oleh
Kelompok 8 / Kelas A
1
MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak dengan Dosen
Pembimbing Dr. Ns. Iis Rahmawati, M.Kes
oleh
Intan Rahmawati 172310101001
Riyan Juwita I. 172310101031
Yahtarita Ulfia A. 172310101048
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Kelainan Sistem Kongenital”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak pada Fakultas Keperawatan
Universitas Jember.
1. Ns. Ira Rahmawati, M.Kep., Sp.Kep.An selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Anak
2. Dr. Ns. Iis Rahmawati, M. Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak
3. Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,
Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
STUDI LITERATUR.........................................................................................................3
3.1. Definsi................................................................................................................3
3.2. Klasifikasi.........................................................................................................4
3.3. Patofisiologi.......................................................................................................4
3.4. Penatalaksanaan...............................................................................................6
BAB III............................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................10
3.1 Pengkajian..............................................................................................................10
3.2 Diagnosa (NANDA)...............................................................................................14
3.3 Intervensi (NOC, NIC)...........................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................37
PATHWAY.....................................................................................................................37
BAB V.............................................................................................................................39
PENUTUP.......................................................................................................................39
5.1 Simpulan.........................................................................................................39
5.2 Rekomendasi Isu Menarik.............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................41
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Hirschprung (congenital aganglionic megacolon)
merupakan kelainan kongenital langka sistem pencernaan yang ditandai
dengan kegagalan pengeluaran feses.Pada bayi baru lahir dengan
hirschprung mekonium tidak dapat dikeluarkan dalam waktu 24-48 jam
setelah kelahiran. Penyakit ini terjadi akibat sel-sel saraf enterik tidak
terbentuk di sebagian atau seluruh usus besar (Mayo Clinic, 2019).
Secara epidemiologi, hirschprung lebih banyak ditemui pada laku-
laki dibandingkan dengan perempuan (Esayias, 2013). Rasio antara laki-
laki dibandingkan dengan perempuan yaitu 4:1. Di Asia sendiri yang
mengalami hirschprung adalah 1:3571 kelahiran hidup (Puri, 2018). Di
Indonesia sendiri belum diketahui data nasional yang menyebutkan berapa
angka penderita hirschprung namun ada sebuah penelitian di RSUP Haji
Adam Malik Medan melaporkan bahwa diantara klien hirschprung usia 0-
12 bulan, 64,2% penderita memiliki jenis kelamin laki-laki.
Penyakit hirschprung bermula ketika tidak ada atau kekurangan
sel-sel ganglion parasimpatik otonom pada pleksus submukosa (Meissner)
dan myenterik (Auerbach) di satu atau lebih segmen kolon. Hal ini
menimbulkan gerakan peristaltik usus abnormal sehingga terjadi obstruksi
usus, akumulasi feses dan distensi usus (megakolon). Pada bagian
proksimal dari daerah transisi terjadi penebalan dan pelebaran dinding
usus dengan penimbunan feses dan gas yang banyak mengalami
penumpukan dan terjadi kegagalan pengeluaran feses (Wagner, 2018).
Untuk menghindari terjadinya hirschprung maka anak harus
dipantau dalam pemberian makanan dengan memberikan makan yang
berserat tinggi. Pantau juga pemberian cairan, usahakan cukup. Beri juga
dorongan pada anak untuk aktif melakukan aktivitas fisik serta berikan
laktasi.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum penyakit hirschprung pada anak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan definisi hirschprung
2. Dapat menjelaskan klasifikasi hirschprung
3. Dapat menjelaskan patofisiologi hirschprung
4. Dapat menjelaskan penatalaksanaan hirschprung
5. Dapat menjelaskan pathway hirschprung
6. Dapat membuat asuhan keperawatan hirschprung pada anak
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber pembelajaran dan menambah pengetahuan
mengenai hirschprung pada anak.
1.3.2 Bagi Penulis
Dapat membiasakan mahasiswa dalam penulisan makalah serta memahami
materi hirschprung pada anak.
