Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
Dosen Pembimbing: Roisah S.KM., M.Kes

Di Susun O

Disusun Oleh :

Kelompok 01

1. Ansori (14201.06.14001)
2. Asip nur hayati (14201.06.14002)
3. Ayu kaprilia (14201.06.14003)
4. Bayu laksono (14201.06.14004)
5. Devita sari (14201.06.14006)
6. Dewi Susyanti (14201.06.14007)
7. Fatimatus zahro (14201.06.14012)

PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGG

PROBOLINGGO

2017

1
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar

Komunitas 2

Mengetahui,

Dosen Mata Ajar

Roisah S.KM., M.Kes


NIDN : 0703087501
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KOMUNITAS
2, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR dan dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM selaku pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. selaku ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong.
3. Ana fitria nusantara S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan.
4. Roisah S.KM., M.Kes. sebagai dosen mata ajar komunitas 2.
5. Santi Damayanti,A.Md. sebagai ketua perpustakaan STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
6. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI .................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................
1.4 Mamfaat ............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kardiovaskuler (Hipertensi).................................................

2.2 Konsep Lansia...................................................................................

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ..........................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia
secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ.
Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia,
termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses terus - menurus atau berkelanjutan
secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya,
terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua setiap individu
pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang tergolong
lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan yang
mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia,
penampilan masih sehat, segar bugar, dan badan tegak. Walaupun
demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami
lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin banyak penyakit
degenerative (misalnya: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan
kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode
terminal yang dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma asidotik,
kanker metastasis, dan sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang
saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua
didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
intrinsik, progesif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat
bertahan hidup. Berikut akan di kemukakan bermacam-macam teori proses
menua yang penting. Komponen komponen utama pada sistem
kardiovaskular adalah jantung dan vaskularisasinya. Jantung pada lansia
normal tanpa hipertensi atau penyakit klinis tetap mempunyai ukuran yang
sama atau menjadi sedikit lebih kecil daripada usia setengah baya. Secara
umum, frekuensi denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun, dan
curah jantung berkurang sekitar 30% - 40%.
Perubahan juga terjadi pada katup mitral dan aorta, katup-katup
tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan
terjadi sklerosis, miokard menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam
pemulihan kontraktilitas dan kepekaan, sehingga stres mendadak / lama
dan takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam
berespons terhadap stres berkurang dan peningkatan frekuensi jantung
lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar.
Untuk mengompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung,
maka isi sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan curah jantung yang
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Perubahan-perubahan
normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang), pembuluh darah
(arteriosklerosis; elastisitas dinding pembuluh darah berkurang), dan
kemampuan memompa dari jantung harus bekerja lebih keras sehingga
terjadi hipertensi. Semua hal tersebut ini berhubungan dengan proses
menua dimana dapat mengubah fungsi dan menempatkan para lansia pada
resiko terhadap penyakit.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan adanya hipotensi
ortostatik mengakibatkan tekanan darah menurunsaat berubah posisi dari
duduk ke berdiri yang mengakibatkan pusing mendadak. Oleh karena itu,
faktor faktor risiko terhadap penyakit jantung harus diketahui seperti
genetik, adanya penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus), kurang
olahraga, obesitas, stres, merokok, dan makanan yang banyak
mengandung kolesterol dan garam.
Untuk mengobati hipertensi, dapat di lakukan dengan menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi
farmakologis dan nonfarmakologis dapat membantu individu mengurangi
tekanan darahnya.
1. Non farmakologi
a. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan
darah, kemungkinan dengan beban kerja jantung sehingga kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
b. Olahraga, terutama bila di sertai penurunan berat, menurunkan tekanan
darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan
mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.
c. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan car
menghambat respons stres saraf simpatis
d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
e. Pada beberapa individu dapat mungkin mendapat manfaat dari diet
ppembatasan-natrium.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah Bagaimana
Asuhan keperawatan pada lansia dengan Gangguan sistem kardiovaskular
( hipertensi)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
Untuk memahami Asuhan keperawatan pada lansia dengan Gangguan
sistem kardiovaskular.
1.3.2 Tujuan Umum
1. Mengetahui konsep kardiovasuler (hipertensi)
2. Mengetahui konsep lansia
3. Mengetahui konsep asuhan keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan
1. Agar tercipta mahasiswa memahami bagaimana Asuhan Keperawatan
pada Lansia dengan Gangguan Kardiovaskular
2. Menambah referensi pendidikan mengenai Asuhan Keperawatan pada
Lansia dengan Gangguan kardiovaskuler.
1.4.2 Bagi Lansia
Manfaat makalah ini bagi lansia agar mendapatkan perawatan secara
intensif, sesuai dengan Asuhan Kepewatan Gerontik dengan Gangguan
Kardivaskular yang telah terpapar dalam makala ini.
1.4.3 Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun dan pembaca
adalah untuk menambah wawasan terhadap asuhan keperatawan pada
lansia dengan Gangguan sistem kardiovaskular.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kardiovaskular (Hipertensi)


