Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO MASALAH KESEHATAN JIWA : ANSIETAS

oleh:
Yoga Rosi Susanto
NIM 212311101106

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO MASALAH KESEHATAN JIWA : ANSIETAS

Disusun guna melengkapi tugas Program Studi Pendidikan Profesi Ners (PSP2N)
Stase Keperawatan Jiwa

oleh:
Yoga Rosi Susanto
NIM 212311101106

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1. Pengertian Ansietas
Ansietas merupakan perasaan dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang
terancam (Stuart, 2016 dalam Potter et al, 2020). Ansietas merupakan keadaan emosi
dan pengalaman subyektif individu dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui
secara khusus penyebabnya (Potter et al, 2020). Ansietas dapat digambarkan sebagai
perasaan khawatir, gelisah, takut dan sebagainya dan terkadang disertai keluhan fisik.
Ansietas atau kecemasan merupakan suatu respon yang normal pada seseorang ketika
menghadapi situasi yang sulit (Dalami 2009). Menurut Stuart dan Laraia (2005)
ansietas memiliki nilai yang positif karena adanya ansietas dapat menunjukkan bahwa
individu memiliki sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang tinggi dan
penggunaan pengetahuan dalam mengatasi sebuah masalah. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Heather,2014).
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir (Dalami, 2009). Ansietas dapat menjadi suatu
kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang
bersangkutan (Kozier, 2010). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas
yang terus berkepanjangan. Artinya ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik secara fisik maupun psikologis (Asmadi, 2008).

2. Epidemiologi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017) menyatakan bahwa depresi dan
kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih
dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan
(WHO, 2017). Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan
bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar 1
trilyun USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas sumberdaya manusia
(WHO, 2019). Ansietas merupakan salah satu dampak psikologis dari masalah
gangguan mental emosional (Sutejo, Keliat & Hastono, 2011). Prevalensi gangguan
mental emosional pada usia ≥ 15 tahun penduduk Indonesia berdasarkan hasil
Riskesdas 2013 sebesar 6,0% dan di Jawa Tengah sebesar 4,7%, hasil ini mengalami
penurunan dibandingkan prevalensi gangguan mental emosional pada tahun 2007
(Balitbangkes RI, 2013).
3. Tanda dan gejala ansietas
a. Merasa cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan
mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
c. Merasa takut jika sendiri atau jika berada dalam keramaian.
d. Pola tidur terganggu dan disertai mimpi buruk.
e. Terdapat gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatic seperti nyeri otot, telinga berdenging, berdebar-
debar,
sesak napas, gangguang pencernaan, gangguang berkemih atau sakit kepala.
4. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi
stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi
yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor Presdisposisi
1) Biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas. Menurut Emi dkk.
(2019) faktor presdisposisi biologis yang mempengaruhi terjadinya ansietas
didasarkan pada teori genetic dan teori biologi. Teori genetik lebi menekankan
pada perkembangan perilaku ansietas. Sedangkan teori biologi lebih
menekankan pada struktur fisiologis yakni saraf, hormone, anatomi dan kimia
saraf (Angkat, 2017).
Berdasarkan teori biologi, proses terjadinya ansietas yakni adanya
keterkaitan katekolamin, kadar neuroendokrin, neurotransmiter dan reaktivasi
autonomi. Terjadinya disregulasi sistem neurotransmitter serotonin berperan
terhadap terjadinya gangguan ansietas. Selain itu, juga terdapat teori kognitif
yang menjadi faktor presdisposisi biologis ansietas karena teori menekankan
terhadap kegiatan belajar individu dari pengalaman yang dialaminya yang
dapat mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap stimulus
(Nurkalimah, 2016).
2) Psikologis
Faktor predisposisi psikologis terjadinya ansietas didasarkan pada
teori psikoanalitik oleh Sigmund Freud yang menjelaskan bahwa ansietas
adala hasil dari ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan masalah
(Nurkalimah, 2016). Ansietas merupakan konflik emosional antara dua
elemen kepribadian yaitu ide, ego dan super ego. Ide melambangkan dorongan
insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi
(Angkat, 2017).
3) Sosial Budaya
Faktor presdisposisi social budaya didasarkan pada teori interpersonal
dan sosial budaya. Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal (Angkat, 2017). Berhubungan juga dengan trauma masa
perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri
rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat. Sedangkan teori
sosial budaya meyakini bahwa pengalaman seseorang yang sulit beradaptasi
terhadap lingkungan sosial budaya tertentu dikarenakan konsep diri dan
mekanisme koping seseorang tersebut. Hubungan interpersonal yang tidak
adekuat pada saat proses tumbuh kembang akan menjadi penyebab disfungsi
tugas perkembangan seseorang sesuai dengan usia. Konsep diri yang negative
sejak kecil akan membuat individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri terhadap kelompok social budaya. Hal inilah yang mengakibatkan
individu beresiko mengalami ansietas (Nurkhalimah, 2016).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah fakor pencetus atau situasi yang dapat menyebabkan
ansietas. Menurut PPNI (2016) faktor presipitasi tersebut antara lain :
1) Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti makan, udara, aman
nyaman.
2) Situasi yang mengancam konsep diri individu seperti kegagalan, dilemma
etik, hilangnya pengakuan dari orang ain, konflik dengan nilai-nilai yang
diyakini atau perubahan status dan kehormatan.
3) Situasi berduka atau kehilangan orang yang disayangi akibat kematian,
perceraian, perpisahan atau yang lainnya.
4) Situasi yang mengancam integritas fisik seperti kondisi menjelang ajal,
penyakit, kekerasan fisik, kecacatan dan lain-lain.
5) Situasi yang berhubungan dengan perubahan lingkungan seperti dipenjara,
hospitalisasi, pencemaran lingkungan, bencana alam dan lain-lain.
6) Situasi yang berkaitan dengan perubaan status social ekonomi seperti
pengangguran, pekerjaan baru, promosi jabatan ataupun mutase pekerjaan.
7) Situasi yang berkaitan dengan harapan-harapan yang tidak realistic.
8) Kurang terpapar informasi
9) Disfungsi sistem keluarga.
10) Penyalahgunaan zat
5. Tingkatan Ansietas