2
BAB II
STUDI LITERATUR
3.1. Definsi
Penyakit Hirschprung (congenital aganglionic megacolon)
merupakan kelainan kongenital langka sistem pencernaan yang ditandai
dengan kegagalan pengeluaran feses. Penyakit hirschprung terjadi pada
sekitar 1 dari 5.000 kelahiran hidup. Pada bayi baru lahir dengan
hirschprung mekonium tidak dapat dikeluarkan dalam waktu 24-48 jam
setelah kelahiran. Penyakit ini terjadi akibat sel-sel saraf enterik tidak
terbentuk di sebagian atau seluruh usus besar (Mayo Clinic, 2019). Para
ahli tidak mengetahui hal ini dapat terjadi secara pasti. Saraf enterik
berfungsi mengendalikan kontraksi otot dalam pengeluaran feses melewati
usus. Tanpa adanya saraf enterik feses tidak dapat terdorong keluar hingga
anus. Hal ini menyebabkan penyumbatan usus, sembelit parah, bengkak
dan infeksi.
Dalam kasus ringan, kondisi hirschprung mungkin tidak terdeteksi
sampai masa anak-anak (NIH, 2019). Seorang anak lebih berisiko terkena
penyakit hirschprung jika ada riwayat keluarga dengan kelainan tersebut.
Hirschprung juga sering dikaitkan dengan penyakit sindrom Down. Anak
laki-laki lebih cenderung mengalami penyakit hirschprung daripada anak
perempuan (Stanford Children’s Health, 2016).
3
3.2. Klasifikasi
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionisis dimulai dari anus hingga sigmoid,
terjadi sekitar 70% dan sering ditemukan pada laki-laki. Pada tipe segmen
pendek yang umum insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionisis bisa melampaui sigmoid, bahkan bisa
mengenai seluruh kolon. Lelaki dan perempuan berpeluang sama.
3.3. Patofisiologi
Penyakit hirschprung (megakolon aganglionik) bermula dari tidak
adanya atau kekurangan sel-sel ganglion parasimpatik otonom pada
pleksus submukosa (Meissner) dan myenterik (Auerbach) di satu atau
lebih segmen kolon. Hal ini menimbulkan gerakan peristaltik usus
abnormal sehingga terjadi obstruksi usus, akumulasi feses dan distensi
usus (megakolon). Pada bagian proksimal dari daerah transisi terjadi
4
penebalan dan pelebaran dinding usus dengan penimbunan feses dan gas
yang banyak (Wagner, 2018).
Faktor enetic diidentifikasi terlibat dalam penyakit hirschprung.
Bersamaan dengan faktor enetic, diduga defek ini mungkin disebabkan
dari kegagalan migrasi kraniokaudal pada perkusor sel ganglion sepanjang
saluran gastrointestinal selama perkembangan janin. Selain itu, kegagalan
sfingter rektal tidak mampu berelaksasi sehingga mencegah pengeluaran
zat padat (feses), cairan, dan gas. Panjang segmen aganglionik pada usus
bervariasi, mulai dari area yang kecil (seperti sfingter ani internal) hingga
seluruh kolon. Pada sebagian anak yang mengalami penyakit hirschprung
(sekitar 80%), segmen aganglionik hanya mencakup kolon rektosigmoid.
Penyakit ini dapat menjadi penyakit akut atau kronis seperti menyebabkan
enterkolitis, yaitu inflamasi pada kolon yang merupakan penyebakan
kematian pada bayi ataupun anak dengan penyakit hirschprung (Sharon,
2013).
Gejala pada setiap anak bervariasi. Pada bayi baru lahir meliputi
tidak buang air besar dalam 24-48 jam pertama kehidupan, muntah cairan
hijau atau coklat, pembengkakan perut. Sedangkan pada anak yang tidak
menunjukan gejala awal mungkin mengalami gejala seperti sembelit
makin memburuk seiring waktu, kehilangan nafsu makan, feses kecil
berair dan berdarah, gizi buruk, kehilangan energy, dan pertumbuhan yang
lambat (Stanford Children’s Health, 2016). Anak dengan hirschsprung
memiliki risiko kondisi yang lebih serius seperti radang usus
(enterokolitis) atau lubang di dinding usus (perforasi usus) yang dapat
menyebabkan infeksi serius dan mungkin berakibat kematian (NIH, 2019).
