Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Henti jantung (Cardiac Arrest) merupakan keadaan dimana

hilangnya fungsi jantung untuk memompa darah yang terjadi secara

mendadak. Hal ini menyebabkan kurangnya oksigen yang dapat disalurkan

ke seluruh tubuh terumata otak dan jantung itu sendiri. Apabila otak

mengalami kekurangan oksigen, maka sel-sel otak akan mati sehingga

berakibat hilangnya kesadaran dan fungsi otak lainnya. Selain itu,

kekurangan oksigen juga berpengaruh terhadap sel-sel jantung yang

apabila tidak cepat ditangani akan berujung pada kematian.

WHO tahun 2014 disebutkan bahwa 37% angka kematian di

Indonesia disebabkan karena penyakit kerdiovaskuler terutama henti

jantung. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan tingginya angka

kematian tersebut adalah gaya hidup, pengetahuan masyarakat mengenai

faktor resiko, pengetahuan masyarakat, sebaran penduduk, dan lokasi

pelayanan kesehatan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pergeseran gaya hidup dapat sangat

berpengaruh terhadap pola kehidupan sehari-hari yang kurang sehat.

Kebiasaan merokok, kurang olahraga, makanan cepat saji atau makanan

berlemak sudah menjadi sebuah kebiasaan yang masuk kedalam pola

hidup masyarakat. Hal-hal diatas merupakan penyebab tingginya penyakit


yang memicu komplikasi pada jantung dan akhirnya berujung pada

kematian.

Menurut CPR Fact and Statistic - American Heart Association

menyebutkan bahwa 75% pasien henti jantung terjadi di rumah atau Out-of

Hospital Cardiac Arrest (OHCA) dan 95% pasien henti jantung meninggal

sebelum sampai di rumah sakit menunjukkan bahwa kasus henti jantung

tidak pernah mengenal tempat terjadinya, tujuh puluh lima persen dari

kasus henti jantung terjadi di rumah dalam artian tidak berada di

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun puskesmas. Pernyataan

berdasarkan Guidelines AHA 2015 mengenai diperbolehkannya

masyarakat awam untuk melakukan tindakan resusitasi jantung paru

membuka peluang untuk menekan angka kematian pasien akibat henti

jantung.

Pada dasarnya, pasien dengan henti jantung mempunyai Golden

Time atau masa waktu untuk bisa diselamatkan hanya 10 menit saja,

mengingat penyebaran penduduk indonesia tidak seluruhnya berada dekat

dengan pusat pelayanan kesehatan seperti pada desa terpencil ataupun

kabupaten yang tengah berkembang, menyebabkan nyawa atau hidup

mereka bergantung pada pertolongan pertama yang diperoleh, dan hal

tersebut sangat bergantung pada pengetahuan dan kemampuan masyarakat

sekitar sebagai pemberi pertolongan pertama.

Golden Time yang dimiliki oleh pasien henti jantung dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin dengan pengetahuan dan kemampuan

1
masyarakat yang baik untuk menyelamatkan hidup si pasien dan

diharapkan dapat memberikan perbedaan secara signifikan terhadap angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit kerdovaskuler tertama pada kasus

henti jantung.

Selanjutnya, bonus demografi berupa jumlah Sumber Daya

Manusia (SDM) yang sangat melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan

sebagai penolong pertama untuk kasus pasien henti jantung salah satunya

melalui edukasi. Strategi pemanfaatan bonus demografi tersebut harus

disusun secara baik seperti sasaran penerima edukasi yang tepat,

pemanfaatan SDM dalam rentang usia produktif, dan melalui media yang

dapat dengan mudah dipahami, sehingga diharapkan edukasi yang

diberikan bisa berpengaruh terhadap pertolongan pertama yang diberikan

pada korban henti jantung.

Salah satu SDM dalam rentang usia produktif yang dapat

dimanfaatkan yaitu pemuda yang berada pada organisasi karang taruna.

Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi

muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung

jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di

wilayah desa atau kelurahan dan terutama bergerak di bidang usaha

kesejahteraan sosial. Disini, Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari

generasi muda, diurus atau dikelola oleh generasi muda dan untuk

kepentingan generasi muda dan masyarakat di wilayah desa, kelurahan

atau komunitas adat sederajat.

2
Selain pemuda karang taruna, strategi lain yang harus disiapkan

adalah media yang digunakan untuk melakukan edukasi. Media ini harus

sesederhana dan semenarik mungkin, sehingga diharapkan pesan yang

ingin disampaikan dapat diterima secara utuh dan dapat menarik perhatian

si penerima pesan atau audience. Salah satu media yang bisa dipakai

dalam strategi ini adalah melalui Poster. Poster adalah media publikasi

yang terdiri atas tulisan, gambar ataupun kombinasi antar keduanya

dengan tujuan memberikan informasi kepada khalayak ramai.

