Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma toraks masih merupakan masalah yang sangat signifikan dari morbiditas dan
mortalitas yang terjadi di Amerika Serikat.Trauma toraks merupakan penyebab kematian dan
diperkirakan sekitar 150.000 kasus kematian per tahun yang terjadi akibat trauma toraks.
Prevalensi umur paling banyak terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.
Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 1 dari 4
kematian disebabkan karena trauma toraks.Kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20%-25% dari seluruh kasus trauma yang menyebabkan kematian.Hanya 15%-30%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks seperti yang terjadi di Negara-
negara maju seperti Amerika Serikat masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas
70%-80%. Pada tahun 2003 insiden trauma tumpul toraks sebanyak 94,8% sedangkan
sisanya sebanyak 4,6% adalah trauma tajam. Di Amerika serikat tercatat 372 kasus trauma
toraks per tahun dimana 27% disertai cedera ekstremitas, 24% disertai cedera traktus
digestivus dan 15% yang disertai cedera otak. Di RS.Dr. Soetomo Surabaya tercatat 149
kasus trauma toraks per tahun dimana 19% disertai cedera ekstremitas, 14% disertai cedera
otak dan 9% yang disertai cedera traktus digestivus. Sedangkan di RS. Cipto
Mangunkusumo FKUI Jakarta tercatat sejak tahun 1981 insiden trauma toraks adalah sebesar
16,8% dari seluruh kasus trauma. Dimana trauma tumpul 8% dan trauma tajam 8,8%.
Sedangkan etiologi penyebab trauma toraks di Jakarta adalah akibat kecelakaan lalu lintas
63%-78%.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan trauma dada,
mengetahui konsep medis dari penyakit trauma dada.

1
2. Tujuan Khusus
Secara khusus “Konsep keperawatan klien dengan trauma dada”, ini disusun supaya :
a. Penulis dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta proses keperawatan yang akan
dijalankan.
b. Penulis dapat mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan trauma dada.
c. Penulis dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang
dirawat dengan trauma dada.
d. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi penulis lainnya tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan Trauma Dada.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan pada masa yang akan dating
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan dalam penerapan asuhan keperawatan.
3. Bagi klien dan keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang bagaimana
penanganan terhadap trauma toraks khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Bagi tenaga kesehatan
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan dalam penerapan asuhan keperawatan Trauma toraks dengan
gangguan Kedaruratan system I.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan.
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan sebagainya (FKUI, 1995).
Penyebab utama cidera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor missal, sepeda
motor atau mobil, pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat terjatuh juga dapat
menyebabkan cidera dada nonpenetrasi. Luka penetrasi umumnya diakibatkan oleh tusukan
senjata tajam atau luka akibat tembakan.

3
2. Anatomi Fisiologi
Untuk kasus trauma thorax / dada, setidaknya terdapat 3 bagian / organ yang perlu

dipelajari secara sistematis, yaitu rongga thorax, paru-paru dan jantung.


a. Rongga Thorax
Rongga Thorax tersusun atas jaringan tulang dan otot (Muskuloskeletal), yang membentuk
suatu rongga (Cavum). Didalam rongga thorax terdiri dari beberapa organ vital yaitu ;
jantung yang merupakan organ utama pada sistem kardiovaskuler, dan paru-paru yang juga
merupakan organ utama pada sistem pernapasan.
Rangka thorax dibentuk oleh columna vertebralis, tulang costa, cartilago costa, dan sternum.
Costa terdiri dari 12 pasang tulang rusuk, dimana dari 12 pasang tersebut terbagi menjadi : 7
pasang costa sejati, 3 pasang costa palsu, dan 2 pasang costa melayang. Tulang-tulang
tersebutlah yang melindungi cavum thorax dan beberapa organ didalamnya.

Rongga ini dilapisi oleh tiga otot yang menyerupai dinding otot abdomen. Ketiga otot
tersebut yaitu ;

1) M. Intercostalis Externus
2) Otot ini berjalan mengisi rongga intercostalis dari vertebra posterior sampai di
perbatasan kostokondral di anerior, kemudian otot ini terus berjalan ke depan sebagai
membran yang tipis, secara kasat mata, otot ini akan terlihat seperti huruf V.
3) M. Intercostalis Internus
4) Otot ini berjalan mengisi rongga intecostalis dari sternum sampai ke angulus costa
kemudian berjalan ke belakang sebagai suatu membran yang tipis, secara kasat mata,
otot ini akan terlihat seperti huruf “A”
5) M. Intercostalis Intima (terdalam)

