Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN VENTRICULAR


SEPTAL DEFECT (VSD)

Disusun untuk melengkapi tugas Stase Keperawatan Anak dengan Dosen


Pembimbing Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes

oleh
Yoga Rosi Susanto, S.Kep
NIM 212311101106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB 1. KONSEP PENYAKIT ...................................................................... 1
1.1 Definisi......................................................................................... 1
1.2 Epidemiologi ............................................................................... 1
1.3 Etiologi ........................................................................................ 2
1.4 Klasifikasi............................................................................... 2
1.5 Patofisiologi ................................................................................. 3
1.6 Manifestasi Klinik ....................................................................... 4
1.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 5
1.8 Penatalaksanaan............................................................................ 6
1.9 Clinical Pathway.......................................................................... 8
BAB 2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .......................... 9
2.1 Assessment / Pengkajian ............................................................ 9
2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 15
2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB 1. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Defek septum ventrikel merupakan kondisi kelainan lahir jantung
dimana terdapat lubang di dinding (septum) yang memisahkan dua bilik
bawah (ventrikel) dari jantung. Pada anak dengan defek septum ventrikel,
darah sering mengalir dari ventrikel kiri melalui defek septum ventrikel ke
ventrikel kanan dan ke paru – paru sehingga memicu jantung dan paru-paru
bekerja lebih keras. Hal tersebut berpotensi mengalami komplikasi seperti
gagal jantung, hipertensi pulmonal, aritmia atau stroke (Centers for Disease
Control and Prevention, 2020)
VSD adalah kebocoran pada sekat antar ventrikel jantung, kondisi
penyakit jantung bawaan ini dapat terjadi pada janin sejak usia kehamilan 8
minggu. Pada kondisi anak dengan VSD septum ventrikel tidak terbentuk
sempurna sehingga menimbulkan lubang. Lubang tersebut berupa tunggal
atau majemuk yang dapat mengakibatkan darah mengalir dari ventrikel kiri
ke ventrikel kanan ataupun sebaliknya (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,
2021). VSD adalah kebocoran pada sekat antar ventrikel jantung, kondisi
penyakit jantung bawaan ini dapat terjadi pada janin sejak usia kehamilan 8
minggu.

Gambar 1.1 Defek Septum Ventrikel Pada Anak


Sumber: (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, 2021)
1.2 Epidemiologi
Ventricular Septal Defect menempati peringkat terbanyak dari seluruh
jenis penyakit jantung bawaan yakni 20-30% dengan kejadian sekitar 283
bayi per 100.000 kelahiran hidup. Klien dengan VSD yang kecil biasanya
tetap asimptomatik sebaliknya 10% bayi VSD dengan defect yang besar akan
1
muncul tanda – tanda gagal jantung (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,
2021). Berdasarkan Pratomo dkk. (2016) menyebutkan prevalensi VSD
adalah defek jantung kongenital paling banyak ditemukan antara 2,6 sampai
5,7 tiap 1000 kelahiran hidup. VSD terisolasi menyumbang 37% dari semua
penyakit jantung bawaan pada anak – anak. Insidensi VSD terisolasi sekitar
0,3% dari bayi baru lahir, karena 90% nantinya dapat menutup secara
spontan; insiden secara signifikan lebih rendah pada orang dewasa (Dakkak
dan Oliver, 2021).

1.3 Etiologi
VSD terjadi ketika terdapat kelainan perkembangan atau gangguan dalam
pembentukan septum interventrikular selama embriologis kompleks
morfogenesis jantung. VSD juga dapat disebabkan karena hubungan dengan
kelainan jantung bawaan lainnya seperti atrial septal defect, patent ductus
arteriosus, right aortic arch dan pulmonic stenosis. VSD ditemukan pada
beberapa kasus seperti koarktasio aorta dan stenosis sub-aorta serta sering
menjadi komponen penyakit jantung bawaan kompleks Tetralogi Fallot
(Dakkak dan Oliver, 2021)
Faktor genetik telah di identifikasi menyebabkan VSD termasuk
kromosom, gen tunggal dan pewarisan poligenik. Mutasi TBX5 ditemukan
menyebabkan defek septum pada klien dengan sindrom Holt-Oram. Faktor
resiko selain genetic yang dapat menyebabkan VSD meliputi; infeksi rubella,
diabetes mellitus pada ibu dan fenilketonuria. Pajanan racun seperti alkohol,
ganja, kokain dan efek farmakologis seperti metronidazole dan ibuprofen
berkontribusi menyebabkan VSD (Dakkak dan Oliver, 2021).