5
3.4. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Prosedur Penarikan Usus (laparoscopic pull-throught)
Pada prosedur ini dokter akan memotong dan membuang
bagian usus besar yang tidak memiliki saraf, kemudian menyambung
usus yang sehat langsung ke anus (Holcomb,2010).
b. Prosedur Swenson
Tujuan swenson pull-through adalah untuk menghilangkan
seluruh kolon aganglionik, dengan end-to-end anastomosis di atas anal
sphingter. operasi awalnya dilakukan melalui laparotomi, dengan
anatomosis dilakukan perineum setelah mengalami rektum aganglionik
(Holcomb,2010).
6
Gambar . prosedur swenson
c. Prosedur Soave
Prosedur Soave melibatkan reseksi mukosa dan submukosa
rektum dan menarik melalui ganglion usus normal melalui manset
berotot aganglionik rektum. Itu diperkenalkan pada 1960-an dan
awalnya tidak termasuk bergabung secara formal. Itu tergantung pada
pembentukan jaringan parut antara segmen pull-through dan usus
aganglionik sekitarnya (Holcomb,2010).
7
d. Prosedur Duhamel
Prosedur duhamel adalah tindakan operasi yang memotong
usus besar yang tidak memiliki saraf dan pembuluh darah, lali
menyambung usus besara yang memiliki saraf dengan stapler linear
untuk membuat lumen baru(Holcomb,2010).
8
d. Laksatif: Apabila anak Anda tidak merespon atau tidak dapat
mentolerir peningkatan serat, air atau aktivitas fisik, laksatif
tertentu – obat untuk membantu buang air besar- dapat membantu
mengurangi sembelit.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
10
Riwayat penyakit diketahui ada peningkatan dalam eliminasi feses yang
dimulai dari beberapa minggu pertama kehidupan, konstipasi sejak lahir dan
ditemukannya rectum yang kosong.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit ini tidak diturunkan oleh anggota keluarga yang menderita
Hirschprung sebelumnya.
11
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
masing-masing individu. Pada klien dengan hirschprung mengalami
gangguan gambaran diri dan harga diri mungkin terganggu karena adanya
perubahan bentuk tubuh.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan hirschprung tidak memiliki masalah dengan hubungan
dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Menjelaskan tentang pola aktivitas klien apakah terganggu atau tidak
memiliki masalah.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari berbagai
faktor.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada penderita hirschprung ini berkaitan
dengan klien percaya ia dapat sembuh dan ia mampu melakukan semua
tindakan untuk kesembuhan dirinya.
13
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang gerak
keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada klien dengan ISPA tidak
memiliki keluhan tentang ekstremitasnya.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku merah muda serta CRT < 2 detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.
Post Operasi
14
3.3 Intervensi (NOC, NIC)
Pre Operasi
15
pada skala 1 tidak ada konsistensi dari feses
(sangat kontraindikasi 6. Untuk mengetahui dan
terganggu) 5. Instruksikan meninjau kembali
ditingkatkan pasien/keluarga apakah asupan nutrisi
keskala 3 untuk untuk yang sudah dikonsumsi
(cukup mencatat warna, sudah benar
terganggu) volume, frekuensi,
2. konstipasi dan konsistensi dari
dipertahankan feses
pada skala 1 6. Evaluasi catatan
(sangat asupan untuk apa
terganggu) saja nutrisi yang
ditingkatkan telah dikonsumsi
keskala 3
(cukup
terganggu)
1615-Perawatan
Ostomi Sendiri
1. Menjelaskan
tujuan ostomi
dipertahankan
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukan)
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
16
menunjukan)
2. Menjaga
perawatan
kulit disekitar
ostomi
dipertahankan
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukan)
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
menunjukan)
3. Menggantikan
tung ostomi
dipertahankan
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukan)
