Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Yoga Rosi Susanto
NIM 172310101138

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HEMATEMESIS MELENA

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns. Jon Hafan Sutawardana, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB.

Oleh :
Yoga Rosi Susanto
NIM 172310101138

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Hematemesis Melena”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas
Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal,
2. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB dosen yang telah membimbing dalam
penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik,
3. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 12 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... iv
1.1 Definisi ........................................................................................................... 1
1.2 Anatomi dan Fisiologi .................................................................................... 1
1.3 Epidimiologi ................................................................................................... 3
1.4 Etiologi ........................................................................................................... 3
1.5 Patofisiologi .................................................................................................... 4
1.6 Manifestasi Klinis .......................................................................................... 5
1.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 5
1.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................................. 6
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI ........................... 7
2.1 Pengkajian ...................................................................................................... 7
2.2 Diagnosa ......................................................................................................... 10
2.3 Intervensi ........................................................................................................ 13
2.4 Evaluasi ..........................................................................................................
BAB 3. PATHWAYS ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Hematemesis Melena

Hemetemesis merupakan muntah darah, darah bisa dalam bentuk segar


(bekuan/ gumpalan/ cairan warna cerah) atau berubah menjadi kecoklatan dan
berbentuk seperti butiran kopi yang tercampur dengan enzim dan asam
lambung. Melena diartikan tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas.
Melena terjadi jika hemoglobin diubah menjadi hermatin atau hemokrom
lainnya oleh bakteri setelah 14 jam. (Sudoyo, 2009)

Hematemesis merupakan muntah darah berwarna hitam seperti bubuk


kopi atau ampas kopi sedangkan melena adalah berak yang berwarna hitam,
lembek yang dikarenakannya mengandung darah yang sudah berubah bentuk.
Hematemesis Melana sendiri merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada
saluran pencernaan bagian atas. Perdarahan saluran pencernaan bagian atas
tidak hanya terjadi hematemesis saja tapi terkadang disertai dengan melena,
sedangkan melena tidak selalu disertai dengan hematemesis. Hematemesis
umumnya menandakan perdararahan terjadi di sebelah proksimal dari
ligamentum Treitz, karena perdarahan di bawah duodenum sangat jarang
masuk ke lambung. (Suthajo, 2015)

1.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Sistem pencernaan

Bagian saluran pencernaan atas meliputi:

1
1. Rongga mulut
Rongga mulut berbatas atas dengan rongga hidung, di belakang
berbatas dengan faring, berbatas depan dengan lubang mulut. Di dalam
rongga mulut terdapat organ pendukung pencernaan seperti gigi, lidah,
kelenjar ludah dan jaringa-jaringan lunak mulut. (Kuntoadi, 2019)
Fungsi utama rongga mulut adalah menerima makanan dan
minuman dari luar tubuh melalui lubang mulut dan kemudian makanan
menuju faring. (Kuntoadi, 2019)
2. Faring

Rongga terbagi atas 3 bagian, bagian paling atas naso faring,


bagian tengah oro faring dan bagian bawah laringo faring. Naso faring
terletak di belakang rongga hidung. Oro faring terdapat sepasang kelenjar
tonsil yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh, epiglottis yang berfungsi
menutup trakea saat proses menelan. Laringofaring terdapat dua saluran
yaitu saluran makanan dan saluran pernapasan. (Kuntoadi, 2019)

3. Esophagus

Bagian esophagus yang bermuara di lambung disebut cardia dan


berfungsi sebagai katup. Lambung memanjang di bawah cardia dan
melebar ke kiri. (Kuntoadi, 2019)

4. Lambung

Gambar 2. Lambung

2
(Kuntoadi, 2019) Lambung merupakan organ yang cukup besar,
sehinggan terdapat 4 bagian lambung yaitu
a. Fundus
Sisi bagian paling atas puncak lambung
b. Cardia
Sisi kanan yang tepat bersebalahan dengan pintu sphinter LES
lambung
c. Korpus
Bagian tengah badan lambung, tempat penyimpanan sementara
bahan makanan
d. Pylorus
Sisi bawah kanan lambung yang bersebelahan dengan sphincter
pyloric, bentuknya berangsur-angsur mengecil yang berlanjut
menuju usus kecil duodenum.
1.3 Epidemiologi

