Anda di halaman 1dari 32

TUGAS UTS

“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF)”

KEPERAWATAN GERONTIK

Di susun oleh :

Nama : HULDA MARLIN TELAPARY

Npm : 12114201180152

Kelas :B

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini berisi tentang “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN
LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF)”

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makala ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk masyarakat Indonesia umumnya.

Ambon, 27 March 2021

Hulda M. Telapary

2
DAFTAR ISI

JUDUL SAMPUL……………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR………………………….……………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….4-5

A. Latar belakang
B. Tujuan

BAB II TINJAUAN MATERI…………………………………………..............6-8

A. Konsep Menua
B. Konsep keperawatan lansia dengan gangguan sistem kardioaskuler

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN …………………………………………..9-27

A. Pengkajian
B. Diagnose
C. Perencanaan

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………28

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………………29

Lampiran ADL……………………………………………………….…...............30-31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan
perawat sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya (Depkes RI, 2006).
Profesi keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dan
menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelayanan kesehatan (Sumijatun 2010).
Pelayanan keperawatan diberikan dalam bentuk kinerja perawat harus didasari
kemampuan yang tinggi dalam membentuk sehingga kinerja mendukung pelaksanaan
tugas dalam pelayanan keperawatan. Kinerja merupakan suatu hasil kerja seseorang
yang ditujukan sesuai dengan tugas dalam suatu organisasi (Nursalam, 2007). Kinerja
perawat merupakan aplikasi kemampuan atau pembelajaran yang telah diterima
selama menyelesaikan program pendidikan keperawatan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, dan pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Ali, 2002 & Mulati, 2006).

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering
terjadi di seluruh dunia yang mengakibatkan tingginya angka mortalitas, morbiditas
dan juga berdampak secara finansial terutama bagi lanjut usia. Rehospitalisasi
merupakan masalah umum yang sering terjadi pada pasien gagal jantung yang
sebagain besar disebabkan oleh keterlambatan dalam pengenalan gejala, pengobatan
dan ketidakpatuhan diet serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan perawatan diri. Salah satu manajemen utama pada pasien gagal jantung
adalah dengan melakukan perawa-tan secara mandiri. Beberapa penelitian menun-
jukkan bahwa hasil perawatan pada pasien gagal jantung lebih baik pada pasien yang
terlibat da-lam perawatan diri secara konsisten. Perawatan diri (Self-Care) pada
pasien gagal jantung anta-ra lain meliputi meminum obat secara teratur, menurunkan
konsumsi garam dalam diet, olah raga secara rutin, dan melakukan monitoring gejala
secara rutin (Riegel, Moser, dkk., 2009). Program perawatan diri pada pasien dengan
gagal jantung telah teruji dapat menurunkan angka rawat ulang di Rumah Sakit

4
(Jovicic, Holroyd-Leduc, & Straus, 2006), meningkatkan kualitas hidup (Tung dkk.,
2013) dan juga menurunkan kekambuhan gejala gagal jantung (Shao, Chang,
Edwards, Shyu, & Chen, 2013).

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep menua pada lansia.
2. Mengetahui konsep keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler.
3. Untuk memenuhi tugas UTS keperawatan gerontik dengan pembuatan Asuhan
keperawatan gerontik pada lansia dengan gangguan sistem kardiovaskuler (CHF).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menua
Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori sosial, teori
genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat metabolisme dan teori
kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan
tentang teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini di anut oleh
gerontologis, maka dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan
konsep dan teori keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas
teori proses menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para
ilmuan perlu implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga praktik
keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikutip dengan pengembangan praktik
keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap masalah
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat.
Secara umum, implikasi/ praktik keperawatan yang dapat dikembangkan
dengan proses menua dapat didasarkan dapat teori menua/secara biologis, psikologis,
dan sosial. Berkut adalah uraian bentuk-bentuk aplikasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada individu yang negalami proses penuaan. Iplikasi keperawatan yang
diberikan di dasarkan atau asumsi bahwa tindkan keperawatan yang diberikan lebih di
tekankan pada upaya untuk memodifikasi fakotr-faktor secara teoritis di anggap dapat
mempercepat prose penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori
menua adalah senescence. Menurut Sunaryo (2016), senescence diartikan sebagai
perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi.
B. Konsep keperawatan lansia dengan gangguan kardiovaskuler
1. Landasan teori medis
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih tepatnya
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut
data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa
Congestive Heart Failure (CHF) mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia
dan meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien
dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih
banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi

6
bahwa peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta
jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah khas
utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia (Austaryani, 2012).
Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia
mengalami Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus baru Congestive
Heart Failure (CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan hidup penderita
Congestive Heart Failure (CHF) lebih buruk dibandingan dengan kanker apapun
kecuali kanker paru-paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita
Congestive Heart Failure (CHF) meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak
diagnosis. Dalam profil kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart
Failure (CHF) merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah
Sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi,
perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu
munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010)

2. Landasan teori keperawatan


Gagal jantung diklasifikasikan menjadi gagal jantung kronik dan akut, gagal
jantung kiri dan kanan, dan gagal jantung berdasarkan derajatnya. Tanda dan
gejala yang sering terjadi adalah sesak nafas, batuk, mudah lelah, kegelisahan
yang diakibatkan gangguan oksigenasi dan disfungsi ventrikel. Terapi yang dapat
dilakukan untuk pasien CHF meliputi terapi fisik, terapi okupasi, terapi
pernapasan, dan nutrisi. Jika CHF tidak segera ditangani maka akan menurunkan
cara kerja jantung dan darah tidak akan berfungsi dengan baik saat memompa
darah. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung
adalah aktual/ resiko tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, aktual/ resiko
tinggi gangguan pertukaran gas, aktual/ resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas,
aktual/ resiko tinggi penurunan tingkat kesadaran, aktual/ resiko tinggi kelebihan
volume cairan, dan intoleransi aktivitas (Mutaqqin, 2009). Pada pasien gagal
jantung kongestif dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru-paru sehingga terjadi peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru
(Nugroho, 2016).

7
Menurut Suratinoyo (2016) pada pasien gagal jantung kongestif sering
kesulitan mempertahankan oksigenasi sehingga mereka cenderung sesak nafas.
Seperti yang kita ketahui bahwa jantung dan paru-paru merupakan organ tubuh
penting manusia yang sangat berperan dalam pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam darah, sehingga apabila paruparu dan jantung tersebut
mengalami gangguan maka hal tersebut akan berpengaruh dalam proses
pernapasan. Gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada
pasien gagal jantung kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera
ditangani agar tidak memperparah kondisi tubuh pasien. Intervensi keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa dilakukan dengan pemberian
oksigen, memberikan posisi semi fowler, auskultasi suara nafas, dan memonitor
respirasi dan status O2. Salah satu intervensi keperawatan pada penderita gagal
jantung dengan gangguan kebutuhan oksigenasi adalah pemberian oksigen.
Pemberian oksigen adalah bagian integral dari pengelolaan untuk pasien yang
dirawat di rumah sakit, khususnya pasien yang sedang mengalami gangguan
pernapasan yaitu untuk mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. (Syandi, 2016).

8
BAB III

“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF)”

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Klien

Nama : Ny. B
Tempat tanggal lahir : Masohi, 14 January 1961
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Batu Gajah
Suku : Ambon
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Istri
Pendidikan Terakhir : SMA
Orang yang bertanggung jawab : Anak

2. Riwayat Keluarga
Pasangan

Hidup : Almarhum
Status Kesehatan : Sakit
Umur : 67
Pekerjaan : Polisi
Kematian : Karena Sakit
Tahun Meninggal : 2016
Penyebab Kematian : Riwayat Ginjal

Anak-Anak (disesuaikan dengan jumlah anak)

Hidup : 2 orang
Status Kesehatan : Baik
Umur : 38 tahun dan 35 tahun
Pekerjaan : PNS
Kematian : -
Tahun Meninggal : -
Penyebab Kematian : -

9
Genogram (minimal 4 generasi)

Keterangan :

: Laki-laki X : meninggal

: Perempuan : klien

: Garis keturunan : Hipertensi


X
: Garis keturunan

X X X X

x x
x x
z
X X X X x x

10
3. Riwayat Pekerjaan

Status Pekerjaan saat ini : Ibu rumah tangga

Pekerjaan sebelumnya : Ibu rumah tangga


Sumber-sumber pendapatan : -

Kecukupan terhadap kebutuhan : Pendapatan suami yang cukup

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe Tempat Tinggal : Ruang tampak bersih dan rapi


