KEPERAWATAN GERONTIK
Di susun oleh :
Npm : 12114201180152
Kelas :B
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini berisi tentang “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN
LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF)”
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makala ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk masyarakat Indonesia umumnya.
Hulda M. Telapary
2
DAFTAR ISI
JUDUL SAMPUL……………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR………………………….……………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….4-5
A. Latar belakang
B. Tujuan
A. Konsep Menua
B. Konsep keperawatan lansia dengan gangguan sistem kardioaskuler
A. Pengkajian
B. Diagnose
C. Perencanaan
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………28
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………………29
Lampiran ADL……………………………………………………….…...............30-31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan
perawat sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya (Depkes RI, 2006).
Profesi keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dan
menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelayanan kesehatan (Sumijatun 2010).
Pelayanan keperawatan diberikan dalam bentuk kinerja perawat harus didasari
kemampuan yang tinggi dalam membentuk sehingga kinerja mendukung pelaksanaan
tugas dalam pelayanan keperawatan. Kinerja merupakan suatu hasil kerja seseorang
yang ditujukan sesuai dengan tugas dalam suatu organisasi (Nursalam, 2007). Kinerja
perawat merupakan aplikasi kemampuan atau pembelajaran yang telah diterima
selama menyelesaikan program pendidikan keperawatan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, dan pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Ali, 2002 & Mulati, 2006).
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering
terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka mortalitas, morbiditas
dan juga berdampak secara finansial terutama bagi lanjut usia. Rehospitalisasi
merupakan masalah umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung yang
sebagain besar disebabkan oleh keterlambatan dalam pengenalan gejala, pengobatan
dan ketidakpatuhan diet serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan perawatan diri. Salah satu manajemen utama pada pasien gagal jantung
adalah dengan melakukan perawa-tan secara mandiri. Beberapa penelitian menun-
jukkan bahwa hasil perawatan pada pasien gagal jantung lebih baik pada pasien yang
terlibat da-lam perawatan diri secara konsisten. Perawatan diri (Self-Care) pada
pasien gagal jantung anta-ra lain meliputi meminum obat secara teratur, menurunkan
konsumsi garam dalam diet, olah raga secara rutin, dan melakukan monitoring gejala
secara rutin (Riegel, Moser, dkk., 2009). Program perawatan diri pada pasien dengan
gagal jantung telah teruji dapat menurunkan angka rawat ulang di Rumah Sakit
4
(Jovicic, Holroyd-Leduc, & Straus, 2006), meningkatkan kualitas hidup (Tung dkk.,
2013) dan juga menurunkan kekambuhan gejala gagal jantung (Shao, Chang,
Edwards, Shyu, & Chen, 2013).
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep menua pada lansia.
2. Mengetahui konsep keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler.
3. Untuk memenuhi tugas UTS keperawatan gerontik dengan pembuatan Asuhan
keperawatan gerontik pada lansia dengan gangguan sistem kardiovaskuler (CHF).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menua
Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori sosial, teori
genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat metabolisme dan teori
kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan
tentang teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini di anut oleh
gerontologis, maka dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan
konsep dan teori keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas
teori proses menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para
ilmuan perlu implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga praktik
keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikutip dengan pengembangan praktik
keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap masalah
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat.
Secara umum, implikasi/ praktik keperawatan yang dapat dikembangkan
dengan proses menua dapat didasarkan dapat teori menua/secara biologis, psikologis,
dan sosial. Berkut adalah uraian bentuk-bentuk aplikasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada individu yang negalami proses penuaan. Iplikasi keperawatan yang
diberikan di dasarkan atau asumsi bahwa tindkan keperawatan yang diberikan lebih di
tekankan pada upaya untuk memodifikasi fakotr-faktor secara teoritis di anggap dapat
mempercepat prose penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori
menua adalah senescence. Menurut Sunaryo (2016), senescence diartikan sebagai
perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi.
B. Konsep keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler
1. Landasan teori medis
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih tepatnya
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut
data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa
Congestive Heart Failure (CHF) mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia
dan meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien
dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih
banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi
6
bahwa peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta
jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah khas
utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia (Austaryani, 2012).
Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia
mengalami Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus baru Congestive
Heart Failure (CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan hidup penderita
Congestive Heart Failure (CHF) lebih buruk dibandingan dengan kanker apapun
kecuali kanker paru-paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita
Congestive Heart Failure (CHF) meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak
diagnosis. Dalam profil kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart
Failure (CHF) merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah
Sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi,
perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu
munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010)
7
Menurut Suratinoyo (2016) pada pasien gagal jantung kongestif sering
kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas.
