Anda di halaman 1dari 36

PENINGKATAN PENGETAHUAN SAFE COMMUNITY TENTANG

BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENANGANAN PERTAMA


PADA HENTI JANTUNG DI MASYARAKAT
KEL. PAYO LEBAR RT/RW 029/001

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:
Chantika septidianti (G1B118010)

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Bantuan Hidup dasar merupakan sekumpulan intervensi yang bertujuan


untuk mengembalikan dan mengembangkan dan mempertahankan organ vital
pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian
kompresi dada dan bantuan nafas. Kodisi gawat darurat trauma atau non
trauma yang mengakibatkan henti nafas, henti jantung, kerusakan organ atau
pendarahan kegawatdarurat bisa terjadi dimana saja biasanya berlangsung
secara cepat dan tiba-tiba kita tidak bisa memprediksinya kapan itu terjadi.1
Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa negara
baik didalam rumah sakit atau diluar rumah sakit. Pada saat terjadi henti
jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Berhenti nya sirkulasi ini
akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ-organ kekurangan oksigen.
Pernafasan yang terganggu dan tersengal-sengal merupakan tanda awal
terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar dapat dilakukan oleh siapa saja bukan hanya tenaga
kesehatan, tetapi dengan syarat orang tersebut telah memiliki pengetahuan
dasar terhadap bantuan hidup dasar dan juga keterampilan dalam melakukan
bantuan hidup dasar. Pertolongan yang tepat dalam menagani kasus
kegawatdaruratan adalah bantuan hidup dasar ( Basic Life support) Semua
lapisan masyarakat seharusnya diajarkan tentang bantuan hidup dasar terlebih
lagi bagi para pekerja yang berkaitan dengan pemberian pertolongan
kesehatan di manapun dia berada.
Tujuan utama dari BHD salah satu tindakan oksigenisasi darurat
untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-
oksigenisasi ke jaringan tubuh. Selain itu, ini merupakan usaha pemberian
bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenisasi tubuh secara
efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau
telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan
tindakan bantuan hidup lanjutan.
American Heart Association (AHA) mengeluarkan statistik terbaru
bersumber dari hasil konsorsium jantung Epistry dan pedoman resusitasi
jantung menunjukkan bahwa angka kejadian henti jantung masih tinggi di
seluruh negara dunia. Sebesar 359.400. kejadian henti jantung yang terjadi
diluar rumah sakit pada tahun 2013 diamerika, sedangkan pada tahun 2012
didapat kan angka 382.800 kejadian henti jantung diluar rumah sakit. Kejadian
OHCA Dibeberapa negara yang bergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya
indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni 60.000 kasus (Hock, Pin, &
Alhoda,2014). Sedangkan jumlah prevalensi penderita henti jantung
diindonesia tiap tahunnya belum didapatkan data yang jelas, namun
diperkirakan sekitar 10 ribu warga, yang berarti 30 orang perhari kejadian
terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner (Depkes, 2006)
Bantuan hidup dasar (BHD) atau basic life support adalah dasar untuk
menyelamatkan nyawa ketika terhadap henti jantung pada seseorang. Aspek
dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap henti jantung
mendadak dan aktivasi system tanggap darurat, Cardio Pulmonary
Resusciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).2
Henti jantung mendadak adalah hilangnya fungsi jantung pada
seseorang secara tiba-tiba yang mungkin atau tidak mungkin telah didiagnosis
penyakit jantung. Henti jantung mendadak terjadi ketika malfungsi sistem
listrik jantung dan kematian terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berkerja
dengan benar hal ini mungkin disebabkan oleh tidak normal atau tidak
teraturnya irama jantung (aritmia)
Masyarakat harus mengetahui bagaimana teknik melakukan RJP.
Mengingat bahwa kondisi gawat darurat banyak ditemukan oleh orang awam.
Sehingga, penting bagi orang awam atau masyarakat untuk mengetahui dan
memahami teknik RJP tersebut. Jika suatu saat mendapati kondisi
kegawatdaruratan baik di jalan ataupun dirumah, seperti henti nafas dan henti
jantung orang awam tersebut dapat memberikan pertolongan RJP sehingga
dapat mengupayakan korban dapat bertahan hidup.3
Insiden henti jantung yang cukup tinggi inilah yang mendasari
pentingnya pengetahuan tentang penatalaksanaan awal pasien henti jantung
dengan penerapan bantuan hidup dasar (BHD). PenataLaksanaan yang
meliputi pengenalan dan akses segera ke pelayanan gawat darurat, segera
lakukan RJP, segera defibrilasi dan segera perawatan lebih lanjut adalah
kesatuan yang digunakan untuk mengoptimalkan harapan hidup pasien. Faktor
pertama yang menjadi penentu keberhasilan resusitasi jantung pada pasien
henti jantung adalah pengenalan yang cepat dan segera menghubungi
ambulance gawat darurat 119 (EMS). Pengenalan terjadinya henti jantung
yang cepat dan aktivasi segera EMS ini dapat diajarkan kepada masyarakat
melaluin program pendidikan kesehatan atau sejenisnya.
Resusitasi Jantung Paru merupakan salah satu dari bantuan hidup dasar
yang membantu jantung dapat kembali berfungsi memompa dan memperbaiki
sirkulasi darah dalam tubuh. Bantuan hidup dasar dapat dilakukan oleh
siapapun dan dilakukan sesegera mungkin pada saat awal terjadinya henti
jantung untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup.4
Kejadian henti jantung dapat terjadi setiap saat dan dimana saja siapa
saja sehingga setiap tenaga medis mengharuskan memiliki kemampuan
melakukan resuitasi jantung paru (RJP) dengan baik dan efektif begitu juga
kepada masyarakat. Bantuan hidup dasar menjadi bekal mendasar untuk
menyelamatkan jiwa seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan pertolongan pertama kepada masyarakat tentang konsep
BHD pada kondisi henti jantung dan dapat dijadikan sebagai salah satu dasar
dalam pengembangan program edukasi pada masyarakat tentang BHD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada “Hubungan Pengetahuan bantuan hidup dasar
terhadap Penanganan Pertama Pada henti jantung di masyarakat Rt/Rw
029/001”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya
Hubungan pemberian bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan resusitasi
jantung paru kepada warga Rt/Rw 029/001.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami pengetahuan masyarakat tentang bantuan hidup dasar
terhadap penanganan pertama henti jantung di masyarakat
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang
resusitasi jantung paru (RJP)
3. Terbentuknya kader Safe Community di Kel Payo lebar Di RT/RW
029/011
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan


pengetahuan kepada warga tentang Hubungan pengetahuan
bantuan hidup dasar. Mengeksplor sejauh mana pengetahuan
masyarakat tentang batuan hidup dasar.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi institusi pendidikan
keperawatan adalah sebagai sumber referensi dan sumber bacaan.
1.4.3 Manfaat Bagi Profesi Perawat
Manfaat yang dapat diperoleh bagi profesi perawat adalah dapat
memberikan motivasi dan penyuluhan terhadap profesi kepada masyarakat
awam tentang bantuan hidup dasar.
1.4.4 Manfaat Bagi fasilitas Pelayanan Kesehatan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi fasilitas pelayanan kesehatan
adalah untuk menyebarluaskan informasi tentang bantuan hidup dasar
untuk masyarakat dan menurunkan kecacatan hingga kematian pada pasien
henti jantung di luar pelayanan kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Jantung

2.1.1 Anatomi Jantung

Sistem Kardiovaskuler adalah system yang menjelaskan tentang


sirkulasi yang terjadi pada tubuh manusia, sirkulasi yang baik dapat kita
lihat dari komponen, didalamnya dalam kondisi yang baik besar jantung
pada orang dewasa 250-360 gr letak jantung berada di rongga
mediastinum medialis sebelah kiri, dibelakang sternum, didepan dari
tulang belakang dan diatas diagfragma serta dikelilingi oleh paru-paru
kanan dan kiri. Dari struktur jantung itu terdiri dari garis yang biasa
disebut lurik otot, pola ultra strukturnya juga mirirp dengan otot lurik,
sehingga apabila dilihat secara mikroskopik itu terlihat jelas ada sel
bercabang berhubungan bebas membentuk 3 jaringan kompleks dimensi.5

Sel otot jantung mempunyai karakteristik yang tidak biasa, yang


sebagian besarnya dimiliki membrane el atau sarkolema, untuk memompa
secara efektif, otot jantung harus berkontraksi sebagi unit tunggal. Agar
otot jantung berkontraksi secara stimulant, jantung berkontraksi tanpa
menggunakan jaringan saraf yang banyak, sehingga apabila terdapat
kontraksi maka impuls akan dihantarkan dari sel ke sel melalui diskus
interkalaris. Pada setiap sel miokardium membrane sekl miokardium
didekatnya terlipat rumit dan area di sekitarnya tersambung kuat, area ini
disebut distus interkalaris tempat depolarisasi di hantarkan secara sangat
cepat dari sel ke sel berikutnya.5

2.1.2 Lapisan Jantung

2.1.2.1 Luar/Perikardium

Berfungsi sebagai pelindung jantung merupakan kantong


pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan dibelakang
korpus sterni dan rawan iga II-IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan
serosa yaitu lapisan pariental dan viseral. Diantara dua lapisan ini terdapat
lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak
menganggu jantung.

2.1.2.2 Tengah/miokardium

Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.


Susunan miokardium yaitu :

a) Otot atria : sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan.
Lapisan dalam mencakup serabut-serabur berbentuk lingkaran dan
lapisan luar mencakup kedua atria

b) Otot ventrikuler : membentuk bilik jantung dimulai dari cincin


antrioventikuler sampa ke apeks jantung.

c) Otot antrioventrikuler : dinding pemisah antara serambi dan bilik


(antrium dan ventrikel)

2.1.2.3 Dalam/endokardium

Dinding dalam antrium yang diliputi oleh membran yang mengilat terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lendi ednokardium kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava.6

2.1.3 Ruang-ruang jantung

Jantung mempunyai empat rongga, yang terdiri dari dua atrium


dan dua ventrikel, dimana kedua ventrikel jantung dipisahkan oleh
septum interventriculare.

1) Atrium cordis dextrum

Atrium cordis dextrum akan menerima darah dari vena cava inferior
dari tubuh bagian inferior dan dari vena cava superior dari tubuh
bagian superior.

2) Ventrikulus cordis dexter

Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel


dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dibandingkan atrium kanan
yang terdiri dari:

a. Valvula trikuspidal

b. Valvula pulmonalis

3) Atrium cordis sinistrum

Darah yang kaya oksigen dari paru masuk ke atrium cordis sinistrum
melalui vena pulmonalis.

4) Ventrikulus cordis sinister

Dari atrium cordis sinistrum, darah akan mengalir melalui ostium


atrioventriculare sinistrum dan kemudian mengisi ventrikuls cordis
sinister7

2.1.4 Siklus Jantung

Setiap ruang jantung akan mengendur ketika jantung berdenyut.


Akibatnya ruangan jantung akan terisi darah (diastole). Darah akan
dipompa keluar ketika jantung berkontraksi (sistol). Serambi kanan dan
serambi kiri akan relaksasi dan berkontraksi secara bersamaan. Bilik
kanan dan bilik kiri juga akan berkontraksi dan relaksasi secara
bersaman.