Jumlah kamar : Ada 2 kamar tidur 1 untuk anak dan 1
untuk lansia
Jumlah Tingkat : Tidak memiliki tingkat rumah
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 3 orang
Derajat Privasi : Lansia mempunyai kamar sendiri
sehingga lansia tidur berpisah dengan
anaknya
Tetangga terdekat : Ada 2 tetangga terdekat
Alamat/Telp. 082248343640

5. Riwayat Rekreasi (cara lansia mendapatkan hiburan sehari-harinya)

Hobi/minat : Menonton tv (sinetron)


Keanggotaan organisasi : Lansia merupakan istri anggota polri
Liburan/perjalanan : Jarang melakukan liburan

6. Sumber/Sistem Pendukung yang Digunakan

Pelayanan kesehatan yang digunakan : Jika lansia sakit biasanya di bawakan ke


RS

Pelayanan di rumah : -
Posyandu : Lansia jarang ke posyandu karena malas

7. ADL (Activity Daily Living)

: Lansia masih bergantung pada orang


lain di karenakan ketika pasien
beraktivitas pasien merasa lemas
sehingga bisa membuat pasien sesak
nafas

11
(termasuk kebiasaan waktu tidur) saat lansia tidur lansia perlu
menggunakan 2 atau 3 bantal. Karena
pada saat tidur lansia terkadang merasa
sesak nafas pada saat tidur.

8. Status Kesehatan Saat ini

Status kesehatan umum selama lima : Lansia mengalami hipertensi sehingga


tahun yang lalu pasien sempat di rawat di RS

Keluhan kesehatan saat ini : Pasien mengatakan bahwa pasien


merasa lemas ketika beraktivitas dan
sering sesak nafas sehingga aktivitas
yang di lakukan menjadi terganggu

Obat-obatan

Nama : -
Dosis : -
Bagaimana/kapan menggunakannya : -

Dokter yang menginstruksikannya : -


Tanggal resep : -

Status Alergi

Obat-obatan : -
Makanan : Makanan yang memiliki asupan garam
Faktor lingkungan : Baik dan bersih

Nutrisi

Pola makan (termasuka asupan cairan)


: Lansia terkadang makan makanan yang
menggunaka garam berlebihan dan
asupan cairan yang di konsumsi yakni
setiap sehari lansia meminum 8 hingga
9 gelas per hari dan juga memakan
buah yang mengandung serat.
Diet khsusus (pengaturan makanan) : Mengurangi konsumsi garam
berlebihan
Riwayat peningkatan dan penurunan : BB lansia meningkat pada 3 bulan
berat badan terakhir sekitar 54 kg menuju 58 kg

Masalah yang mempengaruhi pola : Pasien merasa tidak enak atau tidak
makan (misal: pendapatan tidak nafsu makan ketika makan makan yang
adekuat, kurang trasportasi, masalah tawar

12
menelan atau mengunyah, stress
emotional, sakit tertentu.

9. Status Kesehatan Masa Lalu

Penyakit masa lalu : Hipertensi


Penyakit serius kronik : Hipertensi
Trauma : -
Perawatan di rumah : Anaknya sering mencek tekanan
darahnya lansia
Operasi (jenis, tanggal, tempat, alasan) : -

Riwayat obsentrik : -

10. Tinjauan Sistem


Beri tanda cek “ya” atau “tidak” untuk setiap gejala dan termasuk analisis gejala penhu
pada respons positif pada akhir sistem.

Umum

Keadaan umum Ya Tidak


Tingkat kesadaran Ya, kesadaran composmentris
GCS
Kelelahan : 
Perubahan BB satu bulan yang lalu : 
Perubahan nafsu makan : 
Demam : 
Keringat malam : 
Kesulitan tidur : 
Sering pilek, batuk (infeksi) : 
Penilaian terhadap status kesehatan : Lansia memiliki kesadaran yang baik,
hanya saja saat di kaji lansia
mengatakan bahwa setiap beraktivitas
lansia mengeluh karena terjadi sesak
nafas dan kelelahan. Lansia juga
mengatakan bahwa terkadang lansia
kesulitan tidur karena sesak nafas.
Kemampuan melakukan ADL : Melakukan aktivitas dengan bantuan
(aktivitas kehidupan sehari-hari) orang lain dan juga saat lansia tidur
perlu adanya 2 atau 3 bantal untuk
kenyamanan saat tidur.

