Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENDOKUMENTASIAN

Tanggal 21 sd 24 oktober 2017 disebarkan kuesioner kepada perawat di

ruang Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kuesioner yang disebarkan

membahas tentang pendokumentasian. Setelah dilakukan Lokakarya Mini I,

didapatkan hasil bahwa pendokumentasian belum bisa diaplikasikan di ruang

Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang karena tenaga perawat masih ada yang

belum melengkapi status pasien. Oleh sebab itu disepakati untuk melakukan

observasi kembali tentang pendokumentasian di ruangan Interne Pria.

1. Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan

Pre Post

(96.3%) perawat berpengetahuan tinggi (98,2) perawat berpengetahuan tinggi

Sebelum dilakukan implementasi hampir separoh (96.3%) perawat

berpengetahuan tinggi tentang dokumentasi keperawatan, setelah dilakukan

implementasi hampir separoh (98,2) perawat berpengetahuan tinggi di Ruang

Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP DR. M.Djamil Padang.


Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawat

untuk perawatan klien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan,

meningkatkan kontinuitas perawatan, dan membantu mengoordinasikan

pengobatan dan evaluasi klien. Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli

yang dapat dijadikan bukti hukum, jika suatu saat ditemukan masalah yang

berhubungan dengan kejadian yang terdapat dalam catatan tersebut (Lyer &

Camp, 2004).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan

perawat yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan

lengkap secara tertulis (Hutahaean, 2010). Dokumentasi proses keperawatan

merupakan bagian dari media komunikasi antara perawat yang melakukan asuhan

keperawatan dengan perawat lain atau dengan tenaga kesehatan lain, serta pihak-

pihak yang memerlukannya dan yang berhak mengetahuinya (Dinarti, 2009)

Kelompok berasumsi bahwa perawat berpengetahuan tinggi tentang dokumentasi

keperawatan bahwa tingkat pendidikan perawat DIII ada 17 orang,

S1Keperawatan + Ners ada 6 orang, dan S2 Keperawatan ada 1 orang.


2. Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan

Pre Post

Lebih dari separoh (77.8 %) perawat Kurang dari separoh (42.9 %) %)


bersikap negatif perawat bersikap negatif

Sebelum dilakukan implementasi didapatkan lebih dari separoh (77.8 %)

perawat bersikap negatif, sedangkan setelah dilakukan implementasi didapatkan

kurang dari separoh (42.9 %) %) perawat bersikap negatif terhadap

pendokumentasian keperawatan.

Kualitas asuhan keperawatan dapat tergambar dari dokumentasi asuhan

keperawatan. Selain itu dokumentasi adalah bagian dari pertanggungjawaban

perawat secara utuh terhadap klien yang dirawat. Dokumentasi asuhan

keperawatan merupakan bentuk pencatatan dan pelaporan yang dilakukan perawat

dalam setiap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien mulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Potter & Perry,

2005).
Kelompok berasumsi bahwa rata-rata semua perawat di ruang rawat inap

penyakit dalam pria memiliki pengalamaan kerja > 10 bulan dan pelayanan

keperawatan diberikan dalam bentuk kinerja perawat yang harus didasari

kemampuan yang tinggi sehingga mendukung pelaksanaan tugas perawat dalam

pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas

3. Observasi

Pre Post

Sebelum dilakukan implementasi didapatkan dari 60 status pasien terdapat

(33,3 %) status pasien asuhan keperawatan belum lengkap, (16,6%) status pasien

pada pengecekan ganda pemberian obat kategori high alert belum lengkap,

(3,3%)status pasien pada grafik tanda- tanda vital belum lengkap, (1,6%) status

pasien daftar tilik keselamatan pasien belum lengkap, (5%) status pasien pada

CPPT belum lengkap dan (3,3%) status pasien resiko jatuh belum lengkap.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dari tanggal 23-25 Oktober 217

didapatkan dari 68 status pasien terdapat 11,8 % status pasien asuhan keperawatan

belum lengkap, 4,4% status pasien pada pengecekan ganda pemberian obat

kategori high alert belum lengkap, (1,4%) status pasien pada grafik tanda- tanda

vital belum lengkap, (4,4%) status pasien daftar tilik keselamatan pasien belum
lengkap, status pasien pada CPPT belum lengkap dan (2,9%) status pasien resiko

jatuh belum lengkap.

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan perawat

yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan

lengkap secara tertulis. Pengkajian catatan memberikan data yang digunakan

perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai. Informasi pada catatan klien memberi dasar

untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan

(Hutahaean, 2010).

