Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disharmonisasi Keluarga
2.1.1. Pengertian Disharmonisasi
Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya
mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok
dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia. Disharmonisasi selalu berkaitan
dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila didalamnya
(keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi ( Gunarsa, 1993 : 34).
Disharmonisasi adalah suatu bentuk tidak terjadinya keselarasan secara
keseluruhan yang dianggap mempunyai nilai negatif dengan beberapa aspek
penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
disharmonisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang terlihat tidak bahagia
dalam suatu kumpulan manusia dan biasanya itu terdapat dalam suatu keluarga.

2.1.2 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan .
(http//www.who.com. diakses pada tanggal 28 November 2010 pukul 11.15).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Meyer F. Nimkoff, keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak
berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan
menurut Summer dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur dari
organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus
melalui ikatan darah ( Gunarsa, 1993:230 ).
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk
yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam
satuan masyarakat manusia.

2.1.2.1 Peranan dan Fungsi Keluarga
Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat
bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga
diantaranya yaitu :
1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan.
2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil
menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh
kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang,
dewasa dan harmonis.
Universitas Sumatera Utara
3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan
informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan
perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan
direncanakan.
4. Dari sudut sosiologi, keluarga berfungsi sebagai tempat untuk
menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat yang
mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga
(orangtua), yaitu :
1. Menguras keperluan materil anak-anak.
Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan,
tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak
sepenuhnya tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri.
2. Menciptakan suatu home bagi anak-anak.
Home disini berarti bahwa didalam keluarga itu anak-anak dapat
berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah-
tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumah anak merasa
tentra, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.
3. Tugas pendidikan
Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap anak-
anaknya ( Ahmadi, 2001:246 ).
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah
betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang.
Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak
ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya,
jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.
Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai
tempat pentting tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula diperlihatkan
dalam lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat
dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga (Gunarsa,
1993:186).
Terdapat Bentuk-bentuk Keluarga, yaitu :
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
diluar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

Universitas Sumatera Utara
c. Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan / meniti karier.
d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional :
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.

Universitas Sumatera Utara
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak.
Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) :
1) Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan
anak
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga

Universitas Sumatera Utara
4) Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5) Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :
1) Fungsi Affective
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental
saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.
b. Mengenal identitas individu
c. Rasa aman
2) Fungsi Sosialisasi Peran
a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan.
b. Fungsi dan peran di masyarakat.
c. Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.

Universitas Sumatera Utara
3) Fungsi Reproduksi
Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat.
4) Fungsi Ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Konsep sehat sakit keluarga
b. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan keluarga
mandiri
Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan :
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga yaitu :
a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.

Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Aspek-aspek Disharmonisasi Keluarga
Ada banyak aspek dari disharmonisasi kelurga diantaranya adalah :
1. Kurangnya kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena sejak
lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Tetapi bila
disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan terjalin
hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya.
2. Kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kurangnya kasih sayang, pada umumnya para remaja mengharapkan
pengertian dari orang tuanya. Dengan tidak adanya pengertian dari
keluarga maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar
sesama anggota keluarga.
3. Tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga.
Komunikasi adalah cara yang ideal untuk mempererat hubungan antara
anggota keluarga. Dengan tidak adanya memanfaatkan waktu secara
efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat diketahui
keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan tidak dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga.
Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga sangat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu dan
gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi jika
kelak bersosialisasi dalam masyarakat. Kurang kerjasama antara keluarga
Universitas Sumatera Utara
membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya tidak ada
perhatian dari orangtua ( Gunarsa, 1993 : 51)

2.2 Remaja
WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria
yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20
tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1997:132).
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat
dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima untuk masuk ke
golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja
masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik
maupun psikisnya.
Universitas Sumatera Utara
Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa
pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli :
a. Aristoteles.
Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun
dibagi ke dalam tiga tahap :
1. Umur 0 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris).
2. Umur 7 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis).
3. Umur 12 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis).
b. Prof. Dr. Kohnstam.
Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :
1. Umur 0 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak.
2. Umur 7 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual.
3. Umur 12 21 tahun : masa sosial.
Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :
a) Masa pueral : umur 12 14 tahun.
b) Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 15 tahun.
c) Masa pubertas (remaja) : umur 15 18 tahun.
d) Masa adolesensi : umur 18 21 tahun .
c. Dr. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi
perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :
1. Masa bayi : umur 0 2 tahun.
2. Masa kanak-kanak : umur 2 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. Masa sekolah : umur 5 12 tahun.
4. Masa remaja : umur 12 21 tahun.
Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam
usia 12 sampai 21 tahun.
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis,
di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa
hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat
kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone
kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen,
dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan
pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:
1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.
2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda
kemasakan.
3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara,
berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus
disekitar kemaluan, ketiak dan muka.
b. Perubahan Emosional.
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang
membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja
Universitas Sumatera Utara
umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan
selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu
menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu
memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain
remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang
stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap
sebagai berikut (Hurlock, 1999:87):
1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.
2. Bersikap rasional.
3. Bersikap objektif
4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak
lebih lanjut.
5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
c. Perubahaan Sosial
Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan
perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan
remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya.
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud
menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul
bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan
segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap
pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja
akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi
lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis
dan kelompoknya (Monks, 2002:122).