Kapasitas ansietas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
parah akan berpengaruh pada produktivitas sehari-hari. Adapun tingkat ansietas
menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam Nurkhalimah (2016) terbagi menjadi empat
tingkatan, antara lain :

a. Ansietas ringan
Ansietas ringan sering kali terjadi di kehidupan sehari-hari. Ansietas ringan
masih memilki aspek positif karena dapat menyebabkan individu waspada dan
memperluas persepsi serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas
b. Ansietas sedang
Ciri yang tampak pada seseorang yang mengalami ansietas sedang adalah
pikiran terpusat pada sesuatu yang penting dan mengesampingkan hal lain
sehingga perhatiannya selektif tetapi masih bisa melakukan sesuatu yang
terarah.
c. Ansietas berat
Seseorang yang mengalami ansietas berat akan mengakibatkan lapangan
persepsinya menyempit. Perhatiannya cenderung memusat pada suatu yang
terinci, spesifik dan cenderung tidak dapat memikirkan hal lain serta semua
perilakunya hanya ditujukan untuk mengurani ketegangan.
d. Tingkat panik
Apabila seseorang telah mencapai ansietas pada tingkat panic, maka orang
tersebut akan tampak ketakutan, mengalami tremor, tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan dan disorganisasi kepribadian. Selain itu,
akan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi serta penurunan
pemikiran yang rasional.
6. Penatalaksanaan
Tingkat ansietas dapat diukur menggunakan salah satu alat yang telah tervalidasi
di Indonesia yaitu komponen ansietas dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS-A)
(Damanik, 2014). Smeltzer & Bare (2013) menyebutkan relaksasi napas dalam
sebagai salah satu bentuk penatalaksanaan dengan melakukan relaksasi napas dalam
dan lambat secara maksimal. Slow deep breathing merupakan teknik pernapasan yang
berfungsi meningkatkan relaksasi, yang dapat menurunkan tingkat kecemasan
(Nusantoro & Listyaningsih, 2018). Jadi, terapi relaksasi slow deep breathing adalah
suatu bentuk penatalaksanaan dalam asuhan keperawatan yang dapat memberikan
respon relaksasi dan mengurangi kecemasan.
Selain itu, terdapat terapi psikofarmaka untuk mengurangi kecemasan. Terapi
psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter (sinyal penghantar saraf) di
susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah :
1. Diazepam
2. Clobazam
3. Bromazepam
4. Lorazepam
5. BuspironeHCl
6. Meprobamate
7. Alprazolam (Amandasar, 2019).
Klien juga bisa mendapatkan berbagai macam terapi psikoterapi contohnya yaitu
psikoterapi suportif, kognitif dan keluarga. Psikoterapi suportif yaitu terapi yang
dilakukan untuk memberikan motivasi semangat atau dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
Selanjutnya, yaitu psikoterapi kognitif yang dilakukan untuk memulihkan fungsi
kognitif pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat. Kemudian terdapat psikoterapi keluarga yang dilakukan untuk memperbaiki
hubungan kekeluargaan agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan
faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung (Amandasar, 2019).
7. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan

Menurut Nurkhalimah (2019), Adapun data-data yang perlu dikaji untuk bisa
menegakkan diagnosa pada pasien ansietas adalah antara lain :

1) Perilaku
Perilaku ansietas ditandai dengan produktivitas menurun, kontak mata
minimal, gelisah, pergerakan berlebihan, insomnia dan perasaan gelisah.
2) Afektif
Perasaan menyesal, iritabel, kesedihan yang mendalam, taut, gugp, sukacita
yang berlebihan, nyeri, merasa tidak berdaya, meningkatnya kekhawatiran,
focus pada diri sendiri.
3) Fisiologis
Respon fisiologis yang akan ditimbulkan pada gangguan kecemasan antara
lain, suara gemetar, tangan tremor, reflex meningkat, wajah tegang, mual,
jantung berdebar-debar, mulut kering, lemah, kesulitan bernapas,
vasokontriksi ekstermitas, nadi meningkat dan dilatasi pupil. Sebaai akibat
dari respon fisiologis tersebut maka timbul perilaku yaitu sering berkemih,
nyeri abdomen, gangguan tidur.
4) Kognitif
Respon kognitif pada orang gangguan kecemasan yaitu hambatan berpikir,
bingung, pelupa, menurunnya konsentrasi, menurunnya lapang persepsi, takur
pada sesuatu yang tidak khas, memiliki kecenderungan menyalahkan orang
lain, kesulitan berkonsentrasi, menurunnya kemampuan belajar dan
menyelesaikan masalah.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Diagnosa keperawatan yang sesuai berkaitan dengan klien dengan ansietas adalah :
1. Ansietas (D.0080)
A. Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
B. Penyebab
a) Krisis situasional
b) Keutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Hubungan orang tua dan anak tidak memuaskan
i) Faktor keturunan
j) Penyalahgunaan zat
k) Terpapar bahaya lingkungan
l) Kurang terpapar informasi
C. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
D. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpasi
d) Merasa tidak berdaya
Objektif
a) Frekuensi napas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
d) Diaphoresis
e) Tremor
f) Wajah tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada masa lalu
E. Kondisi klinik terkait
a) Penyakit kronis progresif
b) Penyakit akut
c) Hospitalisasi
d) Rencana operasi
e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
f) Penyakit neurologis
g) Tahap tumbuh kembang
2. Koping Tidak Efektif (D.0098)
A. Definisi : Ketidakmampuan menilai dan merespon stresor dan/atau
ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mengatasi
masalah.
B. Penyebab
a) Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
b) Ketidakadekuatan sistem pendukung
c) Ketidakadekuatan strategi koping
d) Ketidakteraturan atau kekacauan
e) Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stresor
f) Disffungsi sistem keluarga
g) Krisis situasional
h) Krisis maturasional
i) Kerentanan personalitas
j) Ketidakpastian
C. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengungkapkan tidak mampu menghadapi masalah
Objektif
a) Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan
b) Menggunakan koping yang tidak sesuia
D. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
b) Kekhawatiran kronis
Objektif
a) Penyalahgunaan zat
b) Memanipulasi orang lain untuk memenuhui kebutuhannya pribadi
c) Perilaku tidak asertif
d) Partisipasi sosial kurang
E. Kondisi klinik terkait
a) Kondisi perawatan kritis
b) (ADHD)
c) Gangguan perilaku
d) Oppositional Defiant Disorder
e) Gangguan kecemasan perpisahan
f) Delirium
g) Demensia
h) Ganguan amnestik
i) Intoksikasi zat
j) Putus zat
3. Gangguan Pola Tidur (D.0126)
A. Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
B. Penyebab :
a) Hambatan lingkungan
b) Kurang kontrol tidur
c) Kurang privasi
d) Restraint fisik
C. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Merasa sulit tidur
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh pola tidur berubah
Objektif
(tidak tersedia)
D. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif
(tidak tersedia)
E. Kondisi klinis terkait
a) Kecemasan
b) Nyeri
c) PPOK
d) Kondisi pasca operasi
4. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
A. Definisi : perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
B. Penyebab
a) Kurang pengendalian lingkungan
b) Gejala penyakit
c) Gangguan adaptasi kehamilan
C. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh tidak nyaman
Objektif
Gelisah
D. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh mual
d) Objektif
e) Menunjukkan gejala distress
f) Tampak meringis
g) Iritabilitas
E. Kondisi Klinis Terkait
a) Penyakit kronis
b) Distres psikologis
c) Kehamilan
5. Waham (D.0105)
A. Definisi : Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan
B. Penyebab
a) Faktor biologis : kelainan genetik/keturunan, kelainan neurologis.
b) Faktor psikodinamik
c) Maladaptasi
d) Stres berlebihan
C. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengungkapkan isi waham
Objektif
a) Menunjukan perilaku sesuai isi waham
b) Isi pikir tidak sesuai realistis
c) Isi pembicaraan sulit dimengerti
D. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Merasa sulit berkonsentrasi
b) Merasa khawatir
Objektif
a) Curiga berlebihan
b) Waspada berlebihan
c) Bicara berlebihan
d) Sikap menentang atau bermusuhan
e) Wajah tegang
f) Pola tidur berubah
g) Tidak mampu mengambil keputusan
h) Produktifitas kerja menurun
i) Tidak mampu merawat diri
j) Menarik diri
E. Kondisi klinik terkait
a) Skizofrenia
b) Gangguan sistem limbik
c) Gangguan ganglia basalis
d) Tumor otak
e) Depresi
c. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosis SLKI SIKI
1 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas (1.09314)
(D.0080) (L.09093) Observasi :
Kriteria hasil :
Monitor tanda-tanda ansietas
1. Verbalisasi khawatir Terapeutik :
terhadap kondisi yang
1. Ciptakan suasana
dihadapi ditingkatkan
terpaeutik untuk
dari skala 3 (sedang) ke
menumbuhkan kepercayaan
skala 4 (cukup
2. Pahami situasi yang
menurun) membuat ansietas dengarkan
2. Perilaku gelisah
dengan penuh perhatian
ditingkatkan dari skala
3. Gunakan pendekatan yang
3 (sedang) ke skala 4
tenang dan meyakinkan
(cukup menurun)
4. Motivasi mengidentifkasi
3. Keluhan pusing
situasi yang memicu
ditingkatkan dari skala
kecemasan
3 (sedang) ke skala 4
Edukasi
(cukup menurun) 1. Anjurkan mengungkapkan
4. Pola tidur ditingkatkan
perasaan dan persepsi
dari skala 3 (sedang) ke
2. Latih kegiatan pengalihan
skala 4 (cukup
untuk mengurangi
membaik)
ketegangan
3. Latih penggubaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
4. Latih teknik relaksasi
2. Koping tidak Status Koping (L.09086) Promosi Koping (1.09312)
efektif (D.0098) Kriteria Hasil : Observasi :
1. Kemampuan
Identifikasi dampak situasi
memenuhi peran
terhadap peran dan hubungan
sesuai usia
Terapeutik :
ditingkatkan dari skala
1. Gunakan pendekatan
3 (sedang) ke skala 4 yang tenang dan
(cukup membaik)
meyakinkan
2. Perilaku koping tidak
2. Berikan pilihan realistis
efektif ditingkatkan
terhadap aspek aspek
dari skala 3 (sedang) tertentu dalam perawatan
ke skala 4 (cukup 3. Motivasi terlibat dalam
membaik) kegiatan sosial
3. Verbalisasi 4. Kurangi ransangan
kemampuan lingkungan yang
ditingkatkan dari skala mengancam
3 (sedang) ke skala 4 Edukasi
(cukup membaik) 1. Anjurkan penggunaan
4. mengatasi masalah sumber spriritual yang
ditingkatkan dari skala ada
3 (sedang) ke skala 4 2. Latih menggunakan
(cukup membaik) teknik relaksasi
5. Verbalisasi pengakuan 3. Latih keterampilan sosial
masalah ditingkatkan 4. Ajarkan cara
dari skala 3 (sedang) memecahkan masalah
ke skala 4 (cukup
membaik)
6. Verbalisasi kelemahan
diri ditingkatkan dari
skala 3 (sedang) ke
skala 4 (cukup
membaik)
3 Gangguan Pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)
Tidur (D.0126) Kriteria hasil : Observasi
1. Keluhan sulit tidur Identifikasi pola aktivitas dan
ditingkatkan dari skala 3 tidur
(sedang) ke skala 2 Terapeutik
(cukup menurun) 1. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan sering terjaga 2. Batasi tidur siang jika
ditingkatkan dari skala 3 perlu
(sedang) ke skala 2 3. Tetapkan jadwal tidur
(cukup menurun) rutin
3. Keluhan pola tidur 4. Fasilitasi menghilangkan
berubah ditingkatkan dari stress
skala 3 (sedang) ke skala Edukasi
2 (cukup menurun) 1. Jelaskan pentingnya tidur
2. Anjurkan kebiasaan tidur
tepat waktu
3. Ajarkan relaksasi
4. Gangguan Status Kenyamanan Terapi relaksasi (I.09326)
Rasa Nyaman (L.08064) Observasi
(D.0074) Kriteria hasil : Identifikasi teknik relaksasi
1. Keluhan tidak nyaman yang pernah digunakan
ditingkatkan dari skala 3 Terapeutik
(sedang) ke skala 2 1. Ciptakan lingkungan yang
(cukup menurun) nyaman dan tenang
2. Lelah ditingkatkan dari 2. Gunakan nada suara
skala 3 (sedang) ke skala lembut dengan irama lambat
2 (cukup menurun) 3. Gunakan pakaian yang
3. Keluhan sulit tidur longgar
ditingkatkan dari skala 3 Edukasi
(sedang) ke skala 2 1. Anjurkan mengambil
(cukup menurun) posisi nyaman
4. Rileks ditingkatkan 2. Anjurkan mengulangi
dari skala 3 (sedang) ke teknik relaksasi
skala 4 (cukup
meningkat)
5. Waham Status Orientasi Manajemen waham
(D.0105) (L.09090) (1.09294)
Kriteria Hasil :
Observasi :
1. Produktifitas
Monitor waham yang isinya
ditingkatkan dari skala membahayakan diri sendiri,
3 (sedang) ke skala 4
keluarga, dan org lain
(cukup membaik)
Terapeutik :
2. Verbalisasi waham
1. Bina hubungan saling
ditingkatkan dari skala
percaya
3 (sedang) ke skala 2 2. Hindari perdebatan
(cukup menurun) tentang isi waham
3. Perilaku waham
3. Hindari memperkuat isi
ditingkatkan dari skala
waham
3 (sedang) ke skala 2
4. Sediakan lingkungan
(cukup menurun) yang aman dan nyaman
4. Perilaku sesuai realita
5. Berikan aktivitas
ditingkatkan dari skala
pengalihan dan rekreasi
3 (sedang) ke skala 4
6. Lakukan intervensi
(cukup membaik) pengontrolan waham
Edukasi
1. Anjurkan melakukan
rutinitas secara konsisten
2. Latih manajemen stres
DAFTAR PUSTAKA