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistole di atas 140 mmHg
dan tekanan darah diastole di atas 90 mmHg (Brunner and suddarh,2004).
Menurut WHO (1978), hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah
tinggi di atas 160 sistole dan diastole 95 mmHg.

Pengertian lain, hipertensi merupakan suatu keadaan yang mana terjadi


tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih (Barbara hearrison,1997).

Menurut The sixth Report of the joint National Committe on


Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure
berpendapat seseorang terkena hipertensi jika tekanan darah sistole lebih dari
140 mmHg atau tekanan darah diatole lebih dari 90 mmHg.

Kaplan (1985) membedakan hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin,


sebagai berikut :

a. Pria usia <45 tahun : hipertensi jika tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg
b. Pria usia >45 tahun : hipertensi jika tekanan darah lebih dari 145/95 mmHg
c. Wanita : hipertensi jika tekanan darah > 160/90 mmHg
Pengertian krisis hiprtensi adalah peningkatan tekanan darah berat
secara tiba-tiba dengan tekanan darah sistole lebih dari 200 mmHg dan
tekanan darah diastole lebih dari 140 mmHg (Awan 2 dan Rini
Sulistyowati,2015).

2.2 Konsep lansia


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
Pendengaran kurang jelas, penglihatan semangkin memburuk, gerakan
lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional. WHO dan Undang-Undang
nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1
ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dalam kematian.
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H.
Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan memgalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses terus - menurus atau berkelanjutan
secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya,
terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua setiap individu
pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang tergolong lanjut
usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok
(deskripansi). Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilan masih
sehat, segar bugar, dan badan tegak.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin
banyak penyakit degenerative (misalnya: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes
melitus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan
episode terminal yang dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma
asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang
saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progesif,
dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.
Berikut akan di kemukakan bermacam-macam teori proses menua yang
penting.
A. Klasifikasi lansia
1. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium
2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut ini:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
3. Menurut pasal 1 Undang-Undang no. 4 tahun 1965:
Seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang
bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima
nafkah dari orang lain (Santoso, 2009).

B. Karakteristik lansia
1. Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif
2. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
b. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik
g. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung,
Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):
1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya
ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut
(51,12%)
2. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi
(69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%); selera
makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%); sulit tidur
(24,88%); dan sesak napas (21,28%)
3. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis
(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).
C.Teori-teori proses penuaan
Teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain: teori
biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan genetik, dan
teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).
1. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di
dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang
terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
2. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik
yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung
mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
3. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu
yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada
metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel.
4. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
5. Teori Radikal Bebas
Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh.
6. Teori Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
7. Teori Virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology
Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari
sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
8. Teori Stres
Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan oleh tubuh.
9. Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel
yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen.
10. Teori Program
Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk
menetapkan jumlah sel yang membelah sel-sel tersebut mati.

D. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Menurut Havigusrst dan Albrecht (1953) berpendapat bahwa sangat penting
bagi lansia untuk tetap beraktifitas dan mencapai kepuasan.
2) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian
yang dimiliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
4)Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu
teori yang ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh
Hanghurst (1972) adalah bahwa setiap tugas perkembangan yang spesifik
pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan persaan bahagia dan
sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada maturasi
fisik, penghargaan kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas
perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan
kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan
pendapatan, respon penerimaan adanya kematian pasangan, serta
mempertahankan kehidupan yang memuaskan.
5) Teori Kesalahan Genetik
Proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA di mana sel
genetik memperbanyak diri sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan
yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya,
sehinggamengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian
orang akan tampak menjadi tua.
6) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem
imun untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga
mengakibatkan kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat
hancurnya kekebalan tubuh.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering
terjadi pada lansia diantaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau
makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Santoso,
2009).
F. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009):
1. Perubahan kondisi fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat
sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.
Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya
lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada,
berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik,
pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri
sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan
pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing.
2. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan,
dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering muncul
perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya
kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit
atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa
meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan
ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang
bersangkuatan.
4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada
tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan
memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami
kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila tidak ada penyakit
yang menyertai.
5. Perubahan spiritual
Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.

