Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

Latar Belakang: Henti jantung merupakan kondisi dimana jantung secara tiba- tiba
berhenti berdetak. Kejadian henti jantung di luar rumah sakit merupakan kondisi yang
seringkali mengancam kelangsungan hidup seseorang jika tidak ditangani dengan segera.
Beberapa hambatan yang menyebabkan masyarakat kurang aktif memberikan bantuan hidup
dasar ketika menemui korban henti jantung secara mendadak akibat kemampuan intelektual
dan kepedulian dari masyarakat yang masih rendah untuk melakukannya. Data yang
dikeluarkan oleh World Health Organization pada tahun 2021, kematian akibat penyakit
jantung mencapai angka 17,8 juta kematian di dunia. Dalam menghadapi kondisi
kegawatdaruratan seperti saat terjadinya henti nafas dan henti jantung, menuntut individu
atau kelompok yang menemukan korban untuk memberikan pertolongan segera. Akan tetapi,
jika penolong tidak kompeten dalam memberikan pertolongan awal pada korban maka dapat
menurunkan angka hidup/ mortalitas korban. Keadaan darurat yang mengancam nyawa dapat
terjadi sewaktu-waktu dan dimanapun, kondisi ini memerlukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat permasalahan terkait
kurangnya edukasi bantuan hidup dasar kepada siswa-siswi maka perlu diupayakan program
Edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD) di SKM Negeri 7 Takalar. Tujuan: peningkatan
pengetahuan responden setelah mengikuti kegiatan edukasi terkait bantuan hidup dasar.
Metode: edukasi dilakukan dengan cara melaksanakan penyuluhan menggunakan presentasi
dan demonstrasi di depan responden. Hasil: didapatkan hasil uji T berpasangan dengan p-
value sebesar 0.00 (<0.05) yang artinya terdapat perbedaan skor pengetahuan yang signifikan
sebelum dan setelah edukasi pada 42 siswa-siswi SMK Negeri 7 Takalar. Kesimpulan:
edukasi ini meningkatkan pengetahuan siswa-siswi terkait dengan pemberian bantuan hidup
dasar.

PENDAHULUAN

Henti jantung merupakan kondisi dimana jantung secara tiba- tiba berhenti berdetak.
Kondisi ini menyebabkan jantung kehilangan fungsinya yaitu untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, sehingga otak dan organ vital lain dalam tubuh seperti hati dan paru-paru tidak
mendapatkan aliran darah dan oksigen (1). Kejadian henti jantung di luar rumah sakit
merupakan kondisi yang seringkali mengancam kelangsungan hidup seseorang jika tidak
ditangani dengan segera. Di beberapa negara kejadian henti jantung di luar rumah sakit
mengalami peningkatan, salah satunya di Amerika Serikat, yang mana sebelumnya pada
tahun 2015 tercatat sebanyak 350.00 kasus dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 356.461
kasus, yang mana tidak sampai 40% korban mendapatkan pertolongan pertama BHD
(Bantuan Hidup Dasar) dari orang sekitar (2).

Terdapat beberapa hambatan yang menyebabkan rendahnya jumlah masyarakat yang


aktif memberikan bantuan hidup dasar ketika menemui korban henti jantung secara
mendadak berupa kemampuan intelektual dan kepedulian dari masyarakat yang masih rendah
untuk melakukan RJP (3). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menemukan bahwa
masih banyak masyarakat belum mengetahui cara mengenali, memanggil bantuan dan
memberikan bantuan hidup dasar pada korban henti jantung. masyarakat juga tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam menangani pasien henti jantung. Kondisi
ini tentunya akan berdampak pada tingkat keberlangsungan hidup pasien dengan henti
jantung.

Data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2021,
kematian akibat penyakit jantung mencapai angka 17,8 juta kematian atau satu dari tiga
kematian di dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung (4). Data Riskesdas tahun
2018 juga melaporkan bahwa prevalensi penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di
Indonesia mencapai 1,5%, dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara 2,2 %,
sedangkan untuk provinsi Sulawesi Selatan sendiri masuk dalam prevalensi tinggi di nasional
yaitu 1,46% (5).

Dalam menghadapi kondisi kegawatdaruratan seperti saat terjadinya henti nafas dan
henti jantung, menuntut individu atau kelompok yang menemukan korban untuk memberikan
pertolongan segera. Akan tetapi, jika penolong tidak kompeten dalam memberikan
pertolongan awal pada korban maka dapat menurunkan angka hidup/ mortalitas korban (6).
Keadaan darurat yang mengancam nyawa dapat terjadi sewaktu-waktu dan dimanapun,
kondisi ini memerlukan Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD adalah usaha untuk
mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa.
BHD tidak memerlukan obat, cairan ataupun alat tertentu sehingga orang awam pun dapat
melakukannya, BHD ini harus dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan tidak terbatas pada petugas paramedis dan tim medis (7).

Pemahaman konsep dasar pertolongan gawat darurat tidak hanya penting untuk
diketahui oleh tenaga profesi kesehatan saja tetapi juga non tenaga kesehatan agar mampu
memberikan pertolongan saat menemukan korban dalam kondisi nyawa yang terancam. Ada
tiga faktor pendukung yang dapat menyelamatkan nyawa korban yaitu kecepatan
memberikan pertolongan, ketepatan atau akurat dalam memberikan pertolongan pertama dan
diberikan pertolongan oleh petugas kesehatan yang kompeten. Sekitar 90% korban
mengalami kecacatan atau bahkan mengalami kematian disebabkan oleh korban terlambat
mendapatkan pertolongan atau waktu ditemukan telah melewati the golden time dan
kesalahan melakukan pertolongan pertama saat pertama kali korban ditemukan (8).

Ketika melakukan BHD kita berpacu dengan waktu, sebab korban yang akan kita
tolong dalam keadaan terancam nyawanya. American Heart Association menekankan fokus
BHD pada tiga dasar utama: pertama, pengenalan segera adanya henti jantung; Kedua,
aktivasi sistem respons gawat darurat; Ketiga, resusitasi jantung paru (RJP). Hal ini
merupakan cara sederhana yang dapat mempertahankan hidup seseorang untuk sementara
waktu, karena pada kondisi henti nafas dan henti jantung maka sirkulasi darah dan
transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ tubuh terutama organ vital
akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami
kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya
mampu bertahan jika ada asupan glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu 10 menit otak tidak
mendapat asupan oksigen dan glukosa maka akan terjadi mati batang otak, hal tersebut
disebut dengan GOLDEN PERIOD (waktu emas). Jika GOLDEN PERIOD terlewati, maka
harapan hidup korban akan makin kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan resusitasi Jantung Paru (RJP)/ CPR (9).

Pengetahuan bantuan hidup dasar dapat membentuk motivasi dalam bersikap dan
berperilaku dalam menolong siswa. Rendahnya pengetahuan dapat berdampak pada
munculnya bentuk-bentuk sikap dan perilaku prososial terhadap orang di sekitarnya.
Sedangkan sebagai makhluk sosial hendaknya senantiasa memberikan bantuan kepada orang
lain yang membutuhkan. Penilaian yang diharapkan adalah mampu meningkatkan menjadi
lebih baik pengetahuan dan motivasi siswa dalam menolong terkait Bantuan Hidup Dasar
(BHD). Motivasi dalam menolong khususnya korban henti jantung diharapkan akan
menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain dimana dengan adanya pengetahuan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) disertai dengan motivasi yang tinggi dalam menolong hal tersebut dapat
membantu mencegah kematian dan mengurangi timbulnya kecacatan (10).

Salah satu aspek dari pertolongan saat pertama kali adalah Bantuan Hidup Dasar yang
merupakan suatu tindakan saat ada korban ditemukan dalam keadaan tidak bergerak, tidak
bernafas serta tidak sadarkan diri, maka diperlukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan kondisi yang baik pada korban. Bantuan Hidup Dasar sangat penting bagi
masyarakat awam khususnya pelajar sekolah menengah karena merupakan garda terdepan
dalam lingkungan masyarakat agar mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar dengan baik
nantinya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak SMK Negeri 7 Takalar
didapatkan persoalan yang menjadi prioritas adalah kurangnya pengetahuanz siswa siswi
terkait pemberian bantuan hidup dasar karena belum mendapatkan edukasi terkait tata cara
pelaksanaan bantuan hidup dasar. Maka diperlukan upaya edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan siswa-siswi terkait bantuan hidup dasar. Oleh sebab masalah tersebut maka
dilaksanakan program yaitu Edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD) di SMKN 7 Takalar di
Desa Pakkabba, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.