2.3 Narkoba
Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan
adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar
tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-
barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena
itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang
tergolong panjang, maka kata-kata narkotika narkotika, psikotropika dan bahan-
bahan adiktif lainnya ini disingkat menjadi narkoba. (NO.
SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat
kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup
maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana
hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk
kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal
media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang populer
Universitas Sumatera Utara
didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan
bahan-bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran
atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf
sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat
menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).
Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan,
yaitu:
A. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana
b. Heroin/Putau
c. Shabu-shabu
d. Ekstasi


Universitas Sumatera Utara
B. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis
narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Morfin
b. Metadon
C. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Kodeina.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).
Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu:
A. Golongan III
Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.


Universitas Sumatera Utara
B. Golongan IV
Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.
3. Zat adiktif lainnya.
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme
hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan
kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)
Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari
buah anggur, nira.
B. Inhalansia
Zat-zat yang disedot melalui hidung:
- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol,
semir sepatu)
- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon,
pendingin AC, Lemari es)
- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)
- Keton
- Ester
- Glytol


Universitas Sumatera Utara
C. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :
- Nikotin
- Karbon monoksida
- Karbondioksida
- Asam biru
- Arsenic
- Zat ari belerang
- Berbagai amonial














Universitas Sumatera Utara
Berikut ini penulis akan mencantumkan rekap usia pelaku tindak kejahatan
narkotika di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan kepolisian.
Tabel 1
Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara
U S I A
DAERAH 6-11 12-15 16-18 19-23 24,dst Tidak
Diketahui
JUMLAH
MEDAN 0 4 24 81 506 142 757
BINJ AI 0 2 4 19 88 4 117
T. TINGGI 0 1 3 8 49 7 68
P. SIANTAR 0 1 1 5 31 2 40
T. BALAI 0 0 0 3 56 18 77
P. SIDEMPUAN 0 0 0 1 4 8 13
SIBOLGA 0 0 0 3 13 5 21
LANGKAT 0 0 5 15 95 13 128
DELI SERDANG 0 3 1 11 46 1 68
SERGEI 0 0 5 13 52 1 71
SIMALUNGUN 0 0 2 17 55 3 75
ASAHAN 0 0 9 21 94 7 131
LABUHAN BATU 0 0 2 11 48 8 69
TAPSEL 0 0 0 3 12 0 15
MADINA 0 0 1 1 13 0 15
TAPTENG 0 1 1 4 7 0 13
NIAS 0 0 0 0 1 0 1
NIAS SELATAN 0 0 0 0 0 0 0
TAPUT 0 0 0 0 2 0 2
TOBASA 0 0 0 2 5 0 7
SAMOSIR 0 0 0 0 4 0 4
HUMBAHAS 0 0 0 0 0 0 0
KARO 0 0 0 9 31 3 43
DAIRI 0 0 0 3 14 1 18
PAKPAK BARAT 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 12 58 236 1224 223 1753
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)
tahun 2009.

2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan
medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum
(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal
84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus
atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk
dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan
gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial
yang tidak diinginkan dan merugikan. ( Widjono, 1981:1).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat
dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,
penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba bisa
langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang
mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.
Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok,
disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena),
disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi
dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak
terperikan.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan
mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada
umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah
terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan.

2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial.
Remaja adalah usia yang paling rentan dan merupakan pengonsumsi
dominan dalam penyalahgunaan Narkoba, masalah pokoknya biasanya berpangkal
pada pencarian identitas diri. Mereka umumnya membutuhkan kejelasan posisi
sosial dalam lingkup pergaulan di mana mereka berada. Remaja mengalami krisis
identitas seiring dengan transisi masa hidupnya: dari anak-anak yang beranjak
dewasa. Masa transisi ini menjadi pertaruhan bagaimana remaja mengendalikan
luapan emosinya, misalnya saat merasa tersinggung oleh orang di sekitarnya, serta
kemampuan menempatkan diri dengan lingkungan dan komunitas sebaya.
Keluarga menjadi faktor awal instabilitas usia remaja. Realitas
menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi
semua anggotanya. Banyak keluarga yang mengalami disharmonisasi. Ini ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara
orangtua dan anak. Disharmonisasi yang terus berlangsung sering berakibat
perceraian dan biasanya menjadi awal petualangan remaja di jalanan dan
komunitas narkoba.
Faktor disharmonisasi dalam keluarga ternyata memiliki pengaruh yang
sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja sebagai manusia.
Ini berangkat dari asumsi bahwa usia remaja adalah usia yang serba tidak pasti
dan penuh gejolak. Pada satu sisi remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh
orangtua dan di sisi lain belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian, jika
orangtua tidak mampu bertindak sebagai pengayom dan sosok yang dipercaya,
otomatis remaja akan mencari tempat sandaran lain.