2.3 Konsep asuhan keperawatan


Menurut joint national committee on Detection, Evaluation and
tratment of high blood pressure (JNC), hipertensi adalah tekanan yang lebih
tinggi dari 140-90 mmhg dan di klasifikasikan sesuai dengan derajat
keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah tinggi sampai maligna
(Kushariyadi,2010).
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer / esensial (hampir 90% dari
semua kasus) / sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang
dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung adalah suatu keadaan
dimana pemompaan darah oleh jantung seseorang mempunyai resiko
berkurang kecukupannya untuk dipertahankan sehingga tidak mencukupi
untuk kebutuhan jaringan tubuh (Kushariyadi,2010).
2.3.1 PENGKAJIAN
Askep- Askep Yang Penting Dalam Lansia
A. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengaturan Hidup
2. Hubungan dengan keluarga dengan teman
3. Status Ekonomi
4. Kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari- hari
5. Aktifitas social dan hoby
6. Model trasnportasi
B. RIWAYAT MEDIS YANG LALU
1. Prosedur bedah terdahulu
2. Penyakit utama dan hospitalisasi
3. Status imunisasi Influenza, pneumokokus, tetanus
4. Riwayat TB dan pemeriksaan
5. Obat- obatan
6. Alergi terdahulu:
Pengetahuan tentang program pengobatan terbaru
Kepatuhan:
Efek obat yang dirasakan merugikan atau menguntungkan
C. TINJUAN ULANG SISTEM
1. Ajukan pertanyaan tentang gejala umum yang dapat mengindikasikan
adanya penyakit mendasar yang tidak dapat diobati, seperti keletihan,
anoreksia, penurunan BB, dan insomnia.
2. Upaya untuk mencari gelaja kunci pada setiap system organ yang
mencangkup pada
SISTEM KARDIOVASKULAR yaitu dengan Gejala :
1. Ortopnea
2. Edema
3. Angina
4. Klaudikasi
5. Palpitasi
6. Pusing
7. Sinkop
2.3.2 PEMERIKSAAN FISIK PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULAR
1. Curah Jantung: Jantung kehilangan elastisitasnya, sehingga
kontraktilitas jantung menurun sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan (demand)
2. Sirkulasi Arteri: Penurunan regangan pembuluh darah disertai
dengan peningkatan tahanan perifer terhadap aliran darah yang
disebabkan oleh arteriklorosis local ataupun umum
3. Sirkulasi Vena: Tidak terlihat perubahan seiring dengan
peningkatan usia pada mereka yang tidak menderita penyakit
4. Tekanan Darah: Tekanan Sistolik akan meningkat secara signifikan
, tekanan diastolic sedikit meningkat, tahanan perifer dan tekanan
nadi meningkat
5. Jantung : Terjadi dislokasi apeks akibat kifoskoliosis, sehingga
kemaknaan diagnostic lokasi hilang. Denyut premature meningkat,
jarang penting secara klinis
6. Murmur : Murmur diastolic dialami setengah jumlah lansia, paling
sering terdengar pada bagian dasar jantung akibat perubahan
sklerotik pada katub aota
7. Nadi Perifer : Mudah dipalpasi karena adanya peningkatan
penyempitan dindin arteri dan hilangnya jaringan ikat, pembuluh
darah teraba kaku dan berkelok- kelok. Kemungkinan denyut nadi
pada daerah mata kaki lebih lembab karena perubahan
arteriosklorosis, ekstermitas bagian bawah lebih dingin khususnya
pada malam hari. Kemungkinan kaki dan tangan dingin disertai
warna berbintik- bintik.
8. Frekuensi detak jantung: Tidak ada perubahan seiring peningkatan
usia apabila beristirahat dengan nomal (Marcia, S & Ruth K. 2007)
Sedangkan pendapat lain tentang Lansia dengan Gangguan
Kardiovaskular juga dapat ditemukan Manifestasi klinis atau
Gambaran fisik mereka, antara lain:
1. Elastisitas dinding aorta menurun , katub jantung menebal, dan
menjadi kaku
2. Kemampun jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah , kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
4. Perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri ) biasa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah naik, akibat oleh meningkatnya resistansi pembulu
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg dan diastolic
normal kurang lebih 90 mmHg (Priyoto. 2015)