4
Nervus intercostal adalah rami anterior primer dari n. Segmentalis torakalis.Hanya
enam nervus teratas yang berjalan dalam rongga intercostalis, sisanya masuk ke dalam
dinding anterior abdomen.Nervus intercostal berjalan melewati 11 costa, sedangkan costa ke
12 dilewati oleh nervus subcosta. Adapun cabang-cabang Nervus Intercostalis adalah :

1. Cabang kolateral yang menyuplai otot di rongga intercostalis (juga disuplai oleh
n. Intercostalis utama).
2. Cabang sensoris dari pleura (nervus atas) dan peritonium (Nervus bawah ).
3. Yang merupakan perkecualian adalah :
a. Nervus Inercostalis ke-1 bergabung dengan pleksus brakialis dan tidak
memiliki cabang kutaneus anterior.
b. Nervus Intercostalis ke-2 bergabung dengan Nervus Cutaneus medialis
dilengan melalui cabang Nervus Interkostobrakialis, oleh karena itu nervus
ini menyuplai kulit ketiak dan sisi medial lengan.

b. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.Banyaknya
alveoli ± 700.000.000 buah paru-paru kiri dan kanan. Paru-paru di bagi 2, yaitu paru-paru
kanan yang terdiri dari 3 lobus yaitu : lobus pulmo dextra superior, lobus media dan lobus
inferior. Paru-paru kiri hanya terdiri dari 2 lobus karena berbatasan langsung dengan organ
jantung didalam rongga thorax. Adapun kedua lobus tersebut yaitu : pulmo sinistra
lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis dn 3
buah segmen pada lobus inferior. Organ ini terletak pada rongga dada yang menghadap ke

5
tengah rongga dada.Paru-paru di bungkus oleh selaput yang bernama pleura.Pleura dibagi
menjadi 2, yaitu pleura visceral dan pleura parietal (Martini, 2000).
Menurut Tambayong (2001), proses pernapasan dapat dibagi atas empat kriteria yaitu :

1) Ventilasi pulmonal yang artinya masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke
bagian alveolus
2) Difusi Oksigen dan Karbondioksida yang masuk dari udara yang masuk ke
pembuluh darah disekitar alveoli
3) Transportasi oksigen dan karbondioksida oleh darah ke sel
4) Pengaturan Ventilasi.
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadai
di paru-paru. Oksigen di ambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonal, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membrane, dan
diambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dari jantung di pompakan ke seluruh
tubuh. Ada 4 proses yang berhubungan dengan pernafasan paru-paru :

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah dengan jumlah yang tepat untuk di capai
semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.

c. Jantung
Menurut Martini. (2001), jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga

yang terdiri dari otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.

6
Jantung terletak dirongga dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang
kiri antara costa V dan VI, dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyutan jantung yang disebut iktuscordis.Ukuran jantung + sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya kira-kira 250 – 300 gram. Organ ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu
lapisan pembungkus (Perycardium), lapisan otot (Myocardium), dan lapisan terdalam
(Endocardium) yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan rongga jantung. Pada bagian dalam jantung inilah terdapat 4 ruang / rongga,
yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri.Keempat ruang ini
dihubungkan dengan keberadaan katup Atrioventrikularis dan katup Semilunaris.
Curah jantung adalah volume darah yang disemprotkan oleh setiap ventrikel setiap
menit.Dua penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung (denyut per menit) dan
volume sekuncup (volume darah yang dipompa per denyut). Pada keadaan normal
(fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan sama
besarnya bila tidak demikian maka akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu,
misalnya bila jumlah darah yang dipompakan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel kiri
maka jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik
sehingga terjadi penimbunan darah di paru-paru.

Jumlah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit disebut curah jantung dan jumlah
darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistol disebut isi sekuncup. Secara normal
pada setiap sistol ventrikel tidak terjadi pengosongan total dari ventrikel, hanya sebagian dari
isi ventrikel yang dikeluarkan. Curah jantung pada pria dewasa dalam keadaan istirahat+ 5
liter dan dapat turun atau naik pada berbagai keadaan.
Preload adalah jumlah atau volume darah saat pengisian kembali ke atrium kanan
melewati vena cava superior dan vena cava inferior sedangkan Afterload adalah jumlah atau
volume darah dalam sekali pompa oleh ventrikel kiri keseluruh tubuh.