Melalui media edukasi yang dipilih salah satunya poster dapat

dengan efektif mengedukasi pemuda sehingga berpengaruh terhadap

peningkatan pengetahuan pemuda karang taruna tentang pertolongan

pertama pada korban henti jantung. Dengan demikian, harapan yang

muncul untuk kedepannya adalah permasalahan mengenai tingginya angka

kematian akibat henti jantung dapat ditekan.

B. RUMUSAN MASALAH

Henti jantung merupakan masalah kegawatdaruratan yang dapat

terjadi kapanpun dan dimanapun tanpa disangka-sangka. Apabila tidak

ditolong segera akan mengakibatkan kematian pada korban, sehingga

peningkatan pengetahuan masyarakat melalui salah satu media yatu poster

mengenai tindakan dalam melakukan pertolongan pertama sangat

berpengaruh. Sehingga penulis merumuskan masalah penelitian sebagai

“Pengaruh Media Poster Terhadap Peningkatan Pengetahuan Karang

3
Taruna Tentang Pertolongan Pertama Korban Henti Jantung Di Bengkulu

Tengah”

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Memberikan upaya peningkatan pengetahuan pertolongan

pertama pada korban henti jantung melalui media Poster pada

karang taruna di wilayah Bengkulu Tengah

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (usia, Jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan).

b. Mengetahui rerata pengetahuan tentang pertolongan

pertama sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

c. Mengetahui perbedaan rerata pengetahuan sebelum dan

sesudah dilakukan penyuluhan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penentu kebijakan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya

mendukung program pemerintah dalam menegah resiko

peningkatan angka kematian akibat henti jantung

2. Institusi Pendidikan

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam

melakukan pertolongan pertama pada pasien henti jantung guna

4
mendukung program pemerintah dalam mencegah mingkatnya

angka kematian akibat henti jantung

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan

keperawatan khususnya dalam mata kuliah kegawatdaruratan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)

Henti Jantung adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak

pada seseorang yang mungkin atau mungkin tidak terdiagnosis penyakit

jantung. Waktu dan mode kematian tidak terduga. Terjadi seketika atau

segera setelah gejala muncul. Aritmia umum pada henti jantung adalah

fibrilasi ventrikel adalah ketika ruang bawah jantung tiba-tiba mulai

berdetak kencang dan tidak memompa darah.

Henti jantung masih merupakan penyebab kematian utama di

dunia. Walau telah ada kemajuan dalam hal tatalaksana kegawatdaruratan

kardiovaskular, angka ketahanan hidup mereka dengan henti jantung di

luar rumah sakit tetap rendah (Mulia & Siswanto, 2011). Lima dari 1000

pasien yang dirawat di rumah sakit dibeberapa negara berkembang

diperkirakan mengalami henti jantung dan kurang dari 20% dari jumlah

pasien tersebut tidak mampu bertahan hingga keluar dari rumah sakit

(Goldbelger, 2012).

1. Faktor Penyebab

a. Riwayat serangan jantung sebelumnya : Jantung yang pernah

terluka atau membesar yang disebabkan oleh apapun rentan untuk

terkena serangan jantung berulang. Enam bulan pertama setelah

serangan jantung adalah periode beresiko tinggi untuk terkena

serangan jantung mendadak.

6
b. Penebalan otot jantung (Kardiomiopati) : Penebalan otot jantung

(Cardiomyopathy), seseorang yang sedang menggunakan obat-

obatan untuk jantung, kelistrikan jantung yang tidak normal,

pembuluh darah yang tidak normal dan penyalahgunaan obat juga

bisa menjadi penyebab terjadinya henti jantung (American Heart

Association, 2010).

c. Obat jantung : Dalam kondisi tertentu, berbagai obat jantung dapat

menyebabkan terjadinya fase aritmia sehingga timbul serangan

jantung mendadak. Paradoksnya, obat anti-aritmia yang digunakan

untuk mengobai aritmia kadang-kadang dapat menghasilkan

aritmia ventrikel yang mematikan.

d. Kelaninan pembuluh darah : Lebih kurang, kelainan pembuluh

darah bawaan lahir, terutama pada arteri koroner dan aorta, dapat

menyebabkan kematian mendadak pada usia muda.

e. Pola hidup tidak sehat : Pola hidup tidak sehat seperti merokok,

jarang melakukan aktifitas terutama olahraga, dan sering

mengkonsumsi makanan berlemak cepat saji dapat menjadi faktor

resiko terjadinya penyakit jantung.

