Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gonorea


Gonore merupakan Infeksi Menular Seksua yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhea. Tingginya kasus IMS terutama gonore disebabkan oleh beberapa
faktor risiko yaitu penyebab penyakit(agent) yang berupa bakteri, faktor pejamu(host)
berupa faktor biologis pejamu yang meliputi usia, jenis kelamin, status gizi, mekanisme
daya tahan tubuh, keturunan dan ras. Selain itu, perilaku pejamu (status perkawinan,
pekerjaan dan kebiaasaan hidup), serta faktor
lingkungan(environment) yang dibedakan atas lingkungan fisik berupa lingkungan
alamiah, biologis dan sosial.

Sumber:
Subekti R. Hubungan Umur dan Status Perkawinan dengan Kejadian Gonore di
Puskesmas Madukara I Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015. Medsains. Vol 3(1); 2017.
2.2 Etiologi Penyakit Gonorea
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae atau disebut juga gonokok yang
di temukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Neisseria dikenal ada 4 spesies yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitis yang bersifat
patogen dan N.catarrhalis dan N.pharingitis sicca yang bersifat komensal. Keempat
spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. (Daili, 2011)
Gonokok termasuk golongan Diplokok, berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μ
dan panjang 1,6 μ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram
bersifat Gram negatif, ditemukan diluar dan dalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39° C, dan tidak tahan
zat desinfektan. (Daili, 2011)
Morfologi gonokokkus terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat
nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang. (Daili, 2011)

Gambar 1. Bakteri Neisseria gonorrhoeae


Struktur permukaan N. gonorrhoeaemeliputi :
a. Pili
Pili adalah anggota badan yang seperti rambut yang menjulur keluar beberapa u
mikrometer dari permukaan gonokokus. Struktur ini berfungsi untuk menempel
pada sel pejamu dan resistan fagositosis. Struktur ini tersusun atas tumpukan
protein pilin. Rangkain asam amino bagian tengah berperan dalam perlekatan
organisme ke sel pejamu dan kurang berperan pada respon imun. (Brooks, Geo
F., Janet S. Butel, & Stephen A. Morse, 2007)
b. Por
Por menjulur dari membran sel gonokokkus. Struktur ini muncul dalam trimers
untuk membentuk pori – pori pada permukaan, tempat beberapa nutrien
memasuki sel. (Brooks, 2007)
c. Opa
Protein ini berfungsi pada adhesi gonokokus di dalam koloni dan pada perlekatan
gonokokus ke sel pejamu. Suatu strain gonokokus dapat mengekspresikan satu,
dua, kadang – kadang tiga tipe Opa atau tidak sama sekali, meskipun setiap strain
mempunyai sepuluh atau lebih gen untuk Opa yang berbeda. (Brooks,2007)
d. RMP
RMP berhubungan dengan Por dalam pembentukan pori – pori pada membran sel.
(Brooks,2007)
e. Lipooligasakarida
Dalam meniru bentuk molekulnya, gonokokus membentuk molekul LOS yang
secara struktural mirip dengan membran sel glikosfingolipid manusia. Adanya
struktur tersebut pada permukaan gonokokus yang struktur permukaannya sama
dengan manusia membantu gonokokus agar tidak dikenali oleh sistem imun.
(Brooks, 2007)

DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2007. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman,
Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 163, 170, 225-31, 253.
2. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2001. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito,
E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
3. Daili, S. F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.

2.3 Pathogenesis penyakit Gonorea


Neisseria gonorrhoeae, diplococci yaitu gram-negatif,yang merupakan agen
penyebab gonore. Karena afinitasnya yaitu untuk pseudo stratified epithelium, ini paling
sering terdeteksi dalam saluran genital dengan situs utama keterlibatan menjadi kanal
endoserviks dan zona transisi serviks. Kemampuan unik dari neisseria gonorrhoeae yaitu
untuk mengubah struktur permukaan dapat dilakukan peningkatan patogenisitas,
memfasilitasi perlekatan permukaan epitel, dan dapat dilakukan untuk penghindaran
respon imun inang. Penularan Neisseria gonorrhoeae terjadi hampir secara eksklusif
melalui kontak seksual, meskipun juga dapat ditularkan melalui lewatnya neonatus
melalui jalan lahir ibu yang terinfeksi atau melalui autoinokulasi dari tangan orang yang
terinfeksi ke mata mereka. Masa inkubasi untuk infeksi ini biasanya 3-5 hari dan
penularan lebih sering terjadi dari pria ke wanita. Beberapa faktor risiko untuk infeksi
yaitu status sosial ekonomi rendah, awal aktivitas seksual, status yang belum menikah,
riwayat infeksi gonore sebelumnya, penyalahgunaan obat terlarang, dan prostitusi.

