencatatan dalam pelaksanaan kegiatan keprofesian dari profesi lain dalam bidang kesehatan,
seperti misalnya pencatatan medis. Karena pentingnya nilai isi pencatatan keperawatan, maka
segala data dan informasi yang diperlukan agar ia dapat berfungsi dengan baik, maka harus
terdokumentasikan dalam bentuk pencatatan keperawatan(Dinarti, dkk, 2013)
Dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem
pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman (Handayaningsih,2009).
Dokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka
pemulihan kesehatan pasien,tanpa dokumentasi yang benar dan jelas,kegiatan pelayanan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat
dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan
status kesehatan pasien di rumah sakit.(Nursalam,2011)
Wawan dan Dewi (2011) mendeskripsikan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan pelaksanaan pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai profesi tenaga
kesehatan salah satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai peran dalam
melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam rekam medis (Damayanti, 2013).
Seorang perawat harus mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dalam
rekam medis dengan lengkap, jelas, akurat dan dapat dipahami oleh orang lain. Namun, dalam
pelaksanaannya pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dalam rekam medis oleh tenaga
perawat pada dasarnya masih memiliki permasalahan, yaitu masih rendahnya tingkat
pemahaman terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Mastini (2013) tentang hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan irna di RSUP Sanglah Denpasar
diperolehnya responden dengan pengetahuan kurang dengan kelengkapan pendokumentasian
tidak sesuai sebanyak 86,4%.
Menurut Perawatan Menteri Kesehatan RI NOMOR HK.02..02/- MENKES/148/1/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat, menjelaskan perawat dituntut untuk
mampu menentukan criteria dalam menilai Rencana Keperawatan, menilai tingakat pencapaian

Jurnal Keperawatan Flora 45


Volume XI No. 1 Januari 2018

Tujuan, mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan, mengevaluasi data


permasalahan keperawatan, serta mendokumentasikan dalam proses keperawatan. Perawat perlu
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap professional termasuk keterampilan teknikal dan
interpersonal, hal ini guna memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang terjadi
(sumarni, dkk, 2014)
Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan harus menunjukan sikap professional
kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Sikap merupakan konsep paling penting dalam
psikologi social yang membahas unsur sikap baik sebagai perawat (Wawan dan Dewi, 2010)`.
Sikap merupakan Reaksi atau Respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
objek (Sunaryo, 2013).
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat
perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperaawatan meliputi rasa
empati, kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman peerawat tentang
nilai, klien, dan profefsional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan atau
yang lainnya (Wawan dan Dewi, 2010)
Selain sikap perawat terhadap factor lain yang berhubungan dengan proses
pendokumentasian keperawatan yaitu pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri.
Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme
keperawatan, melalui pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat
proses atau transisi menuju yang lebih baik (Nursalam, 2013)
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan lebih luas pula penegetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula (Wawan dan Dewi, 2010)
Begitu pula pengetahuan perawat terhadap dokumentasi keperawatan yang dapat
dipengaruhi oleh latar belakang, pendidikan perawat, dan pengalaman perawat, pelatihan terkait
pendokumentasian yang pernah diikuti, dan juga lingkungan tempat perawata tinggal dan
bekerja (Dermawan, 2012)
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan januari 2017 pada Perawat di
ruang rawat inap Amarilis dan ruang rawat inap Tulip di RS Mitra Sejati didapatkan jumlah
keseluruhan perawat sebanyak 36 orang. Terdiri dari 6 orang Ners, 2 orang S1 keperawatan,
dan 28 orang D3 Keperawatan.
Jumlah perawat laki-laki 4 orang dan jumlah perawat wanita 32 orang. 10 orang
perawat menyatakan dalam kelengkapan pengisian catatan keperawatan kurang lengkap.
Terdapat 3 orang perawat mengatakan kurang memahami dalam pengisian diagnosa
keperawatan, 2 orang perawat mengatakan kurang dalam pengisian intervensi keperawatan dan
3 orang perawat mengatakan kurang dalam mengobservasi keadaan pasien sehingga kurang