Darah dari paru-paru masuk ke jantung melalui pembuluh balik


patu-paru (pulmonal) yang kaya oksiggen masuk ke serambi kiri. Darah
akan masuk ke dalam bilik kiri melalui katup mitral ketika serambi kiri
ini berkontraksi. Katup mitral ini akan menutup jika bilik kiri
berkontraksi, dan katup aorta akan terbuka. Selanjutnya darah yang kaya
oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh.

Darah kotor yang kaya karbondioksida akan masuk ke serambi


kanan dari seluruh tubuh melalui vena kava (vena terbesar). Darah dari
serambi kanan selanjutnya akan diodorong masuk ke serambi kanan.
Melalui katup pulmoner, darah akan mengalir dari bilik kanan menuju
arteri pulmonalis untuk dibawa ke paru-paru. Melalui pembuluh darah
yang sangat kecil, akan mengalir mengelilingi kantor udara di paru-paru-
paru untuk menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida.

Darah yang kaya oksigen akan mengalir ke serambi kiri melalui


vena pulmonalis. Sirkulasi pulmoner merupakan peredaran darah di
antara bagia kanan jantung, serambi kiri dan paru-paru. Dari serambi
kiri, darah selanjutnya diedarkan ke seluruh tubu melalui aorta.

Darah didalam tubuh manusia diedarkan melalui pembuluh darah


peredaran manusia disebut dengan peredaran darah tertutup. Peredaran
manusia juga disebut peredaran darah ganda, sebab setiap kali siklus,
darah mengalir melalui jantung sebanyak dua kali, peredaran darah
ganda terdiri dari.

1. Peredaran darah besar (sistem sirkulatoria magna) merupakan


peredaran dara yang mengalir dari bilik kiri jantung menuju ke
seluruh tubuh, kecuali paru-paru dan kembali ke jantung masuk
serambi kanan.

2. Peredaran darah kecil (sistem airkulatori parva) merupakan darah


yang mengalir dari bilik kiri kanan jantung menuju paru-paru dan
kembali ke jantung melalui serambi kiri.8

2.1.5 Daya Pompa Jantung

Selama individu masih hidup pada umurnya jantung akan memompa


darah sekitar 4,7 liter (0,25 galon) darah tiap menitnya, 284 liter (75
galon) tiap jam nya dan 57 barel setiap harinya serta 1,5 juta barel
sepanjang hidupnya. 5

2.1.6 Fisiologi Jantung

Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan keseluruh tubuh


untuk memberikasn sari-sari makanan dan O2 sehingga sel terjadi
metabolisme. Pembuluh arteri dan vena berfungsi sebagi pipa yaitu
bertugas menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan tubuh,
perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan
histoanatomi yang menunjang fungsinya masing-masing.5

Pemisah ini sangat penting karna separuh jantng kanan menerima


juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi
jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang
mengandung oksigen tinggi, jantung tediri dari beberapa ruang jantung
yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung
tersebut dibagi dua yaitu atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan
kiri. Berikut adalah fungsi dari bagian-bagian jantung yaitu :

1. Atrium

Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang


rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena kava superio, vena kava inferior, serta sinus koronarius, yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudia darah di pompakan ke
ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan akan
menerima darah ke oksigen dari tubuh melalui vena kava superior
(kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava ( kaki dan dada
lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang
menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan
cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup triskuspid yang
memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
membiarkan darah ke oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir
ke ventrikel kanan.

Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri dan selanjutnya keseluruh tubuh melalui aorta. Atrium
kiri menerima darah yang ada oksigen dari paru-paru melalui vena
paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh mode sinoatrial kemajuan
melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.

2. Ventrikel
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima
darah ke oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju
ke arteri tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan
darah setelah ventrikel penuh mereka. Sebagai kontrak ventrikel
kanan menutup katup trikuspid mencegah darah dari dukungan ke
atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah
mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.

Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan


ke seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang
mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati
katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta ditutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,
menutup katup mitral dan katup aorta terbuka penutupan katup mitral
mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup
aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan akan dihantarkan
ke seluruh tubuh.

3. Siklus jantung dan peredaran darah jantung

Siklus jantung termasuk bagian dari fisiologi jantung itu sendiri,


jantung ketika bekerja secara selang seling berkontraksi untuk
mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka
mengisi darah kembali, siklus jantung terdiri atas periode sistol
(kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi
dan pengisian jantung)

Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah.


Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik
jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah
repolarisasi atau tahapan otot relaksasi jantung. Peredaran darah
jantung terdiri dari peredaran darah besar dan juga peredaran darah
kecil. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh)
masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena
kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh,
telah diambil O2 –nya dan ditambahi dengan CO2

Darah yang sedikit akan oksigen mengalir dari atrium kanan


melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui
arteri pulmonalis ke paru. Dengan begitu, sisi kanan jantung
memompa darah yang sedikit akan oksigen ke sirkulasi paru. Di
dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar
dan dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.

4. Metabolisme otot jantung

Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia


untuk berkerja, energy utama berasal dari metabolisme asam lemak
dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama
laktat dan glukosa. Proses metabolisme jantung adalah aerobic yang
membutuhkan oksigen.

5. Pengaruh ion pada jantung

a. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES


menyebabkan jantung dilatasi, lemah, dan frekuensi lambat

b. Pengaruh ion kalsium : kelebihan ion kalsium, menyebabkan


jantung berkontraksi spastis.

c. Pengaruh ion natrium : menekan fungsi jantung

6. Elektrofisiologi sel otot jantung

Aktivitas listrik jantung adalah akibar dari perubahan permeabilitas


membrane sel. Seluruh proses aktivitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial adalah :

a. Fase istirahat bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan


bagian luar bermuatan positif

b. Fase depolarisasi (cepat) : disebabkan meningkatnya


permeabilitas membrane terhadap natrium, sehingga mengalir
dari luar ke dalam

c. Fase polarisasi parsial setelah depolarisasi terhadap sedikit


perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga
bermuatan positif dalam sel menjadi kurang

d. Fase plato (keadaan stabil) fase depolarisasi diikuti keadaan


stabil dengan keadaan yang lumayan lama sesuai masa
refraktor absolute miokard

e. Fase repolarisasi (cepat) kalsium dan natrium berangsur-angsur


tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat
meningkat.