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
menunjukan)
4. Monitor
jumlah dn
konsistensi
feses
dipertahankan
17
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukan)
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
menunjukan)
5. Mengikuti
jadwal untuk
mengganti
kantung
ostomi
dipertahankan
pada skala 1
(tidak pernah
menunjukan)
ditingkatkan
ke skala 4
(sering
menunjukan)
2 Selasa/ 1
Oktober
Ketidakseimban
gan nutrisi
Tujuan:
: Setelah dilakukan
1120-Terapi Nutrisi
1. Lengkapi
1. Untuk dapat
menganalisis data yang α
September sudah didapat Ns. Ulfi
2019 kurang dari tindakan pengkajian nutrisi,
2. Untuk mengetahui
sesuai kebutuhan
kebutuhan tubuh keperawatan makanan dan cairan
2. Monitor intake
yang masuk perhari
b.d mual muntah selama 3 x 24 jam makanan atau cairan
3. Agar kalori dan nutrisi
dan hitung masukan
diharapkan yang diperlukan sesuai
18
ketidakseimbanga kalori perhari sesuai dengan kebutuhan
n nutrisi klien dengan kebutuhan tubuh
3. Tentukan jumlah 4. Untuk menentukan
dapat kalori dan tipe status nutrisi parental
diminimalisir nutrisi yang yang dibutuhkan klien
diperlukan untuk 5. Agar nutrisi yang
Kriteria Hasil:
memenuhi diberikan tercukupi
1020-Status kebutuhan nutrisi dan tidak melampaui
Nutrisi Bayi dengan batasan yang
berkolaborasi diperlukan
1. Intake
bersama ahli gizi 6. Untuk tetap memantau
nutrisi
4. Kaji kebutuhan kondisi klien
dipertahan
nutrisi parental berdasarkan dari hasil
kan pada
5. Berikan nutrisi yang laboratorium
skala 1
dibutuhkan sesuai
(tidak
batas diet yang
adekuat)
dianjurkan
ditingkatk
6. Monitor hasil
an ke
laboratorium yang
skala 4
sesuai
(sebagian
besar
adekuat)
2. Intake
cairan
lewat
mulut
19
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
adekuat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sebagian
besar
adekuat)
2107-Keparahan
Mual Muntah
1. Frekuensi
mual
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
dipertahan
kan ke
skala 4
(ringan)
2. Frekuensi
muntah
20
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
dipertahan
kan ke
skala 4
(ringan)
3. Intensitas
muntah
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
dipertahan
kan ke
skala 4
(ringan)
3 Selasa/ 1
Oktober
Defisien volume Tujuan:
cairan
4120-Manajemen
b.d. Setelah dilakukan Cairan
1. Untuk tetap menjaga
kestabilan dari asupan α
September dan pengeluaran Ns. Ulfi
2019 output cairan tindakan 1. Jaga intake yang
2. Untuk mengetahui
akurat dan catat
berlebihan keperawatan keadaan mukosa,
output
denyut nadi, dan
selama 3 x 24 jam 2. Monitor status
tekanan darah
diharapkan
21
difisien volume hidrasi ortostatik
cairan dapat 3. Monitor TTV 3. Untuk memantau
4. Monitor kestabilan tanda-tanda
diminimalisir makanan/cairan vital dari klien
Kriteria Hasil: yang dikonsumsi 4. Untuk mengatur agar
dan hitung asupan asupan kalori yang
0601-
kalori harian didapat dari makan dan
Keseimbangan
minum tetap stabil
Cairan
1. Keseimba
ngan
intake dan
output
dalam 24
jam
dipertahan
kan pada
skala
(sangat
terganggu)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sedikit
terganggu)
2. Serum
elektrolit
dipertahan
22
kan pada
skala
(sangat
terganggu)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sedikit
terganggu)
4 Selasa/ 1
Oktober
Nyeri akut b.d Tujuan:
distensi Setelah dilakukan
2300-Pemberian Obat
1. Ikuti prosedur 5
1. Untuk meminimalisir
kesalahan Α
September Ns. Ulfi
2019 abdomen tindakan benar dalam 2. Untuk dapat
pemberian obat menentukan obat apa yang
keperawatan 2. Monitor tidak diberikan keklien
selama 3 x 24 jam kemungkinan alergi
3. Agar tidak lupa akan
terhadap obat,
diharapkan nyeri alergi yang dialami oleh
kontraindikasi
akut dapat klien
3. Catat alergi yang
diminimalisir dialami klien 4. Untuk memantau dan
sebelum pemberian mengetahui efek sambing
Kriteria Hasil:
obat dan tahan obat- dari obat
1605-Kontrol obatan jika
Nyeri diperlukan
4. Monitor klien
1. Mengguna terhadap efek lanjut,