2. Tanda dan Gejala

a. Tiba-Tiba Kehilangan respon (tidak ada respon saat di tepuk bahu)

b. Tidak bernafas normal (korban tidak bernafas atau terengah-engah)

7
B. KONSEP PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN HENTI

JANTUNG

Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, dan kapan

saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah

tersebut, walaupun begitu tidak menutup kemungkinan kondisi

kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas

kesehatan, maka pada kondisi tersebut, peran serta masyarakat untuk

membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi

sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011).

Menurut Pembaraun Pedoman American Heart Association 2015

pada Bantuan Hidup Dasar dan Kualitas CPR bagi CPR Penolong Tidak

Terlatih dapat melakukan Penekanan pada Kompresi Dada:

“Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi dada

(Hnads Only) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban

serangan jantung dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya

kompresi dada hingga AED (Kejut jantung) atau penolong dengan

pelatihan tambahan tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat

minimum, harus memberikan kompresi dada untuk korban serangan

jantung.”

Dari keterangan diatas, sehingga ada algoritma yang harus diikuti

oleh penolong tidak terlatih untuk melakukan pertolongan pertama pada

pasien henti jantung, yaitu D-R-S-C.

8
1. D (Danger) : Bahaya

Penolong harus waspada terhadap bahaya yang ada disekitar, baik

bagi penolong dan bagi pasien. Hal-hal yang harus dipastikan pada

tahap ini adalah 3A (Aman Penolong, Aman Lingkungan, Aman

pasien). Aman penolong adalah keadaan penolong harus dalam

keadaan sudah terpasang Alat Pelindung Diri (APD). Aman

lingkungan adalah keadaan yang pada dasarnya sebelum melakukan

CPR pasien harus berada pada tempat yang datar dan keras

dikarenakan agar kompresi yang dilakukan bisa maksimal. Aman

pasien adalah keamaanan bagi pasien terhadap lingkungan sekitar yang

seharusya tidak dikerumuni banyak orang, hal ini berkaitan degan

oksigen yang dibutuhkan baik bagi pasien ataupun penolong.

2. R (Response) : Respon

Setelah memastikan Danger atau keamanan bagi pasien dan

penolong, aloritma selanjutnya yang harus diikuti adalah Response.

Cek respon pasien, hal ini dapat dilakukan dengan memanggil depan

keras nama korban atau panggilan korban sambil menepuk bahu

korban dan memberikan perintah sederhana. Apabila tetap tidak ada

respon, maka lanjutkan ke algoritma selanjutnya.

3. S (Shout for help) : Minta pertolongan

Pada saat mengetahui keadaan pasien tidak merespon atau tidak

sadarkan diri, maka algoritma selanjutnya adalah meminta

pertolongan. Hubungi pusat pelayanan kesehatan baik itu rumah sakit

9
atau puskesmas terdekat. Penolong bisa berteriak minta tolong kepada

masyarakat sekitar untuk di sambungkan kepada nomer telfon darurat

apabila jarak tidak memungkinkan untuk membawa pasien ke

pelayanan kesehatan. Jelaskan pada petugas kesehatan lokasi pasien,

keadaan pada saat tidak sadarkan diri, dan minta kirimkan pertolongan

medis segera.

4. C (Compression) : Kompresi

Setelah meminta pertolongan, ingat pada dasarnya Golden Time

bagi pasien henti jantung adalah 10 menit. Penolong langsung

mlakukan kompresi dada pada pasien hingga pertolongan medis

datang. Kompresi dada dilakukan dengan ketentuan :

a. Kecepatan kompresi dada : 100 – 120 / menit.

b. Kedalaman kompresi dada : minimum 2 inchi (6 cm) rata – rata.

C. MEDIA PEMBELAJARAN

1. Teori Media Pembelajaran

a. Media pembelajaran.

AECT (Association of Education and Communication

Technologi, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan

atau informasi. Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975)

menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara

fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang

10
terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera,

video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik,

televise, dan computer (Azhar Arsyad, 2009: 3). Jadi, media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi. (Arief S. Sadiman, 2003:6).

Dengan demikian, media pengajaran adalah semua bahan dan alat

fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan

pengajaran dan memfasilitasi presentasi terhadap sasaran atau

tujuan pengajaran (Dina Indriana, 2011:16).

b. Poster

Salah satu sarana yang digu nakan untuk menyampaikan

sebuah pesan baik itu informasi ataupun pendapat yang

disampaikan melalui sebuah kerats yang sudah didesain

sedemikian rupa dan nantinya akan dipasang di tempat umum.