Seperti yang kita ketahui bahwa jantung dan paru-paru merupakan organ tubuh
penting manusia yang sangat berperan dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam darah, sehingga apabila paruparu dan jantung tersebut
mengalami gangguan maka hal tersebut akan berpengaruh dalam proses
pernapasan. Gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada
pasien gagal jantung kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera
ditangani agar tidak memperparah kondisi tubuh pasien. Intervensi keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa dilakukan dengan pemberian
oksigen, memberikan posisi semi fowler, auskultasi suara nafas, dan memonitor
respirasi dan status O2. Salah satu intervensi keperawatan pada penderita gagal
jantung dengan gangguan kebutuhan oksigenasi adalah pemberian oksigen.
Pemberian oksigen adalah bagian integral dari pengelolaan untuk pasien yang
dirawat di rumah sakit, khususnya pasien yang sedang mengalami gangguan
pernapasan yaitu untuk mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. (Syandi, 2016).
8
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Klien
Nama : Ny. B
Tempat tanggal lahir : Masohi, 14 January 1961
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Batu Gajah
Suku : Ambon
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Istri
Pendidikan Terakhir : SMA
Orang yang bertanggung jawab : Anak
2. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup : Almarhum
Status Kesehatan : Sakit
Umur : 67
Pekerjaan : Polisi
Kematian : Karena Sakit
Tahun Meninggal : 2016
Penyebab Kematian : Riwayat Ginjal
Hidup : 2 orang
Status Kesehatan : Baik
Umur : 38 tahun dan 35 tahun
Pekerjaan : PNS
Kematian : -
Tahun Meninggal : -
Penyebab Kematian : -
9
Genogram (minimal 4 generasi)
Keterangan :
: Laki-laki X : meninggal
: Perempuan : klien
X X X X
x x
x x
z
X X X X x x
10
3. Riwayat Pekerjaan
Pelayanan di rumah : -
Posyandu : Lansia jarang ke posyandu karena malas
11
(termasuk kebiasaan waktu tidur) saat lansia tidur lansia perlu
menggunakan 2 atau 3 bantal. Karena
pada saat tidur lansia terkadang merasa
sesak nafas pada saat tidur.
Obat-obatan
Nama : -
Dosis : -
Bagaimana/kapan menggunakannya : -
Status Alergi
Obat-obatan : -
Makanan : Makanan yang memiliki asupan garam
Faktor lingkungan : Baik dan bersih
Nutrisi
Masalah yang mempengaruhi pola : Pasien merasa tidak enak atau tidak
makan (misal: pendapatan tidak nafsu makan ketika makan makan yang
adekuat, kurang trasportasi, masalah tawar
12
menelan atau mengunyah, stress
emotional, sakit tertentu.
Riwayat obsentrik : -
Umum
TTV Nilai
13
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Pernapasan : 28 X/menit
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Integumen
Keadaan Ya Tidak
Lesi/Luka :
Pruritus :
Perubahan Pigmentasi :
Perubahan tekstur :
Perubahan nevi :
Sering memar :
Perubahan rambut :
Perubahan kuku :
Pola Penyembuhan lesi/luka :
Kalus :
Hemopoetik
Kepala
Keadaan Ya Tidak
Sakit Kepala :
Trauma masa lalu :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
Mata
Keadaan Ya Tidak
Perubahan penglihatan :
Kacamata/Lensa kontak :
Nyeri :
Air mata berlebihan :
Pruritus :
Bengkak sekitar mata :
Floater :
14
Diplopia :
Kabur :
Fotophobia :
Skotomata
Katarak
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan paling akhir 24 maret 2021
Tanggal pemeriksaan glaukoma paling -
akhir
Dampak pada penampilan ADL
Pasien mengatakan bahwa
penglihatannya sudah kabur sehingga
perlu adanya alat bantu berupa kaca
mata.
