1C KEPERAWATAN
OLEH:
AMRIT TINA P :
BRAYEN AZARYAD:
BUDI SULISTYONO :161151
EKO PUJIPANGESTU
MIRNA NUR
WULAN EKSAKTA : 161197
ZAHROCHA FATMANDA R
1. Dian Pitaloka
Penulis
DAFTAR ISI
BAB PENDAHULUAN ……………………….............................................1
B. Pembahasan ……………………………..............................................8
BAB IV PENUTUP………………………….......................................….9
A. Kesimpulan ……………………………............................................10
B. Saran …………………………………...............................................11
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.1 Definisi komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti
berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut para ahli komunikasi yaitu :
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan , harapan , dan pesan
yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung artidilakukan
oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. ( Edward Depari,
dari AW Widjaja, 2000)
2. Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam
penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah proses
dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan ( James A.F. Stoner)
3. William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses
yang mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi
arti.
4. Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan
mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikanignal
menurut aturan tertentu, sehingga dengtan cara ini suatu sistem dapat
didirikan, dipelihara, dan diubah.
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti oleh orang lain
(komunikan)
Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu
menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap, dan sopan. Hal ini sangat
penting agar pesan kitadapat diterima oleh klien, teman sejawat maupun
kolega, sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan klien
dapat tercapai dengan baik.
2. Memahami orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung
dengan baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang di
inginkan oleh klien (komunikan). Pemahaman ini sangat penting agar
proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu
memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Peran ini akan efektif dan
berhasil bila apa yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan
diterima oleh klien.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai keinginan
kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan-pendekatan yang
baik agar klien percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk
dilakukan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi
klien atau komunikan yang lain. Upaya ini dapat dilakukan dengan
pendekatan yang persuasive dan demonstrasi agar komunikan dapat
melakukan dengan benar apa yang diharapkan komunikator.
g. Hiburan
Dunia entertainment telah banyak muncul dari produk komunikasi,
misalnya lawak, menyanyi, drama, sastra dll.
h. Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesam
yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap,
berperilaku dan berpola fikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan
memahami pandangan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang
dilakukan.
b. Komunikator
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang
menyampaikan pesan atau informasi atau stimulus kepada orang atau
pihak lain yang kita sebut sebagai (komunikan), dan diharapakan orang
atau pihak lain yang menerima pesan dapat merespon atau jawaban
(feedback) agar proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik,
sehingga komunikator dapat berperan sebagai komunikan, dan
komunikan dapat bertindak sebagai komunikator. Saat kita menjadi
komunikator ada hal-hal yang harus kita perhatikan yaitu penampilan
yang sopan,penguasaan masalah yang ada, dan penguasaan bahasa
yang baik. Hal tersebut berguna agar komunikasi terjalin secara
efektif.
c. Pesan (massage)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
komunikator.pesan merupakan suatu rangsangan atau hal penting yang
ingin disampaikan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan.
Pesan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung,
bisa melalui tatap muka, dan media komunikasi lainnya. Sedangkan
materi atau yang ada di dalam pesan itu sendiri yaitu berupa
informative, persuasive, dan koersif.
Dalam penyampaiannya pesan yang disampaikan harus tepat dan
mengenai sasaran yang tepat, dengan memenuhi sayarat- syarat berikut
ini:
1. Pesan yang ingin disampaikan harus di rencanakan dengan baik
sesuai kebutuhan yang ada.
2. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dipahami oleh komunikan
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
serta menimbulkan kepuasan.
d. Channel
Channel merupakan saluran atau sarana untuk menyampaikan pesan
biasa kita sebut sebagai media. Media komunikasi sendiri dibedakan
dalam tiga bagian:
1. Media Umum
Merupakan suatu media yang dapat digunakan oleh semua pihak
yang terlibat dalam komunikasi, media ini dapat berbentuk
elektronik maupun non elektronik. Contoh nya HP, telepon,OHP,
surat dinas, peta dsb.
2. Media Massa
Adalah media yang digunakan untuk komunikasi massal (karena
sifatnya massal), misalnya pers, radio, film, dan televisi.
3. Media Khusus
Merupan media yang dapat digunakan oleh dan untuk orang- orang
tertentu saja yang mempunyai keahlian dan kewenangan tertentu,
misalnya sandi atau kode- kode dalam komunikasi intelejen, kode
atau simbol- simbol khusus dalam dunia kedokteran dan
sebagainya.
e. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan. Penerima pesan
sendiri dapat digolongkan dengan tiga jenis, yaitu personal, kelompok,
dan massa.
g. Effect
Adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku
seseorang sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Keberhasilan
dan efektifitas komunikasi dapat dilihat dari sajauh mana dampak atau
efek yang terjadi setelah dilaksanakannya komunikasi. Efek
merupakan suatu tolak ukur keberhasilan komunikasi. Seorang perawat
dapat dikatakan sukses dalam berkomunikasi dengan klien apabila
yang disampaikan perawat diikuti atau dilaksanakan oleh klien.
a. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media. Jenis
komunikasi ini dapat berupa surat, surat kabar, atau media elektronik yang
disampaikan dalam bentuk tulisan. Dalam konteks
keperawatan,komunikasi jenis ini dapat berupa catatan perkembangan
pasien, catatatan medis, catatan/ laporan keperawatan, dan catatatan
penting lainnya.
Keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibacaberulang-
ulang, dapat dijadikan bukti otentik, biaya minimal, dapat
didokumentasikan dan bersifat tetap. Namun kekurangannya yaitu
memerlukan dokumentasi yang sangat banyak, kadang- kadag tidak jelas,
umpan balik dapat berlangsung dengan waktu yang cukup lama dan
sebagainnya.
b. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan secara
lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung melalui tatap muka
maupun tidak langsung melalui media telepon dansebagainnya.
Keuntungan dari komunikais ini adalah dapat dilakukan secara
cepat, langsung, jelas, dan kemungkinan salah faham kecil karena proses
umpan balik dapat terlaksana kecuali komunikasi yang sifatnya satu arah
dan formal. Sedangkan kekurangan komunikasi ini adalah bahasa yang
digunakan harus dimengerti oleh komunikan, membutuhkan pengetahuan
yang cukup agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif.
a. pendekatan fisik
mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan
dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
b. Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat,
suporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
penampung masalah- masalah pasien yang bersifat privasi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan sosial
Tujuan dari pendekatan sosial yaitu untuk meningkatkat keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan- kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian.
Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutama bagi klien yang
mempunyai kesadaran yang tinggi dan latar belakang yang baik.
Ada beberapa teknik komunikasi yang dapat kita terapkan pada pasien
atau klien lansia antara lain:
1. Tehnik asertif
Asertif adalah sikapyang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan berbicara agar maksud komunikasi
atau pembicaraan dapat dimengerti. Sikap asertif ini akan sangat
membantu petugas kesehatan dalam menjalin hubungan yang
terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan diluar materi yang diinginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu
diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-
hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil.
Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien
lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menggangguk
kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap
hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Selama memberi
dukungan baik secara materiilmaupun moril, petugas kesehatan jangan
sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu
kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasannya ditandai dengan perilaku-
perilaku dibawah ini:
- Berusaha mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
- Meremehkan orang lain
- Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
- Menonjolkan diri sendiri
- Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan
maupun tindakan.
2. Non asertif
Tanda- tanda dari sikap nonasertif ini adalah:
- Menarik diri bila diajak bicara
- Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
- Merasa tidak berdaya
- Tidak berani mengungkapkan keyakinan
- Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- Tampil diam (pasif)
- Mengikuti kehendak orang lain
- Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain
Ada beberapa langkah yang bisa dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan reaksi penolakan, antara lain:
b. Model SMCR
Model SMCR mempunyai kelebihan yaitu proses komunikasi yang
terjadi pada model ini relatif simpel. Model ini akan efektif bila kondisi
lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik
maupun psikis.
Kekurangannya yaitu klien tidak memenuhi syarat seperti yang
ditetapkan mempunyai ketrampilan, pengetahuan, sikap, sistim sosial dan
kultur. Karena penolakannya memerlukan proses yang lama dan
tergantung kondisi klien lansia.
c. Model leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi,
dimana respon seseorang dipengaruhi oleh bagaimana seseorang tersebut
diperlakukan. Oleh karena itu dalam berkomunikasi dengan lansia harus
berhati- hati, jangan sampai menyinggung perasaannya. Lansia
membutuhkan perhatian yang lebih dalam berkomunikas, untuk
mengungkapkan perasaannya. Diharapkan perawat harus lebih banyak
mendengar apayang diungkapkan.
Kelebihan dari teori ini yaitu terjadi reaksi atau hubungan relationship
, hubungan perawat- klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat
terselesaikan. Namun kelemahannya yaitu perawat lebih dominan dan
klien lansia patuh.
d. Model terapeutik
Model ini membantu mendorong melaksanakan komunikasi
dengan empati, menghargai, dan harmonis. Dimana dibutuhkan kondisi
empati, kesesuaian, dan penghargaan. Lansia dengan penolakan sulit bagi
kita melaksanakan empati. Kita tidak boleh menyokong penolakan tetapi
berikan perawatan yang cocok dan bicara sesering mungkin, jangan
sampai menolak.
Kelebihan dari teori ini yaitu dengan tehnik komunikasi yang baik
lansia akan lebih paham apa yang kita bicarakan, kopingnya lebih efektif.
Namun kelemahannya yaitu, kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh
perawat untuk perawatan lansia dengan reaksi penolakan.
- Konteks
Perawat profesional harus mengetahui situasi dan permasalahan yang
dihadapi klien. Apabila masalah bersifat individu haruslah diselesaikan
secara individu dengan tidak mengabaikan tempat/ruangan dan
jenispelayanan apa yang digunakan. Apabila masalah bersifat umum/
kelompok harus diselesaikan secara kelompok.
g. Model interaksi King
Inti dari model ini adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi
dengan klien lansia. Perawat harus mempunyai persepsi secara ilmiah
tentang hal- halyang akan dikomunikasikan. Persepsi ini kemudian
disepakati dengan klien sehingga dapat terjadi suatu aksi yang
menyebabkan terjadinya reaksi- reaksi dan transaksi.