3. Etiologi

a. Tamponade Jantung

Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/ daerah jantung.

b. Hematotoraks

7
Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatic atau spontan.

c. Pneumothoraks

Spontan (bula yang pecah), trauma (penyedotan luka rongga dada, iatrogenic
(“pleural tap”, biopsy paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan
positif).

4. Klasifikasi
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Trauma Tajam
1) Pneumothoraks terbuka
2) Hemothoraks
3) Trauma tracheobronkial
4) Contusion paru
5) Ruptur diafragma
6) Trauma mediastinal

b. Trauma Tumpul
1) Tension pneumothoraks
2) Trauma Tracheobronkhial
3) Fail chest
4) Ruptur diafragma
5) Trauma mediastinal
6) Fraktur kosta
5. Mekanisme Trauma Dada
a. Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya
perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai dengan hukum
Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima
gaya perusak dari trauma tersebut.
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata
dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat

8
akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan
besar lubang masuk peluru.
b. Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan.Biasanya terjadi
pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena
pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ
visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding
toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
c. Torsio dan rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi
organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti
Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium.Akibat adanya deselerasi yang tiba-
tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik
tumpu atau porosnya.
Blast injury :
1) Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.
2) Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.

6. Faktor yang mempengaruhi trauma dada

a. Sifat jaringan tubuh

Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat
menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga pada
bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang
dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk
atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb.

b. Lokasi

Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita kerusakan,
terutama pada trauma tembus.Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.

c. Arah trauma

9
Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam
memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi.

Perlu diingat adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh
manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah
(lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang
terkena sulit diperkirakan.

7. Faktor Pencetus

Beberapa faktor pencetus yang dapat menimbulkan trauma dada antara lain:

a. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat.

b. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

c. Fraktur tulang iga

d. Tindakan medis (operasi)

e. Pukulan daerah toraks.

f. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy ventilasi


mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran
balutan.

8. Manifestasi Klinis

a. Tamponade jantung
b. Hematotoraks
c. Pneumothoraks

9. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan.Luka pada rongga
thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah.Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.Hipoksia,
hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia jaringan

10
merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena
hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation( contoh kontusio, hematoma, kolaps
alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intra tthorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi
akibat perubahan tekanan intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga, merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mengalami
trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga
terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi.Batuk yang
tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan
pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru –
paru.Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral
dan parietal.Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks.Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma
tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak
mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas
menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor.Foto toraks pada saat ekspirasi
membantu menegakkan diagnosis.Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan
pemasangan chest tube pada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila
pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko.
Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap,
dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru..
Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.

11
10. Pathway

11. Pemeriksaan Penunjang


a. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
b. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
c. Hemoglobin : mungkin menurun.
d. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
e. Pa O2 normal / menurun.
f. Saturasi O2 menurun (biasanya).
g. Toraksentesis : menyatakan darah
h. Diagnosis fisik :
1) Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi.
2) Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction unit.
3) Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi.
4) Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari
800 cc segera thorakotomi.
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma, seperti
jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi,
kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
b. Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan trauma
toraks.Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto

12
toraks.Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari
pemeriksaan foto toraks.
c. CT Scan
d. Ekhokardiografi
e. Elektrokardiografi
f. Angiografi
g. Torasentesis : menyatakan darah/ cairan serosanguinosa.
h. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen
jaringan tubuh.

13. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax, yaitu
:
a. Bullow Drainage / WSD
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
Indikasi:
1) Pneumothoraks
2) Hemothoraks
3) Thorakotomy
4) Efusi pleura
5) Emfiema
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1) Diagnostik
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.

13
2) Terapi
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.
3) Preventive
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.
b. Primary Survey
Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan
menggunakan teknik ABC (Airway, breathing, dan circulation).
c. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
1) Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian oksigen
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien.

d. Pemasangan infuse
e. Pemeriksaan kesadaran
f. Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan massage jantung.
g. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto thorak.