1.4 Klasifikasi
Bayi dengan defek septum ventrikel dapat mempunyai satu atau lebih
lubang di tempat yang berbeda dari septum. Berikut pengklasifikasian
berdasarkan lokasi defek sektum (Centers for Disease Control and
Prevention, 2020) :

2
a. Conoventricular Ventricular Septal Defect, merupakan VSD dengan
lubang dimana bagian septum ventrikel harus bertemu tepat dibawah katup
pulmonal dan aorta.
b. Perimembranous Ventricular Septal Defect merupakan VSD dengan
lubang di bagian atas septum ventrikel yang dekat tempat darah masuk ke
ventrikel melalui katup trikuspidalis dan mitral. Jenis kelaina septum
ventrikel ini mungkin merupakan bagian dari kelainan jantung lain yang
disebut kelainan septum atreoventrikular (AVSD).
c. Muscular Ventricular Septal Defect merupakan VSD dengan lubang
dibagian bawah, bagian otot septum ventrikel dan merupakan jenis defek
septum ventrikel yang paling umum terjadi.
1.5 Patofisiologi
Ventrikel septal defek menyebabkan hubungan aliran darah pada
ventrikel yang terutama terjadi selama sistole. Ukuran defek dan tahanan
darah pulmonal menentukan jumlah aliran darah dari jantung kiri ke jantung
kanan kemudian ke arteri pulmonalis. VSD restriktif terjadi bila terdapat
aliran yang terbatas yang melalui defek karena ukuran defek yang kecil
sehingga terjadi gradient tekanan antara ventrikel kiri dan kanan. Tipe ini
sering menimbulkan gejala yang minimal dan dapat menutup secara spontan
pada 5 tahun pertama kehidupan. Defek yang berukuran besar dikatakan
hampir sama dengan ukuran annulus aorta dan akan terjadi hubungan di
antara kedua ventrikel (Pratomo dkk., 2016).
Tekanan akan sama di kedua ventrikel dan karena pulmonary vascular
resistance biasanya hanya 1/6 dari systemic vascular resistance maka aliran
darah pulmonal akan lebih besar dari aliran darah sistemik. Aliran darah yang
berlebihan ini akan menyebabkan dilatasi atrium kiri, ventrikel kiri dan bisa
juga ventrikel kanan. Pasien akan mengalami gejala gagal jantung kongestif
pada usia kira-kira 1 bulan, setelah PVR mulai turun, bila defek yang
dipunyai berukuran sangat besar. Sebanyak 15% pasien dengan VSD besar
berkembang menjadi hipertensi pulmonal yang akan berkembang lebih lanjut
menjadi penyakit obstruktif vascular pulmonal pada usia 20 tahun (Pratomo
dkk., 2016)

3
Gejala bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai pada tanda dan gejala
gagal jantung kongestif. Laju dan derajat keparahan gejala bergantung pada
usia pasien, ukuran defek dan derajat hubungan aliran darah kiri ke kanan.
Anak dengan VSD akan menunjukkan gejala takipnea, takikardi, mudah lelah
dengan beraktivitas dan sering mengalami infeksi saluran pernafasan. Pasien
dapat menunjukkan gejala sianosis ringan bila mengalami infeksi saluran
nafas atau kelebihan aliran darah pulmonal (Pratomo dkk., 2016).
Banyaknya aliran darah ke pulmonal yang berlangsung dalam waktu
lama akibat VSD ukuran besar yang tidak segera diperbaiki, akan
menyebabkan kerusakan pembuluh darah pulmonal yang bersifat ireversibel.
Pasien tidak akan memberikan keluhan oleh karena berkurangnya aliran darah
ke pulmonal akibat terjadinya peningkatan tekanan darah pulmonal. Tahap
akhir dari perjalanan penyakit ini adalah berbaliknya arah aliran shunt yang
awalnya dari kiri ke kanan menjadi dari kanan ke kiri, dan hal ini dinamakan
sindroma Eisenmeinger. Apabila kondisi ini telah terjadi maka perbaikan
VSD secara pembedahan bukan merupakan terapi lagi. Waktu terjadinya
kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal yang
ireversibel ini sangat bervariasi, sehingga koreksi VSD banyak dilakukan
pada tahun pertama kehidupan (Pratomo dkk., 2016).