7. Sistem konduksi jantung

Sistem konduksi jantung bukan merupakan suatu sistem tunggal tapi


merupakan sistem sirkuit yang cukup kompleks yang terdiri dari sel
yang identik. Seluruh sek miosit di dalam system konduksi jantung
memiliki beberapa kesamaan yang membedakan dengan sel otot yang
berkerja untuk fungsi pompa pada manusia, komponen yang berfungsi
pada sistem konduksi jantung dibagi menjadi sistem yang berfungsi
untuk menghasilkan impuls dan sistem yang berfungsi untuk
menjalankan impuls. Hal ini terdiri dari nodus sinoatrial (nodus SA),
nodus atrioventrikuler (nodus AV), dan jaringan konduksi cepat
(sistem His-Purkinje)

Anulus fibrosus diantara atria dan ventrikula memisahkan ruangan-


ruangan ini baik secara anatomis maupun elektris. Untuk menjamin
rangsang ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung. Terdapat
konduksi khusus dalam miokaridum, jaringan konduksi ini memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Otomatosasi : kemampuan menghasilkan impuls secara
spontan

b. Ritmisasi : pembangkitan impuls secara teratur

c. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan impuls

d. Daya rangang : kemampuan untuk menanggapi stimulasi.

Karena sifat-sifat ini jantung mampu menghasilkan secara spontan dan


ritmis impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem penghantar untuk
merangsang miokardium dan menstimulir kontraksi otot. Impuls jantung
biasanya dimulai dan berasal dari nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA ini
disebut sebagai pemacu alami dari jantung, Nodus SA terletak di dinding
posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior.

Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA node terus menjalar ke AV


node, Berkas His, cabang kiri dan kanan, serabut purkinje, dan akhirnya
sampai ke otot ventrikel jantung. Arus listrik yang menjalar dari SA node ke
berkas His membentuk Interval PR, arus listrik dari cabang berkas sampai
serabut purkinje membentuk komplek QRS. Durasi normal interval tidak lebi
dari 5 kotak kecil (kk), dan kompleks QRS tidak lebih dari 3 kotak kecil
(kk)5.

c.1 Cardiac Arrest

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak dan tiba-
tiba, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit
jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi
dengan sangat cepat begitu gejala dan tampak. Cardiac arrest adalah
penghentian sirkulasi darah normal akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif.9

Bahwa dapat kita simpulkan bahwa henti jantung atau Cardiac arrest
adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak dan tiba-tiba untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen
ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi
secara efektif.

c.2 Faktor Predisposisi

1. Adanya jejas dijantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh


sebab lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena
sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami
serangan jantung adalah periode resiko tinggi untuk terjadinya
Cardiac arrest pada pasien dengan penyakit atherosclerotic.

2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena sebagai sebab


(umumnya dikarenakan tekanan darah tinggi, kelainan jantung)
membuat seseorang cenderung untuk terkena Cardiac Arrest

3. Seseorang yang sedang mengkosumsi obat-obatan untuk jantung ;


karena beberaps kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung
(anti aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan
berakibat cardiac arrest Kondisi seperti ini disebut proarrythmic
effect pemakaian obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan
kadar potasium dan magnesium didalam darah (misalnya
penggunaan diuretik) juga menyebabkan aritmia yang mengancam
jiwa dan cardiac arrest.

4. Kelistrikan yang tidak normal ; beberapa kelistrikan jantung yang


tidak normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma
gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan Cardiac arrest
pada anak dan dewasa muda.

5. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya


diarteri koronari dan aorta) seing menyebabkan kematian pada
dewasa muda. Pelepasan adrenalin ketika berolahraga atau
melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya
Cardiac arrest apabila dijumpai kelainan yang serupa.9

Cardiac arrest akan berakibat aliran darah yang efektif berhenti, hipokasia
jaringan, metabolisme anaerobik, dan terjadi akumulasi sisa metabolisme
sel. Fungsi organ terganggu, dan kerusakan permanen akan timbul, kecuali
resusitasi dilakukan dalam hitungan menit (tidak lebih dari 4 menit).
Acidosis dari metabolisme anaerobik menyebabkan vesodilatasi sistemik,
vasokonstriksi pulmoner, dan penurunan respons terhadap katekolamin6

c.3 Tanda-tanda Cardiac Arrest

Tanda-tanda cardiac arrest menurut diklat Ambulans Gawat Darurat


118 (2010) yaitu :

a. Ketiadaan respon : Pasien tidak berespon terhadap rangsangan


suara, tepukan dipundak ataupu cubitan.

b. Ketiadaan pernafasan normal : tidak terdapat pernafasan normal


ketika jalan pernafasan dibuka

c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis,


radialis)9

c.4 Proses Terjadinya

Kebanyakan korban-korban henti jantung diakibatkan oleh


timbulnya artimia: Fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT),
aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol (Diklat Ambulans Gawat
Darurat 118,2010).

a. Febrilasi Ventrikel

Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian


mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi
kontraksinya. Jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini
tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock
atau defibrilasi

b. Takhikardi Ventrikel

Mekanisme penyebab terjadinya takhikardi ventrikel biasanya


karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan Impuls) atau
pun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat
akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek,
akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga
curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik
stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamkan.
Pada kasus VT dengan gangguan hemodinamik sampai terjadi henti
jantung (VT tanpa nadi), Pemberian terapi defibrilasi dengan
menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.