2.4 Defenisi Kesejahteraan Sosial
Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan
kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut :
Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui
pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan
pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang (Adi, 2008 :
48).
Wilensky dan Lebeaux, kesejahteraan sosial adalah system yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk membantu individu-idividu dan kelompok-kelompok agar
Universitas Sumatera Utara
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang member kesempatan kepada
individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat (Suud, 2006 : 7).
Sementara menurut Fridlander. Kesejahteraan sosial adalah system yang
akan terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan
untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan
kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya
secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan
keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1984 : 2).
Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai ilmu dan system yang terorganisir
yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera.
3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: meningkatkan kemampuan
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya.
Di dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun 2009
menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Pemikiran
Disharmonisasi keluarga adalah keadaan yang biasanya mencerminkan
suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok
manusia. Hal ini berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga.
Jadi apabila didalamnya terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi.
Keluarga terdiri dari beberapa individu, setiap individu berinteraksi
dengan individu lainnya dan hal ini berpengaruh terhadap keadaan keadaan
harmonis dan tidak harmonisnya pada suatu keluarga. Kelompok paling sering
terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja, sehingga
mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap
perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika,
dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar
dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya
adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan psikis, memperoleh
kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional. Penggunaan teratur sampai kepada
ketergantungan.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi
dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).
Universitas Sumatera Utara
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak
terperikan.
Mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba
lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya,
baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat,
yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan.
Bagan alur pemikiran



2.6. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan yang
hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta
atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi,1983:161).
Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran dalam peneltian ini, peneliti
merumuskan hipotesa sebagai berikut :
Disharmonisasi Keluarga :
1. Pekerjaan dan pendapatan
orang tua.
2. Faktor disharmoniasi keluarga
:
- Kurangnya kasih sayang
- Kurangnya saling pengertian
antar anggota keluarga
- Tidak ada dialog atau
komunikasi
- Tidak ada kerja sama
Penyalahgunaan Narkoba :
- Lama menggunakan Narkoba
- Jenis Narkoba yang
digunakan
- Penyebab menggunakan
Narkoba
- Dampak penyalahgunaan
Narkoba
Universitas Sumatera Utara
Ha : Ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba
oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.
Ho : Tidak ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan
narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah
yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang
akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan
penelitian (Singarimbun, 1989: 33).
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan
diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami
istri, dengan atau tanpa anak.
2. Disharmonisasi menghasilkan perilaku negatif terhadap para pelajar.
3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh
manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah
dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku
seseorang dan organ tubuh.
4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis,
tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum.
Universitas Sumatera Utara
5. Pelajar lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik,
dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 16-19 tahun.

2.7.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).
Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah sejumlah
gejala atau unsur yang menentukan ada atau munculnya gejala atau unsur yang
lain. Sedangkan variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1983:56).
Variabel bebas (x) yaitu Disharmonisasi Keluarga, diukur dengan
indikator berikut :
a. Pekerjaan dan Pendapatan orang tua.
b. Faktor disharmonisasi keluarga.
a. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.
Bila suatu keluarga tidak terjalin kasih sayang. Maka tidak akan terjalin
hubungan emosional antar anggota keluarga.
b. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.
Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga, maka dapat
menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota
keluarga.
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak ada dialog atau komunikasi didalam keluarga.
Tidak adanya waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi,
maka tidak dapat diketahui keinginan masing-masing pihak dan setiap
masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik.
d. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga
Tidak ada saling membantu dan gotong royng akan mendorng anak
untuk bersikap tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarkat.
Kurangnya kerjasama, membuat anak menjadi malas untuk belajar
karena tidak ada perhatian dari orang tua.
Variabel terikat (y) yaitu Penyalahgunaan Narkoba, diukur dengan
indikator sebagai berikut :
1. Berapa lama menggunakan Narkoba.
2. Jenis Narkoba yang digunakan.
3. Faktor faktor penyalahgunaan Narkoba.
4. Dampak penyalahgunaan Narkoba.
5. Sumber mendapatkan Narkoba








Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai