PEMBAHASAN
Sumber:
Subekti R. Hubungan Umur dan Status Perkawinan dengan Kejadian Gonore di
Puskesmas Madukara I Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015. Medsains. Vol 3(1); 2017.
2.2 Etiologi Penyakit Gonorea
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae atau disebut juga gonokok yang
di temukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Neisseria dikenal ada 4 spesies yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitis yang bersifat
patogen dan N.catarrhalis dan N.pharingitis sicca yang bersifat komensal. Keempat
spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. (Daili, 2011)
Gonokok termasuk golongan Diplokok, berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μ
dan panjang 1,6 μ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram
bersifat Gram negatif, ditemukan diluar dan dalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39° C, dan tidak tahan
zat desinfektan. (Daili, 2011)
Morfologi gonokokkus terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat
nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang. (Daili, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2007. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman,
Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 163, 170, 225-31, 253.
2. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2001. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito,
E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
3. Daili, S. F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Sumber :
no. RR-12.
Intra oral
Pada penderita gonorrhea secara klinis di rongga mulut ditandai dengan warna mukosanya
yang eritematous,sakit dan gatal pada tenggorokan yang datang terus menerus,terdapat stomatitis
atropi papila lidah dibagian tengah,terdapat nanah yang keluar dari gusi dan atrisi pada sendi
rahang, tenggorokan kemerahan dengan bercak putih dan kesulitan untuk menelan.
DAFTAR PUSTAKA
Pitasari DA , Martodiharjo S. Studi Retrospektif: Profil Infeksi Gonore. Journal Kedokteran
Universitas Airlanga. Vol 31(1); 44.
Ektra oral
Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan gejala simptomatik maupun asimptomatik
infeksi pada saluran genital. Gejala kliniknya tumpang tindih dengan gejala penyakit
infeksi menular seksual lainya. Infeksi gonokokal terbatas pada permukaan yang
mengandung mukosa. Infeksi terjadi pada area yang dilapisi dengan epitel kolumner,
diantaranya serviks, uretra, rectum, faring dan konjungtiva. Pada wanita gejala klinis
subjektif dan objektif jarang didapatkan karena duh endoservik yang terletak dibagian
dalam sehingga mengakibatkan gejala klinis jarang didapatkan. Infeksi pada wanita
mengenai serviks dengan gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari
endoservisitis yang bersifat purulen dan agak berbau namun pada beberapa pasien kadang
mempunyai gejala minimal. Kemudian timbul disuria dan dispareunia. Jika bersifat
asimptomatis maka dapat berkembang menjadi penyakit radang panggul. Penyakit ini bisa
akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium, tuba falopii, ovarium dan peritoneum.
DAFTAR PUSTAKA
Yenny SW. 2008. Infeksi Neisseria Gonorrhoeae Akibat Sexual Abuse Pada Seorang
Anak Perempuan. Majalah Kedokteran Andalas; 2(32): 199-200.
Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea, terjadi melalui
penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan secara kontak seksual atau
melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan menyebabkan infeksi purulen pada membran
mukosa. Kuman penyebab gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan karakteristik yang
berbeda-beda pada protein yang terdapat di permukaan masing-masing kuman, subtipe
tertentu dapat menghindari respon imun dan bahkan cenderung menyebabkan infeksi
yang meluas (sistemik). Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi oleh
keberadaan fili pada permukaannya, yakni berupa rambut halus di permukaan membran.
Fili tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung IgA protease
yang mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi serta
endoserviks, sehingga dapat menempel dan menyebabkan reaksi inflamasi yang
mencetuskan timbulnya eksudat purulen. (British Medical Journal, Gonorrhoea Infection-
Pathophysiology.2017)
DAFTAR PUSTAKA
(Hook EW, Hansdfield HH. Gonococcal infection in the adult. New York;
McGraw-Hill, 2008 :627-643.)