c. Pulseless Electrical Activity (PEA)

Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak


menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi
tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi
tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus
disegerakan.

d. Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada


jantung dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis
lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah
CPR.9

c.5 Prognosis

Kematian otak dan kematian permanen dapa terjadi hanya dalam


jangka waktu 8 sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti
jantung (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118,2010). Kondisi ini dapat
dicegah dengan pemberian resusitasi jantung paru dan defibrilasi segera
(sebelum melebihi batas maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak),
untuk secepat mungkin mengembalikan fungsi jantung normal. Resusitasi
jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5sampai 7 menit dari
korban mengalami henti jantung, akan memberikan kesempatan korban
untuk hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45%.9
4.1 Konsep Resusitasi Jantung Paru

4.1.1 Definisi Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem


pernapasan, peredaran darah dan saraf yang terganggu ke fungsi yang
optimal sehingga muncul istilah resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi
jantung paru dibagi dalam 3 tahap, yaitu 1) Bantuan hidup dasar (BHD);
2)Bantuan hidup lanjut; 3)Bantuan hidup jangka panjang. Bantuan hidup
dasar adalah usaha untuk memperbaiki atau memelihara jalan nafas,
pernapasan dan sirkulasi serta kondisi darurat yang terkait. Bantuan hidup
dasar terdiri dari penilaian awal, penguasaan jalan nafas, ventilasi
pernapasan dan kompresi dada.10

4.1.2 Resusitasi Jantung Paru

Seperti semua aspek kegawat daruratan medis, penting untuk


mempelajari dasar RJP Secara sistematis. Bila seseorang ditemukan tidak
responsif, hal berikut harus dilakukan dengan cepat dan berurutan.11

1. Menilai respon, jika tidak responsif, Maka

2. Cari bantuan dengan mengaktifkan sistem pelayanan medis darurat


setempat

3. Meminta defibrilator (jika ada)

4. Posisikan korban dan buka jalan napas (pertahankan imobilisasi


tulang belakang serviks jika trauma berpotensi terjadi)

5. Menilai pernapasan, jika tidak ada pernapasan, Maka

6. Berikan bantuan pernapasan

7. Menilai sirkulasi, jika tidak ada denyut nadi

8. Mulailah kompresi dada tertutup dan lanjutkan ventilasi, gunakan


defibrilator jika tersedia
4.1.3 Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri
Setelah ditemukan korban yang Kolaps, tindakan medis pertama harus
dilakukan adalah menilai korban dan menentukan apakah korban yang sakit
atau terluka, pastikan bahwa tempat kejadian aman untuk penolong dan orang
yang berada di dekatnya, dan kumpulkan kesan awal tentang situasi ini.
Sebelum penolong mencapai korban, terus gunakan, terus gunakan indera
untuk mendapatkan kesan awal tentang penyakit atau cedera dan kenali apa
yang mungkin salah. Informasi yang dikumpulkan membantu menentuka
tindakan langsung penolong. Apakah korban terlihat sakit? Apakah korban
sadar atau bergerak? Carilah tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan
keadaan darurat yang mengancam jiwa seperti ketidaksadaran, warna kulit
abnormal atau pendarahan yang mengancam jiwa. Jika ada pendarah yang
mengancam jiwa, gunakan sumber daya yang tersedia untuk mengendalikan
pendarah termasuk tourniquet jika tersedia dan penolong terlatih.11
Begitu korban tercapai, evaluasi tingkat responsif korban. Ini terlihat
jelas dari kesan awal misalnya, korban bisa berbicara dengan penolong, atau
korban mungkin mengeluh, menangis, membuat suara lain atau bergerak. Jika
korban responsif, mintalah persetujuan korban, yakinkan korban dan coba cari
tahu apa yang terjadi. Jika korban tersebut diam dan tidak bergerak, dia
mungkin tidak responsif. Untuk memeriksa responsif, tepuk bahu korban dan
berteriak, "Apakah Anda baik-baik saja?" Gunakan nama orang itu jika
penolong mengetahuinya. Berbicara dengan keras. Selain itu, gunakan AVPU
untuk membantu menentukan tingkat kesadaran korban.11
a. Level of conciousness (Tingkat kesadaran)
Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat
kesadaran si korban :
A- Alert /Awas : Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin
masih dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi.

V- Verbal/suara : Kondisi dimana korban merespon terhadap


rangsangan suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus
memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian
pada tahap ini.
P- Pain/Nyeri : Kondisi dimana korban merespon terhadap
rangsangan nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsangan nyeri
dapat diberikan melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau
penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan
pada tulang sternum/tulang dada. Namun, Pastikan bahwa tidak ada
tanda cidera didaerah tersebut seblum melakukannya.
U- Unresponsive/tidak respon : Kondisi dimana korban tidak
merespon semua tahapan yang ada diatas.
b. Airway – Breathing – Circulation (Jalan napas – pernapasan –
sirkulasi)
Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi
keadaan jalan napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi
telentang. Jika korban tertelungkup, penolong harus
menelentangkannya dengan hati-hati dan jangan sampai membuat
atau memperparah cidera korban. Pada korban yang tidak sadarkan
diri dengan mulut menutup terdapat metode untuk membuka jalan
napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique (teknik tekan dahi/angkat
dagu) dengan menekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati
posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher
dan Jaw-thrust meneuver (manuver dorongan rahang) yang
dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang
belakang pada korban. Lalu mebuka mulut korban. Metode ini yang
biasa dikenal dengan Triple Airway Manuever