kan toksisistas, dan
tindakan
23
pencegaha interaksi pemberian
n obat
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
an)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
menunjuk
an)
2. Melaporka
n gejala
yang tidak
terkontrol
pada
profesiona
l kesehata
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
24
an)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
menunjuk
an)
5 Selasa/ 1
Oktober
Ansietas
keluarga b.d
Tujuan:
Setelah dilakukan
6040-Terapi Relaksasi
1. Gabarkan rasional
1. Agar klien mengetahui
tentang gambaran tindakan α
September kurangnya relaksasi yang diterima Ns. Ulfi
2019 informasi tindakan dan manfaat
tentang relaksasi serta jenis 2. Karena lingkungan yang
keperawatan yang tersedia nyaman berpengaruh pada
pembedahan
kolostomi selama 3 x 24 jam 2. Ciptakan lingkungan ketenangan sehingga
yang tenang dan menciptakan keberhasilan
diharapkan
tanpa distraksi dalam terapi relaksasi
ansietas dengan lampu yang
3. Dengan suara yang
dapatdiminimalisi redup dan suhu
lembut maka mudah
lingkungan yang
r menciptakan klien larut
nyaman
dalam suasana
Kriteria Hasil: 3. Gunakan suara yang
1211-Tingkat lembut dan irama 4. Agar klien mengingat
Kecemasan yang lambat untuk teknik yang dilakukan dan
1. Perasaan seriap kata dapat mempraktikan ketika
gelisah 4. Dorong klien untuk klien merasakan cemas
dipertahan mengulang praktik
kan pada teknik relaksasi
25
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
2. Wajah
tegang
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
3. Ekspresi
wajah
nyeri
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
4. Kesulitan
26
dalam
belajar/me
mahami
sesuatu
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
5. Rasa
cemas
yang
diungkapk
an secara
lisan
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
27
Post Operasi
28
menunjuk dampak
kan)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
menunjuk
an)
2. Melaporka
n
perubahan
terhadap
gejala
nyeri pada
profesiona
l
kesehatan
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
kan)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
29
menunjuk
an)
3. Mengenali
apa yang
terkait
dengan
gejala
nyeri
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
kan)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
menunjuk
an)
2. Jumat/ 4
Oktober
Kerusakan Tujuan: 3440-Perawatan
integritas kulit Setelah dilakukan Daerah (Area) Sayatan
1. Agar klien
mengetahui tentang α
2019 prosesur yang akan Ns. Ulfi
tindakan 1. Jelaskan prosedur
b.d dilakukan
keperawatan pada klien, gunakan
diskontinuitas selama 3 x 24 jam 2. Untuk mengetahui
persiapan sensorik
diharapkan apakah ada infeksi
jaringan akibat 2. Periksa daerah
kerusakan 3. Untuk memantau
30
pembedahan integritas kulit sayatan terhadap proses
dapat kemerahan, penyembuhan
diminimalisir bengkak, atau tanda 4. Untuk menghindari
Kriteria Hasil: tanda dehiscence terjadinya infeksi
1615-Perawatan atau eviserasi 5. Agar daerah
Ostomi Sendiri 3. Monitor proses sayatan tidak
1. Menjelask penyembuhan mudah tersentuh
an tujuan didaerah sayatan 6. Agar klien dapat
ostomi 4. Bersihkan daerah merawat luka klien
dipertahan sekitar sayatan secara mandiri dan
kan pada dengan pembersihan tetap menjaga
skala 1 yang tepat agarvtidak terjadi
(tidak 5. Gunakan pakaian infeksi
pernah yang sesuai untuk
menunjuk melindungi sayatan
kan)
6. Arahkan keluarga
ditingkatk
klien cara perawatan
an ke
skala 4 luka insisi, termasuk
(sering tanda dan gejala
menunjuk infeksi
an)
2. Menjaga
perawatan
kulit
disekitar
ostomi
31
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
kan)
ditingkatk
an ke
skala 4
(sering
menunjuk
an)
3. Mengganti
kantung
kolostomi
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
kan)
ditingkatk
an ke
skala 5
(secara
konsisten
32
menunjuk
an)
4. Mengikuti
jadwal
untuk
mengganti
kantung
kolostomi
dipertahan
kan pada
skala 1
(tidak
pernah
menunjuk
kan)
ditingkatk
an ke
skala 5
(secara