Jurnal Keperawatan Flora 46


Volume XI No. 1 Januari 2018

mengetahui dalam pengisian catatan keperawatan. 2 orang perawat mengatakan kurangnya


waktu dalam melakukan pendokumentasian.
Terdapat 10 perawat mengatakan bahwa pemeriksaan dalam kelengkapan catatan
keperawatan kurang ditekankan dalam pihak RS. Berdasarkan latar belakang dan survey diatas
penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Askep
dengan Tindakan Kelengkapan Pengisian Catatan Keperawatan di Rs Mitra Sejati Medan
2018”.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatan cross-
sectional yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan tiga variabel yaitu Hubungan
pengetahuan dan sikap perawat tentang Askep dengan tindakan kelengkapan pengisian catatan
keperawatan di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. Data primer adalah data yang diperoleh
sendiri oleh peneliti dari hasil, pengamatan, survey dan lain-lain. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Data
sekunder diperoleh berdasarkan tindakan kelengkapan pengisian catatan keperawatan yang
diperoleh dari Rumah Sakit Mitra Sejati Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Seorang Perawat dituntun untuk memiliki pengetahuan yang cerdas, kompeten, dan
perduli terhadap keadaan pasien.Perawat yang memiliki pengetahuan tinggi mampu melakukan
pekerjaannya sesuai dengan yang telah ditetapkan.Perawat yang memiliki banyak pengetahuan
tentu juga banyak mendapatkan informasi yakni melalui yang dilihat, didengar, bahkan yang
telah dilakukannya sendiri, sehingga dia mampu untuk menerapkan pengetahuan yang telah dia
miliki melalui Tindakan.
Menurut Nuryani dan Susanti (2014) pengetahuan perawat menentukan tindakan
perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Sehingga tindakan perawat yang
dilandasi oleh pengetahuan akan memberfikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan
perawat yang melakukan tindakannya tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan perawat
juga sangat berpengaruh terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
(catatan keperawatan)
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan Baik yaitu 23
responden (63,9%), dengan perawat yang memiliki pengetahuan baik dan melakukan tindakan
kelengkapan catatan keperawatan secara baik sebanyak 23 resonden (63,9%), dan perawat yang
memiliki pengetahuan Baik dan tidak melakukan tindakan kelengkapan catatan keperawatan
secara kurang baik 0 responden (0%). pengetahuan Cukup sebanyak 10 responden (27,8%),
dengan perawat yang memiliki pengetahuan cukup dan melakukan tindakan kelengkapan

Jurnal Keperawatan Flora 47


Volume XI No. 1 Januari 2018

catatan keperawatan secara baik yaitu 6 responden (16,7%), dan perawat yang memiliki
pengetahuan cukup dan melakukan tindakan kelengkapan catatan keperawatan secara kurang
baik yaitu 4 responden (11,1%). Pengetahuan Kurang 3 responden (8,3%) dengan perawat yang
memiliki pengetahuan kurang dan melakukan tindakan keperawatan secara baik yaitu 1
responden (2,8%) dan perawat yang memiliki pengetahuan kurang dan melakukan tindakan
kelengkapan catatan keperawatan secara kurang baik yaitu 2 responden (5,6%).
Berdasarkan uji statistic chi-square dengan menggunakan SPSS didapatkan p = 0,001
ternyata lebih kecil dari 0,05 disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan tindakan
kelengkapan pengisian catatan keperawatan di RS. Mitra Sejati Medan 2017.
Berdasarkan asumsi penelitian ini, diketahui bahwa perawat yang memiliki pengetahuan
baik terhadap Askep akan melaksanakan tugas dengan baik dan mampu betanggung jawab
dalam pengisian kelengkapan catatan keperawatan sehingga perawat akan menerapkan
pengetahuannya tersebut dengan tindakannya. Dan jika perawat tidak memiliki pengetahuan
baik maka perawat tersebut akan mengalami kebingungan dalam melakukan tugas. Sehingga
catatan keperawatan tidak terlengkapi dengan baik. Oleh karena itu adanya hubungan
pengetahuan perawat dengan tindakan kelengkapan catatan keperawatan.
Sikap perawat merupakan salah satu elemen yang berpengaruh pada factor predisposisi
dan menjadi gambaran dari tindakan perawat dalam melaksanakan catatan keperawatan. Proses
keperawatan mengandung unsur-unsur yangbermanfaat bagi perawat dan klien. Perawat dan
klien membutuhkan proses asuhankeperawatan, merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil
dari asuhan keperawatan. Semua itu memerlukan pendokumentasian sehingga perawat
mendapatkan data klien dengan sistematis (Hidayat, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Sikap Baik yaitu sebanyak 25
responden (69,4 %) dengan perawat yang memiliki sikap baik dan melakukan tindakan
kelengkapan catatan keperawatan secara baik yaitu 25 responden ( 69,4%), perawat yang
memiliki sikap baik dan melakukan tindakan kelengkapan catatan keperawatan secara kurang
baik yaitu 0 responden (0%). Sikap Kurang Baik yaitu 11 responden (30,6 %) dengan perawat
yang memiliki sikap kurang baik dan melakukan tindakan kelengkapan catatan keperawatan
secara baik yaitu 5 resonden ( 13,9%) dan perawat yang memiliki sikap kurang baik dan
melakukan tindakan kelengkapan catatan keperawatan secara kurang baik yaitu 6 responden (
17,6%)
Berdasarkan uji statistic chi-square dengan menggunakan SPSS didapatkan p = 0,000
ternyata lebih kecil dari 0,05 disimpulkan bahwa ada hubungan Sikap dengan tindakan
kelengkapan pengisian catatan keperawatan di RS. Mitra Sejati Medan 2018.
Menurut Potter & Perry (2005), sebagai anggota dari tim perawatan kesehatan, perawat
harus mengkomunikasikan informasi tentang klien secara akurat. Kualitas perawatan klien
bergantung pada kemampuan pemberi perawatan untuk berkomunikasi satu sama lain.
Dokumentasi merupakan salah satu sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka

Jurnal Keperawatan Flora 48


Volume XI No. 1 Januari 2018

pemulihan kesehatan klien.Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam pencatatan
tindakan keperawatan.Tanpa dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seorang perawat tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan klien.
Perawat dan praktik keperawatan tergambar setiap hari bagi yang membaca catatan
pasien. Data keperawatan yang terdapat dalam catatan merefleksikan standar asuhan
keperawatan dan anggota tim kesehatan lain membuat keputusan perawatan dalam bertindak
berdasarkan catatan keperawatan. Pencatatan telah dipandang sebagai riwayat sekunder untuk
perawatan pasien (Marrelli,2008)
Berdasarkan asumsi penelitian ini, sikap perawat tentang Askep sangat menentukan
standar pengisian catatan keperawatan. Perawat yang memiliki sikap baik akan memperhatikan
hal ini dan memberikan tindakan yang baik terhadap kelengkapan pengisian catatan
keperawatan. Sehingga perawat dapat bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pekerjaannya.
Dan Sebaliknya, Perawat yang memiliki sikap kurang baik akan apatis terhadap pengisian
kelengkapan catatan keperawatan. Sehingga standar kelengkapan pengisian catatan keperawatan
tidak tercapai. Oleh karena itu adanya hubungan sikap perawat dengan tindakan kelengkapan
pengisian catatan keperawatan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang
Askep dengan tindakan kelengkapan pengisian catatan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Mitra Sejati Medan 2017 disimpulan bahwa Pengetahuan perawat tentang Askep dalam
pengisian Askep di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan 2017 didapatkan pengetahuan baik
sebanyak 23 responden (63,7%) dan pengetahuan Cukup sebanyak 10 responden (27,8%) dan
pengetahuan Kurang Baik sebanyak 3 responden (8,3%). Sikap perawat tentang Askep dalam
pengisian Askep di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan 2017 didapatkan sikap Baik
sebanyak 25 responden (69,4%) dan sikap Kurang Baik sebanyak 11 responden (30,6%).
Tindakan kelengkapan catatan keperawatan di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan 2017
disimpulkan dengan tindakan baik sebanyak 30 responden (83,3%) dan tindakan buruk
sebanyak 6 responden (16,7%). Berdasarkan Uji Chi-Square disimpulkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan tindakan kelengkapan catatan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan 2017 dengan nilai p=0,001<0,05.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Arikunto,S (2011). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik.jakarta : Rineka Cipta.

Budiono, Sumirah, (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Jurnal Keperawatan Flora 49


Volume XI No. 1 Januari 2018

Dinarti, dkk, (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta Timur : CV.Trans Info Media.

Hidayat (2007) Metelogi Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika

Hutahaean serri, (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Notoadmojdo,S.(2010) Metedologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuryani Nurul,Dkk.(2014) Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Kelengkapan


Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Rsud Dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.
http ://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/viewFile/17/4.

Prawira Purwa Almaja ( 2013). Psikologi Kepribadian Jogjakarta : Ar – Ruzz Media

Purwati Eka Desi, (2012). Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dan


Karakteristiknya pada Pasien Rawat Inap Dewasa Non Kebidanan di Rumah
Sakit Haji Jakarta 2012. www.skripsi FKM UI.

Putra,Ageng Abdi.(2016) Hubungan Persepsi Perawat Tentang Karakteristik Pekerjaannya


Dengan Kepatuhan Dalam Pedokumentasian Asuhan
Keperawatan.http://eprints.undip.ac.id/47764/1/Tesis_Soft_Bab_1_-
_3_Ageng_AP_Kumpul.pdf.

Sumarni Endang, dkk. (2013) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Pemberian
Obat Terhadap Tindakan Kelengkapan Pendokumentasian Keperawatan. Jurnal
universitas muhamaddiyah semarang

Supratti,Ashriady (2016).Pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan Di RumahSakit


Umum Daerah Mamuju,Indonesia.
http://ejournal.poltekesmamuju.ac.id/indekx.php/jkm/article/dawload/20/12.

Jurnal Keperawatan Flora 50

Anda mungkin juga menyukai