oleh:
Yoga Rosi Susanto, S.Kep
NIM 212311101106
I. Identitas Klien
Nama : An X No. RM :-
Umur : 6 tahun Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : laki-laki Status Perkawinan :-
Agama :- Tanggal MRS :-
Pendidikan :- Tanggal Pengkajian :-
Alamat :- Sumber Informasi : Data diambil dari
jurnal studi kasus
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Y
1. DS: Penyakit jantung Penurunan Curah
- Keluarga mengatakan pasien bawaan Jantung
mengalami kelelahan dan sesak ↓
Y
2. DS: Penyakit jantung Gangguan pertukaran
- Pasien mengatakan sesak napas bawaan gas
↓
DO: VSD
- Sianosis (+) ↓
Stenosis pulmonal
- RR 33 x/menit
↓
- SPO2 88%
Tekanan ventrikel
- Nampak adanya retraksi otot dada
kanan naik
- Echocardiografi tampak VSD
↓
perimembraneus berukuran 1,4 cm
Aliran darah ke paru
menurun
↓
Y
3. DS: Penyakit jantung Defisit nutrisi
- Keluarga mengatakan berat badan bawaan
N TANGGAL
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KETERANGAN
O PERUMUSAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan 22/02/2022
ventilasi dan pervusi, penyakit jantung bawaan d.d
sianosis
2. Penurunan curah jantung b.d penyakit jantung bawaan, 22/02/2022
penurunan afterload jantung d.d EF menurun, pengisian
CRT > 2, sianosis (+)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmapuan mengarbsorsi nutrien, 22/02/2022
gangguan metabolisme energi dalam darah d.d penurunan
serum albumin, peningkatan bising usus
Paraf
Tanggal/ No. Dx
IMPLEMENTASI dan
Jam KEP
Nama
22 Februari 1 1. Memonitor kecepatan oksigen (Nasal kanul dengan
2022 / pukul kecepatan 1-3 lpm)
08.30 WIB 2. Memonitor efektifitas terapi oksigen (analisa gas
darah, masih tidaknya sianosis)
3. Memonitor alat terapi oksigen (memfiksasi,
kompatibel dengan kondisi pasien)
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas (melihat
adanya sekret, lesi, atau sumbatan makanan yang
mungkin masuk)
5. Menggunakan perangkat oksigen sesuai dengan
kondisi mobilitas pasien (seperti penggunaan nasal
kanul, simple mask, dan rebreating mask)
6. Berkolaborasikan dosis pemberian terapi oksigen
2 1. Mengidentifikasi tanda gejala primer penurunan
curah jantung
2. Mengidentifikasi tanda gejala sekunder penurunan
curah jantung
3. Memonitor nilai laborat jantung
4. Memonitor BB, Saturasi, keluhan nyeri dada dan
EKG 12 sadapan.
5. Memberikan diet jantung yang sesuai
6. Memberikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 88%
7. Merujuk ke program rehabilitasi jantung
3 1. Memonitor status hidrasi
2. Memonitor status hemodinamik
PEMBAHASAN KASUS
Kami menemukan Infektif Endokarditis yang berada pada arteri pulmonalis,
yang jarang ditemukan pada pasien dengan VSD. Dalam kasus ini, pasien
memiliki VSD sebagai faktor risiko untuk pengembangkan IE. Anak-anak dengan
penyakit jantung bawaan (PJB) memiliki risiko lebih besar untuk
mengembangkan IE, dengan 42% kasus IE pediatrik dilaporkan dengan PJB
sebagai penyakit yang mendasarinya. Hemodinamik abnormal dari shunting defek
jantung dapat menyebabkan cedera pada lapisan endotel dan menyediakan media
yang sesuai untuk kolonisasi bakteri yang mengakibatkan IE.
IE subakut menunjukkan demam ringan dan gejala nonspesifik seperti
kelelahan, artralgia, mialgia, penurunan berat badan, kelelahan / intoleransi
latihan, dan diaforesis, sedangkan IE akut menunjukkan penyakit progresif cepat
dengan demam tinggi dan penampilan sakit parah. Dalam kasus ini kami tidak
menemukan komplikasi yang berhubungan dengan keberadaan vegetasi bakteri di
arteri pulmonalis. Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan hal itu dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal, embolisasi paru-paru, dan diseksi arteri
pulmonalis yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Dalam
kasus ini kami menemukan hasil kultur darah positif untuk S. viridans. Kultur
darah adalah salah satu kriteria utama untuk IE. Patogen penyebab ditemukan
pada 86% kasus IE, dan patogen yang paling sering ditemukan adalah bakteri
gram positif. Sisanya adalah jamur dan bakteri gram negatif.
Dari kasus ini tim memberikan kombinasi antibiotik diikuti dengan terapi
bedah pada pasien ini. Terapi antibiotik intravena harus dimulai segera setelah
diagnosis IE ditegakkan, dan harus diberikan selama minimal 4 minggu dan dapat
dilanjutkan hingga 6-8 minggu. Melanjutkan pengobatan antimikroba profilaksis