Pasien dalam Keadaan Gawat Darurat / Pertolongan Pertama


Pasien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun di unit gawat
darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus mendapatkan tindakan yang
tanggap darurat dengan memperhatikan prinsip kegawatdaruratan.Penanganan yang
diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-masing klien secara spesifik.
Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika
ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan
tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :
a . Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan pada jalan napas. Jika
terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat
dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain,

14
sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan.Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana
ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban
b. Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban
tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink
dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas
oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild –
chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver).
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik melihat gerakan
dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan napas klien (Look,
Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu
waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil
pemeriksaan dan dengan menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan
kondisi klien.
d) Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
e) Tindakan Kolaboratif
1. Konservatif
a) Pemberian Analgetik
b) Pemasangan Plak / Plester
c) Jika Perlu Antibiotika.
d) Fisiotherapy

2. Operatif/ Invasif
a) Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,
cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
b) Indikasi
1) Pneumothorak
2) Hemothoraks

15
3) Thorakotomy
4) Efusi pleura
5) Emfiema
c) Tujuan
- Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
d) Tempat Pemasangan WSD
Bagian apex paru (apical)
Ø anterolateral interkosta ke 1-2
Ø fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
Bagian basal
Ø postero lateral interkosta ke 8-9
Ø fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
f) Komplikasi Pemasangan WSD
i. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks,
atrial aritmia
ii. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
14. Pencegahan
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan oleh
benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat toraks akut

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (.
Doenges, 1999) meliputi :

16
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher,bahudanabdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
f. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru
kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja
napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan
; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ;
mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan
positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy
paru.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
1) Sesak napas

2) Nyeri, batuk-batuk

3) Terdapat retraksi klavikula/dada

17
4) Pengambangan paru tidak simetris

5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain

6) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks


(redup)

7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang

8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas

9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

b. Sistem Kardiovaskuler :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk

2) Takhikardia, lemah

3) Pucat, Hb turun /normal

4) Hipotensi
c. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan :
Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
1) Kemampuan sendi terbatas

2) Ada luka bekas tusukan benda tajam

3) Terdapat kelemahan

4) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.


g. Sistem Endokrine :
1) Terjadi peningkatan metabolisme

2) Kelemahan.
h. Sistem Sosial / Interaksi

18
1) Tidak ada hambatan.

i. Spiritual :
1) Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri akut.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya cedera dada.
c. Ketakutan berhubungan dengan ancaman nyata atau bayangan ancaman terhadap
kesejahteraan diri, cedera tiba-tiba, tingkat atau prognosis dari cedera dari yang
tidak diketahui.
d. Hambatan mobilitas : fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan, adanya
selang dada, jalur intravena.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, adanya slang
dada, jalur intravena.
f. Devripasi tidur/ insomnia berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan,
program pengobatan.
g. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan cedera dinding toraks atau
jaringan paru, fail chest.

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


No
.
1. Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan NIC(Nursing
Defenisi : Inspirasi dan/ tindakankeperawatan Intervention
atau ekspirasi yang tidak selama 3x24 jam, pasien Classification) :
memberi ventilasi yang diharapkan menunjukkan
1. Manajemen jalan
adekuat. status pernapasan: napas:
ventilasi tidak terganggu
2. Pemantauan

19
Batasan Karakteristik : ditandai dengan: pernapasan:
1. Dispnea
2. Napas pendek Hasil NOC(Nursing Aktivitas Keperawatan
3. Bradipnea 1.
Outcomes Classification) Pantau adanya pucat
4. Napas cuping hidung : atau sianosis
5. Takipnea 1. Status Respirasi 2.: Pantau efek obat
6. Penurunan kapasitas vital Ventilasi terhadap status respirasi
7. Penurunan tekanan
2. Status Tanda Vital 3. Tentukan lokasi dan
inspirasi- ekspirasi Kriteria Hasil : luasnya krepitasi di
8. Fase ekspirasi memanjang1. Nafas pendek tidak ada tulang dada
2.
Faktor Yang Berhubungan Tidak ada penggunaan
4. Kaji kebutuhan insersi
: otot bantu jalan napas
\ 3. Bunyi napas tambahan
5. Observasi dan
tidak ada dokumentasikan ekspansi
1. Ansietas 4. Ekspansi dada simetris dada bilateral pada
2. Deformitas tulang pasien dengan ventilator
3. Deformitas dinding dada Pemantauan pernapasan
4. Hiperventilasi (NIC):
5. Nyeri a. Pantau kecepatan,
6. Kelelahan otot pernapasan irama, kedalaman dan
7. Kerusakan usaha respirasi
Muskuloskeletal b. Perhatikan pergerakan
dada, kesimetrisannya,
penggunaan otot bantu
serta retraksi otot
supraklavikular dan
interkostal
c. Pantau respirasi yang
berbunyi
d. Pantau pola
pernapasan: bradipnea,

