PERSALINAN NORMAL
oleh:
Zanuba Munawarah, S.Kep.
NIM 212311101095
e. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang
dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR.
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan serviks. Proses dilanjutkan dengan
terjadinya penurunan kepala bayi yang akan menimbulkan rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-
10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area
plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan
plasenta terlepas secara bertahap. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon
prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
f. Tahapan persalinan
Dalam Kurniarum (2016), Terdapat 4 kala atau 4 tahapan dalam
persalinan normal, antara lain:
1. Kala I
2. Kala II
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangsungnya kala III tidak lebih
dari 30 menit. Kala III juga disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Berikut fisiologi pada saat kala III:
a) Segera setelah bayi dan air ketuban tidak berada dalam uterus, kontraksi
terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil
b) Ukuran tempat melekatnya plasenta juga mengecil, plasenta menjadi
tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus
c) Sebagian pembuluh darah yang kecil robek saat plasenta lepas. Tempat
melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya
berkontraksi (kehilangan darah 350-360 cc/menit)
d) Setelah plasenta lahir, dinding uterus berkontraksi dan menekan semua
pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan
dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Manajemen aktif kala III (MAK III) yang dapat dilakukan adalah
(Karjatin, 2016) :
a) Pemberian suntikan oksitosin 10 unit yang diberikan IntraMuskuler
dalam 1 menit setelah bayi lahir
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) sampai muncul
tanda pelepasan plasenta yaitu :
- Perubahan ukuran dan bentuk uterus
- Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
- Tali pusat memanjang
- Semburan darah tiba tiba
c) Masase fundus uteri
Pemantauan Kala III dapat dilakukan dengan cara;
a) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada
maka tunggu sampai bayi kedua lahir
b) Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak
rawat bayi segera
4. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Kala IV merupakan kala paling kritis karena proses perdarahan yang
berlangsung. Kala IV merupakan masa 1 jam setelah plasenta lahir.
Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelahpersalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu
dipantau lebih sering. Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi
pada masa ini. Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah :
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan tanda vital
c) Kontraksi uterus
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc
Fisiologi kala IV yaitu setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang
lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah
yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini
akanmenghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Terdapat Tujuh (7) langkah pemantauan yang dilakukan pada kala IV
a) Kontraksi rahim: Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah
plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah
mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang
normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak
terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan
uterus akan terjadi atonia uteri.
b) Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
c) Kandung kencing: Kandung kencing harus kosong, kalau penuh ibu
diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi
uterus berkontraksi sepenuhnya.
d) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak Evaluasi
laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan
laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas:
- Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit
perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali
jika terjadi perdarahan
- Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan
dengan teknik jelujur
- Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani external
- Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini
memerlukan teknik dan prosedur khusus
e) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
f) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
- Keadaan Umun Ibu
1) Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan
setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu
tidak stabil pantau lebih sering
2) Apakah ibu membutuhkan minum
3) Apakah ibu akan memegang bayinya
4) Pemeriksaan tanda vital
5) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri:
6) Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan berada
dibawah umbilicus. Periksa fundus : 2-3 kali dalam 10 menit
pertama, Setiap15 menit pada jam pertama setelah persalinan,
Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, Masage
fundus (jika perlu)untuk menimbulkan kontraksi
g) Bayi dalam kondisi baik
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urine protein (albumin) untuk mengetahui adanya risiko pada
keadaan preeklamsimaupun adanya gangguan pada ginjal yang dilakukan
pada trimester II dan III. Dilakukan juga pemeriksaan urin gula dan
pemeriksaan darah.
2. Usg (Ultrasonografi)
Digunakan untuk melihat gambaran janin, plasenta dan uterus
3. Memakai alat kardiotokografi
Alat ini digunakan untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynometer untuk mendeteksi kontraksi uterus yang kemudian
kudanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran
keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama
h. Persiapan persalinan
Beberapa hal yang harus disiapkan untuk persalinan diantaranya :
1) Ibu
a) Baju tidur, 3 buah
b) Underware secukupnya
c) Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi
d) Pembalut khusus, 1 bungkus
e) Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
2) Bayi
a) Popok dan gurita bayi, 1-2 buah.
b) Baju bayi, 1-2 buah
c) Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah.
d) Selimut,topi dan kaos kaki bayi
e) Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3) Penolong
a) Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki,
celemek.
b) Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
c) Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi : pastikan bahwa
rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC), pencahayaan cukup
dan bebas dari tiupan angin.
d) Alat, Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup):
1. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
2. Gunting tali pusat
3. Benang tali pusat
4. Kateter nelaton
5. Gunting episiotomy
6. Alat pemecah selaput ketuban
7. 2 pasang sarung tangan
8. Kasa atau kain kecil
9. Gulungan kapas basah
10. Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai
11. Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
12. 4 kain bersih
13. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
e) Bahan
1. Partograf
2. Termometer
3. Pita pengukur
4. Feteskop/ dopler
5. Jam tangan detik
6. Stetoskop
7. Tensi meter
8. Sarung tangan bersih
4) Obat-obatan
a) Ibu
1. 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml.
2. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
epinefrin.
3. 3 botol RL
4. 2 Ampul metal ergometrin maleat (disimpan dalam suhu 280C)
b) Bayi
1. Salep mata tetrasiklin
2. Vit K 1 mg
3. Konsep Dasar Partograf
a. Pengertian Partograf
Partograf merupakan alat penting yang mampu mengidentifikasi
komplikasi bagi pemberi pelayanan dan melakukan rujukan pada momendan
fasilitas yang ideal untuk mendapatkan penanganan (Ruhayati & safrida,
2017). Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan (Kemenkes RI, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa partograf
merupakan alat bantu yang digunakan oleh tenaga kesehatan selama fase
persalinan untuk mengidentifikasi terjadinya komplikasi pada pasien.
b. Tujuan Partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2. Mendeteksi apakah proses persalinan secara normal. Dengan demikian,
juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :
1. Memcatat kemajuan persalinan
2. Memcatat kondisi ibu dan janin
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan Kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu (Depkes RI 2004)
c. Penggunaan Partograf
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendaatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamantan jiwa.
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun
adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membantu keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran
d. Pencatatan Partograf
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan, catat waktu terjadinya pecah ketuban
2. Kesehatan dan kenyaman janin
Kolom, lajur dan skala pada angka pada partograf adalah untuk pencatat
Denyut Jantung Janin (DJJ) air ketuban dan penyusupan (kepala Janin).
a) Denyut Jantung Janin
Nilai dan catat Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian tersebut,
menunjukan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukan DJJ, catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis terputus. Kisaran normal
DJJ terpapar pada partograf di antara garis tabel angka 180 dan 100.
Tetapi, penolong harus sudah waspada dila DJJ dibawah 120 atau atas
160. Tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ meliputi
kisaran normal sisi partograf
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah,
catatan temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lanjur DJJ
gunakan lambing-lambang berikut ini:
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
Mekoniun dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya
gawatjanin, jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama
untukmengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.
Jika adatanda-tanda gawat janin (denyut jantung Janin < 100 atau
>180 kaliper menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
sesuai. Tapijika terdapat mekonium kental segera rujuk ibu ke tempat
yang memilikiasuhan kegawatdarurat obstretri dan bayi baru lahir
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepalabayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang
kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukankemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD)
ketidak mampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang yang
saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan
disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau
kondisi janin dankemajuan persalinan, lakukan tindakan pertolongan
awal yang sesuai danrujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang
panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, nilaipenyusupan kepala janin. Gunakan lambang-
lambang berikut:
0 = tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
1 = tulang-tulang kepala janin hanya saling bersebtuhan.
2 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan.