Amandasari, L. 2019. Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Relaksasi


Slow Deep Breathing Untuk Menurunkan Ansietas Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Tahun 2019. Diploma Thesis. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.

Angkat, L Y. 2017. Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Aman dan Nyaman:Ansietas di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia. Karya Tugas Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Balitbangkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Daesy, K.L., V. Agustina dan H. Setiawan. 2019. Gambaran Tingat Ansientas dan
Mekanisme Koping pada Mahasiswa Keperawatan dalam Menghadapi Ujian
Praktik Laboratorium. Jurnal Keperawatan Jiwa. 7 (2) : 215-226.

Damanik, E. D. 2014. The Measurement Of Reliability, Validity, Items Analysis and


Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
https://www2.psy.unsw.edu.au/dass/Indonesian/Damanik%20Indonesian%20tra
nslation%20-%20Reliability.docon [diakses pada 21 September 2021]

Dalami. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta. CV.
Trans Info Media.

Emi, W.W., H.D, Windarwati., E.I, Dewi, F. Deviantony., dan E.H, Kurniawan. Buku
Ajar Keperawatan Jiwa 1. Jember : UPT Percetakan & Penerbitan Universitas
Jember.

Heather. 2011. Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.


Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Nusantoro, A. P., dan Listyaningsih, K. D. 2018. Pengaruh Sdb (Slow Deep


Breathing) Terhadap Tingkat Kecemasan dan Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Stikes 2(4): 231–237.

Potter, P.A dan A.G, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC

Potter et al. 2020. Fundamentals of Nursing. Edisi 9. Jakarta : Elsevier.

Smeltzer, & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoenesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

World Health Organization. 2017. Depression And Other Common Mental


Disorders: Global Health Estimates. Geneva: World Health Organization.

World Health Organization. 2019. Mental health in the workplace. Juni dari
https://www.who.int/mental_health/in_the_workplace/en/ [diakses pada 21
September 2021].

Anda mungkin juga menyukai