20
takipnea, hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul,
pernapasan Cheyne-
Stokes
e. Perhatikan lokasi
trakea
f. Auskultasi bunyi
napas, perhatikan area
penurunan sampai tidak
adanya bunyi napas atau
bunyi napas tambahan
g. Pantau kegelisahan,
ansietas, dan tersengal-
sengal
h. Catat perubahan pada
saturasi oksigen dan nilai
gas darah arteri
Penyuluhan Untuk
Pesien Dan Keluarga :
1. Ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola
napas. Spesifikan teknik
yang digunakan, misal:
napas dalam
2. Diskusikan
perencanaan perawatan
di rumah (pengobatan,
peralatan) dan anjurkan
untuk mengawasi dan

21
melapor jika ada
komplikasi yang muncul.
3. Ajarkan cara batuk
efektif
Aktivitas Kolaboratif :
1. Rujuk pada ahli terapi
pernapasan untuk
memastikan keadekuatan
ventilator mekanis
2. Laporkan adanya
perubahan sensori, bunyi
napas, pola pernapasan,
nilai AGD, sputum, dst,
sesuai kebutuhan atau
protokol
3. Berikan tindakan(misal
pemberian bronkodilator)
sesuai program terapi
4. Berikan nebulizer dan
humidifier atau oksigen
sesuai program atau
protokol
5. Berikan obat nyeri
untuk pengoptimalan
pola pernapasan,
spesifikkan jadwal
Aktivitas Lain :
1. Hubungkan dan
dokumentasikan semua
data pengkajian (misal:
bunyi napas, pola napas,

22
nilai AGD, sputum dan
efek obat pada pasien)
2. Ajurkan pasien untuk
napas dalam melalui
abdomen selama periode
distres pernapasan
3. Lakukan pengisapan
sesuai dengan kebutuhan
untuk membersihkan
sekresi
4. Minta pasien untuk
pindah posisi, batuk dan
napas dalam
5. Informasikan kepada
pasien sebelum prosedur
dimulai untuk
menurunkan kecemasan
6. Pertahankan oksigen
aliran rendah dengan
nasal kanul, masker,
sungkup. Spesifikkan
kecepatan aliran.
7. Posisikan pasien untuk
mengoptimalkan
pernapasan. Spesifikkan
posisi.
8. Sinkronisasikan antara
pola pernapasan pasien
dan kecepatan ventilasi.

23
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan NIC(Nursing Intervention
tindakankeperawatan selama 3x24
1. Manajemen Nyeri :
Defenisi : Pengalaman Sensori Dan jam, pasien diharapkan
2. Bantuan Analgesia :
Emosi Yang Tidak Menyenangkan menunjukkantingkat nyeri tidak
Akibat Adanya Kerusakan Jaringan terganggu ditandai dengan: Aktivitas Keperawatan :
Yang Aktual Atau Potensial, Atau 1. Lakukan pengkajian nye
Digambarkan Dengan Istilah Seperti Hasil NOC(Nursing Outcomes meliputi lokasi, karakterist
(International Association for the Classification) : frekuensi, kualitas, inten
study of Pain); awitan yang tiba-tiba
1. Tingkat Nyeri nyeri, dan factor presipitasi
atau perlahan dengan intensitas ringan
2. Pengendalian nyeri 2. Meminta pasien untuk
sampai berat dengan akhir yang dapat ketidaknyamanan pada skal
diantisipasi atau dapat diramalkan dan Kriteria Hasil :
durasinya kurang dari enam bulan. 1. Ekspresi nyeri pada wajah tidak Penyuluhan untuk pasien/
ada 1. Berikan informasi tentang
2. Gelisah atau ketegangan otot
2. Ajarkan penggunaan tekn
Batasan karakteristik : tidak ada
1. Mengungkapkan secara verbal atau
3. Merintih dan menangis tidak ada Aktivitas Kolaboratif :