3 = tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera ditepi kolam paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur
dan kotak tersendiri, setiap angka/kotak menunjukan besarnya pembukaan
serviks. Kotak yangsatu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya,
menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga
menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak
dibagian ini menyatakan waktu 30 menit
a) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan
fisik dalam bab ini nilai dan catatan pembukaan serviks setiap 4 jam
(lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada
dalam fase aktif persalinan. Catat pada partograf hasil temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda “x” harus tulis digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-
temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama
fase persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “x” dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan
fisik di bab ini setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),
atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catatan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan
normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala,
turunnya bagian terbawah/ presentasi janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks sebesar 7 cm. Kata-kata “turunnya kepala” dan
garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda “ ○ “ pada garis waktu yang sesuai.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai digaris waspada. Jika pembukaan servisk mengarah kesebelah
kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka
harus dipertimbangkan pla adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dan lain-lain). Pertimbangkan pula adanya tindakan
intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan runjukan ke fasilitas
kesehatan rujukan (rumah Sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak
tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4
jalur ke sisi kanan, jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan
garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampau.
4. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16 setiap kotak menyatakan waktu
satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera kotak- kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga
puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya.
5. Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu patograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit“ di sebelah luar kolom paling kiri Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
6. Obat –obatan dan cairan yang diberikan
a. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
b) Obat-obata lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan.
- Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam.
b) Volume urine, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu setiap 2 jam atau setiap kali
ibu berkemih. Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton dalam urine.
8. Asuhan, Pengamatan dan keputusan Klinik Lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Asuhan, pengmatan dan atau keputusan klinik mencakup:
a) Jumlah cairan per oral yang diberikan
b) Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
c) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
d) Persiapan sebelum melakukan rujukan
e) Upaya rujukan.
d. Ketepatan penggunaan partograf
Partograf dikatakan tepat pada saat tepat dalam penggunaannya, tepat dalam
menganalisis data, tepat dalam pengisian data, dan tepat dalam pencatatan pelaporan
partograf tersebut, sedangkan partograf dikatakan tidak tepat yaitu pada saat
pencatatan pelaporan di akhir tindakan persalinan. Sehingga bidan secara awal tidak
bisa mendeteksi secara dini proses persalinan berjalan lancar atau terkendala.
Penggunaan partograf yang digunakan secara tidak tepat dan tidak konsisten, maka
partograf tidak akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan
persalinan dan yang lainnya.
3. Pohon Masalah
4. Konsep asuhan keperawatan dan data yang perlu dikaji
KALA I
A. Fase Laten
Riwayat Kesehatan : meliputi riwayat kesehatan sekarang dan mulai his,
ketuban, perdarahan pervaginam bila ada. Riwayat kesehatan saat
kehamilan ini, meliputi riwayat ANC, keluhan selama hamil, penyakit
selama hamil. Riwayat kesehatan masa lalu bila ada
1) Pengakajian
a) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas.
b) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan.
c) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir. Kontraksi uterus, Pembentukan segmen
atas reham dan segmen bawah Rahim, Penarikan serviks Pada akhir
kehamilan, Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri
eksterna, Pembukaan serviks Pembukaan, Pemecahan kantong
ketuban
d) Nutrisi dan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar
disebabkan oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh.
Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan
suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan
cairan. Lambung yang penuh akan menimbulkan ketidaknyamanan,
oleh sebab itu ibutidak dianjurkan untuk makan atau minum terlalu
berlebihan, tetapi makan dan minum yang cukup untuk
mempertahankan energi dan menghindari dehidrasi.
e) Eliminasi
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi
glomelurus serta aliran plasma ke renal. Kandung kemih harus selalu
dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat
penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung kemih
serta menghindari retensi uri selama melahirka
f) Tanda-tanda vital
Tekanan darah meningkat selama kontraksi dengan kenaikan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg dan diastolic 5-10 mmHg. Perubahan suhu,
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1o C. Suhu
badan yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun bila
keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini mengindikasikan
adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain
selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena hal ini bisa
merupakan tanda infeksi. Denyut jantung, Denyut jantung yang
sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu
dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
Pernafasan, peningkatan pernafasan ini desebabkan karena adanya
rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernafasan yang
tidak benar.
2) Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik ibu meliputi, keadaan umum,
pemeriksaan head to toe, vaginal toucher.
3) Pemeriksaan janin. Kesejahteraan janin diperiksa DJJ (denyut jantung
janin)meliputi frekuensi, irama, dan intesitas.
4) Pencatatan Partograf
Alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam
proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil
keputusan klinik khususnya pada persalinan kala satu, dan mendeteksi
apakah prosespersalinan berjalan secara normal.
Bagian-bagian partograf
a) Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks: dinilai dengan angka 0-10 dengan memberikan
tanda (X) pada tepi kolom kiri lembar patograf. Turunnya bagian
terendah dan kepala janin: dinilai dengan skala 0-5, hal ini juga
memnunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin ke dalam
panggul. Kontraksi uterus: pencatatan kontraksi uterus segaris dengan
pembukaan pada serviks
b) Kondisi Janin
Denyut jantung janin: dinilai setiap 30 menit dengan kisaran normal
DJJ 120-160 x/menit. Warna dan volume air ketuban. Nilai air
ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dengan
menggunakan lambang sebagai berikut: U (Jika ketuban Utuh belum
pecah), J (Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih), M (Jika
ketuban sudah pecah dan airketuban bercampur dengan Mekoneum),
D (Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan
Darah), K (Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering).
Moulase kepala janin, Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai
penyusupan kepala janin dengan menggunakan lambang sebagai
berikut: 0 (Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat diraba), 1 (Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan), 2 (Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tetapi masih dapat dipisahkan), 3 (Tulang-tulang kepala janin
tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan)
c) Kondisi ibu.
Tekanan darah, nadi dan suhu badan, Volume urine, Obat dan cairan
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri melahirkan b/d dilatasi serviks
b) Inkontinensia Stres b.d peningkatan tekanan intraabdomen
c) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
d) Koping tidak efektif b.d ketidakadekuatan sistem pendukung.
e) Deficit pengetahuan b.d kurang mengingat informasi yang
diberikan,kesalahan interpretasi informasi terkait persalinan.
f) Resiko cedera pada janin b.d persalinan lama kala I,II, III
g) Risiko infeksi b.d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi
fekal
B. Fase Aktif
1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
padaprimipara).
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri persalinan b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi.
b) Resiko cedera pada janin b.d persalinan lama kala I,II, III
c) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b.d efek obat-obatan
pertambahan mobilitas gastrik.
KALA II
1) Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan.
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/
teknik relaksasi.
- Lingkaran hitam di bawah mata.
b) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
e) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan
g) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm).
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri melahirkan b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b) Resiko cedera pada janin
c) Keletihan b.d kondisi fisiologis
KALA III
1) Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembalinormal dengan cepat.
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi.
- Nadi melambat
c) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
d) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan.
b) Resiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum (atonia uteri, retensio
plasenta)
c) Kerusakan integritas jaringan b.d luka episiotomi
KALA IV
1) Pengkajian
a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
c) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e) Makanan/cairan
f) Mengeluh haus, lapar atau mual
g) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal.
h) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
i) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
j) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Ketidaknyamanan pasca partum b.d trauma perineum selama
persalinandan kelahiran
b) Resiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum (atonia uteri, retensio
plasenta)
c) Resiko infeksi b.d luka perinium
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Kurniarum, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Edisi
Legawati. 2018. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka
Media.
Palmer, L. L. dan G. H. Coats. 2017. Safe Maternity & Pediatric Nursing Care.
Sudarmin. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Masa Kerja Dengan Sikap Bidan
Tentang Partograf Di Puskesmas Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia
Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2018. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kendari