Selain dianggap sebagai media atau alat pbliaksi untuk

menyampaikan pesan, poster juga merupkan salah satu sebuah

karya seni atau desain grafis dan multimedia juga banyak yang

mempelajari tentang poster dikarenakan poster memberikan tarikan

baik itu perhatian dan pengaruh yang kuat dalam menyampaikan

pesan kepada orang – orang disekitar.

11
2. Penyuluhan Kesehatan Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanganan

Kegawatdaruratan

Penelitian Mohan Kaviraj, 2015 didapatkan penelitian tingkat

pengetahuan dengan hasil, bahwa seluruh usia dewasa muda 17-23

tahun memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan usia dewasa tua

usia 24-49 tahun 58,8% pengetahuan baik, 40,9% pengetahuan sedang

dan 2,3% pengethuan buruk. Pada usia lanjut diatas 50 tahun terdapat

31,78% pengetahuan baik, 48,8% pengetahuan sedang 19,50%

pengetahuan buruk. Tabulasi silang antara pendidikan dengan tingkat

pengetahuan didapatkan hasil tingkat pengetahun baik di dominasi dari

tingkat pendidikan tamat SMA 37,2%.

Teori dari Green (1991 yang dikutip dalam Notoatmojo 2010)

pengetahuan ialah salah satu faktor yang mempermudah terjadinya

perubahan perilaku pada masyarakat.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Pengetahuan
Karang Penyuluhan masyarakat
Taruna dengan media tentang
Poster Pertolongan
pertama pada
korban Henti
Jantung
Karakteristik:
 Usia
 Jenis
Kelamin
 Pendidikan
 Pekerjaan

B. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan tentang Pertolongan Pertama pada Korban Henti

Jantung.

H1: Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan tentang Pertolongan Pertama pada Korban Henti

Jantung.

13
C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi
Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
Independen
Penyuluhan menggunakan Pemberian informasi kepada masyarakat Penyuluhan Poster Dilakukan penyuluhan sesuai -
media poster menggunakan media poster yang dengan media prosedur
dilakukan secara manual oleh masyarakat poster
untuk melihat prosedur Pertolongan
Pertama pada Korban Henti Jantung
Dependen
Pengetahuan Segala informasi yang diketahui Wawancara Kuisioner Dinyatakan dari Ordinal
masyarakat tentang pertolongan 0 = kurang,
pertama henti jantung yang telah 1= cukup,
diberikan edukasi terstruktur dalam 2 = baik
pelatihan
Karakteristik
Jenis kelamin Wawancara Kuisioner 0= laki-laki Ordinal
1=perempuan
Pendidikan Pengalaman belajar formal yang Wawancara Kuisioner 0 = pendidikan dasar (SD- Ordinal
diselesaikan berdasarkan ijazah terakhir SMP)
1 = pendidikan menengah
(SMA)
2 = pendidikan tinggi
(Dipolma/S1)
Usia Umur responden saat penelitian Wawancara Kuisioner Skor usia Rasio
Pekerjaan Kegiatan rutinitas yang dilakukan untuk Wawancara Kuisioner 0=Tidak bekerja Ordinal
mendapatkan imbalan 1=Bekerja

14
D. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui hubungan pertisipasi pemuda karang taruna terhadap penggunaan media

poster pertolongan pertama pada korban henti jantung. Rancangan desain digambakan

skema berikut;

R1 O1 x O2

Keterangan :

1. R1 = Pemilihan responden untuk aplikasi poster

2. O1 = Pengukuran pengetahuan sebelum intervensi

3. X = Intervensi

4. O2 = Pengukuran hasil responden setelah diberikan intervensi

E. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemuda karang taruna yang

berada di wilayah Bengkulu Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

pemuda karang taruna yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria inklusi penelitian

adalah pemuda yang berusia 17 – 25 tahun, bekerja, dan berminat untuk menjadi

sampel. Kriteria ekslusi sampel penelitian adalah : masyarakat dengan dan tidak

mengikuti pelatihan hingga selesai.