Gambar 1. Triple airway manuever (Head-tilt, chin-lift,


jaw-thrust)
Cara melakukannya dengan berlutut diatas kepala pasien,
lalu menumpukkan siku pada lantai, meletakkan tangan pada tiap
sisi kepala, meletakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang
dengan ibu jari berada disekitar mult, lalu angkat rahang keatas
dengan jari-jari dan ibu jari membuka mulut dengan mendorong
dagu kea depan sambil mengangkat rahang. Pastikan tidak
menggerakkan kepala atau leher korban ketika melakukannya.
Evaluasi napas dan nadi karotis (nadi leher) korban secara
bersamaan /silmutan kurang lebih selama 5 detik atau tidak lebih
dari 10 detik. Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik
turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan pipi udara
yang dihembuskan oleh korban. Lakukan pengecekan nadi meraba
arteri karoti yang ada di leher dengan meletakkan 2 jari di bawah
sudut rahang yang ada di sisi penolong.
4.1.4 Hasil pemeriksaan awal

Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang


korban apakah si korban hanya mengalami pingsan, henti napas bahan
henti jantung.
b. Henti napas

Jika korban tidak bernapas tetapi didapatkan nadi yang adekuat,


maka pasien dapat dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah
awal yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan
darurat, kemudian penolong dapat memberikan bantuan napas. Pastikan
jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas setiap 5-
6 detik dengan durasi 1 detik untuk tiap pemberian napas. Terdapat 3
cara memberikan ventilasi yaitu dengan mounth-to-mouth ventilation,
pocketmask ventilation, bag valve mask resuscitation.
Gambar 2. Pocket Mask Ventilation
Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas.
Periksa nadi setiap 2 menit. Pemberian napas baru dilanjutkan hingga
korban mulai bernapas dengan spontan, penolong terlatih tiba, nadi korban
menghilang dimana pada kasus ini penolong harus memulai RJP dan
pasangkan AED bila tersedia serta apabila keadaan lingkungan menjadi
tidak aman.
c. Henti jantung

Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respons,
maka pasien dapat dikatakan henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan
darurat dan menghubungi pusat layanan kesehatan darurat terdekat.
Kemudian segera melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Letakkan korban pada permukaan datar dan keras
untukmemastikan bahwa korban mendapat penekanan yang
adekuat.
2. pastikan bagian dada korban terbuka untuk menyakinkan
penempatan tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
3. Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu
pangkal tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan
tangan yang lain diatas tangan yang tertumpu tersebut.
4. Lengan harus 90 derajat terhadap dada korban , dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas
5. Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm
6. selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dnding dada
diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya
semula (rekoil penuh)
7. berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap
pemberian napas. Pastikan dada mengembang untuk tiap
pemberian bantuan napas.
8. untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP,
disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-
menerus.

Gambar 3 Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Apabila perangkat automed external defibrilator (AED) Telah
tersedia , maka segera dipasangkan. AED adalah alat elektronik portable
yang secara otomatis dapat menganalisis ritme jantung pasien dan dapat
melakukan defibrilasi. AED dapat mengindikasikan pemberikan defibrilasi
pada dua keadaan distritmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan
ventricular tachycardi (VT) cara menggunakan AED dijelaskan sebagai
berikut.
1) Nyalakan alat AED
2) Pastikan dada pasien terbuka dan kering
3) Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk
korban dewasa dan anak dengan usia diatas 8 tahun atau dengan
berat diatas 55 pound (di atas 25 kg). Tempatkan satu pad di dada
kanan atas dibawah tulang selangka kanan, dan tempatkan pad
yang lain di dada kiri pada garis tengah ketiak, beberapa inci di
bawah ketiak kiri.
4) Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze
5) Beritahu pada semua orang dengan menyebutkan “clear” sebagai
tanda untuk tidak menyentuh korban selama AED menganalisi. Hal
ini dilakukan agar analisis didapatkan akurat.
6) Ketika “clear” disebutkan, penolong yang bertugas untuk
melakukan RJP harus menghentikan penekanan dada dan
mengangkat tanganya beberapa inci diatas dada. Tapi masih berada
pada posisi untuk bersiap melanjutkan penekanan dada segera
setelah kejut listrik diberikan atau AED menyarankan bahwa kejut
listrik tidak diindikasikan.
7) Amati analisi AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik
apabila diperlukan. Pastikan tidak ada seorangpun yang kontak
dengan pasien. Siapkan penolong pada posisi untuk siap
melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan.
8) berikan kejut listrik dengan menekan tombol “Shock” bila ada
indikasi
9) Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada
dan lakukan selama 2 menit (sekitar 5 siklus) hingga AED
menyarankan untuk melakukan analisi ulang, adanya tanda
kembalinya sirkulasi spontan, atau anda diperintahkan oleh ketua
tim atau anggota terlatih atau berhenti.
4.3 Fisiologi Resusitasi Jantung Paru
a. Fase Kompresi dada
Memahami fisiologi perfusi kardio serebral selama RJP sangat
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas setelah serangan
jantung. Setiap kompresi dada, tekanan intrathoracic meningkat, dan
jantung terjepit diantara tulang dada dan tulang belakang. Dengan setiap
kompresi, tekanan aorta dan tekanan atrium kanan meningkat, dengan
tekanan atrium kanan yang serupa atau kadang-kadang lebih tinggi dari
tekanan sisi kiri. Darah diteruskan dari jantung yang tidak berdetak ke arah
otak, arteri koroner, dan seluruh tubuh karena adanya katup 1 arah di
dalam jantung dan perbedaan tekanan antara toraks dan daerah non-toraks.
Selama fase ini, intra cranial pressure (ICP) atau tekanan intra kranial
meningkat sehingga meningkatkan resistansi terhadap perfusi serebral.
Kenaikan dan penurunan ICP selama RJP merupakan akibat sekunder dari
perubahan tekanan intrathoracic yang ditransduksi melalui pleksus vena /
epidural paravetebral dan cairan tulang belakang. Tekanan atrium kanan,
ventrikel kanan, dan arteri pulmonalis meningkat secara paralel setiap
kompresi. Selama RJP tekanan perfusi arteri koroner umumnya dihitung
sebagai perbedaan antara tekanan aorta dan tekanan sisi kanan. Dengan
demikian, Tekanan sisi kanan yang tinggi selama RJP juga membatasi
tekanan perfusi koroner.11
b. Fase Dekompresi dada
Selama fase dekomprsi, jantung diisi ulang setelah dikosongkan
dari kompresi dada sebelumnya. Terutama selama RJP ketika dinding dada
rekoil memberikan satu-satunya kekuatan yang mampu menarik darah
kembali ke sisi kanan jantung. Efek ini mungkin lebih di tekankan pada
individu yang mengalami keluhan rekoil dada. Termasuk korban dengan
tulang rusuk yang patah. Selain meningkatkan kembali vena ke jantung,
ICP berkurang selama fase dekompresi. Setiap kali dinding dada rekoil,
ICP menurun berdasarkan mekanisme transferensi tekanan yang sama
yang meningkatkan ICP selama fase kompresi. Perubahan ICP selama fase
kompresi dan dekompresi membantu menentukan tingkat perfusi serebral
selama RJP.11