Di negara barat insiden perdarahan akut saluran pencernaan bagian


atas mencapai 100 per 100.000 penduduk/tahun, insiden ini banyak terjadi
pada laki-laki dan setiap bertambah usia insiden ini meningkat. Di Indonesia
sendiri kejadian sangatlah jarang terjadi, sehingga perhitungannya masih tidak
dapat diketahui. Kebanyakan kasus hematemesis adalah keadaan gawat
dirumah sakit yang menimbulkan 8%-14% kematian dirumah sakit. Di
Indonesia perdarahan karena rupture varises gastroesofagus merupakan
penyebab tersering yaitu sekitar 50%-60%, gastritis erosifa hemoragika
sekitar 25%-30%, tukak peptic sekitar 10%-15% dan karena sebab lainya <
5%. (Almi, 2013)

1.4 Etiologi

Hematemesis sebagai akibat dari perdarahan saluran cerna bagian atas.


(Suthajo, 2015) Etiologi yang sering menyebabkan terjadi perdarahan saluran
makanan atas adalah:

3
1. Varises dan gastropati hipertensi portal, pendarahan dan pecahnya
varises terjadi mendadak dan massif. Sering terjadi akibat dari
hipertensi portal sekunder dari sirosis hati. Penderita tidak pernah
mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Darah yang
dimuntahkan berwarna kehitama-hitaman dan tidak membeku
karena sudah bercampur dengan asam lambung
2. Tukak peptic
3. Karsinoma esofagus
4. Gastritis Erosif
5. Robeknya mukosa esofago-gastrik, sering terjadi pada penderita
yang muntah terus menerus
6. Sebab lain (karsinoma dan esophagitis)

Tanda dan gejala pada pasien hematemesis melena adalah


hematemesis, melena, mengeluarkan darah dari rectum, syok, akral teraba
dingin dan basah,penyakit hati kronis, dan koagulopati pupura serta memar,
demam ringan antara 38-39o C, nyeri pada lambung, nafsu makan menurun,
hiperperistaltik, jika terjadi perdarahan yang panjang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan Hb dan Ht. (Suthajo, 2015)

Obat-obatan yang dapat menimbulkan hematemesis yaitu : golongan


kortikosteroid, butazolidin, reserpine, spironolakton. Golongan obat-obat
tersebut dapat menimbulkan hiperasiditas. (Almi, 2013)

1.5 Patofisiologi

Pecahnya varises esophagus mengakibatkan perdarahan


gastrointestinal massif yang selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangannya
darah secara tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan
perfusi jaringan. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan jaringan
mengakibatkan disfungsi seluler. (Suthajo, 2015)

Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi


berwarna gelap bahkan hitam, perubahan ini disebabkan oleh HCL lambung,

4
pepsin, dan pigmen porfirin. Perdarahan 50-100cc baru dijumpai keadaan
melena, feses tetap berwarna hitam selama 48-72 jam. Darah yang
tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah pendarahan tunggal.
(Suthajo, 2015)

1.6 Manifestasi Klinis

(Suthajo, 2015) Manifestasi klinis dari perdarahan saluran cerna


bagian atas beragam tergantung dari lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah
yang hilang, pendarahan yang terus menerus atau tidak. Manifestasi klinis
meliputi:

1. Anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang


berlangsung lama
2. Hematemesis dengan atau melena disertai anemia atau tanpa,
dengan atau tanpa gangguan hemodinamik

Pendarahan yang kurang dari 500 ml jarang memberikan gejala yang


sistemik, kecuali penderita anemi, dimana kehilangan sedikit darah saja akan
mengganggu keseimbangan hemodinamik. (Suthajo, 2015)

1.7 Pemeriksaan Penunjang

(Almi, 2013) Pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan awal:

a. Darah : Hb menurun, Ht menurun kurang dari 38,8%-50%


b. SGOT, SGPT yang meningkat petunjuk kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan
c. Albumin, rendah kemampuan sel hati kurang
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) kadar menurun
e. Pemeriksaan kadar elektrolit dalam pembatasa garam dalam diet
f. Kadar gula darah tinggi
g. Pemeriksaan market serologi tanda ureus (HBSAg/HBSAB, HBeAg)

5
Pemeriksaan prothrombin time, partial thromboplastin time dan faal
kemostatis diperlukan untuk menyingkirakan adanya kelainan faktor
pembekuan. (Almi, 2013)

Pemeriksaan endoskopi untuk menentukan tempat asal dan sumber


perdarahan. Pada perdarahan saluran cerna bagian atas pemeriksaan endoskopi
dapat dilakukan secara darurat atau setelah hematemesis berhenti. (Almi,
2013)

1.8 Penatalaksanaan Medis

(Almi, 2013) Penatalaksaan non medis meliputi bed rest, puasa hingga perdarahan
berhenti dan diet cair. Sedangkan penatalaksanaan medis yaitu:

1. Pemberian cairan infus Ringer Laktat (RL 20 tetes/menit)


2. Endoskopi
3. Pemasangan NGT untuk mengevaluasi perdarahan yang sedang
berlangsung
4. Pemberian obat paracetamol 3x500 mg untuk analgetik
5. Omeprazole 2x40 mg tablet untuk mengurangi sej=kresi asam lambung
dengan cara menghambat enzim H+, K+. ATPase
6. Sukralfat 2x500 mg intravena
7. Jika Hb <8 dilakukan transfuse darah.

6
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI

2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Tanggal lahir : 6 Juni 1955
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Ojek
Alamat : Jl. Sumput RT 07/03
No. rekam Medis : 1449189
Tanggal MRS : 1 September 2019
Tanggal Pemeriksaan : 3 September 2019
Diagnosa medis : Hematemesis Melena
b. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Buang air besar berwarna kehitaman di sertai muntah darah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. S dating ke Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan keluhan
buang air besar berwarma kehitaman sejak 3 minggu yang lalu.
BAB kehitaman dialami 8 kali dalam 3 minggu. Mual muntah juga
dirasakan . muntah diikuti darah sudah dialami 3 kali dalam 3
minggu kira-kira masing-masing sebanyak 1 gelas belimbing.
Pasien merasakan nyeri pada bagian ulu hati dengan skala 6 dan
bagian tengah perut terlebih jika ditekan, selain itu pasien juga
mengeluh badan terasa lemas disertai kepala pusing.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit maag sejak usia 30
tahun, namun semakin parah semenjak 6 tahun terakhir. Hal ini
dirasakan sejak mempunyai sakit asam urat dengan keluhan

7
kakinya yang nyeri dan kadang bengkak. Pasien meminum obat
anti nyeri ibuprofen yang diberi dokter. Namun pasien tidak dapat
mengontrol secara teratur dan tetap meminum obat tersebut tanpa
kontrol ke dokter. Riwayat hipertensi, diabetes, penyakit hati dan
kebiasaan minum alcohol serta merokok tidak ada.
4. Riwayat penyakit keluarga
a) Keluarga pasien tidak pernah sakit seperti ini
b) Keluarga pasien tidak memiliki riwayat diabetes
c) Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
5. Riwayat kebiasaan
a) Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat ibuprofen
b) Tidak meminum alcohol
c) Tidak merokok
6. Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien mengatakan tidak nafsu makan, saat dipaksa makan oleh
keluarganya klien tidak menghabiskan makanannya karena
merasa mual
BB Sebelum MRS : 60 kg
BB Saar MRS : 55 kg
Porsi makan sebelum MRS : 10 sendok makan
Porsi makan saat MRS : 3 Sendok makan
Mual (+)
Muntah darah (+)
b) Pola aktivitas
Klien mengatakan badan terasa lemas disertai pusing kepala,
cepat lelah ketika kerja berat
c) Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan pola istirahat dan tidurnya normal. Klien tidur
6-7 jam/ hari
d) Pola eliminasi

8
BAB kehitaman dialami selama 8 kali dalam 3 minggu.
e) Pola hubungan peran
Klien mengatakan tidak dapat mencari nafkah karena kondisinya
saat ini
f) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien terganggu dalam beribadah karena rasa nyeri yang muncul
g) Pola seksualitas
Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pasien terlihat lemas dan kesakitan
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S: 37,1 oC
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : Inspeksi, keadaan rambut dan kulit kepala bersih,
penyebaran rambut merata dan tidak ada lesi. Palpasi, tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
Wajah : inspeksi, tampak lemas, simetris kanan kiri. Palpasi, tidak
ada nyeri tekan, dan tidak ada massa
Mata : inspeksi, konjutiva anemis. Palpasi, tidak ada nyeri tekan
pada kedua bola mata, kedua bola mata teraba lunak
Hidung : inspeksi, simetris kanan dan kiri, tidak tampak adanya
septum deviasi. Palpasi, tidak ada nyeri tekan pada hidung.
Mulut : inspeksi, gigi depan utuh
Leher : inspeksi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Palpasi,
tidak ada nyeri tekan.
4. Pemeriksaan thorax

9
Inspeksi : bentuk dada normal, bentuk dada simetris kanan kiri,
frekuensi napas : 20 x/menit
Palpasi :getaran vocal fremitus teraba, tidak ada masa, tidak ada
nyeri tekan.
Perkusi : sonor pada semua lapang paru, tidak terdengar adanya
penimbunan cairan
Aukultasi : bunyi napas vesikuler, tidak ada suara tambahan. Suara
jantung s1 dan s2 reguler
5. Pemeriksaan ekstermitas
Tidak terdapat sianosis, dan tidak ditemukan edema dan eritema
palmaris.
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : perut Nampak datar
Perkusi : suara timpani, pekak pada daerah hepar
Palpasi : nyeri tekan pada epigastrium
Aukultasi : bising usus normal
d. Data penunjang
HB : 6 gr/dl
HT : 36%
Trombosit : 182.000/uL
Leukosit : 10.700/uL
Faal hati SGOT 21 U/L
SGPT 20 U/L
2.2 Diagnosa
NO Data Etiologi Masalah

1. DS : Pasien mengatakan Gastritis erosif Disfungsi


nyeri pada bagian ulu hati motilitas
dengan skala 6 dan bagian Muntah dan gastrointestinal
tengah perut terlebih jika mual b.d program
ditekan pengobatan d.d

10
Nyeri abdomen nyeri abdomen
DO :
1. klien tampak Perdarahan
kesakitan
2. TD 90/60 mmHg Feses berwarna
3. Hb 6 gr/dl hitam dan
muntah darah
2. DS : Pasien mengatakan Gastritis erosif Defisiensi
bahwa tidak nafsu makan, volume cairan
pasien merasakan lemas Perdarahan b.d. kehilangan
disertai pusing kepala. cairan aktif
Mual dan
muntah
DO :

1. Hb 6 gr/dl Nafsu makan

2. Ht 36% menurun

3. TD 90/70 mmHg
4. Muntah (+) Porsi makan

5. Mual (+) tidak adekuat

6. BB sebelum MRS 60
Kg Penurunan berat

7. BB saat MRS 55 Kg badan

8. Porsi makan sebelum


MRS 10 sendok Defisiensi

9. Porsi makan saat volume cairan

MSR 3 sendok

Konjungtiva anemis

3. DS : Pasien mengatakan Gastritis erosive Nyeri akut b.d


nyeri pada bagian ulu hati agen cedera
dengan skala 6 dan bagian Perdarahan biologis

11
tengah perut terlebih jika
ditekan Nyeri di ulu hati

DO : Nyeri akut
klien tampak kesakitan

12
2.3 Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional TTD

1. Disfungsi motilitas Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitor BAB 1. Untuk


gastrointestinal b.d tindakan keperawatan termasuk memonitor µ
program pengobatan d.d selama 3 x 24 jam frekuensi, perdarahan
Ns. G
nyeri abdomen diharapakan disfungsi konsistensi, pada
motilitas gastrointestinal bentuk, volume, gastrointest
yang dialami hilang dan warna inal
Kriteria hasil : dengan cara 2. Agar
Fungsi Gastrointestinal tepat pasien
(1015) 2. Evaluasi profil dapat
1. Warna feses medikasi terkait mengontrol
dipertahankan dari dengan efek medikasi
skala 2 ditingkatkan samping-efek yang
ke skala 4 samping diberikan
2. Nyeri perut gastrointestinal 3. Agar
dipertahankan dari 3. Pilih jenis dan mengurang
skala 3 ditingkatkan ukuran selang i

13
ke 5 nasogastrik perdarahan
3. Hematemesis dengan pada
dipertahankan dari mempertimbang gastrointest
skala 2 ditingkatkan kan penggunaan inal
ke skala 5 dan rasionalisasi
dilakukannya
Pengetahuan: pengobatan
penyisipan
1. Penggunaan yang
benar dari obat yang
diresepkan
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5
2. Teknik pemantauan
sendiri
dipertahankan dari
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5

14
2. Defisien volume cairan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Untuk
b.d kehilangan cairan tindakan keperawatan dan gejala mengurang µ
aktif selama 3x24 jam perdarahan yang i
Ns. G
diharapkan terus menerus perdaharan
ketidakseimbangan nutrisi 2. Tes semua pada
yang dialami menjadi sekresi terhadap gastointesti
seimbang adanya darah nal
Kriteria Hasil: dan perhatikan 2. Untuk
Keseimbangan cairan adanya darah meningkat
(0601) dalam kan nutrisi
1. Tekanan darah muntahan, 3. Untuk
dipertahankan pada sputum, feses, meningkat
skala 3 ditingkatkan urin, drainase kan
ke skala 5 NGT, drain luka, volume
2. Hematokrit jika diperlukan cairan
dipertahankan pada 3. Dokumentasi dalam
skala 3 ditingkatkan warna, jumlah tubuh
ke skala 5 dan karakter dari
3. Pusing feses

15
dipertahankan pada 4. Instruksikan
skala 3 ditingkatkan pasien dan atau
ke skala 5 keluarga untuk
Nafsu Makan (1014) menghindari
1. Hasrat/keinginan penggunaan obat
untuk makanan anti inflamasi
dipertahankan pada 5. Monitor berat
skala 3 ditingkatkan badan
ke skala 5 6. Monitor asupan
2. Intake makanan dan pengeluaran
dipertahankan skala 7. Dorong pasien
3 ditingkatkan ke untuk belajar
skala 5 strategi
mengatasi mual
Keparahan kehilangan
sendiri
darah (0413)
8. Kaji emesis
1. Hematemesis terkait warna,
dipertahankan pada konsistensi, akan
skala 3 ditingkatkan adanya darah,

16
ke skala 5 waktu, dan
2. Penurunan sejauh mana
hemoglobin (Hgb) kekuatan emesis
dipertahankan pada 9. Dapatkan
skala 2 ditingkatkan riwayat
ke skala 5 makanan seperti
3. Penurunan makanan yang
hematokrit (Hct) disukai, yang
dipertahankan pada tidak disukai dan
skala 2 ditingkatkan preferensi
ke skala 5 makanan sesuai
budaya.
Keparahan mual dan
muntah

1. Frekuensi mual
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5
2. Frekuensi muntah

17
dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan
ke skala 5
3. Kehilangan berat
badan dipertahankan
pada skala 3
ditingkatkan ke
skala 5
4. Muntahan serbuk
kopi dipertahankan
pada skala 3
ditingkatkan ke
skala 5
3. Nyeri akut b.d agen Tujuan : Setelah dilakukan 1. Cek perintah 1. Untuk
cedera biologis tindakan keperawatan pengobatan mengurang µ
selama 2x24 jam meliputi obat, i rasa nyeri
Ns. G
diharapkan nyeri yang dosis, dan 2. Untuk
dialami menghilang frekuensi obat mengetahu
analgesik yang i

18
Kriteria Hasil: diresepkan keefektifan
2. Monitor tanda obat
Kontrol nyeri (1605)
vital sebelum
1. Mengenali kapan dan sesudah
nyeri terjadi memberikan
dipertahankan pada analgesik
skala 3 ditingkatkan 3. Evaluasi
ke skala 5 keefektifan
2. Menggunakan analgesik
analgesik yang dengan interval
direkomendasikan yang teratur
dipertahankan pada pada setiap
skala 3 ditingkatkan pemberian
ke skala 5 4. Ajarkan prinsip-

Tingkat nyeri (2120) primsip


manajemen
1. Menyeringit
nyeri
dipertahankan pada
5. Ajarkan
skala 3 ditingkatkan
penggunaan

19
ke skala 5 teknik non
2. Tekanan darah farmakologi
dipertahankan pada seperti relaksasi,
skala 3 ditingkatkan terapi musik,
ke skala 5 terapi aktivitas

2.4 Evaluasi

Tanggal dan jam Diagnosa Evaluasi Paraf

Disfungsi motilitas S : Pasien mengatakan nyeri


gastrointestinal b.d program pada ulu hati dan perut bagian µ
pengobatan d.d nyeri abdomen tengah berkurang
Ns. G
O:

1. TD 100/70 mmHg
2. Hb 8 gr/dl
3. Bentuk feses masih
lembek
4. Warna feses hitam

20
dengan frekuensi yang
berkurang

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1 dan 3

Defisien volume cairan b.d S : Pasien mengatakan nafsu


kehilangan cairan aktif makan meningkat, mual dan µ
muntah berkurang
Ns. G
O:

1. TD 100 mmHg
2. BB 60 kg
3. Porsi makan 8 sendok
4. Hb 8 gr/dl
5. Ht 37%

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,


dan 8

21
Nyeri akut b.d agen cedera S : Pasien mengatakan nyeri
biologis berkurang µ
O:
Ns. G
1. TD 100/70 mmHg
2. Skala nyeri 2

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1,3,5

22
BAB 3 PATHWAYS

Kelainan esofagus: varises Kelainan lambung dan


Penyakit sistemik : serosis Obat-obatan golongan
esofagus, esofagitis, duodenum : tukak
hati kortikostiroid
keganasan esofagus lambung, keganasan

Obstruksi aliran darah O2 Mukosa terhambat


Tekanan portal meningkat Iritasi mukosa lambung lewat hati

Asam lambung meningkat


Pembuluh darah pecah Erosi dan ulserasi Pembentukan kolateral

Inflamasi mukosa
Kerusakan vaskuler pada Distensi pembuluh darah
mukosa lambung abdomen

Hematemesis melena varises

1. Defisiensi volume cairan Pembuluh darah ruptur


2. Disfungsi motilitas gastrointestinal
3. Perubahan nutrisi
4. Gangguan perfusi jaringan

23
DAFTAR PUSTAKA

Almi. (2013). Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif dengan Riwayat


Penggunaan Obat NSADI pada pasien Laki-laki lanjut usia. Medula Vol.
1(1).

Fadila, Nur Milani. (2015). Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif


dengan Anemia dan Riwayat Gout Atritis. Medula Vol. 4(2).

Kuntoadi, Gama B. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi. Jakarta: Pantera


Publishing.

Sudoyo A W, Setiyabudi B, Alwi I, Simadibrata M., dan Setiati. (2009). Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Sutjahjo, Ari. (2015). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga


University Press.

24

Anda mungkin juga menyukai