Di Susun O
Disusun Oleh :
Kelompok 01
1. Ansori (14201.06.14001)
2. Asip nur hayati (14201.06.14002)
3. Ayu kaprilia (14201.06.14003)
4. Bayu laksono (14201.06.14004)
5. Devita sari (14201.06.14006)
6. Dewi Susyanti (14201.06.14007)
7. Fatimatus zahro (14201.06.14012)
PROBOLINGGO
2017
1
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Komunitas 2
Mengetahui,
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KOMUNITAS
2, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR dan dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM selaku pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. selaku ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong.
3. Ana fitria nusantara S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan.
4. Roisah S.KM., M.Kes. sebagai dosen mata ajar komunitas 2.
5. Santi Damayanti,A.Md. sebagai ketua perpustakaan STIKES Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong.
6. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pria usia <45 tahun : hipertensi jika tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg
b. Pria usia >45 tahun : hipertensi jika tekanan darah lebih dari 145/95 mmHg
c. Wanita : hipertensi jika tekanan darah > 160/90 mmHg
Pengertian krisis hiprtensi adalah peningkatan tekanan darah berat
secara tiba-tiba dengan tekanan darah sistole lebih dari 200 mmHg dan
tekanan darah diastole lebih dari 140 mmHg (Awan 2 dan Rini
Sulistyowati,2015).
B. Karakteristik lansia
1. Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif
2. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
b. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik
g. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung,
Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):
1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya
ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut
(51,12%)
2. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi
(69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%); selera
makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%); sulit tidur
(24,88%); dan sesak napas (21,28%)
3. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis
(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).
C.Teori-teori proses penuaan
Teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain: teori
biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan genetik, dan
teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).
1. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di
dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang
terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
2. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik
yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung
mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
3. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu
yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada
metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel.
4. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
5. Teori Radikal Bebas
Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh.
6. Teori Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
7. Teori Virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology
Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari
sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
8. Teori Stres
Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan oleh tubuh.
9. Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel
yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen.
10. Teori Program
Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk
menetapkan jumlah sel yang membelah sel-sel tersebut mati.
Tindakan keperawatan
Tindakan atau intervensi Rasional
Mandiri:
1. Pantau tekanan darah. Ukur pada Perbandingan dari tekanan memberikan
kedua tangan/ paha untuk evaluasi gambaran tentang keterlibatan vaskular.
awal. Gunakan ukuran manset Hipertensi sistolik merupakan faktor resiko
yang tepat dan tehnik yang akurat penyakit serebrovaskular dan iskemia
jantung bila tekanan diastolik 90-115
mmhg.
2. Catat keberadaan serta kualitas Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
denyutan sentral dan perifer. femoralis terpalpasi denyut pada tungkai
mungkin menurun mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan
konesti vena.
3. Auskultasi bunyi jantung dan S4 umum terdengar pada klien hipertensi
bunyi nafas berat karena hipertrofi atrium (peningkatan
tekanan volum / tekanan atrium).
Perkembangan s3 menunjukkan hipertrofi
vertikal dan kerusakan fungsi. Adanya
krekles dan mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya gagal jantung
kronik.
4. Amati warna kulit, kelembapan, Pucat, dingin, kulit lembab, dan masa
suhu, dan masa pengisian kapiler. pengisian kapiler lambat berkaitan dengan
vasokontriksi atau decompensasi atau
penurunan curah jantung.
5. Catat edema umum atau tertentu. Mengidentifikasikan gagal
jantung,kerusakan ginjal/vaskular
6. Berikan lingkungan tenang, Membantu menurunkan rangsang simpatis,
nyaman, kurangi aktivitas / meningkatkan relaksasi.
keributan lingkungan, batasi
pengunjung.
7. Batasi aktivitas, seperti istirahat Menurunkan stres dan ketegangan yang
ditempat tidur, kursi, istirahat mempengaruhi tekanan darah dan
tanpa ganguan, bantu melakukan perjalanan penyakit hipertensi.
perawatan aktivitas perawatan
diri.
8. Lakukan tindakan yang nyaman, Mengurangi ketidaknyaman dan rangsang
seperti pijatan punggung, leher, simpati.
meninggikan kepala tempat tidur.
9. Anjurkan teknik relaksasi Menurunkan rangsangan yang
panduan, imajinasi, aktivitas menimbulkan stres, membuat efek tenang
pengalihan. sehingga menurunkan tekanan darah.
10. Pantau respon terhadap obat Respon terhadap terapi obat (diuretik,
untuk mengontrol tekanan darah. inhibitor simpati, vasodilator).
Tergantung pada klien dan efek sinergis
obat karena efek samping tersebut, maka
penting menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling rendah
Kolaborasi:
11. Berikan obat sesuai indikasi:
1. Diuretik tiazid, misal,
1. Tiazid digunakan sendiri atau
klorotiazid (biuril),
dicampur dengan obat lain untuk
hidrokloropiazid (esidrix atau
menurunkan tekanan darah pada klien
hidrodiuril),
dengan fungsi ginjal yang relatif
bendroflumentiazid (naturetin)
normal. Diuretik memperkuat agen anti
2. Diuretik loop, misal, furosemid
hipertensi lain dengan membatasi
(lazix), asam etakrinic
retensi cairan.
(edecrin), bumetamid
2. Menghasilkan diuresis kuat dengan
(burmex).
menghambat reabsorbsi natrium
klorida dan merupakan anti hipertensi
efektif, khususnya klien yang resisten
terhadap tiazid atau mengalami
kerusakan ginjal.
Tindakan/intervensi Rasional
1. Direutik hemat kslium, misal, 1. Diberikan kombinasi dengan
spironolakton(aldactone), diuretik tiazid untuk meminimalkan
triamterene (dyrenium), amiloride kehilangan kalium.