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler


meliputi hal-hal berikut ini.
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Tekanan darah diatas normal dari biasanya
3. Adakah pembengkakan vena jugularis
4. Sakit kepala bagian belakang atau pusing dan kaku kuduk
5. Sulit tidur dan gelisah atau cemas
6. Dada berdebar-debar
7. Sesak nafas, lemas, berkeringat, dan pingsan
8. Adanya edema
9. Riwayat pola makan
10. Kebiasaan merokok, minum kopi
11. Riwayat keturunan atau keluarga.
12. Hipotensi ortostatik

2.3.3 Perumusan diagnosa pada Gangguan kardiovaskular


1. Penurunan curah jantung
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Kurangnya perawatan diri
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Resiko cidera
6. Gangguan integrasi kulit
7. Gangguan komunikasi
8. Kecemasan
9. Kurang pengetahuan

2.3.3 Intervensi keperawatan Secara Umum


1. Kaji penyebab peningkatan tekanan darah Kaji penyebab
ketegangan atau cemas
2. Modifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler
3. Diet makanan rendah garam dan lemak serta manis
4. Anjurkan untuk makan sayuran dan buah
5. Turunkan berat badan jika diperlukan
6. Latihan fisik atau olahraga secara teratur sesuai kemampuan
7. Anjurkan untuk berhenti merokok
8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Bila terdapat
penyakit lain yang menyertai segera konsultasi kepelayanan
kesehatan
9. Bantu untuk minum obat yang telah dinajurkan

Tindakan keperawatan
Tindakan atau intervensi Rasional
Mandiri:
1. Pantau tekanan darah. Ukur pada Perbandingan dari tekanan memberikan
kedua tangan/ paha untuk evaluasi gambaran tentang keterlibatan vaskular.
awal. Gunakan ukuran manset Hipertensi sistolik merupakan faktor resiko
yang tepat dan tehnik yang akurat penyakit serebrovaskular dan iskemia
jantung bila tekanan diastolik 90-115
mmhg.
2. Catat keberadaan serta kualitas Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
denyutan sentral dan perifer. femoralis terpalpasi denyut pada tungkai
mungkin menurun mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan
konesti vena.
3. Auskultasi bunyi jantung dan S4 umum terdengar pada klien hipertensi
bunyi nafas berat karena hipertrofi atrium (peningkatan
tekanan volum / tekanan atrium).
Perkembangan s3 menunjukkan hipertrofi
vertikal dan kerusakan fungsi. Adanya
krekles dan mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya gagal jantung
kronik.
4. Amati warna kulit, kelembapan, Pucat, dingin, kulit lembab, dan masa
suhu, dan masa pengisian kapiler. pengisian kapiler lambat berkaitan dengan
vasokontriksi atau decompensasi atau
penurunan curah jantung.
5. Catat edema umum atau tertentu. Mengidentifikasikan gagal
jantung,kerusakan ginjal/vaskular
6. Berikan lingkungan tenang, Membantu menurunkan rangsang simpatis,
nyaman, kurangi aktivitas / meningkatkan relaksasi.
keributan lingkungan, batasi
pengunjung.
7. Batasi aktivitas, seperti istirahat Menurunkan stres dan ketegangan yang
ditempat tidur, kursi, istirahat mempengaruhi tekanan darah dan
tanpa ganguan, bantu melakukan perjalanan penyakit hipertensi.
perawatan aktivitas perawatan
diri.
8. Lakukan tindakan yang nyaman, Mengurangi ketidaknyaman dan rangsang
seperti pijatan punggung, leher, simpati.
meninggikan kepala tempat tidur.
9. Anjurkan teknik relaksasi Menurunkan rangsangan yang
panduan, imajinasi, aktivitas menimbulkan stres, membuat efek tenang
pengalihan. sehingga menurunkan tekanan darah.
10. Pantau respon terhadap obat Respon terhadap terapi obat (diuretik,
untuk mengontrol tekanan darah. inhibitor simpati, vasodilator).
Tergantung pada klien dan efek sinergis
obat karena efek samping tersebut, maka
penting menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling rendah
Kolaborasi:
11. Berikan obat sesuai indikasi:
1. Diuretik tiazid, misal,
1. Tiazid digunakan sendiri atau
klorotiazid (biuril),
dicampur dengan obat lain untuk
hidrokloropiazid (esidrix atau
menurunkan tekanan darah pada klien
hidrodiuril),
dengan fungsi ginjal yang relatif
bendroflumentiazid (naturetin)
normal. Diuretik memperkuat agen anti
2. Diuretik loop, misal, furosemid
hipertensi lain dengan membatasi
(lazix), asam etakrinic
retensi cairan.
(edecrin), bumetamid
2. Menghasilkan diuresis kuat dengan
(burmex).
menghambat reabsorbsi natrium
klorida dan merupakan anti hipertensi
efektif, khususnya klien yang resisten
terhadap tiazid atau mengalami
kerusakan ginjal.