24
melaporkan (nyeri) dengan isyarat 4. Gelisah tidak ada 1. Gunakan tindakan penge
2. Posisi untuk menghindari nyeri 5. Selalu melaporkan nyeri dapat nyeri menjadi lebih berat
3. Perubahan tonus otot (dengan dikendalikan 2. Laporkan kepada dokte
rentang dari lemas tidak bertenaga
6. Selalu menggunakan tindakan berhasil
sampai kaku) pencegahan
4. Respon autonomik (misalnya,
7. Selalu mengenali awitan nyeri Aktivitas lain :
diaforesis; perubahan ttekanan darah, 1. Bantu pasien untuk
pernapasan atau nadi; dilatasi pupil) aktivitas, bukan pada nyeri
5. Perubahan selera makan dengan melakukan pengal
6. Perilaku distraksi (misalnya, radio, tape, dan interaksi de
mondar-mandir, mencari orang 2. Berikan perawatan deng
dan/atau aktivitas lain,aktivitas dengan sikap yang menduk
berulang) 3. Kendalikan factor ling
7. Perilaku ekspresif (misalnya, mempengaruhi respons
gelisah,merintih, menangis, ketidaknyamanan(misalnya
kewaspadaan berlebihan, peka pencahayaan, dan kegaduha
terhadap rangsang, dan menghela
napas panjang)
8. Wajah topeng (nyeri)
9. Perilaku menjaga atau sikap
melindungi
10. Bukti nyeri yang dapat diamati
11. Berfokus pada diri sendiri

Faktor Yang Berhubungan :


Agens-agens penyebab cedera (
misalnya,biologis, kimia, fisik dan
psikologis)

25
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
3. Ketakutan Setelah dilakukan NIC(Nursing Intervention
Defenisi : Respon terhadap persepsi tindakankeperawatan selama 3x24
1. Peningkatan koping :
ancaman yang secara sadar dikenali jam, pasien diharapkan
2. Teknik penenangan :
sebagai bahaya. menunjukkantingkat 3. Pengurangan ansietas :
ketakutan tidak terganggu ditandai
Batasan Karakteristik : dengan: Aktivitas keperawatan :
1. Cemas 1. Nilai pemahaman pas
2. Ketakutan Hasil NOC(Nursing Outcomes penyakitnya.
3. Menurunnya keyakinan diri Classification) : 2. Kaji respon takut subjekti
4. Gelisah 1. Tingkat ketakutan
5. Panik 2. Pengendalian diri terhadap Penyuluhan untuk pasien/
6. Khawatir ketakutan 1. Jelaskan semua pemerik
7. Stimulus yang dipercaya sebagai kepada pasien/keluarga
ancaman. Kriteria Hasil : 2. Bantu klien membedak
8. Anoreksia 1. Selalu mencari informasi untuk rasional dan yang tidak rasi
9. Peningkatan denyut nadi menurunkan ketakutan
10. Pucat 2. Selalu mengendalikan respon
11. Kekakuan otot ketakutan Aktivitas Kolaboratif :
12. Peningkatan tekanan darah sistolik 3. Menggunakan teknik relaksasi
1. Kaji kebutuhan untuk
13. Peningkatan frekuensi pernapasan dan untuk menurunkan ketakutan intervensi psikiatrik.
napas dangkal. 4. Selalu menghindari sumber
2. Dorong diskusi antar pas
ketakutan ketakutan pasien.
Faktor yang berhubungan : 5. Selalu mempertahankan control
1. Kerusakan Sensorik terhadap kehidupan Aktivitas lain :
2. Stimulus fobia 1. Nilai dan diskusikan resp
3. Tidak familier dengan pengalaman situasi.
lingkungan 2. Gunakan pendekatan
4. Kendala Bahasa menyenangkan.

26
5. Pelepasan alamiah ( neurotransmitter) 3. Dukung untuk menyatak
dan ketakutan secara verbal
4. Kurangi stimulasi dalam
disalah interpretasikan seba

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


4. Hambatan mobilitas : fisik Setelah dilakukan NIC(Nursing Interventio
Defenisi : Keterbatasan dalam, tindakankeperawatan selama 3x24
1. Pengaturan Posisi :M
pergerakan fisik mandiri dan terarah jam, pasien diharapkan atau bagian tubuh pasien
pada tubuh atau satu ekstremitas atau menunjukkantingkat meningkatkan kesejahte
lebih. mobilitas tidak terganggu ditandai psikologis.
dengan:
Batasan Karakteristik : Aktivitas keperawatan tin
1. Dispnea saat beraktivitas 1.
Hasil NOC(Nursing Outcomes Ajarkan menggunakan
2. Kesulitan membolak balik posisi tubuh Classification) : tubuh yang benar saat mel
3. Melambatnya pergerakan 1. Mobilitas 2. Berikan penguatan posit
4. Gerakan tidak teratur atau tidak
2. Performa mekanika tubuh 3. Rujuk ke ahli terapi
terkoordinasi 3. Ambulasi latihan.
5. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
6. Pergerakan menyentak Kriteria Hasil : Aktivitas keperawatan tin
7. Perubahan cara berjalan 1. Tidak mengalami gangguan
1. Ajarkan dan dukung
8. Tremor yang diinduksi oleh keseimbangan ROM aktif atau pasif u
pergerakan 2. Kordinasi baik atau meningkatkan kekuat
3. Tidak mengalami gangguan
2. Ajarkan teknik ambula
Faktor yang berhubungan : Performa posisi tubuh aman.
1. Perubahan metabolism sel 4. Tidak ada masalah dalam
2. Gangguan kognitif pergerakan sendi dan otot Aktivitas keperawatan tin
3. Penurunan kekuatan, kendali atau masa
5. Berjalan tidak ada gangguan 1. Berikan analgesic sebe
otot 6. Bergerak dengan mudah fisik.
4. Keterlambatan perkembangan 7. Meminta bantuan untuk
2. Dukung pasien da