Telinga
Keadaan Ya Tidak
Perubahan pendengaran :
Rabas :
Vertigo :
Sensivitas Pendengaran :
Alat-alat protesa :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan perawatan telinga :
Dampak pada penampilan ADL : Lansia memiliki cukup pendengaran
yang baik tanpa alat bantu
15
Keadaan Mulut dan Tenggorok Ya Tidak
Sakit Tenggorok :
Lesi/Ulkus :
Serak :
Perubahan Suara :
Kesulitan menelan :
Perdarahan gusi :
Karies :
Alat-alat prostesa :
Riwayat Infeksi : Tidak adanya infeksi pada gigi
Tanggal pemeriksaan gigi (terakhir kali : -
periksa)
Pola Menggosok Gigi : Lansia menggosok gigi 3x sehari
Pola Flossing : Tidak pernah melakukan
Masalah dan kebiasaan membersihkan : lansia tidak menggunakan gigi palsu
gigi palsu
Leher
Payudara
Pernapasan
Pernapasan Ya Tidak
Batuk :
Sesak napas :
Hemoptisis :
Sputum :
Asma/alergi pernapasan :
Suaran nafas (vesikuler, bronkial, : Vesikuler : lansia memiliki suara nafas
16
bronko vesikuler) yang normal
Suara napas tambahan (ronkhi, : Tidak terjadi suara nafas tambahan
wheezing)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada : Pada tahun lalu lansia melakukan
(terakhir kali periksa) pemeriksaaan rongsen dada.
Kardiovaskuler
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada :
Palpitasi :
Sesak napas :
Ortopnea :
Murmur :
Edema :
Varises :
Parestesia :
Perubahan warna kuku kaki dan tangan :
17
ANALISA DATA
Ketidakefektifan pola
nafas
Do : KU lemah, Kesadaran
composmetris
Intoleransi aktivitas
18
3. DS : Pasien mengatakan BAK RAA Menurun Retensi natrium dan
berkurang selama sakit, cairan oleh ginjal
Kelebihan volume
cairan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot-otot pernafasan, disfusi neuromuscular,
sindrom hipoventilasi (00032-4-4)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau dispnue akibat turunya curah jantung (00092-4-
4)
3. Kelebihan volume cairan (00026-2-5)
0003
4 Ketidakefektifan pola napas
2
Lansia 4
0009
4 Intoleran aktivitas
2
0002
2 5 Kelebihan volume cairan
6
19
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
20
suhu : 36,7°C. kisaran
normal)
3) Respirasi
agnoal (5 :
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal)
21
asupan garam keluarga dan tindakan oksigenasi
(5 : secara keluarga 3) Memudahkan pasien
konsisten mengenai dalam beraktivitas
menunjukan) penggunaan maupun istirahat
4) Mengikuti oksigen di
pembatasan rumah
cairan (5 : 3) Atur dan
secara ajarkan pasien
konsisten mengenai
menunjukan) penggunaan
perangkat
oksigen yang
memudahkan
mobilitas
22
dengan tepat
Ds : pasien 0007 Tingkat kelelahan 1850 Peningkatan tidur 1) Agar pasien bisa
mengatakan bila menyesuaikan waktu
beraktifitas sehari- Hasil: Aktivitas :
istirahat dan waktu
hari sesak nafas 00092 Intoleran
1) Kelelahan (5 : 1) Tentukan pola tidur pasien
semakin bertambah, aktivitas
pasien mengatakan tidak ada) tidur/aktivitas 2) Membantu pasien
aktivitas sehari-hari 2) Kualitas pasien dalam waktu tidur
di bantu oleh istirahat (5: 2) Fasilitasi dengan pemberian
keluarga. bantal 2 atau 3 bantal
tidak ada) untuk
Do : KU lemah, 3) Kualitas tidur mempertahan agar pasien merasa
Kesadaran (5: tidak ada) kan rutinitas nyaman pada saat
composmetris 4) Saturasi waktu tidur sesak dengan
oksigen (5: pasien yang pemeberian bantal di
tidak ada) biasa, tanda- kepala pasien dengan
tanda sebelum posisi semi flower
tidur/alat
peraga, dan
benda yang
lazim di
gunakan
23
jantung keluarga keluarga sangatlah
penting agar dapat
Hasil : Aktiitas :
memudahkan segalah
1) Indeks jantung 1) Berikan keperluan yang ingin
(5: tidak ada informasi di dapatkan oleh
deviasi dari penting pasien
kisaran kepada 2) Memudahkan pasien
normal) anggota dalam beraktivitas
2) Edema perifer keluarga dengan keterlibatan
( 5 : tidak ada mengenai keluarga
deviasi dari pasien sesui
kisaran dengan
normal) keinginan
pasien
2) Tentukan
tingkat
ketergantunga
n pasien pada
anggota
keluarga,
sesuai untuk
usia atau
penyakit
24
2609 Dukungan keluarga
selama perawatan
Hasil :
1) Anggota
keluarga
mengungkapk
an keinginan