Menurut asumsi kelompok dengan adanya kelengkapan dalam pengisian

dokumentasi keperawatan sebagai aspek legalitas dan standar operasional

prosedur dirumah sakit juga dapat menunjang mutu pelayanan diRSUP Dr

Mjamil padang.

B. KEWASPADAAN UNIVERSAL (UNIVERSAL PRECAUTION)

a. Pengetahuan

Pre Post
Sebelum dilakukan implementasi didapatkan data lebih dari

separoh (70.4 %) perawat berpengetahuan tinggi tentang

Kewaspadaan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP DR.

M.Djamil Padang. Dan setelah dilakukan implementasi lebih dari

separoh (76,2 %) perawat berpengetahuan tinggi tentang

Kewaspadaan Universal ( pemilahan sampah ) di Ruang Rawat Inap

Penyakit Dalam RSUP DR. M.Djamil Padang.

World Health Organisation (WHO) dalam Nasronudin (2007),

kewaspadaan universal (universal precaution) merupakan suatu

pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and

Prevention ( CDC ) Atlanta dan the Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai

penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas

pelayanan kesehatan Kurniawati dan Nursalam (2009)

Kurniawati dan Nursalam (2009) universal precautions merupakan

upaya - upaya yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk

mengendalikan dan mengurangi resiko penyebaran infeksi yang

ditujukan pada semua pasien pada saat melakukan setiap tindakan, dan

dilakukan disemua tempat pelayanan kesehatan tanpa memandang

status infeksi pasien. Universal precautions merupakan tindakan

pencegahan dan pen gendalian infeksi yang ditujukan pada semua

pasien, saat melakukan setiap tindakan oleh seluruh tenaga kesehatan

yang terlibat di semua fasilitas pelayanan kesehatan.


Menurut asumsi kelompok pemilahan sampah adalah salah satu

bentuk kewaspadaan universal yang dapat mengurangi angka

terjadinya infeksi nosokomial dirumah sakit dan tingkat pengetahuan

perawat terhadap kewaspadaan universal dapat mempengaruhi

pemahaman terhadap pemilahan sampah

C. PERILAKU CARING PERAWAT

Pre Post

Sebelum dilakukan implementasi didapatkan hasil observasi

senyum sapa dan komunikasi perawat (61,9 %) belum optimal di Ruang

Rawat Inap Penyakit Dalam Pria RSUP DR. M. Djamil Padang dan

setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dari tanggal 23-25 oktober

2017 didapatkan hasil 52.4% senyum sapa dan komunikasi perawat

belum optimal

Prilaku caring merupakan manifestasi perhatian kepada orang lain,

berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan. Caring

mempunyai komitmen untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk,

memberi perhatian dan konsen, menghormati orang lain dan kehidupan

manusia. Caring juga merupakan ungkapan cinta dan ikatan, otoritas dan
keberadaan, selalu bersama, empati, dapat memotivasi perawat untuk

dapat lebih care pada pasien dan mampu melakukan tindakan sesuai

kebutuhan pasien (Dwidiyanti, 2007). Milton Mayerof dalam Morrison &

Burnard (2009) menganalisis tentang makna caring dalam pengaruh

manusia, menggambarkan caring sebagai suatu proses yang memberikan

kesempatan pada seseorang (baik pemberi asuhan (carer) maupun

penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring dalam

analisis, meliputi: pengetahuan, penggantian irama (belajar dari

pengalaman), kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan

dan keberanian.

Caring menurut Watson (2006) dikutip dari Potter & Perry (2009)

merupakan sentral praktek keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara

pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih

meningkatkan kepeduliannya terhadap pasien. Aspek utama caring dalam

analisis meliputi : pengetahuan, penggantian irama (belajar dari

pengalaman), kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati harapan

dan keberaniannya. memberi perhatian dan konsen, menghormati orang

lain dan kehidupan manusia.

Menurut Sitorus, (2011) prilaku caring ini juga mempunyai tiga hal

yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan

dilakukan dengan iklas. Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaan

klien terhadap perawat dan mengurangi kecemasan klien. Kedua hal

tersebut dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga


memaksimalkan proses penyembuhaan. Kunci dari kualitas pelayanan

asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat.

Menurut asumsi kelompok prilaku caring sangat penting dalam

proses penyembuhan pasien dan juga dapat meningkatkan kepercayaan

pasien terhadap perawat dan mengurangi kecemasan pasien serta dapat

menunjang mutu pelayanan dirumah sakit RSUP Dr Mjamil Padang

Anda mungkin juga menyukai