27
5. Ketidaknyamanan aktivitas mobilisasi,jika memandang keterbatasan
6. Intoleransi aktivitas dan penurunan diperlukan 3. Tentukan tingkat mo
kekuatan dan ketahanan. 8. Memperlihatkan penggunaan mempertahankan atau me
7. Kaku sendi atau kontraktur alat bantu secara benar dengan sendi dan otot.
8. Hilangnya integritas struktur tulang pengawasan
9. Nyeri

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


5. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan NIC(Nursing Interventio
dengan nyeri/ketidaknyamanan, adanya tindakankeperawatan selama 3x24
1. Mandi
selang dada, jalur intravena. jam, pasien diharapkan
2. Pemeliharaan kesehata
Defenisi : Hambatan kemampuan untuk menunjukkantingkat 3. Perawatan ostomi
melakukan atau memenuhi aktifitas mobilitas tidak terganggu ditandai
4. Bantuan perawatan dir
mandi/hygiene. dengan:
Aktivitas Keperawatan :
Batasan Karakteristik : 1.
Hasil NOC(Nursing Outcomes Pantau kebersihan kuk
1. Ketidakmampuan untuk (meakukan Classification) : perawatan diri pasien.
tugas-tugas berikut ) : 1. Perawatan diri : aktivitas
2. Pantau adanya perubaha
a. Mengakses kamar mandi kehidupan sehari-hari (AKS)
b. Mengeringkan badan Kriteria hasil :
c. Mengambil perlengkapan mandi 1. Mandi tidak terganggu Penyuluhan untuk pasien
d. Mendapatkan sumber air 2. Hygiene tidak terganggu 1. Ajarkan pasien/keluarg
e. Membersihkan tubuh (atau anggota
3. Tidak ada gangguan untuk alternative untuk mandi da
tubuh). hygiene oral.
Aktivitas kolaboratif :
Faktor yang berhubungan : 1. Tawarkan pengobatan n
1. Penurunan motivasi 2. Gunakan ahli fisiotera
2. Kendala lingkungan sebagai sumber - sumber
3. Nyeri tindakan perawatan pasien
4. Ansietas hebat

28
5. Kelemahan Aktivitas lain :
6. Kerusakan neuromuscular 1. Berikan bantuan samp
7. Gangguan musculoskeletal mampu melaksanakan per
8. Gangguan presepsi atau kognitif 2. Libatkan keluarga dalam
9. Ketidak mampuan untuk merasakan 3. Letakan sabun, handuk
bagian tubuh. dan peralatan lain yang
tempat tidur atau dikamar

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


6. Devripasi tidur/insomnia Setelah dilakukan NIC(Nursing Interventio
Defenisi : Periode waktu yang lama tindakankeperawatan selama 3x24
1. Manajemen energi
tanpa tidur ( terputusnya kesadaran yang jam, pasien diharapkan
2. Manajemen medikasi
relative yang periodic dan alami secara menunjukkandevpripasi 3. Manajemen alam peras
terus menerus. tidur tidak terganggu ditandai
4. Peningkatan tidur
dengan:
Batasan karakteristik : Aktivitas keperawatan :
1. Ansietas 1.
Hasil NOC(Nursing Outcomes Kaji adanya gejala depri
2. Mengantuk disiang hari Classification) :
3. Keletihan halusinasi 1. Kesetimbangan alam perasaan. Penyuluhan untuk pasien
4. Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri2. Istirahat 1. Ajarkan dampak apnea
5. Ketidakmampuan untuk konsentrasi 3. Tidur dan kondisi psikologis
6. Malaise 4. Keparahan gejala 2. Ajarkan pasien dan k