1.6 Manifestasi Klinik


Manifestasi klnis terkait VSD bergantung pada ukuran defek dan
besarnya pirau kiri ke kanan dengan penjelasan sebagai berikut :
a. VSD Kecil
Biasanya klien memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Pada saat
pemeriksaan fisik bayi oleh cardiologist ditemukan bunyi jantung
abnormal yaitu murmur. Keluhan berupa gangguan makan dan
pertumbuhan tidak ditemukan (Ramaswarny, 2020).
b. VSD Sedang
Bayi terlihat berkeringat berlebihan sebagai akibat dari peningkatan saraf
simpatis. Keringat dan kelelahan terlihat selama bayi diberikan ASI
disebabkan kebutuhan untuk peningkatan curah jantung. Adanya takipnea

4
saat istirahat ataupun saat makan. Tanda klinis yang ditemukan berupa
penurunan berat badan yang disebabkan oleh kebutuhan kalori yang
meningkat dan ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara memadai.
Infeksi pernapasan mungkin sering terjadi. Terjadi penurunan PVR
(Pulmonary vascular resistence) pada bayi usia 2 sampai 3 bulan. Kondisi
tersebut cenderung terjadi pada awal bayi premature (Ramaswarny, 2020).
c. VSD Besar
Ditemukan sama seperti tanda dan gejala VSD sedang, namun terjadi
perburukan pada penurunan berat badan seiringnya terjadi infeksi saluran
pernapasan, sindrom eisenmenger juga ditemukan. Saat bayi beraktivitas
terjadi dipsnea, sianosis, nyeri dada, sinkop dan hemoptysis (Ramaswarny,
2020).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen Thorax
Pemeriksaan roentgen untuk melihat kondisi jantung dan paru paru. Pada
klien VSD menunjukkan pulmonary vascular marking bila terjadi
hubungan aliran darah yang besar, juga adanya pembesaran atrium kiri
(Pratomo dkk., 2016).
b. Elektrokardiogram
Hasil elektrokardiogram dapat normal pada defek yang sangat kecil
sedangkan hipertrofi ventrikel kiri dapat ditemukan pada klien dengan
defek yang kecil dan moderat. Hipertrofi ventrikel kanan (biventricular)
dapat dijumpai pada defek yang sedang sampai besar. Hipertrofi ventrikel
kanan yang berat dapat terjadi jika terdapat penyakit obstruktif vascular
pulmonal (Pratomo dkk., 2016)
c. Echocardiogram
Pada klien VSD hasil pemeriksaan echocardiogram menunjukkan
peningkatan ukuran atrium dan ventrikel kiri yang tergantung pada ukuran
VSD itu sendiri. Lokasi dan ukuran VSD dapat ditunjukkan dengan
echochardiografi dua dimensi. Hubungan aliran darah kiri ke kanan yang
melewati VSD dapat dilihat dengan echocardiografi Doppler (Pratomo
dkk., 2016).

5
1.8 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Bayi dengan VSD sedang hingga besar harus menerima pengobatan
agresif dengan tindakan anti kongestif termauks digoxin, diuretic
(furosemide dan aladactone), serta agen pereduksi afterload (angiostensin
converting enzyme inhibitor : captropil atau enalopril dan lainnya).
Digoxin berguna dalam pengelolaan CHF pada bayi dan anak – anak.
Pemberian furosemide saat kronis diperlukan, aldactone dapat
ditambahkan untuk efek hemat kaliumnya. Optimalisasi nutrisi,
pemeliharaan kadar hemoglobin yang memadai serta penanganan terkait
gejala pernapasan menjadi bagian dari manejemen pada bayi dengan VSD
(Rao dan Harris, 2018).
a. Pembedahan Jantung terbuka.
Perbaikan VSD dengan pembedahan pada umumnya meliputi penutupan
patch atau kadang penutupan primer menggunakan CPB melalui
sternotomi median. Prosedur pembedahan dilakukan dengan membuka
rongga thoraks melalui insisi kemudian menjahit lubang atau celah
panjang pada jantung. Selama pembedahan kerja jantung dan paru paru
akan digantikan sementara oleh mesin CPB (Heart Lung Machine) (Rao
dan Harris, 2018).