konsisten
menunjuk
an)
3. Jumat/ 4
Oktober
Risiko
b.d
infeksi Tujuan: 4120-Manajemen
Setelah dilakukan Cairan
1. Agar
mengetahui
klien
cara α
2019 cuci tangan yang Ns. Ulfi
tindakan 1. Anjurkan klien
diskontinuitas benar
keperawatan teknik cara cuci
jaringan akibat selama 3 x 24 jam 2. Untuk
33
pembedahan diharapkan risiko tangan dengan tepat meminimalisir
infeksi dapat 2. Gunakan sabun kuman yang masuk
diminimalisir antimikroba untuk 3. Untuk mencegah
Kriteria Hasil: cuci tangan terjadinya infeksi
0708-Keparahan 3. Pastikan teknik 4. Agar klien dan
Infeksi: Baru perawatan luka yang keluarga
Lahir
tepat mengetahui cara
1. Muntah
4. Ajarkan klien dan agar tidak terjadi
dipertahan
kan pada keluarga mengenai infeksi
skala 1 bagaimana
(berat) menghindari infeksi
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
2. Distensi
abdomen
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
3. Menangis
kuat
34
dipertahan
kan pada
skala 1
(berat)
ditingkatk
an ke
skala 4
(ringan)
35
BAB IV
PATHWAY
Penyakit Hirschprung
Penurunan
Ketidakseimbangan Defisien Volume Cairan perfusi ginjal
nutrisi :kurang dari konstipasi
kebutuhan tubuh
Obstruksi kolon
proksimal Distensi abdomen
Intervensi pembedahan
nyeri
Post operasi
37
Post de entree luka Risiko
nyeri Kerusakan
integritas kulit
pasca bedah infeksi
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penyakit Hirschprung (congenital aganglionic megacolon) merupakan
kelainan kongenital langka sistem pencernaan yang ditandai dengan kegagalan
pengeluaran feses.
Hirschprung diklasifikasikan menjadi dua yaitu hirschprung segmen
panjang an segmen pendek.
Hirschprung bermula saat terjadinya kekurangan sel-sel gangglin
parasimpatik di kolon sehingga menimbulkan gerakan peristaltik usus menjadi
tidak normal sehingga terjadi obstruksi usus dan mengalami kegagalan
pengeluaran feses.
Penatalaksanaannya ada 2 yaitu medis dan non medis. Penatalaksanaan
medis meliputi prosedur penarikan usus, prosedur swenson,prosedur soave,
prosedur duhamel. Penatalaksanaan non medis meliputi pemberian makanan
berserat tinggi, meningkatkan pemberian cairan, mendorong anak untuk aktif
secara fisik dan laktasi.
38
anak harus dikontrol terus, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Namun bisa
dipastikan kelainan yang terjadi bukan karena faktor keturunan. "Memang
penyakit ini membutuhkan perhatian orangtua karena umumnya anak yang
terserang susah buang air besar dan tidak jarang terjadi perut mengembung,"
katanya Untuk penanganan secara medis biasanya dilakukan dengan operasi.
Untuk waktunya biasanya tergantung dokter, namun biasanya menunggu berat 7,
10 kilogram (Sutriyanto, 2012).
39
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=dWLbAgAAQBAJ&pg=PA490&dq=hirschsprung&hl=en&sa=X&ved=
0ahUKEwjm9Y_v0u3kAhWR_XMBHeIhBnMQ6AEIWzAJ#v=onepage&q
=hirschsprung&f=false (diakses pada 7 oktober 2019)
40
Moorhead,S., M. Johnson, M. L. Maas, E. Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Amerika Serikat: ELSEVIER
41
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Bidang Studi : Keperawatan Anak
Topik : Perawatan anak dengan hirschsprung pasca oprasi
Sub topik : Anjuran perawatan kolostomi setelah pembedahan pada anakhirschsprung
Sasaran : Ibu-ibu yang mempunyai anak dengan hirschsprung pasca operasi di Kecamatan
Patrang
Tempat : Balai Pertemuan Kecamatan
Hari/Tanggal : 25 Oktober 2019
Waktu : 1 x 30 menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui cara perawatan anak
hirschsprung pasca oprasi
III. SASARAN
Ibu-ibu yang mempunyai anak dengan hirschsprung pasca operasi di Kecamatan Patrang
mampu memahami tentang perawatan kolostomi
IV. MATERI
1. Pengertian kolostomi
2. Tanda-tanda infeksi
3. Cara perawatan kolostomi
42
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
a. Ibu mengetahui tentang perawatan anak hirschsprung pasca oprasi
b. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 20 orang ibu.
