PENDAHULUAN
1
akan citra tubuh sehingg dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak berguna,
khawatir akan kehilngan pekerjaan, pesimis akan masa depan dan membatasi
hubungan sosial dengan penarikan diri. Dengan demikian pasien rawan akan
mengalami depresi (Mugo,2010:WHO,2004). Depresi dapat pula memperlambat
penyembuhan klinis setelah amputasi dan meningkatkan resiko bunuh diri (Kazemi
et all,2013:Wellman,2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan khusus
Mengetahui penulisan asuhan keperawatan amputasi yang baik dan benar
1.2.2 Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori amputasi
Mngetahui cara penulisan asuhan keperawatan pada pasien amputasi
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Amputasi adalah tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti
sistem integumen, sistem persarafan, sistem muskuloskeletal dan sistem
cardiovaskuler. Amputasi dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas, (Wahid, 2013).
Amputasi adalah sebuah frekuensi relative yang dilakukan dengan prosedur
kesehatan dan sering dilakukan sebagai alternatife untuk menangani kasus fraktur
yang komplek atau infeksi pada ekstremitas. Amputasi karena cidera seringkali
dapat menimbulkan perdarahan yang ekstensif karena dimana seluruh pembuluh
darah tidak mungkin dapat mengalami vasoconsentric (Nielson,2007)
Kegiatan Amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa system
tubuh seperti system integument , system persyarafan, system muskuloskeletal dan
sistem cardiovascular. Lebih lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktivitas. Seringkali
masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk diamputasi karena masyrakat atau
klien menganggap hal tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
padahal dalam konteks pembedahan amputasi bertujuan untuk menyelamatkan
(brunner & sudarth, 2002)
2.2 Etiologi
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Berdasarkan pelaksanaan amputasi
a. Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada
penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik
serta terpantau secara terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai
akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi
umum klien.
3
c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh
tim kesehatan biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja
yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan atau kehilangan kulit yang luas.
4
b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang
lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah potongan
otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka
kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah
terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese (mungkin). Amputasi tertutup dibuat flap kulit yang
direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit
penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.
2.4 Patofisiologi
amputasi
Kerusakan Gangguan
integritas kulit mobilitas fisik
Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit
pembuluh darah, cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, amputasi harus
dilakukan karena dapat mengancam jiwa manusia. Amputasi jarang dilakukan
karena infeksi, kelainan bawaan, atau kelainan neurologic seperti paralisis dan
anastesia.
Amputasi atas indikasi tumor ganas jaringan lunak atau tulang merupakan
salah satu langkah penanggulangan yang biasanya terdiri atas pembedahan’,
radiasi, dan kemoterapi.
Amputasi tangan atau lengan hanya dilakukan setelah trauma berat dengan
cidera saraf, atau pada tumor malighna.
6
2) Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi
3) Pertumbuhan sel yang abnormal (hiperplasia jaringan).