4.4 Komplikasi
Pengetahuan terhadap BHD itu sangat penting untuk diketahui hal
ini dikarenakan banyaknya kejadian henti napas dan henti jantung yang
terjadi di komunitas. Banyak korban dengan henti jantung yang tidak
mendapatkan penanganan awal dengan baik pada saat di komunitas atau
diluar rumah sakit. Hal ini dikarenakan banyak orang yang belum paham
tentang hal yang harus dilakukan pada korban henti jantung dan henti
napas. Penolong disekitar tempat kejadian sangatlah berperan penting
dalam menentukan hasil akhir dari korban nantinya. Selain kecepatan
dalam memberikan pertolongan, ketepatan juga memiliki peran penting
dalam hal ini. Banyak hal yang bisa terjadi apabila korban sudah
menapatkan pertolongan pertama namun, pertolongan yang diberikan
tidak. Hal ini tentunya dapat memperburuk kondisi pasien. Komplikasi
yang dapat terjadi, pada saat melakukan kompresi pada korban seperti
patah tulang dada, pneumothorax, hematothorax, luka dan memar pada
paru-paru, luka pada hati dan limfa Kejadian gawat darurat dapat
BHD dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang
memerlukan pertolongan segera karena apabila tidak mendapat
pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau
menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering
terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti
napas dan henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya
patah tulang, pendarahan, kasus stroke dan kejang, keracunan dan korban
bencana., distensi abdomen terjadi akibat peniupan yang salah.
Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Pengetahuan Safe Community

Bantuan Hidup Dasar dan


Resusitasi Jantung paru

Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya


Bantuan Hidup Dasar untuk masyarakat
1. Tingkat pengetahuan tentang BHD
Pada masyarakat
2. pengetahuan terhadap penanganan
pertama henti jantung di masyarakat
3. langka-langkah Resusitasi jantung
Paru

Baik Kurang

Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Bantuan Hidup Dasar Cardiac Arrest


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan


jenis penelitian eksperimen. penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari treatment
pada subjek yang diselidiki. Cara untuk mengetahuinya yaitu
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi
treatment dengan satu kelompok pembanding yang tidak diberi
treatment.12

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal ..... pada masyarakat yang


tinggal di kelurahan payo lebar. Alasan peneliti memilih wilayah
kelurahan payo lebar .

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili


di wilayah kelurahan payo lebar RT/RW 029/001 Jumlah penduduk
dikelurahan payo lebar sekitar ...... KK

3.4 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini akan melakukan observasi kepada masyarakat dalam


melakukan pendekatan setelah itu akan dilakukan Pre-test untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan masyarakat. Kemudia post-test dan evaluasi untuk
megetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat.
a) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara atau sering juga disebut dengan interview digunakan


oleh peneliti melakukan studi untuk menemukan yang akan diteliti
dan ingin mengetahui hal yang diteliti, tindakan wawancara kepada
informan bersifat lebih mendalam, informan sudah ditentukan dengan
jumlah yang sedikit.

2. Observasi

Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah teknik menggali data


dari informan yang berupa perilaku, peristiwa, lokasi atau tempat, dan
benda serta rekaman gambar. Kegiatan observasi bisa dilakukan
secara langsung maupun dengan cara tidak langsung.

3. Dokumentasi

Teknik ini didapatkan oleh peneliti melalui dokumen tertulis ataupun


arsip yang merupakan sumber data yang diinginkan oleh peneliti.

b) Teknik Analisa Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :18

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses merangkum dan memilih hal


pokok hasil wawancara, serta memfokuskan hal yang diteliti.
Dalam tindakan reduksi ini akan menghasilkan gambaran yang
jelas serta mempermudahkan peneliti dalam mengumpulkan data
selanjutnya, karena dalam penelitian ini memperoleh data yang
banyak dan perlu dicatat secara rinci dan teliti.

2. Penyajian Data atau Display Data


Penyajian data yaitu proses yang membentuk uraian singkat,
hubungan antar kategori serta bagan dan sebagainya. Dalam
penelitian kualitatif penyajiannya dalam bentuk teks yang bersifat
naratif, ini menurut Miles dan Huberman. Tujuan penyajian data
ini dilakukan adalah agar data tersebut yang didapatkan mudah
untuk dipahami.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap ini kesimpulannya masih bersifat sementara dan akan ada


perubahan setelah kegiatan pengumpulan data selanjutnya. Jika
kesimpulan awal yang dikemukakan dan didukung oleh bukti yang
sangat akurat dan pada saat wawancara selanjutnya jawaban dari
responden itu konsisten maka kesimpulan tersebut merupakan
kesimpulan yang kredible.

c) Rencana Pengujian Keabsahan Data

Berikut uji keabsahan data yang di terapkan oleh peneliti :

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data


hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/


kepercayaan data. Dalam proses perpanjangan pengamatan artinya
peneliti akan kembali ke lapangan melanjutkan penelitian kembali
untuk melengkapi data, wawancara lagi, melakukan pengamatan
dengan sumber data yang ditemui sebelumnya maupun sumber
data yang terbaru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan
antara peneliti dengan sumber
akan semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, semakin akrab
sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak, lengkap dan
akurat.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Secara berkelanjutan meningkatkan kecermatan dalam


penelitian ini akan memperoleh kepastian data dan urutan
kronologis peristiwa yang bagus karena sudah dicatat atau direkam
dengan baik dan sistematis. Meningkatkan kecermatan ini salah
satu cara mengecek pekerjaan apakah data yang telah dibuat,
dikumpulkan, dan disajikan sudah benar atau belum.
c. Triangulasi

Pengujian kredibilitas disebut juga dengan triangulasi artinya


adalah pengecekan data yang di dapat melalui bermacam-macam
sumber dan dengan waktu yang berbeda. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.
d. Analisis Kasus Negatif

peneliti akan melakukan analisis kasus negatif artinya


peneliti mencari data berbeda dari sebelumnya bahkan data
tersebut bertentangan dengan data sebelumnya yang telah
ditemukan. Jika tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan yang ditemukan maka analisis ini selesai, jika masih
mendapatkan data-data yang bertentangan, maka peneliti mungkin
akan mengubah temuannya.
e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk


membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam
laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu
dilengkapi dengan foto foto atau dokumen autentik, sehingga
menjadi lebih dapat dipercaya.
f. Mengadakan Membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa


jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang
diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian


kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau
dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel
tersebut diambil.

3. Dependability

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan


audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor
yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit
keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji


confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian
kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.
d) Etika Penelitian

Etika dalam penelitian mengutamakan 5 S yaitu senyum, sapa, salam,


sopan dan santun. Dalam penelitian yang dihadapkan adalah masyarakat
setempat sebaiknya kita menerapkan secara kritis moralitas yang dianut
oleh masyarakat. Etika dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip-
prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Komponen etika
sebagai berikut :
1. Surat Izin Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti harus meminta izin untuk


melakukan penelitian di daerah tersebut dengan cara meminta izin
kepada puskesmas simpang kawat dan membawa surat izin
penelitian yang didapatkan dari kampus.
2. Lembar persetujuan

Sebelum dilakukan wawancara responden harus menanda tangani


lembar persetujuan sebagai responden untuk dilakukan wawancara.
3. Privacy atau dignity

Dalam penelitian ini, informan memiliki hak untuk dihargai


mengenai apa yang mereka sampaikan dan informasi yang
diinginkan dari mereka serta kapan informasi yang mereka
sampaikan untuk digunakan.
4. Beneficence dan nonmaleficence

Penelitian ini tidak merugikan informan.


e) Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian


Peneliti menentukan tempat penelitian

Membuat rancangan penelitian

Izin untuk penelitian

Wawancara dengan responden sesuai dengan sampel

Proses wawancara, peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah


disiapkan

Melakukan reduksi data

Jika masih ada informasi yang kurang jelas atau belum lengkap bahkan
ada poin yang belum didapatkan informasi, maka peneliti melekukan
tahap wawancara kembali

Pengolahan data hasil wawancara

Lokasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

1. Lontoh, C., Kiling, M. & Wongkar, D. Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan


Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa-Siswi
Sma Negeri 1 Toili. J. Keperawatan UNSRAT 1, 111914 (2013).

2. Suputra, P. A., Lestari, N. M. S. D., Dinata, I. G. S. & Agustini, N. N. M.


Pelatihan Dan Pendampingan Bantuan Hidup Dasar Dan Pertolongan
Pertama Pada Anggota Pokdarwis Di Desa Sambangan Tahun 2020. J.
Widya Laksana 10, 73 (2021).

3. Fahrurroji, A. et al. Penangangan Bantuan Hidup Dasar (Bhd) Dan


Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Lingkungan Rumah Tangga. J.
Pengabdi. Kpd. Masy. 26, 47 (2020).

4. Wiliastuti, U. N., Anna, A. & Mirwanti, R. Pengetahuan Tim Reaksi Cepat


Tentang Bantuan Hidup Dasar. J. Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nurs. Journal) 4, 77–85 (2018).

5. HASRA HARTINA. нской организации по разделу


«Эпидемиологическая безопасностьNo Title. Manaj. Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Dengan Caput Succedaneum Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun
4, 9–15 (2017).

6. FANANI, Zaenal. Pengaruh pelatihan safe community terhadap


pengetahuan dan perilaku bidan desa dalam mengembangkan
desa siaga. 2008. PhD Thesis. Tesis. Universitas Sebelas Maret.

7. Ii, B. A. B. & Pustaka, T. BAB II sumber jantung. 5–45 (2014).

8. Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. 済無 No Title No Title No Title.


Pap. Knowl. . Towar. a Media Hist. Doc. 5–37 (2014).

9. Oliver, J. Tinjauan Pustaka Cardiac Arrest. Hilos Tensados 1, 1–476


(2019).

10. Ii, B. A. B. & Pengertian, A. Bab ii konsep dasar kafalah. 6–28 (2000).

11. Irfani, Q. I. Bantuan Hidup Dasar. Cdk-277 46, 458–461 (2019).

12. goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. & Perdana. Metode


Penelitian Dengan Pendekatan Kuantitatif. J. Chem. Inf. Model. 53, 1689–
1699 (2018).

Anda mungkin juga menyukai