Secara umum disarankan agar terapi anti-klamidia bersamaan diberikan kepada semua
pasien dengan gonore, karena 10-30% penderita dengan infeksi gonore ko-infeksi juga dengan
chlamydia. Untuk infeksi klamidia terapi yang direkomendasikan adalah azithromycin 1 g
peroral dosis tunggal atau doxycycline 100 mg peroral dua kali sehari selama 7 hari.
Azithromycin 1 g ternyata tidak cukup efektif, mahal dan dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pencernaan, sehingga biasanya dipilih doxycycline sebagai pasangan terapi ganda rutin
untuk pengobatan medikamentosa urethritis gonore. Terapi ganda juga menurunkan
perkembangan resistensi bakteri terhadap antimikroba. Namun, tetap yang paling ideal adalah
melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui organisme penyebab, oleh karena itu
pada praktisnya dibedakan antara ada atau tidaknya fasilitas pemeriksaan mikroskopis.
Pemberian terapi ganda tidak berlaku jika pemeriksaan laboratorium dapat menyingkirkan C.
trachomatis sebagai penyebab. Untuk pengobatan gonore yang perlu diperhatikan adalah
efektivitas, harga, dan ketersediaan obat, dan sedikit mungkin efek toksiknya (Harningtyas,
2017).
Pengobatan gonore dipersulit oleh kemampuan N. gonorrhoeae untuk
mengembangkan resistensi terhadap antimikroba. Sefiksim 400 mg telah banyak digunakan
sebagai dosis tunggal pengobatan oral untuk gonore, namun beberapa laporan pengobatan
terbaru menunjukkan kegagalan sefiksim 400 mg sebagai pengobatan dosis tunggal. Oleh
sebab itu, pedoman pengobatan terbaru yang diberikan oleh CDC merekomendasikan
Ceftriaxon 250 mg intramuscular dosis tunggal dan Azitromisin 1 gr oral dosis tunggal untuk
pengobatan infeksi gonokok tanpa komplikasi. Cefixime hanyalah sebuah alternative pilihan
jika pemberian injeksi intramuscular tidak mungkin atau ditolak oleh pasien. Pasien juga
diberikan terapi non medikamentosa berupa anjuran bila memungkinkan, periksa dan obati
pasangan seksual yang kontak dengan pasien 60 hari sebelum timbul gejala (notifikasi
pasangan), dianjurkan pula untuk tidak melakukan hubungan seksual (abstinensia) sampai
terbukti sembuh secara laboratories, dan bila tidak dapat menahan diri dianjurkan untuk
memakai kondom, melakukan kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan ke-7, serta
sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Tidak lupa juga diberikan
konseling kepada pasien mengenai penyakit pasien, penyebab dan cara penularannya,
komplikasi jika tidak diobati secara tuntas, terapi dan aturan penggunaannya, serta
prognosanya (Harningtyas, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Harningtyas CD. Pemberian Terapi Oral untuk Pasien Uretritis Gonore dengan Komplikasi Lokal
pada Pria: Laporan Kasus. Journal of Agromedicine and Medical Science. 2017: 3(3).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di daerah sekitar genital pria atau wanita dengan bantuan lampu
sorot yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada
wanita dan pria memiliki perbedaan seperti:
a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dengan posisi litotomi.
Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan kedua labia dan diperhatikan adanya tanda
kemerahan, pembengkakan, luka/ lecet, massa atau duh tubuh vagina (cairan yang
keluar dari dalam vagina, bukan darah dan bukan air seni).
b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan dilakukan dengan
melihat pada daerah penis adanya tanda kemerahan, luka/ lecet, duh tubuh uretra
(cairan yang keluar dari uretra, bukan darah dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada
pasien pria sebelum dilakukan pemeriksaan diharapkan untuk tidak berkemih selama 1
jam (3 jam lebih baik).
5) Pemeriksaan lain
Jenis pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosis gonore sesuai
Kementerian Kesehatan RI (2011)b terdiri dari pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan
anoskopi.