Sumber :

CDC. 2010. Sexually Transmitted Disease Guidelines. MMWR Vol. 59,

no. RR-12.

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Gonorea

Intra oral

Pada penderita gonorrhea secara klinis di rongga mulut ditandai dengan warna mukosanya
yang eritematous,sakit dan gatal pada tenggorokan yang datang terus menerus,terdapat stomatitis
atropi papila lidah dibagian tengah,terdapat nanah yang keluar dari gusi dan atrisi pada sendi
rahang, tenggorokan kemerahan dengan bercak putih dan kesulitan untuk menelan.
DAFTAR PUSTAKA
Pitasari DA , Martodiharjo S. Studi Retrospektif: Profil Infeksi Gonore. Journal Kedokteran
Universitas Airlanga. Vol 31(1); 44.

Ektra oral
Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan gejala simptomatik maupun asimptomatik
infeksi pada saluran genital. Gejala kliniknya tumpang tindih dengan gejala penyakit
infeksi menular seksual lainya. Infeksi gonokokal terbatas pada permukaan yang
mengandung mukosa. Infeksi terjadi pada area yang dilapisi dengan epitel kolumner,
diantaranya serviks, uretra, rectum, faring dan konjungtiva. Pada wanita gejala klinis
subjektif dan objektif jarang didapatkan karena duh endoservik yang terletak dibagian
dalam sehingga mengakibatkan gejala klinis jarang didapatkan. Infeksi pada wanita
mengenai serviks dengan gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari
endoservisitis yang bersifat purulen dan agak berbau namun pada beberapa pasien kadang
mempunyai gejala minimal. Kemudian timbul disuria dan dispareunia. Jika bersifat
asimptomatis maka dapat berkembang menjadi penyakit radang panggul. Penyakit ini bisa
akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium, tuba falopii, ovarium dan peritoneum.

DAFTAR PUSTAKA
Yenny SW. 2008. Infeksi Neisseria Gonorrhoeae Akibat Sexual Abuse Pada Seorang
Anak Perempuan. Majalah Kedokteran Andalas; 2(32): 199-200.

Pitasari DA , Martodiharjo S. Studi Retrospektif: Profil Infeksi Gonore. Journal Kedokteran


Universitas Airlanga. Vol 31(1); 44.

2.5 Patofisiologi Penyakit Gonorea

Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea, terjadi melalui
penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan secara kontak seksual atau
melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan menyebabkan infeksi purulen pada membran
mukosa. Kuman penyebab gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan karakteristik yang
berbeda-beda pada protein yang terdapat di permukaan masing-masing kuman, subtipe
tertentu dapat menghindari respon imun dan bahkan cenderung menyebabkan infeksi
yang meluas (sistemik). Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi oleh
keberadaan fili pada permukaannya, yakni berupa rambut halus di permukaan membran.
Fili tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung IgA protease
yang mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi serta
endoserviks, sehingga dapat menempel dan menyebabkan reaksi inflamasi yang
mencetuskan timbulnya eksudat purulen. (British Medical Journal, Gonorrhoea Infection-
Pathophysiology.2017)

Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui


penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel
kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:
 Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
 Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi
selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri
dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-
sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII Oppacity
associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri mengikat dan
menyerang sel inang.
 Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel
kolumnar, membentuk vakuola.
 Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang,
dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan
subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo
Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan
mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor
necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
 Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil.
Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan
neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria
gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang
menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan mempromosikan virulensi.

DAFTAR PUSTAKA
(Hook EW, Hansdfield HH. Gonococcal infection in the adult. New York;
McGraw-Hill, 2008 :627-643.)