Gambar 1.2 Goretex patch dipasang untuk menutup lubang VSD


Sumber: (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, 2021)
b. Pulmonary artery banding
Merupakan pilihan tindakan yang dilakukan pada bayi untuk
membatasi aliran darah pulmonal dan memberikan waktu pada bayi tersebut
untuk tumbuh dan berkembang kemudian pembedahan untuk menutup defek
6
ventrikel dilakukan setelah anak berumur 4 tahun. Namun pembedahan satu
tahap dengan penutupan ventrikel lebih banyak dilakukan saat ini walaupun
pada bayi kurang dari setahun. Pulmonary artery banding masih berperan
penting pada pasien dengan VSD muscular yang multipel atau kelainan lain
yang berhubungan dengan VSD dan peningkatan perfusi pembuluh darah
pulmonal seperti TGA ( Transposititon of great arteries) dengan disertai
VSD. Video assisted cardioscopy (VAC) digunakan di beberapa tempat untuk
meningkatkan visualisasi struktur jantung yang kecil pada ruang yang terbatas
selama pembedahan jantung untuk koreksi penyakit jantung kongenital
(Pratomo dkk., 2016).
c. Kateterisasi
Indikasi penggunaan teknik kateterisasi meliputi VSD tipe muscular
baik apical maupun multipel. Teknik transkateter dapat sebagai teknik
tambahan atau alternative pembedahan. Pemeriksaan dengan echo-Doppler
dapat memberikan hasil yang baik sehingga prosedur kateterisasi tidak selalu
rutin dilakukan. Prosedur kateterisasi yaitu dengan memasukkan kateter ke
dalam pembuluh darah melalui pangkal paha, yang menuju jantung. Jarring
khusus pada ujung kateter difungsikan untuk menutup lubang (Pratomo dkk.,
2016).

Gambar 1.3 Kateterisasi pada kasus VSD


Sumber: (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, 2021)

7
1.9 Clinical Pathway
Faktor Eksogen: Pajanan racun
Faktor Endogen : genetik mutasi
alkohol, efek farmakologis, infeksi Ventrikel Septal Defek TBX5, syndrome down
rubella

Pirau ventrikel kiri ke ventrikel kanan

Volume ke paru paru menurun

Tekanan ventrikel kanan meningkat

Volume sekuncup turun Oedema Paru Aliran darah ke


Hipertrofi otot paru meningkat
ventrikel kanan
Curah jantung menurun Hipertensi Kerja paru paru
Fibrotik katup
Pulmonal meningkat
Workload arteri pulmonal
Kebutuhan oksigen dan zat
nutrisi untuk metabolisme
Takipnea RR meningkat Atrium kanan tidak dapat
tidak seimbang Aliran darah
mengimbangi peningkatan balik ke ventrikel
workload kiri
Sesak napas saat
Berat badan sulit beraktivitas dan D.0005
bertambah bermain Pola Napas D.0019 Defisit Darah, CO2 dan
Pembesaran atrium kanan Nutrisi
Tidak O2 bercampur
Efektif
D.0106 Gangguan Tumbuh Lemas, tidak
Kembang cukup energi Gejala CHF Sesak napas Mengalir ke
saat makan seluruh tubuh
dan minum
D.0056 Intoleransi D.0008 Penurunan Curah
Aktivitas Jantung 8
BAB 2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan terstruktur dan sistematis, mulai dari
pengumpulan data, verifikasi data, dan komunikasi data dari sumber
informasi. Pada fase pengkajian ini terdapat dua langkah yaitu pengumpulan
data dari klien (sumber primer) dan keluarga, tenaga kesehatan (sumber
sekunder) serta analisa data untuk diagnosa keperawatan (Rohmah dan
Walid, 2019). Pengkajian pada anak dapat dilakuakn dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik
a. Identitas
Identitas klien anak meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal MRS, nomor register, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan pasien
satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan kepurtusan untuk tindakan invasif atau
non invasif. Selain itu dicantumkan pula identitas penanggung jawab
klien anak yaitu orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1. Diagnosa medis : Diagnosa medis ditegakkan oleh dokter yaitu
Ventricular Septal Defect (VSD)
2. Keluhan Utama : merupakan keluhan paling mengganggu yang
dirasakan pasien sehingga datang ke pelayanan kesehatan. anak
dengan VSD bisanya mengeluhkan sesak nafas atau lemas
3. Riwayat kesehatan sekarang : merupakan kronologis peristiwa
terkait penyakit klien yang sekarang dialami sejak klien mengalami
keluhan pertama kalinya sampai klien memutuskan ke palayanan
kesehatan. Anak dengan VSD bisanya memiliki manifestasi klinis
anak, berkeringat, sesak nafas atau nafas cepat dan terdengar berat,
nafsu makan menurun serta berat badan sulit naik, mudah rewel,
mudah merasa lelah, dan kulit tampak pucat.