2. Kerja khusus obat ini bervariasi,
(midamore)\
2. Inhibitor simpatis, misal, tetapi secar umum menurunkan
pronanolol (inderal), metoprolol tekanan darah melalui efek
(lopressor), atenolol ( tenormin), kombinasi penurunan tahapan total
nadolol (corgard), metildopa perifer, menurunkan curah
( aldomet), reserpin (serpasil), jantung,menghambat aktivitas
klonidin ( catapres). simpatis, dan menekan pelepasan
3. Vasodilator, misal, minoksidil
renin.
(loniten), hidralazin, (apresolin), 3. Mengobati hipertensi berat bila
bloker saluran kalsium, misal, kombinasi diuretik dan inhibilator
nifedipin (procardia), simpatis tidak berhasil mengontrol
verapamil(calan). tekanan darah. Vasodilator vaskular
4. Agen antiadrenergik: a-1 bloker
jantung sehat dan meningkatkan
prazosin (minipres), tetazosin,
aliran darah koroner dan terapi
(hytrin).
5. Bloker neuron adrenergik: vasodilator.
4. Bekerja pada pembuluh darah untuk
guanadrel (hyloree), quanetidin
mempertahankan agar tidak
(ismelin), reserpin (serpasil)
6. Inhibitor adrenergik yang konstriksi.
5. Meningkatkan rangsang simpatis
bekerja secara sentral:
pusat vasomotor untuk menurunkan
klonidin (catapres), guanabenz
tahanan arteri perifer.
(wytension), metildopa
6. Meningkatkan rasa simpatis pusat
(apresoline), dan
vasomotor untuk menurunkan
minoksidil(loniten).
tahanan arteri perifer.
7. Vasodilator oral yang bekerja
7. Diberikan secara intravena untuk
langsung: diazoksid
menangani kedaruratan hipertensi.
(hyperstat), nitroprusid
(nipride, nitropess).
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,vasokontriksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...24x diharapkan
afterload
tidak meningkat
kriteria hasil : - klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah
atau beban jantung
- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu
yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan lanset dan
tekhnik yang tetap
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
4. Amati warna kulit kelembapan, suhu, dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum atau tertentu
6. Berikan lingkungan yang tenang nyaman dan kurangi aktivitas, batasi
jumlah pengunjung
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur atau
kursi
8. Anjurkan tekhnik relaksasi, panduan imajimasi, aktivitas pemulihan
9. Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai indikasi
2. Diagnsa keperawatan: Nyeri (akut)b/d Peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Ditandai dengan:
1. Berfokus pada diri.
2. Melaporkan nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital,
terjadi saan terbangun, dan hialng secara spontan setelah beberapa
waktu berdiri.
3. Perilaku berhati-hati seperti segan untuk menggerakkan kepala,
menggaruk kepala, menghindari sinar terang dan keributan,
mengerutkan kening, menggenggam tangan.
4. Melaporkan kekakuan leher, pusing,penglihatan kabur, mual, dan
muntah.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Mempertahankan tirah baring selama Meminimalkan stimulasi/
fase akut meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan nonfarmakologi Tindakan yang menurunkan
untuk menghilangkan sakit kepala, tekanan vaskular selebral dan yang
misal, kompres dingin pada dahi, pijat memperlambar atau memblok
punggung dan leher, tenang, redupkan respons simpatis efektif dalam
lampu kamar, teknik relaksasi menghilangkansakit kepala dan
(panduan imajinasi, distraksasi) dan komplikasinya
aktivitas waktu senggang
3. Hilangkan/meminimalkan aktivitas Aktivitas yang meningkatkan
vasokontraksi yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit
sakit kepala, misal, mengejan saat kepala karena adanya peningkatan
BAB, batuk panjang, dan tekanan vaskular serebral
membungkuk
4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai Pusing, penglihatan kabur
kebutuhan berhubungan dengan sakit kepala.
Klien dapat mengalami episode
hipotensi postural
5. Berikan cairan, makanan lunak, Meningkatkan kenyamanan umum.
perawatan mulut bila terjadi Kompres hidung mengganggu
pendarahan hidung/kompres hidung menelan atau membutuhkan napas
setelah dilakukan untuk dengan mulut, menimbulkan
menghentikan pendarahan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membran mukosa
Kolaborasi:
6. Berikan situasi indikasi:
- Analgesik Menurunkan nyeri dan menurunkan
- Antiansietas, misal, lorazepam
rangsang sistem saraf simpatis
(ativan), diazepam (valium) Mengurangi ketegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat
oleh stres
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pengkajian terhadap lansia yang terganggu terhadap
kardiovaskular ini terjadi Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
yang merupakan suatu keadaan dimana pemompaan darah oleh jantung
seseorang mempunyai resiko berkurang kecukupannya untuk
dipertahankan sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan jaringan tubuh
(Kushariyadi,2010).
Pelayanan kesehatan berbasis di rumah merupakan suatu
komponen tentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensip diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi profesi keperawatan
Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai macam
masalah fisik, psikis, dan social bagi pasien dan keluarga. Oleh karena
itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan melalui komunikasi
terapeutik, sehingga akan terciptanya lingkungan yang nyaman dan
kerja sama yang baik dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Gangguan Kardiovaskular.
3.2.2 Bagi lansia
Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses
degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan
derajat kesehatan para lansia pada taraf yang tinggi. Sehingga sangat
diperlukan kesadaran dari masing- masing lansia yang ada untuk
menurunkan atau terhindar dari adanya suatu penyakit atau gangguan
yang lainnya.
3.2.3 Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi yang mengenai asuhan keperawatan pada
gangguan kardiovaskular ini, kami mohon maaf. Kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun bagi teman-teman yang
membaca.
DAFTAR PUSTAKA