Tindakan/intervensi Rasional
1. Direutik hemat kslium, misal, 1. Diberikan kombinasi dengan
spironolakton(aldactone), diuretik tiazid untuk meminimalkan
triamterene (dyrenium), amiloride kehilangan kalium.
2. Kerja khusus obat ini bervariasi,
(midamore)\
2. Inhibitor simpatis, misal, tetapi secar umum menurunkan
pronanolol (inderal), metoprolol tekanan darah melalui efek
(lopressor), atenolol ( tenormin), kombinasi penurunan tahapan total
nadolol (corgard), metildopa perifer, menurunkan curah
( aldomet), reserpin (serpasil), jantung,menghambat aktivitas
klonidin ( catapres). simpatis, dan menekan pelepasan
3. Vasodilator, misal, minoksidil
renin.
(loniten), hidralazin, (apresolin), 3. Mengobati hipertensi berat bila
bloker saluran kalsium, misal, kombinasi diuretik dan inhibilator
nifedipin (procardia), simpatis tidak berhasil mengontrol
verapamil(calan). tekanan darah. Vasodilator vaskular
4. Agen antiadrenergik: a-1 bloker
jantung sehat dan meningkatkan
prazosin (minipres), tetazosin,
aliran darah koroner dan terapi
(hytrin).
5. Bloker neuron adrenergik: vasodilator.
4. Bekerja pada pembuluh darah untuk
guanadrel (hyloree), quanetidin
mempertahankan agar tidak
(ismelin), reserpin (serpasil)
6. Inhibitor adrenergik yang konstriksi.
5. Meningkatkan rangsang simpatis
bekerja secara sentral:
pusat vasomotor untuk menurunkan
klonidin (catapres), guanabenz
tahanan arteri perifer.
(wytension), metildopa
6. Meningkatkan rasa simpatis pusat
(apresoline), dan
vasomotor untuk menurunkan
minoksidil(loniten).
tahanan arteri perifer.
7. Vasodilator oral yang bekerja
7. Diberikan secara intravena untuk
langsung: diazoksid
menangani kedaruratan hipertensi.
(hyperstat), nitroprusid
(nipride, nitropess).
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,vasokontriksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...24x diharapkan
afterload
tidak meningkat
kriteria hasil : - klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah
atau beban jantung
- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu
yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan lanset dan
tekhnik yang tetap
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
4. Amati warna kulit kelembapan, suhu, dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum atau tertentu
6. Berikan lingkungan yang tenang nyaman dan kurangi aktivitas, batasi
jumlah pengunjung
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur atau
kursi
8. Anjurkan tekhnik relaksasi, panduan imajimasi, aktivitas pemulihan
9. Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai indikasi
2. Diagnsa keperawatan: Nyeri (akut)b/d Peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Ditandai dengan:
1. Berfokus pada diri.
2. Melaporkan nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital,
terjadi saan terbangun, dan hialng secara spontan setelah beberapa
waktu berdiri.
3. Perilaku berhati-hati seperti segan untuk menggerakkan kepala,
menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan keributan,
mengerutkan kening, menggenggam tangan.
4. Melaporkan kekakuan leher, pusing,penglihatan kabur, mual, dan
muntah.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.