9
4. Riwayat kesehatan lalu : merupakan penyakit terdahulu yang
pernah diderita pasien tersebut, seperti apakah pernah menjalani
tindakan pembedahan ataupun masa hospitalisasi.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Perawat mengkaji terkait penyakit anggota keluarga yang dapat
menganggu proses pembentukan tubuh janin, karena klien dengan
VSD terganggu dalam pembentukan jantung ketika masih di dalam
kandungan. Perlu dikaji apakah sebelumnya orang tua klien
memiliki penyakit jantung bawaan dalam keluarga atau kelainan
genetic
c. Imunisasi
Kaji terkait kelengkapan imunisasi anak, dan kapan terakhir klien
diberikan imunisasi
d. Pengkajian pola gordon
N
Pola Gordon Komponen Pengkajian
O
1 Pola persepsi dan Perawat harus melakukan anamnesis kepada orang tua
pemeliharaan tentang persepsi sehat-sakit, pengetahuan status kesehatan
kesehatan pasien saat ini, perilaku untuk mengatasi kesehatan dan pola
pemeliharaan kesehatan anak
2 Pola nutrisi dan Perawat dapat mengkaji terkait atropometri, biokimia,
metabolisme clinical sign, dan diet pattern. Kaji apakah terdapat keluhan
nafsu makan menurun, mual muntah, terjadi gejala anoreksia
dan Membran mukosa pucat. Anak dengan VSD biasanya
mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan
dan mudah merasa lelah apabila makan misalnya pada bayi
merasa cepat lelah saat diberikan ASI
3 Pola eliminasi Perawat mengkajia tentang bagaimana pola eliminasi klien
termasuk pola BAK dan BAB. Klien dengan VSD biasanya
jumlah hasil eliminasi tubuhnya sedikit karena intake nutrisi
yang masuk tidak adekuat
4 Pola aktivitas dan Perawat mengkaji bagaimana anak beraktivitas sehari – hari,
10
latihan kemandirian terkait activity daily living. Klien dengan VSD
akan cenderung untuk membatasi kegiatan dan
memperbanyak untuk tirah baring karena mudah merasakan
kelelahan dan mengalami intoleransi aktivitas
5 Pola tidur dan Perawat mengkaji terkait pola tidur dan istirahat, durasi tidur
istirahat dan istirahat serta identifikasi terkait hambatan atau faktor
pengganggu saat tidur dan istirahat.
6 Pola Kognitif dan Perawat dapat mengkaji terkait pengambilan keputusan
konseptual orang tua dalam upaya pemeliharaan kesehatan klien anak

7 Pola persepsi diri Perawat dapat mengkaji pola persepsi diri klien atau
pandangan klien terhadap dirinya sendiri. Pada anak masa
remaja perlu di identifikasi terkait konsep diri
8 Pola peran dan Perawat mengkaji bagaimana kedekatan pasien dengan
hubungan keluarganya dan apa peran klien di dalam keluarganya.
9 Pola seksualitas Mengkaji terkait pola seksualitas dan reproduksi orang tua
dan reproduksi yang berkontribusi menyebabkan gangguan atau kelainan
pada anak
10 Pola toleransi Mengkaji respons emosi pasien terhadap penyakit yang
koping- stress dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada pasien, yaitu timbul
seperti ketakutan atau kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara
sadar biasa digunakan pasien selama masa stres meliputi
kemampuan pasien untuk mendiskusikan masalah kesehatan
saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat
stres.
11 Pola tata nilai dan Perawat mengkaji nilai keyakinan dan budaya yang berlaku