Perhitungan sampel penelitian ini menggunakan rumus :


2
𝑍1−𝛼/𝑠P(1-P)
𝑛=
𝑑2

Keterangan :

15
N = Jumlah sampel
Z1-α/s = Standar normal deviasi untuk α (1,96)
P = Prediksi proporsi berdasarkan literature atau hasil pilot study( 0,2)
D = Deviasi dari prediksi proporsi atau presisi absolute (0,15)

Maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan penelitian

ini adalah :

Z21-α/s P(1-P)
n=
d2

(1,962 ) (0,2)(1 − 0,2)


n=
(0,152 )

𝑛 = 27, 32−→ 28

Jadi, jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 28 orang sampel

Kriteria :

a. Bisa baca

b. Usia 17 – 25 tahun

c. Bersedia mengikuti pelatihan

d. Koorperatif

F. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Bengkulu Tengah

G. ETIKA PENELITIAN

Peneliti mempertimbangkan etika dan legal penelitian untuk menjamin

perlindungan bagi responden dan terhindar dari segala bahaya dan ketidaknyamanan

fisik, psikologis. Prinsip-prinsip etik yang harus dipertahankan dalam melindungi

hak-hak responden dalam penelitian meliputi self determinan, privacy, anonimity dan

confidentiality, benefience, maleficience, justice.

16
Prinsip Self Determinan dalam penelitian ini dijaga dengan memberikan

kebebasan pada responden untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi dan

menolak berpartisipasi dalam penelitian tanpa ada paksaan. Prinsip Privacy,

anonimity dan confidentiality ini digunakan untuk menjamin kerahasiaan identitas

responden, menjaga informasi yang diberikan responden tidak akan digunakan untuk

hal diluar kepentingan penelitian dengan tidak mencantumkan nama tetapi hanya

menggunakan inisial nama dan kode responden.

Prinsip beneficience merupakan prinsip yang menjamin bahwa penelitian ini

bermanfaat untuk kedua belah pihak. Responden akan mendapatkan manfaat dari

adanya penyuluhan yang dilakukan peneliti. Prinsip maleficience menjamin bahwa

penelitian ini tidak akan menimbulkan ketidaknyamanan, menyakiti atau

membahayakan responden baik secara fisik atau psikologis. Prinsip Justice dalam

penelitian ini dengan menjamin hak-hak responden yang patut diterimanya secara adil

sesuai yang ditetapkan peneliti dan responden.

H. ALAT PENGUMPUL DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu :

a. Poster

Poster ini berisi tentang algoritma atau langkah –langkah pertolongan pertama

pada korban henti jantung

b. Kuisioner pengetahuan

Kuisioner ini berisi pertanyaan yang akan menjadi penilaian tingkat pengetahuan

pemuda karang taruna tentang pertolongan pertama pada korban henti jantung.

I. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

17
1. Data karakteristik responden dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian

kuisioner

2. Data pengetahuan dan partisipasi responden dalam peningkatan pengetahuan

pertolongan pertama pada korban heni jantung dikumpulkan melalui kuisioner

yang dibuat peneliti

J. PROSEDUR PELAKSANAAN

Adapun pelaksanaan penelitian adalah Responden diberikan pendidikan

kesehatan tentang kegawatdaruratan dan pemberian pertolongan pertama pada korban

henti jantung melalui media poster. Setelah penelitian klien diberikan kuisioner post

test setelah penyuluhan melalui poster.

K. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan data

Data diolah dalam empat tahapan yaitu editing, coding, processing

dan cleaning. Tahap Coding dilakukan setelah proses editing, merupakan tahap

pengkodean setiap data huruf menjadi angka. Pengkodean pada karakteristik

responden untuk memudahkan memasukkan data dan mempercepat proses analisa

data. Tahap prosesing dilakukan setelah semua data di berikan

kode dan dimasukkan kedalam program komputer. Tahap terakhir

adalah cleaning yang dilakukan dengan mengecek ulang data untuk

mengetahui apakah data ada yang hilang atau salah satu tidak lengkap saat

memasukkan.

2. Analisis data

18
Analisis data untuk variabel numerik seperti usia, sosial ekonomi, frekuensi

kunjungan, penghasilan, pengetahuan, status kesehatan. Variabel data kategorik

seperti pendidikan, dukungan keluarga, dijelaskan dengan tabel distribusi

frekuensi dengan presentasi masing-masing kelompok.

Analisis Bivariat merupakan analisis dua variabel independen dan dependen

yang ditujukan untuk mengestimasi hubungan atau perbedaan. Analisis bivariat

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan partisipasi pemuda karang taruna

terhadap penggunaan media poster pada pertolongan pertama kegawatdaruratan

korban henti jantung. Untuk menentukan jenis uji statistik yang tepat maka

dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas. Data yang tidak berdistribusi

normal akan digunakan uji ststistik alternatif yang tepat sesuai jenis data. Untuk

menguji hipotesis penggunaan media poster untuk mnurunkan angka kematian

akibat henti jantung.

19

Anda mungkin juga menyukai