2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Mempertahankan tirah baring selama Meminimalkan stimulasi/
fase akut meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan nonfarmakologi Tindakan yang menurunkan
untuk menghilangkan sakit kepala, tekanan vaskular selebral dan yang
misal, kompres dingin pada dahi, pijat memperlambar atau memblok
punggung dan leher, tenang, redupkan respons simpatis efektif dalam
lampu kamar, teknik relaksasi menghilangkansakit kepala dan
(panduan imajinasi, distraksasi) dan komplikasinya
aktivitas waktu senggang
3. Hilangkan/meminimalkan aktivitas Aktivitas yang meningkatkan
vasokontraksi yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit
sakit kepala, misal, mengejan saat kepala karena adanya peningkatan
BAB, batuk panjang, dan tekanan vaskular serebral
membungkuk
4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai Pusing, penglihatan kabur
kebutuhan berhubungan dengan sakit kepala.
Klien dapat mengalami episode
hipotensi postural
5. Berikan cairan, makanan lunak, Meningkatkan kenyamanan umum.
perawatan mulut bila terjadi Kompres hidung mengganggu
pendarahan hidung/kompres hidung menelan atau membutuhkan napas
setelah dilakukan untuk dengan mulut, menimbulkan
menghentikan pendarahan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membran mukosa
Kolaborasi:
6. Berikan situasi indikasi:
- Analgesik Menurunkan nyeri dan menurunkan
- Antiansietas, misal, lorazepam
rangsang sistem saraf simpatis
(ativan), diazepam (valium) Mengurangi ketegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat
oleh stres