11
kepercayaan di lingkungan tempat tinggal klien
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan metode head to toe dengan cara menginspeksi
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Berikut, pemeriksaan fisik pada anak dengan VSD
1. Kesadaran : Klien VSD biasanya datang ke RS dalam kondisi composmentis
GCS E4V5M6 dan mengeluh sesak (dyspnea), lelah, kondisi
pucat, mudah berkeringat, apabila dalam kondisi berat
ditemukan sianosis pada bibir dan kuku..
2. Tanda-tanda vital : terkait dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu,
turgor kulit, dan frekuensi pernafasan. Klien VSD mengalami
takikardi, peningkatan tekanan darah, dyspnea
3. Sistem Tubuh (Head to toe)
i) Kepala dan Leher
Mengkaji bentuk kepala, kondisi rambut, apakah ada pembesaran pada
leher, kaji terdapat lesi atau tidak di kepala, periksa kaku kuduk pada
leher, kaji simetris wajah, inspeksi ukuran kelenjar getah bening, periksa
adanya distensi vena jugularis, raba tekstur, kaji terdapat nyeri tekan atau
tidak di bagian kepala dan leher. Klien hipertiroid biasanya mengalami
distensi vena jugularis.
ii) Sistem Integumen
menginspeksi warna kulit pucat atau tidak, kuku, turgor kulit, suhu kulit,
tekstur kulit, mobilitas, dan, periksa CRT pasien, perlu dilihat adanya
clubbing finger dan cyanosis.
iii) Sistem Pernafasan
periksa suara dan pola nafas, pasien VSD didapatkan nafas pendek,
dyspnea, irama nafas tidak teratur, terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan. tida adanya suara nafas tambahan seperti ronkhi, wheezing
dan snoring. ekspansi paru, perkusi suara paru, suara nafas vesikuler
iv) Sistem Kardiovaskuler
kaji bentuk dada, kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi dada, palpasi
adanya nyeri tekan, , suara jantung, auskultasi S1 dan S2, , Klien VSD

12
mengalami holosystolik mumur yang terdengar keras dan paling baik
didengarkan pada batas bawah sternum. Pada defek yang sangat kecil
walaupun mumur dimulai pada saat suara jantung pertama namun
berlangsung tidak sepanjang sistole. Makin pendek mumur makin kecil
defek yang terjadi. Juga terjadi kardiomegali.
v) Sistem gastrointestinal
inspeksi bentuk, warna kulit, adanya kesimetrisan, penonjolan, ada
tidaknya asites, auskultasi periksa bising usus, perkusi ada tidaknya masa.
Kaji ada tidaknya nyeri pada pembesaran organ.
vi) Sistem perkemihan
Inspeksi bentuk genitalia, warna, ukuran adanya lesi, aritema, palpasi nyeri
tekan atau tidak. Kaji terkait pola BAK dan BAB apakah terdapat
inkontinensia urin.
vii) Sistem muskoloskeletal
Inspeksi gerak tangan antara dekstra dan sinistra, terdapat lesi atau tidak,
kekuatan otot, palpasi adanya nyeri tekan atau tidak, adanya massa atau
tidak. Biasanya pada pasien VSD mengalami penurunan kekuatan otot,
kelemahan dan malaise.
viii) Sistem neurologis
kaji tingkat kesadaran pasien (biasanya berkisar pada tingkat
composmentis), pemeriksaan kemampuan bicara (biasanya pasien tidak
mengalami hambatan komunikasi), orientasi tempat, waktu dan orang,
periksa respon emosi, daya ingat (biasanya terjadi penurunan proses
berpikir efek nyeri dan prognosis penyakit), periksa daya ingat, periksa
kemampuan berhitung. Kaji fungi motoric klien seperti tes fungsi
cerevellar, fungsi sesorik seperti menyentuh kulit dan benda panas dan
dingin, refleks tendon dalam termasuk bisep dan trisep, serta syaraf kranial
1. Nervus olfaktorius (kajiperubahan indera penghidu, yang merupakan
gejala terjadinya anoreksia)
2. Nervus optikus (kaji terdapat disfungsi presepsi visual)
3. Nervus okulomotorius, toklearis dan abdusen (kaji paralisis, penurunan
kekuatan otot)