29
7. Penurunan kemampuan fungsi Kriteria Hasil : yang mengganggu tidur
8. Lesu 1. Perasaan segar setelah tidur
9. Letargi 2. Pola dan kualitas tidur tidak Aktivitas kolaboratif :
10. Gelisah terganggu 1. Diskusikan dengan dok
11. Reaksi lambat 3. Rutinitas tidur baik merevisi program oba
12. Tremor pada tangan 4. Jumlah waktu tidur yang menimbulkan gangguan ti
Faktor yang berhubungan : terobservasi 2. Diskusikan dengan dokt
1. Perubahan tahap tidur yang
5. Terjaga pada waktu yang tepat obat tidur yang tidak mene
berhubungan dengan proses penuaan 6. Melaporkan penurunan gejala
3. Lakukan perujukan ya
2. Ketidakadekuatan aktivitas di siang deprivasi tidur penanganan gejala depriva
hari. 7. Mengidentifikasi factor yang
3. Demensia dapat menimbulkan deprivasi
4. Hipersomnolen system saraf pusat tidur. Aktivitas lain :
idiopatik 1. Tangani gejala Depriva
5. Ketidaknyamanan fisik yang lama kebutuhan.
6. Apnea tidur
7. Ereksi yang nyeri terkait tidur
8. Stimulasi lingkungan yang terus
menerus.
9. Ketidaknyamanan psikologis yang
lama.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


7. Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan NIC(Nursing Interventio
berhubungan dengan cedera dinding tindakankeperawatan selama 3x24
1. Ventilasi mekanik
toraks atau jaringan paru, fail chest. jam, pasien diharapkan gangguan
2. Pemantauan pernapasa
Defenisi : Penurunan simpanan energy ventilasi tidak terganggu ditandai

30
yang mengakibatkan ketidakmampuan dengan: Aktivitas keperawatan :
individu untuk mempertahankan 1. Pantau adanya kegaga
pernapasan yang adekuat untuk Hasil NOC(Nursing Outcomes akan terjadi
mendukung hidup. Classification) : 2. Pantau keefektifan ve
1. Respon alergik : sitemik kondisi fisiologis dan psik
Batasan karakteristik : 2. Respon ventilasi mekanis 3.: Auskultasi suara napas
1. Ketakutan orang dewasa atau ketiadaan ventilasi, d
2. Dispnea 3. Status pernapasan : pertukaran tambahan.
3. Penurunan kerja sama gas 4. Pantau adanya krepitasi,
4. Penurunan SaO2 4. Status pernapasan : ventilasi Penyuluhan untuk pasien
5. Penurunan PO2 1. Ajarkan pasien dan kel
6. Penurunan volume tidal Kriteria Hasil : dan sensasi yang ak
7. Peningkatan frekuensi jantung 1. Suhu tubuh normal berhubungan dengan p
8. Peningkatan laju metabolic 2. Nadi normal mekanik.
9. Peningkatan PCO2 3. Pernapasan normal Aktivitas kolaboratif :
10. Peningkatan kegelisahan 4. Tekanan darah normal 1. Konsultasikan dengan
11. Peningkatan penggunaan otot bantu
5. Menunjukan status neurologis lainnya dalam pemilihan j
pernapasan. yang adekuat untuk
2. Berikan analgesic narko
mempertahankan pernapasan Aktivitas lain :
Faktor yang berhubungan : spontan 1. Lakukan pengaturan
1. Faktor-faktor metabolic 6. Mempunyai energy dan fungsi ventilator
2. Keletihan otot pernapasan otot yang adekuat untuk
2. Lakukan hygiene mulut
mendapatkan pernapasan spontan.

4. Implementasi
Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan
disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan dan
perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagian, yaitu validasi, rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

31
5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien
dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
Tujuan tercapai :
1) Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
Tujuan tercapai sebagian :
2) Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
Tujuan tidak tercapai :
3) Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1997).Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.
Chin, Daek.2014. Laporan Pendahuluan Trauma Dada.Terdapat :
http://daek-chin.blogspot.com/2014/11/laporan-pendahuluan-traumadada.html.(diakses
tanggal 28 April 2015).
Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah.Jakarta :
Pusdiknakes.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasiankeperawatan.Jakarta :
EGC.
E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. 1999. EGC:Rencana
Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Price,Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi. Jakarta :EGC.
Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah .Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8
. Jakarta : EGC.

32
Wilkinson, Judith M., & Nancy R. Ahern. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Nanda, Intervensi Nic, Kriteria Hasil Noc, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran : EGC

33

Anda mungkin juga menyukai