TTV Nilai

13
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Pernapasan : 28 X/menit
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,7 °C

Integumen

Keadaan Ya Tidak
Lesi/Luka : 
Pruritus : 
Perubahan Pigmentasi : 
Perubahan tekstur : 
Perubahan nevi : 
Sering memar : 
Perubahan rambut : 
Perubahan kuku : 
Pola Penyembuhan lesi/luka : 
Kalus : 

Hemopoetik

Keadaan Hemopoetik Ya Tidak


Pendarahan atau memar abnormal : 
Pembengkakan kelenjar limfe : 
Anemia : 
Riwayat Transfusi darah : 

Kepala

Keadaan Ya Tidak
Sakit Kepala : 
Trauma masa lalu : 
Pusing : 
Gatal pada kulit kepala : 

Mata

Keadaan Ya Tidak
Perubahan penglihatan : 
Kacamata/Lensa kontak : 
Nyeri : 
Air mata berlebihan : 
Pruritus : 
Bengkak sekitar mata : 
Floater : 

14
Diplopia : 
Kabur : 
Fotophobia : 
Skotomata 
Katarak 
Riwayat infeksi 
Tanggal pemeriksaan paling akhir 24 maret 2021
Tanggal pemeriksaan glaukoma paling -
akhir
Dampak pada penampilan ADL
Pasien mengatakan bahwa
penglihatannya sudah kabur sehingga
perlu adanya alat bantu berupa kaca
mata.

Telinga

Keadaan Ya Tidak
Perubahan pendengaran : 
Rabas : 
Vertigo : 
Sensivitas Pendengaran : 
Alat-alat protesa : 
Riwayat infeksi : 
Kebiasaan perawatan telinga : 
Dampak pada penampilan ADL : Lansia memiliki cukup pendengaran
yang baik tanpa alat bantu

Hidung dan Sinus

Keadaan Hidung dan Sinus Ya Tidak


Rinorea : 
Rabas : 
Epistaksis : 
Obstruksi : 
Mendengkur : 
Nyeri pada Sinus : 
Alergi : 
Riwayat Infeksi : 
Penilaian Diri Pada Kemampuan : keadaan hidung pasien baik namun pada
Olfaktori saat mencium aroma pasien cukup
keseulitan mengenal aroma yang di
hirup

Mulut dan Tenggorok

15
Keadaan Mulut dan Tenggorok Ya Tidak
Sakit Tenggorok : 
Lesi/Ulkus : 
Serak : 
Perubahan Suara : 
Kesulitan menelan : 
Perdarahan gusi : 
Karies : 
Alat-alat prostesa : 
Riwayat Infeksi : Tidak adanya infeksi pada gigi
Tanggal pemeriksaan gigi (terakhir kali : -
periksa)
Pola Menggosok Gigi : Lansia menggosok gigi 3x sehari
Pola Flossing : Tidak pernah melakukan
Masalah dan kebiasaan membersihkan : lansia tidak menggunakan gigi palsu
gigi palsu

Leher

Keadaan Leher Ya Tidak


Kekakuan : 
Nyeri/nyeri tekan : 
Benjolan/massa : 
Keterbatasan gerak : 

Payudara

Keadaan Payudara Ya Tidak


Benjolan/massa : 
Nyeri/nyeri tekan : 
Bengkak : 
Keluar cairan dari putting susu : 
Perubahan pada puting susu : 
Pola pemeriksaan payudara sendiri : -
Tanggal dan hasil mamografi paling : Lansia tidak melakukan pemeriksaan
akhir payudara

Pernapasan

Pernapasan Ya Tidak
Batuk : 
Sesak napas : 
Hemoptisis : 
Sputum : 
Asma/alergi pernapasan : 
Suaran nafas (vesikuler, bronkial, : Vesikuler : lansia memiliki suara nafas

16
bronko vesikuler) yang normal
Suara napas tambahan (ronkhi, : Tidak terjadi suara nafas tambahan
wheezing)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada : Pada tahun lalu lansia melakukan
(terakhir kali periksa) pemeriksaaan rongsen dada.