13
4. Nervus trigeminus (kaji kemampuan penurunan koordinasi gerakan
mengunyah)
5. Nervus Fasialis (Presepsi pengecapan pada anak)
6. Nervus vestibulokoklearis (kaji apakah terdapat tuli konduksi maupun
tuli presepsi)
7. Nervus glosofaringeus dan vagus (kaji terkait kemampuan gangguan
menelan)
8. Nervus acecorius (kaji terkait atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius)
9. Nevus hipoglosus (kaji kesimetrisan lidah, tidak atau terdapat deviasi
pada satu sisi dan perubahan indera pengecapan yang merupakan gejala
terjadi anoreksia)

e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rongtgen Thorax : menunjukkan pulmonary vascular
marking bila pirau besar dan terdapat kardiomegali yaitu pembesaran
atrium kiri
2. Elektrokardiogram : tampak normal apabila defek sangat kecil,
hipertrofi ventrikel kiri dijumpai pada klien dengan defek yang kecil
dan moderat. Hipertrofi ventrikel kanan atau biventricular pada defek
besar
3. Echocardiogram : menunjukkan peningkatan ukuran atrium dan
ventrikel kiri yang tergantung pada ukuran VSD.

14
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon pasien,
keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat. Berikut diagnosa keperawatan klien anak
dengan VSD berdasarkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
a. D.0008 Penurunan curah jantung b.d peningkatan kerja jantung
b. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi
c. D.0019 Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makan
d. D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
e. D.0106 Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik

15
2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 D.0008 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan I.02075 Perawatan Jantung
jantung b.d peningkatan asuhan Definisi : mengidentifikasi merawat dan membatasi
kerja jantung keperawatan selama 3 x 24 jam komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan
diharapkan curah jantung klien konsumsi oksigen miokard
Definisi: meningkat kriteria hasil sebagai Observasi
ketidakadekuatan jantung berikut: 1. Identifikasi manifestasi klinis primer penurunan curah
memompa darah untuk Kriteria Hasil: : jantung seperti dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,
memenuhi kebutuhan L. 02008 Curah Jantung paroxysmal nocturnal dyspnea, dan peningkatan CVP
metabolisme tubuh Definisi : keadekuatan jantung 2. Monitor EKG 12 sadapan
memompa darah untuk memenuhi 3. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
kebutuhan metabolisme tubuh pemberian obat seperti ACE inhibitor, beta blocker,
a. Palpitasi : 5 (menurun) digoksin.
b. Takikardi : 5 (menurun) Terapeutik
c. Gambaran EKG aritmia : 5 4. Posisikan semifowler atau fowler pada anak
(menurun) Edukasi
d. Lelah : 5 (menurun) 5. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
e. Murmur jantung : 5 6. Anjurkan pasien dengan melibatkan keluarga mengukur
(menurun) berat badan harian
Kolaborasi
7. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. D.0005 Pola napas tidak Tujuan: I. 01014 Pemantauan Respirasi
efektif b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
energi asuhan memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan

16
keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas.
Definisi: inspirasi dan diharapkan pola napas klien Observasi
atau ekspirasi yang tidak membaik dengan kriteria hasil 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, upaya napas, dan
memberikan ventilasi sebagai berikut: pola napas seperti takipnea, hiperventilasi, kussmaul
adekuat L.01004 Pola Napas cheyne-stokes, biot, ataksik
Definisi : Insipirasi dan atau 2. Auskultasi bunyi napas
ekspirasi yang tidak 3. Monitor bunyi napas
memberikan ventilasi adekuat Terapeutik
a. Dispnea : 5 (menurun) 4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Frekuensi napas : 5 5. Dokumentasikan hasil pemantauan
(membaik) Edukasi
c. Kedalaman napas : 5 6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(membaik) 7. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
d. Ekskursi dada : 5 (membaik)
e. Penggunaan otot bantu napas
: 5 (menurun)

3. D.0019 Defisit nutrisi b.d Tujuan: I. 03119 Manajemen Nutrisi


ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
mencerna makan asuhan yang seimbang
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan status nutrisi klien 1. Identifikasi nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi membaik dengan kriteria hasil 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
tidak cukup untuk sebagai berikut: 3. Monitor berat badan
memenuhi kebutuhan L. 03030 Status Nutrisi Terapeutik
metabolisme Definisi : keadekuatan asupan 4. Fasilitasi menentukan pedoman diet seperti piramida
nutrisi untuk memenuhi makanan
kebutuhan metabolisme 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