untuk
mendukung
anggota
keluarga yang
sakit (5: secara
konsisten
menunjukan)
2) Anggota
keluarga
bertanya
bagaimana
mereka dapat
membantu ( 5:
secara
konsisten
25
menunjukan)
3) Bekerja sama
dengan
anggota
keluarga yang
sakit dalam
menentukan
perawatan (5:
secara
konsisten
menunjukan)
DS : Pasien 00026 Kelebihan 0601 Keseimbangan cairan 4130 Monitor cairan 1) Agar dapat melihat
mengatakan BAK volume cairan apaka adanya edema
berkurang selama Hasil : Aktivitas :
pada pasien ataukah
sakit,
1) Denyut perifer 1) Periksa turgor tidak
DO : KU lemah, (5: tidak kulit dengan 2) Memberitahukan
turgor kulit cukup terganggu) memegang pada pasien batasan
baik, pitting edema
2) Edema perifer jaringan cairan di dalam tubuh
pada kaki, BB = 57
kg, capillary refill (5: tidak sekitar tulang agar tidak
pada kaki 5 detik, terggangu) seperti tangan berkelebihan cairan
sianosis atau tulang pada pasien
kering,
mencubit kulit
26
dengan
lembut,
pegang
dengan kedua
tangan dan
lepaskan
(dimana, kulit
akan turun
kembali
dengan cepat
jika pasien
terhidrasi
dengan baik).
2) Batasi dan
alokasi asupan
cairan
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengkajian yang dilakukan di dapatkan bahwa Ny.B usia 60 tahun
pendidikan terakhir SMA agama Kristen protestan. Dari wawancara dengan Ny.B
mengatakan dulu Ny.B ada riwayat hipertensi dan saat dilakukan pengukuran tekanan
darah 140/80 mmHg dan Ny.B mengeluhkan sesak nafas pada saat tidur dan juga
beraktivitas. Diagnoasa yang didapatka dari hasil pengkajian yakni (1)
ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot-otot pernafasan, disfungsi
neuromuscular, sindrom hipoventilasi, (2) intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau
dispnue akibat turunnya curah jantung, (3) kelebihan volume cairan. Intervensi yang
diberikan kepada pasien dengan 3 diagnosa yang diberikan sesuai dengan intervensi
yang di rencanakan semua intervesi dapat dikerjakan.
B. Saran
Saran untuk keluarga adalah diharpakan keluarga dapat meningkatkan
perhatian dan dukungan kepada lansia dalam pegobatan gagal jantung dan
meningkatkan peran keluarga dalam meningktakan kesehatan khusunya dalam
penangan gagal jantung. Perawat komunitas/keluarga dapat mengembangkan
intervensi keperawatan terkait promosi kesehatan gagal jantung sebagai upaya
preventif dalam menurunkan angka kejadian kematian. Intervensi ini juga harus
dilakukan dengan dilihat dari sudut pandang 4 strategi intervensi keperawatan
komunitas yaitu pendidikan kesehatan, aktivitas kelompok, pemberdayaan, dan
strategi lintas sektor. Tidak hanya dalam kunjungan keluarga, intervensi juga dapat
dilakukan dalam komunitas melaluai penyuluhan di posyandu lansia dengan
mengunakan leaflet. Sehingga masyarakat yang lebih luas dapat menerima dan
mengetahui tentang gagal jantung.
28
DAFTAR PUSTAKA
BUDIONO (2016). KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Bangun Asmo Darmanto Tata Letak :
Adang Sutisna. 277. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Konsep-dasar-keperawatan-Komprehensif.pdf. 27 March 2021
DIDIK AJI ASMORO (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI
RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG. file:///C:/Users/USER/Downloads/DIDIK%20AJI
%20ASMORO%20NIM.%20A01502154.pdf. 27 maret 2021
Vandra Junizar Putra, S. Kep (2019). Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ib. A dengan
Pemberian Slow Deep Breathing Di Wisma Delima Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Batusangkar Tahun 2019. http://repo.stikesperintis.ac.id/926/1/25%20VANDRA%20JUNIZAR
%20PUTRA.pdf. 27 maret 2021
29
PENGKAJIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
(penilaian tingkat kemandirian lansia)
0 = tidak mampu 1
1 = butuh bantuan memotong, mengoles
1 Makan (Feeding)
mentega, dll
2 = mandiri
30
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = tidak mampu 0
10 Naik turun tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Skor 14
Intepretasi Hasil:
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
31
32