2.6 Penatalaksanaan Penyakit Gonorea

Secara umum disarankan agar terapi anti-klamidia bersamaan diberikan kepada semua
pasien dengan gonore, karena 10-30% penderita dengan infeksi gonore ko-infeksi juga dengan
chlamydia. Untuk infeksi klamidia terapi yang direkomendasikan adalah azithromycin 1 g
peroral dosis tunggal atau doxycycline 100 mg peroral dua kali sehari selama 7 hari.
Azithromycin 1 g ternyata tidak cukup efektif, mahal dan dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pencernaan, sehingga biasanya dipilih doxycycline sebagai pasangan terapi ganda rutin
untuk pengobatan medikamentosa urethritis gonore. Terapi ganda juga menurunkan
perkembangan resistensi bakteri terhadap antimikroba. Namun, tetap yang paling ideal adalah
melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui organisme penyebab, oleh karena itu
pada praktisnya dibedakan antara ada atau tidaknya fasilitas pemeriksaan mikroskopis.
Pemberian terapi ganda tidak berlaku jika pemeriksaan laboratorium dapat menyingkirkan C.
trachomatis sebagai penyebab. Untuk pengobatan gonore yang perlu diperhatikan adalah
efektivitas, harga, dan ketersediaan obat, dan sedikit mungkin efek toksiknya (Harningtyas,
2017).
Pengobatan gonore dipersulit oleh kemampuan N. gonorrhoeae untuk
mengembangkan resistensi terhadap antimikroba. Sefiksim 400 mg telah banyak digunakan
sebagai dosis tunggal pengobatan oral untuk gonore, namun beberapa laporan pengobatan
terbaru menunjukkan kegagalan sefiksim 400 mg sebagai pengobatan dosis tunggal. Oleh
sebab itu, pedoman pengobatan terbaru yang diberikan oleh CDC merekomendasikan
Ceftriaxon 250 mg intramuscular dosis tunggal dan Azitromisin 1 gr oral dosis tunggal untuk
pengobatan infeksi gonokok tanpa komplikasi. Cefixime hanyalah sebuah alternative pilihan
jika pemberian injeksi intramuscular tidak mungkin atau ditolak oleh pasien. Pasien juga
diberikan terapi non medikamentosa berupa anjuran bila memungkinkan, periksa dan obati
pasangan seksual yang kontak dengan pasien 60 hari sebelum timbul gejala (notifikasi
pasangan), dianjurkan pula untuk tidak melakukan hubungan seksual (abstinensia) sampai
terbukti sembuh secara laboratories, dan bila tidak dapat menahan diri dianjurkan untuk
memakai kondom, melakukan kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan ke-7, serta
sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Tidak lupa juga diberikan
konseling kepada pasien mengenai penyakit pasien, penyebab dan cara penularannya,
komplikasi jika tidak diobati secara tuntas, terapi dan aturan penggunaannya, serta
prognosanya (Harningtyas, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Harningtyas CD. Pemberian Terapi Oral untuk Pasien Uretritis Gonore dengan Komplikasi Lokal
pada Pria: Laporan Kasus. Journal of Agromedicine and Medical Science. 2017: 3(3).

2.7 Cara Pemeriksaan Penyakit Gonorea

Kementerian Kesehatan RI (2011)b memberikan pedoman tentang tata cara melakukan


diagnosis gonore yang terdiri dari:
1) Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau paramedis dengan menanyakan
beberapa informasi terkait penyakit kepada pasien untuk membantu menentukan faktor
resiko pasien, menegakkan diagnosis sebelum melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.

2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di daerah sekitar genital pria atau wanita dengan bantuan lampu
sorot yang dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada
wanita dan pria memiliki perbedaan seperti:
a) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dengan posisi litotomi.
Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan kedua labia dan diperhatikan adanya tanda
kemerahan, pembengkakan, luka/ lecet, massa atau duh tubuh vagina (cairan yang
keluar dari dalam vagina, bukan darah dan bukan air seni).
b) Pasien pria, diperiksa dengan posisi duduk/ berdiri. Pemeriksaan dilakukan dengan
melihat pada daerah penis adanya tanda kemerahan, luka/ lecet, duh tubuh uretra
(cairan yang keluar dari uretra, bukan darah dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada
pasien pria sebelum dilakukan pemeriksaan diharapkan untuk tidak berkemih selama 1
jam (3 jam lebih baik).

3) Pengambilan spesimen berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2011)b dengan gejala tubuh


uretra terdiri dari:
a) Pasien laki-laki, pengambilan bahan duh tubuh genitalia dengan sengkelit steril atau
dengan swab berujung kecil.
b) Pasien wanita sudah menikah, pengambilan spesimen dilakukan dengan menggunakan
spekulum steril yang dimasukkan kedalam vagina.
c) Pasien wanita belum menikah, pengambilan spesimen dilakukan tidak menggunakan
spekulum karena dapat merusak selaput darahnya, tetapi digunakan sengkelit steril
untuk pengambilan spesimen dari dalam vagina.
4) Pemeriksaan laboratorium

Menurut Daili (2009), pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan cara:


a) Pemeriksaan gram
Pemeriksaan gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas tinggi terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh
endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak terlalu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif dan dapat
ditemukan di dalam maupun luar sel leukosit.
b) Kultur bakteri
Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media pertumbuhan
Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram
positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan
pada pasien wanita.
c) Tes definitif
Tes definitif dengan oksidasi akan ditemukan semua Neisseria gonorrhoeae yang
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi merah muda
sampai merah lembayung, sedangkan pada tes fermentasi dapat dibedakan
N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa saja.
d) Tes betalaktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak perubahan warna koloni dari
kuning menjadi merah.
e) Tes thomson
Tes ini dilakukan dengan menampung urin setelah bangun pagi ke dalam 2 gelas dan
tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif
jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih.

5) Pemeriksaan lain
Jenis pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosis gonore sesuai
Kementerian Kesehatan RI (2011)b terdiri dari pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan
anoskopi.

Anda mungkin juga menyukai