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
43
· Memperkenalkan diri · Mendengarkan
· Menjelaskan tujuan dari · Memperhatikan
penyuluhan
· Menyebutkan materi yang akan · Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
Menit · Menjelaskan tentang pengertian · Memperhatikan
kolostomi
· Menjelaskan tentang tanda-tanda · Memperhatikan
infeksi
· Memberi kesempatan kepada · Bertanya dan
peserta untuk bertanya. menjawab pertanyaan
yang diajukan
· Menjelaskan cara perawatan · Memperhatikan
kolostomi.
· Memberi kesempatan kepada · Bertanya dan
peserta untuk bertanya menjawab pertanyaan
yang diajukan
3. 10 Evaluasi :
Menit · Menanyakan kepada peserta tentang · Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada ibu yang
dapat menjawab pertanyaan.
4. 2 Terminasi :
Menit · Mengucapkan terimakasih atas · Mendengarkan
peran serta peserta.
· Mengucapkan salam penutup · Menjawab salam
44
IX. PENGORGANISASIAN
Pembawa Acara : Intan Rahmawati
Pembicara : Riyan Juwita Ismaiyah
Fasilitator : Yahtarita Ulfia Adisiwi
Observer : Ns. Ira Rahmawati
45
X. DAFTAR PUSTAKA
Luba, Lee. 2019. How To Change A Colostomy Bag.
46
XI. Lampiran Materi
B. Klasifikasi Hirschsprung
Hirschsprung dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionisis dimulai dari anus hingga
sigmoid, terjadi sekitar 70% dan sering ditemukan pada laki-laki.
Pada tipe segmen pendek yang umum insidennya 5 kali lebih besar
pada laki-laki dibandingkan dengan wanita.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionisis bisa melampaui sigmoid, bahkan bisa
mengenai seluruh kolon. Lelaki dan perempuan berpeluang sama.
47
2. Begah
3. Sembelit kronis
4. Mual dan muntah, termasuk memuntahkan zat berwarna hijau
atau coklat
5. Perut buncit
6. Demam
7. Kehilangan napsu makan
8. Tumbuh kembang terganggu
9. Impaksi tinja
10. Kelelahan
11. Malnutrisi
D. Intervensi
Perawatan Kolostomi
Definisi nutrisi
Kolostomi merupakan pembuatan lubang secara sementara maupun
permanen dari usus besar dengan melalui dinding perut
menggunakan tindakan bedah jika jalan menunju anus tidak
berfungsi, cara yang digunakan adalah pengalihan terhadap aliran
feses yang berasal dari kolon disebabkan karena gangguan terhadap
fungsi pada anus (Sodikin, 2011).
Tanda-tanda infeksi
Pada luka post oprasi terkadang terjadi infeksi dikarenakan
terjadinya gangguan ketika proses penyembuhan luka. Luka post
oprasi dikatakan mengalami infeksi jika luka tersebut mengeluarkan
pus. Selain itu, luka dikatakan terinfeksi jika mengalami tanda-tanda
inflamasi atau mengeluarkan rabas serosa (Alexandra, 2015).
48
Cara Perawatan Kolostomi
Persiapan Alat:
1. Kantong kolostomi
2. Handuk bersih
3. Air bersih
4. Sabun lembut bayi
5. Zink salep
6. Gunting
7. Kantong sampah
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan 6 langkah di bawah air mengalir dan sabun.
Kebersihan yang baik sangat penting saat mengganti kantong
kolostomi.
2. Keluarkan kantong dengan lembut. Tahan kulit dengan satu
tangan dan lepaskan kantong secara perlahan memakai label
bawaan supaya lebih mudah.
3. Periksa kulit. Normalnya berwarna merah muda atau merah.
Bila warna hitam, ungu atau biru itu mengkhawatirkan,
segera periksa bila keluar nanah atau darah.
4. Bersihkan stoma menggunakan air hangat dan handuk kering
dengan sabun ringan untuk mengelap sekeliling stoma.
Jangan digosok, tepuk-tepuk stoma hingga kulit mongering.
5. Gunakan salep zink apabila terjadi iritasi.
49
6. Persiapkan kantong baru. Gunting sesuai ukuran anak.
Kemudikan rekatkan wafer pada stoma dari dalam ke arah
samping kemudian atas-bawah hingga melekat ke seluruhnya.
Cuci tangan setelah tindakan selesai.
50
51
52