Kardiovaskuler

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : 
Palpitasi : 
Sesak napas : 
Ortopnea : 
Murmur : 
Edema : 
Varises : 
Parestesia : 
Perubahan warna kuku kaki dan tangan : 

17
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Ds : pasien mengatakan sesak nafas, Keletihan otot-otot Ketidakefektifan pola
pernafasan nafas
pasien mengatakan hanya bisa tidur
menggunakan lebih dari 2 atau 3
bantal.
Disfusi neuronmuscular
Do : KU lemah, kesadaran
composimentris, TD : 140/80 mmHg,
Nadi : 85 x/menit, RR : 28 x/menit,
suhu : 36,7°C. Hipoventilasi

Ketidakefektifan pola
nafas

2. Ds : pasien mengatakan bila Kelelahan Penurunan curah


beraktifitas sehari-hari sesak nafas jantung
semakin bertambah, pasien
mengatakan aktivitas sehari-hari di Turunnya curah
bantu oleh keluarga. jantung

Do : KU lemah, Kesadaran
composmetris

Intoleransi aktivitas

18
3. DS : Pasien mengatakan BAK RAA Menurun Retensi natrium dan
berkurang selama sakit, cairan oleh ginjal

DO : KU lemah, turgor kulit cukup ADH Meningkat


baik, pitting edema pada kaki, BB =
57 kg, capillary refill pada kaki 5
detik, sianosis Retensi Na+H2O

Kelebihan volume
cairan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot-otot pernafasan, disfusi neuromuscular,
sindrom hipoventilasi (00032-4-4)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau dispnue akibat turunya curah jantung (00092-4-
4)
3. Kelebihan volume cairan (00026-2-5)

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis

0003
4 Ketidakefektifan pola napas
2
Lansia 4
0009
4 Intoleran aktivitas
2

0002
2 5 Kelebihan volume cairan
6

19
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny. B Umur : 60 No. Dokumen RM : 140161


Ruang : Naruto Kelas : 4 Tanggal : 27 March 2021

Diagnosa keperawatan NOC NIC


Data pendukung
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi Rasional

Ds : pasien 0415 Status pernafasan 3140 Manajemen jalan 1) Memeberikan posisi


mengatakan sesak nafas semiflower ketika
Hasil :
nafas, pasien pasien sesak nafas
Aktivitas :
00032 Ketidakefektifan 1) Dispnue saat agar dapat
mengatakan hanya
pola napas istirahat (5 : 1) Posisikan meringankan sesak
bisa tidur
tidak ada untuk nafas pasien
menggunakan lebih
deviasi dari meringankan 2) Melihat dan
dari 2 atau 3 bantal.
kisaran sesak nafas memantau RR pasien

Do : KU lemah, normal) 2) Monitor status dengan pemberian


2) Dispnue pernafasan oksigenasi
kesadaran
dengan dan
composimentris, TD
aktivitas oksigenasi,
: 140/80 mmHg,
ringan (5 : sebagai
Nadi : 85 x/menit,
tidak ada mestinya
RR : 28 x/menit,
deviasi dari

20
suhu : 36,7°C. kisaran
normal)
3) Respirasi
agnoal (5 :
tidak ada
deviasi dari
kisaran
normal)

1617 Manajemen diri : 3320 Terapi oksigen 1) Keluarga dapat


penyakit jantung menanyakan ataupun
Aktivitas :
konsuktasi dengan
Hasil :
1) Konsultasi perawat dalam
1) Memantau dengan tenaga pemberian oksigen
gejalah awal kesehatan lain pada pasien yang
(5 : secara mengenai beraktivitas maupun
konsisten penggunaan istirahat
menunjukan) oksigen 2) Keluarga dan pasien
2) Memantau tambahan dapat memberikan
tekanan darah selama oksigen yang tepat
(5 : secara kegiatan dan agar ketika sesak
konsisten atau tidur nafas pasien terjadi
menunjukan) 2) Anjurkan maka keluarga dapat
3) Membatasi pasien dan memeberiaka

21
asupan garam keluarga dan tindakan oksigenasi
(5 : secara keluarga 3) Memudahkan pasien
konsisten mengenai dalam beraktivitas
menunjukan) penggunaan maupun istirahat
4) Mengikuti oksigen di
pembatasan rumah
cairan (5 : 3) Atur dan
secara ajarkan pasien
konsisten mengenai
menunjukan) penggunaan
perangkat
oksigen yang
memudahkan
mobilitas

6680 Monitor tanda-tanda 1) Agar bisa melihat


vital keadaan pasien saat
sesak nafas untuk
Aktiitas :
memberikan tindakan
1) Monitor selanjutnya
tekanan darah,
nadi, suhu,
dan status
pernafasan