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana


pengobatan. Berhubungan dengan :
1. Kurang pengetahuan/daya ingat.
2. Keterbatasan kognitif.
3. Menyangkal diagnosis.
4. Ditandai dengan :
5. Menyatakan masalah.
6. Meminta informasi.
7. Menyatakan miskonsepsi.
8. Mengukuti instruksi inadekuat, kinerja prosedur .
9. Perilaku tidak tepat atau eksagregasi,misalnya, bermusuhan , agitasi,
apatis.
Kriteria hasil/kreteria evaluasi.
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi.
3. Mempertahankan tekanan darah.
Tindakan keperawatan:
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Kesalahan konsep dan menyangkal
1. Kaji kesiapan dan hambatan
diagnosis memenagruhi minta untuk
dalam belajar, termasuk keluarga. mempelajari penyakit, pronogsis.
2. Tetapkan tekanan darah normal. 2. Memberikan dasar pemahaman
Jelaskan hipertensi dan tentang peningkatan tekanan darah.
3. Factor resiko menunjukkan
efeknyaterhadap jantung,
hubungan dalam menunjang
pembuluh darah, ginjal dan otak.
3. Bantu klien dalam hipertensi/ penyakit kardiovaskular
mengidentifikasi factor resiko dan ginjal.
4. Factor resiko meningkatkan proses
kardiovaskuler yang dapat
penyakit. Dengan mengubah perilaku
diubah , misalnya , obesitas, diet
dukungan, petunjuk, dan empati
tinggi lemakjenuh dan kosterol,
dapat menigkatkan keberhasilan
pola hidup monoton, merokok,
klien.
minum alcohol, serta pola hidup
5. Nikotin mneingkatkan pelepasan
penuh stress.
katekolamin; mengakibtkan
4. Atasi masalah bersama klien
peningkatkan peningkatan
dengan mengidentifikasi cara
peningkatkan frekuensi jantung,
gaya hidup tepat dapat dibuat
tekanan darah dan vasokontriksi:
untuk mengurangi factor resiko
mengurangi oksigenenasi jaringan;
kardiovaskular.
5. Bahas pentingnya menghentikan serta meningkatkan beban kerja
merokok dan bantu klien dalam miokardium.
6. Kerja sama meningkatkan
membuat rencana untuk berhneti
kebrhasilan terapi.
merokok.
7. Dengan pengejaran akan
6. Beri penguatan pentingnya kerja
menyakinkan klien, karena hasilnya
sama dalam regimen pengobatan.
7. Peragakan teknik pengkuran memberikan penguatan visual atau
tekanan darah mandiri. Evaluasi positif.
8. Dengan mengikuti peraturan jadwal
pendengaran, ketajaman
dapat memudahkan kerja sama.
penglihatan, keterampilan dan
9. Informasi adekuat dan pemahaman
koordinasi klien.
tentang obat meningkatkan kerja
8. Bantu untuk mnegembangkan
sama pengobatan.
jadwal sederhana.
10. Menurunkan bendungan vena perifer
9. Jelaskan tentang obat (rasional,
yang menimbulakn oleh vasodilator
dosis dan efek samping).
10. Anjurkan sering mengubah posisi dan duduk/berdiri terlalu lama.
11. Informasikan adekuat dan
kaki saat berbaring.
11. Hindari mandi air panas, ruang pemahamantentang obat
penguapan, dan penggunaan meningkatkan kerja sama
alcohol. pengobatan.
12. Anjurkan meningkatkan masukan 12. Menurunkan bendungan dengan
makanan/cairan tinggi kalium vena perifer yang menimbulkan oleh
(jeruk, pisang, tomat, kentang, vasodilator dan duduk/berdiri terlalu
apricot, kurma, buah ara, kismis, lama.
13. Mencegah vasodilatasi dengan
Gatorade, susu rendah lemak,
bahaya efek samping yaitu pingsan
yogurt).
13. Kenali tanda /gejala seperti sakit dan hipotensi.
14. Diuretic menurunkan kadar kalium.
kepala saat bangun, peningkatan
Penelitian menunjukkan konsumsi
tekanan darah tiba-tiba, nyeri
kalium 400-2000 mg perhari akan
dada/sesak napas, nadi meningkat,
menurunkan tekanan darah sistolik
pembengkakan perifer/abdomen,
dan distolik.
gangguan penglihatan, epistaksis,
15. Deteksi dini terjadi komplikasi,
depresi/emosi labil, pusing,
penurunan afektivitas/reaksi yang
pingsan, kelemahan atau kram
reaksi yang merugikam dari regimen
otot, mual, munta, haus dan
obat memungkinan untuk membuat
penurunan libido /impoten .
intervensi.
14. Jelaskan rasional diet yang
16. Kelebihan lemak jenuh,
diharuskan (diet rendah natrium,
kolesterol,natrium, alcohol , dan
lemak jenuh, dan kolesterol).
kalori berisiko hipertensi. Diet
15. Bantu mengidentifikasi sumber
rendah lemak dan tinggi lemak dan
masukan natrium (garam meja,
tingi lemak tak jenuh menurunkan
daging , keju .olahan,saus, sup
tekanan darah.
kaleng, sayuran, soda kue )
Diet rendah garam dua tahun
16. Hindari minuman yang
mungkin mencukupi untuk
mengadung kafein (kopi, the, cola
mengontrol hipertensi sedang atau
dan coklat).
mengurangi jumlah obat yang
dibutuhkan.
Kafein adalah stimulant jantung dan
merugikan fungsi jantung.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada pengkajian terhadap lansia yang terganggu terhadap
kardiovaskular ini terjadi Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
yang merupakan suatu keadaan dimana pemompaan darah oleh jantung
seseorang mempunyai resiko berkurang kecukupannya untuk
dipertahankan sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan jaringan tubuh
(Kushariyadi,2010).
Pelayanan kesehatan berbasis di rumah merupakan suatu
komponen tentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensip diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi profesi keperawatan
Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai macam
masalah fisik, psikis, dan social bagi pasien dan keluarga. Oleh karena
itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan melalui komunikasi
terapeutik, sehingga akan terciptanya lingkungan yang nyaman dan
kerja sama yang baik dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Gangguan Kardiovaskular.
3.2.2 Bagi lansia
Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses
degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan
derajat kesehatan para lansia pada taraf yang tinggi. Sehingga sangat
diperlukan kesadaran dari masing- masing lansia yang ada untuk
menurunkan atau terhindar dari adanya suatu penyakit atau gangguan
yang lainnya.
3.2.3 Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi yang mengenai asuhan keperawatan pada
gangguan kardiovaskular ini, kami mohon maaf. Kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun bagi teman-teman yang
membaca.

DAFTAR PUSTAKA

Stanhope, Macia & Ruth N. 2007. Buku Saku Keperawataan Komunitas


(Pengkajian, Intervensi, dan Penyuluhan). Jakarta : EGC
Priyoto. 2015. Nursing Intevention Classification (NIC) dalam Keperawatan
Gerontik . Jakarta : Salemba Medika
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba medika
Siti, Maryam R. Dkk.2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Peters, Ruth. 2007. Hypertension in the very elderly. Future Medicine: Aging
Health

Anda mungkin juga menyukai