17
a. Porsi makanan yang Edukasi
dihabiskan : 5 (meningkat) 6. Anjurkan diet yang di programkan
b. Berat badan : 5 (membaik) Kolaborasi
c. Frekuensi makan : 5 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
(membaik) kalori dan jenis nutrient yang diperlukan
d. Membran mukosa : 5
(membaik)
e. Kekuatan otot menelan : 5
(meningkat)
4. D.0056 Intoleransi Tujuan: I. 05178 Manajemen Energi
aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
ketidakseimbangan antara asuhan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
suplai dan kebutuhan keperawatan selama 3 x 24 jam mengoptimalkan proses pemulihan
oksigen diharapkan toleransi aktivitas Observasi
Definisi : ketidakcukupan klien meningkat dengan kriteria 1. Monitor kelelahan fisik
energi untuk melakukan hasil sebagai berikut: 2. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas sehari – hari L.05047 Toleransi Aktivitas kelelahan
a. Keluhan lelah : 5 (menurun)
b. Dispnea saat beraktivitas : 5 Terapeutik
(menurun) 3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
c. Dispnea setelah beraktivitas : 4. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5 (menurun) Edukasi
d. Frekuensi napas : 5 5. Anjurkan tirah baring
(membaik) 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
e. Saturasi oksigen : 5 Kolaborasi
(meningkat) 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

18
5. D.0106 Gangguan Tujuan: I. 10339 Perawatan Perkembangan
tumbuh kembang b.d efek Setelah dilakukan tindakan Definisi: Mengidentifikasi dan merawat untuk memfasilitasi
ketidakmampuan fisik asuhan perkembangan yang optimal pada aspek motoric halus,
keperawatan selama 3 x 24 jam motoric kasar, bahasa, kognitif, sosial, emosional, di tiap
Definisi : kondisi diharapkan status tahapan usia anak.
individu mengalami perkembangan klien membaik Observasi
gangguan kemampuan dengan kriteria hasil sebagai 1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
bertumbuh dan berikut: Terapeutik
berkembang sesuai L.10101 Status 2. Pertahankan lingkungan yang mendukung
dengan kelompok usia. Perkembangan perkembangan optimal
Definisi : Kemampuan untuk 3. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
berkembang sesuai dengan 4. Fasilitasi anak melatih ketrampilan pemenuhan
kelompok usia kebutuhan secara mendiri seperti makan, sikat gigi, cuci
a. Ketrampilan atau perilaku tangan dan memakai baju
sesuai usia : 5 (meningkat) 5. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan
b. Kemampuan melakukan positif atau umpan balik atas usahanya
perawatan diri : 5 Edukasi
(meningkat) 6. Jelaskan orang tua dan atau pengasuh tentang milestone
c. Respon sosial : 5 perkembangan anak dan perilaku anak
(meningkat) 7. Ajarkan anak ketrampilan berinteraksi
d. Afek : 5 (membaik) Kolaborasi
e. Pola tidur : 5 (membaik) 8. Rujuk untuk konseling jika perlu

19
DAFTAR PUSTAKA

Centers For Disease Control And Prevention. 2020. Ventricular Septal Defect.
Https://www.cdc.gov/ncbddd/heartdefects/ventricularseptaldefect.Html.
[Diakses Pada Tanggal 31 Oktober 2021].
Dakkak, W. Dan T. I. Oliver. 2021. Ventricular Septal Defect. Treasure Island
(FL): Statpearls Publishing LLC.
Pratomo, B. Y., J. Kurniawaty, Dan K. Setiandari. 2016. Anestesi Pada Pasien
Anak Dengan Penyakit Jantung Kongenital Asianotik (PDA, ASD, VSD).
Jurnal Komplikasi Anestesi. 4(1):71–86.
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. 2021. Penutupan VSD : Perlukah Segera
Dilakukan?. Https://pjnhk.go.id/artikel/penutupan-vsd-perlukah-segera-
dilakukan. [Diakses Pada Tanggal 31 Oktober 2021].
Ramaswarny, P. 2020. Ventricular Septal Defects Clinical Presentation.
Https://Emedicine.Medscape.Com/Article/892980-Clinical. [Diakses Pada
Tanggal 31 Oktober 2021].
Rao, P. S. Dan A. D. Harris. 2018. Recent Advances In Managing Septal Defects:
Ventricular Septal Defects And Atrioventricular Septal Defects [Version 1;
Referees: 3 Approved]. F1000Research. 7(0):1–16.
Rohmah, N. Dan S. Walid. 2019. Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia). Malang: PT Literindo Berkah Karya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 2. Jakarta Selatan.

21

Anda mungkin juga menyukai