22
dengan tepat

Ds : pasien 0007 Tingkat kelelahan 1850 Peningkatan tidur 1) Agar pasien bisa
mengatakan bila menyesuaikan waktu
beraktifitas sehari- Hasil: Aktivitas :
istirahat dan waktu
hari sesak nafas 00092 Intoleran
1) Kelelahan (5 : 1) Tentukan pola tidur pasien
semakin bertambah, aktivitas
pasien mengatakan tidak ada) tidur/aktivitas 2) Membantu pasien
aktivitas sehari-hari 2) Kualitas pasien dalam waktu tidur
di bantu oleh istirahat (5: 2) Fasilitasi dengan pemberian
keluarga. bantal 2 atau 3 bantal
tidak ada) untuk
Do : KU lemah, 3) Kualitas tidur mempertahan agar pasien merasa
Kesadaran (5: tidak ada) kan rutinitas nyaman pada saat
composmetris 4) Saturasi waktu tidur sesak dengan
oksigen (5: pasien yang pemeberian bantal di
tidak ada) biasa, tanda- kepala pasien dengan
tanda sebelum posisi semi flower
tidur/alat
peraga, dan
benda yang
lazim di
gunakan

0400 Keefektifan pompa 7110 Peningkatan kelibatan 1) Pemberian informasi


yang penting bagi

23
jantung keluarga keluarga sangatlah
penting agar dapat
Hasil : Aktiitas :
memudahkan segalah
1) Indeks jantung 1) Berikan keperluan yang ingin
(5: tidak ada informasi di dapatkan oleh
deviasi dari penting pasien
kisaran kepada 2) Memudahkan pasien
normal) anggota dalam beraktivitas
2) Edema perifer keluarga dengan keterlibatan
( 5 : tidak ada mengenai keluarga
deviasi dari pasien sesui
kisaran dengan
normal) keinginan
pasien
2) Tentukan
tingkat
ketergantunga
n pasien pada
anggota
keluarga,
sesuai untuk
usia atau
penyakit

24
2609 Dukungan keluarga
selama perawatan

Hasil :

1) Anggota
keluarga
mengungkapk
an keinginan
untuk
mendukung
anggota
keluarga yang
sakit (5: secara
konsisten
menunjukan)
2) Anggota
keluarga
bertanya
bagaimana
mereka dapat
membantu ( 5:
secara
konsisten

25
menunjukan)
3) Bekerja sama
dengan
anggota
keluarga yang
sakit dalam
menentukan
perawatan (5:
secara
konsisten
menunjukan)

DS : Pasien 00026 Kelebihan 0601 Keseimbangan cairan 4130 Monitor cairan 1) Agar dapat melihat
mengatakan BAK volume cairan apaka adanya edema
berkurang selama Hasil : Aktivitas :
pada pasien ataukah
sakit,
1) Denyut perifer 1) Periksa turgor tidak
DO : KU lemah, (5: tidak kulit dengan 2) Memberitahukan
turgor kulit cukup terganggu) memegang pada pasien batasan
baik, pitting edema
2) Edema perifer jaringan cairan di dalam tubuh
pada kaki, BB = 57
kg, capillary refill (5: tidak sekitar tulang agar tidak
pada kaki 5 detik, terggangu) seperti tangan berkelebihan cairan
sianosis atau tulang pada pasien
kering,
mencubit kulit

26
dengan
lembut,
pegang
dengan kedua
tangan dan
lepaskan
(dimana, kulit
akan turun
kembali
dengan cepat
jika pasien
terhidrasi
dengan baik).
2) Batasi dan
alokasi asupan
cairan

3590 Pengecekan kulit 1) Melihat adanya


perubahan pada kulit
Aktivitas :
pasien juka terjadinya
1) Monitor edema
warna dan
suhu kulit