7
Bab 3
Asuhan Keperawatan Amputasi
8
1 Nyeri berhubungan NOC NIC
Rasa nyaman terpenuhi dan 1. Kaji lokasi,
dengan luka amputasi,
nyeri berkurang 2x24 jam intensitas dan tipe
pasca pembedahan
Kriteria hasil :
nyeri sebagai
Klien melaporkan peurunan
observasi
nyeri
Rasional: nyeri
- Skala nyeri 0-1
- Dapat merupakan
mengidentifikasi pengalaman
aktivitas yang subyek yang
meningkat atau hanya dapat
menurunkan nyeri digambarkan oleh
- Klien menunjukkan
klien sendiri
perilaku yang lebih 2. Jelaskan dan
rileks bantu klien
dengan tindakan
pereda nyeri non
farmakologis dan
non invsive
Rasional :
pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan non
farmakologis
lainnya telah
menunjukkan ke
efektifan dalam
mengurangi nyeri
3. Ajarkan teknik
relaksasi
pernafasan dalam
ketika nyeri
muncul
Rasional :
meningkatkan
asupan oksigen
sehingga
mengurangi nyeri
9
4. Ajarkn teknik
distraksi pada saat
nyeri
Rasional :
distraksi dapat
menurukan nyeri
5. Berikan analgesik
sesuai terapi
dokter dan kaji
keefektifannya
Rasional :
analgesik mampu
mengurangi rasa
nyeri
2 Gangguan mobilitas NOC NIC
Klien dapat melakukn 1. Kaji kemampuan
fisik berhubungan
mobilisasi secara optimal dan mobilitas dan
dengan kerusakan
mampu teradaptasi dalam observasi
muskuloskeletal dan
waktu 5x4 jam terhadap
nyeri
Kriteria hasil :
peningkatan
- klien dapat ikut serta dalam
kerusakan
program latihan
Rasional :
- klien dapat melakukan
mengetahui
mobilisasi secara bertahap
- mempertahankan koordinasi tingkat
dan mobilitas sesuai tingkat kemampuan klien
optimal dalam melakukan
aktivitas
2. Bantu klien
melakukan ROM,
dan perawatan diri
sesuai toleransi
Rasional : latihan
ROM yang optimal
mampu
menurunkan atrofi
otot, memperbaiki
sirkulasi periver
dan mencegah
10
kontraktur.
3 Gangguan citra tubuh NOC NIC
Klien dapat mengekspresikan 1. Berika
berhubungan dengan
perasaannya dan dapat kesempatan pada
perubahan struktur
menggunakan koping adaptif klien untuk
tubuh
Kriteria hasil : klien dapat
mengungkapkan
mengungkapkan
perasaan
perasaannya dan Rasional:
menggunakan keterampilan meningkatkan
koping dalam mengatasi harga diri klien
perubahan citra dan membina
hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan
perasaan dapat
membantu
peneriman diri.
2. Bersama klien
mencari alternatif
koping yang positif
Rasional :
dukungan perawat
pada klien dapat
meningkatkan
rasa percaya diri
pada klien
3. Kembangkan
komunikasi dan
bina hubungan
antara klien,
keluarga ,dan
temn serta berikan
aktivitas rekreasi
dan permainan
guna mengatasi
perubahan body
image
Rasional :
11
memberikan
semangat bagi
klien agar dapat
memndang dirinya
secara positif dan
tidak merasa
rendah diri
4 Risiko infeksi NOC NIC
Tidak terjadi tanda-tanda 1. Pantau
berhubungan dengan
infeksi tanda/gejala
luka pasca bedah
Kriteria Hasil :
infeksi
- Terbebas dari tanda
Rasional :
dan gejala infeksi Mengidentifikasi
- Menunjukkan
dini infeksi
hygiene yang 2. Kaji faktor yang
adekuat meningkatkan
- Menggambarkan
serangan infeksi
faktor yang Rasional:
menunjang faktor Menggambarkan
infeksi faktor yang
menunjng
penularan infeksi
3. Berikan terapi
antibiotik, bila
diperlukan
Rasional:
Mencegah infeksi
5 Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan
Klien dan keluarga dapat 1. Diskusikan
memahami cara perawatan tentang
kurangnya informasi
dirumah pengobatan
mengenai penyakit,
Kriteria Hasil : Rasional :
pengobatan dan - Klien dapat Meminimalisasi
perawatan meperagakan keselahan klien
pemasangan dan dan keluarga
perawatan brace dalam egah resiko
atau korset ciderapenggunaan
- Mengekspresikan
obat
pengertian tentang 2. Tekankan
jadwal pengobatan lingkungan yang
12
- Klien aman untuk
mengungkapkan mencegah resiko
pengertian tentang cidera
Rasional :
proses penyakit,
Meningkatkan
rencana pengobatan
kewaspadaan
dan gejala kemajuan
klien maupun
penyakit
keluarga terhadap
faktor resiko yang
dapat
memperparah
kondisi klien
3. Tingkatkan
kunjungan tindak
lanjut dengan
dokter
Rasional :
Mendeteksi
perkembangan
klien secara dini
13
DAFTAR PUSTAKA
14