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pengkajian yang dilakukan di dapatkan bahwa Ny.B usia 60 tahun
pendidikan terakhir SMA agama Kristen protestan. Dari wawancara dengan Ny.B
mengatakan dulu Ny.B ada riwayat hipertensi dan saat dilakukan pengukuran tekanan
darah 140/80 mmHg dan Ny.B mengeluhkan sesak nafas pada saat tidur dan juga
beraktivitas. Diagnoasa yang didapatka dari hasil pengkajian yakni (1)
ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot-otot pernafasan, disfungsi
neuromuscular, sindrom hipoventilasi, (2) intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau
dispnue akibat turunnya curah jantung, (3) kelebihan volume cairan. Intervensi yang
diberikan kepada pasien dengan 3 diagnosa yang diberikan sesuai dengan intervensi
yang di rencanakan semua intervesi dapat dikerjakan.
B. Saran
Saran untuk keluarga adalah diharpakan keluarga dapat meningkatkan
perhatian dan dukungan kepada lansia dalam pegobatan gagal jantung dan
meningkatkan peran keluarga dalam meningktakan kesehatan khusunya dalam
penangan gagal jantung. Perawat komunitas/keluarga dapat mengembangkan
intervensi keperawatan terkait promosi kesehatan gagal jantung sebagai upaya
preventif dalam menurunkan angka kejadian kematian. Intervensi ini juga harus
dilakukan dengan dilihat dari sudut pandang 4 strategi intervensi keperawatan
komunitas yaitu pendidikan kesehatan, aktivitas kelompok, pemberdayaan, dan
strategi lintas sektor. Tidak hanya dalam kunjungan keluarga, intervensi juga dapat
dilakukan dalam komunitas melaluai penyuluhan di posyandu lansia dengan
mengunakan leaflet. Sehingga masyarakat yang lebih luas dapat menerima dan
mengetahui tentang gagal jantung.

28
DAFTAR PUSTAKA

AMIN HUDA NURARIF. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS


BERDASARKAN PENERAPAN DIAGNOSA NANDA, NIC, NOC DALAM BERBAGAI
KASUS. Jilid 1. Pencetakan mediacation publishing Jogjakarta.

SAMSI BARIYATUN.(2018). PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN CONGESTIVE


HEART FAILURE (CHF) DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RSUD WATES KULON
PROGO. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1981/10/KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf. 27 March
2021

BUDIONO (2016). KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Bangun Asmo Darmanto Tata Letak :
Adang Sutisna. 277. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Konsep-dasar-keperawatan-Komprehensif.pdf. 27 March 2021

DIDIK AJI ASMORO (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI
RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG. file:///C:/Users/USER/Downloads/DIDIK%20AJI
%20ASMORO%20NIM.%20A01502154.pdf. 27 maret 2021

UMI HAFIFAH (2012). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny .S DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER: CONGESTIF HEART FAILUER (CHF) DI RUANG BOUGENVILLE III RSUD
PANDANARANG BOYOLALI . http://eprints.ums.ac.id/20512/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. 27 March
2021

Vandra Junizar Putra, S. Kep (2019). Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ib. A dengan
Pemberian Slow Deep Breathing Di Wisma Delima Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Batusangkar Tahun 2019. http://repo.stikesperintis.ac.id/926/1/25%20VANDRA%20JUNIZAR
%20PUTRA.pdf. 27 maret 2021

SUHARDI (2018). ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Bp.M DENGAN RHEUMATIK DI


PUSKESMAS KAMBANG KEC. LENGAYANG KAB. PESISIR SELATAN 2018.
http://repo.stikesperintis.ac.id/184/1/66%20SUHARDI%20%282%29.pdf. 27 March 2021

29
PENGKAJIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
(penilaian tingkat kemandirian lansia)

1. Indeks Barthel (IB)


No Item yang dinilai Skor Nilai

0 = tidak mampu 1
1 = butuh bantuan memotong, mengoles
1 Makan (Feeding)
mentega, dll
2 = mandiri

0 = tergantung orang lain 1


2 Mandi (Bathing)
1 = mandiri

0 = membutuhkan bantuan orang lain 1


Perawatan Diri
3 1 = mandiri daam perawatan muka, rambut,
(Grooming)
gigi dan bercukur

0 = tergantung orang lain 1


Berpakaian
4 1 = sebagian dibantu (missal mengancing baju)
(Dressing)
2 = mandiri

0 = inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2


Buang Air kecil terkontrol
5
(Bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24 jam)
2 = kontinensia (tertaur untuk lebih dari 7 hari)

0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu 2


Buang air besar enema)
6
(Bladder) 1 = kadang inkontinensia (sekali seminggu)\
2 = kontinensia (teratur)

0 = tergantung bantuan orang lain 1


1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat
7 Penggunaan toilet
melakukan beberapa hal sendiri
2 = mandiri

8 Transfer 0 = tidak mampu 2


1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

30
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri

0 = Immobile (tidak mampu) 3


1 = menggunakan kursi roda
9 Mobilitas 2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat/

0 = tidak mampu 0
10 Naik turun tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri

Skor 14

Intepretasi Hasil:
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total

31
32

Anda mungkin juga menyukai