BAHAN DAN METODE

Dalam kegiatan ini, instrumen yang digunakan yaitu Power Point, demonstrasi
melalui manekin dan kuesioner (pre test dan post test). Tahapan awal merupakan tahap
persiapan dimana kegiatan dimulai dengan mencari referensi terkait edukasi bantuan hidup
dasar dan merangkum seluruh materi dengan singkat dan jelas. Selain itu, tahap persiapan
juga meliputi persiapan alat manekin serta pembuatan kuesioner pre test dan post test yang
akan menjadi penilaian terhadap program edukasi yang diberikan dalam mengukur tingkat
pengetahuan responden sebelum dan sesudah edukasi.

Tahapan berikutnya merupakan tahap pelaksanaan. Tahapan ini dilakukan dengan


metode presentasi yang dilakukan disalah satu ruangan kelas di SMKN 7 Takalar kemudian
diberikan penyampaian materi dan dirangkaikan dengan diskusi dan demonstrasi bantuan
hidup dasar. Namun, sebelum kegiatan penyuluhan dilakukan terlebih dahulu diberikan pre
test untuk kemudian diisi oleh responden. Setelah responden mengisinya, kemudian diberikan
penyuluhan berupa penyampaian materi terkait bantuan hidup dasar dengan media power
point sehinga responden dapat melihat dan memahami materi yang ada di PPT tersebut.
Setelah itu, kami memberikan kesempatan responden untuk bertanya jika ada sesuatu yang
ingin ditanyakan sekaligus mengadakan demonstrasi bantuan hidup langsung di depan kelas.
Tahapan terakhir yakni tahap evaluasi, dimana tahapan ini kembali diberikan kuesioner post
test kepada responden untuk diisi kembali guna untuk mengetahui pengetahuan responden
setelah dilakukan edukasi bantuan hidup dasar kepada siswa-siswi.

HASIL
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Juli 2022 di SMK Negeri 7 Takalar,
Desa Pakkbba, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar dan diikuti oleh 42 siswa-
siswi SMK Negeri 7 Takalar.

Tabel 1.
Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
Kategori Umur N %
(Tahun)
14 2 4.76%
15 21 50.00%
16 16 38.10%
17 3 7.14%
Total 42 100%
Sumber : Data Primer KKNPK, 2023

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa responden yang paling banyak


mengikuti edukasi di SMKN 7 Takalar di Desa Pakkabba adalah siswa-siswi berumur 15
tahun sebanyak 21 orang (50.00%), pelajar berumur 16 tahun sebanyak 16 orang (38.10%),
pelajar berumur 17 tahun sebanyak 3 orang (7.14%), dan pelajar berumur 14 tahun sebanyak
2 orang (4.76%).

Tabel 2.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum (Pre-Test)
dan Sesudah (Post-Test) Edukasi
Tingkat N Min Maks Mean ± p-
Pengetahuan SD value
Pre-Test 42 0 6 3.74±1.49
0.000
Post-Test 42 4 10 7.16±1.32
Sumber : Data Primer KKNPK, 2023
Tabel 2 merupakan hasil uji T Berpasangan, diketahui rerata skor pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan yaitu dari 3,74 menjadi 7.16 dengan p-value sebesar 0.00
(<0.05) yang artinya terdapat perbedaan skor pengetahuan yang signifikan sebelum dan
setelah edukasi.

PEMBAHASAN

Kegiatan edukasi ini dilakukan secara langsung dengan sasaran siswa siswi SMK
Negeri 7 Takalar di Desa Pakkabba Kabupaten Takalar. Sebelum dilakukan edukasi, siswa
siswi diberikan kuesioner pre test untuk mengetahui pengetahuan awal responden tentang
bantuan hidup dasar.
Setelah diberikan pre test, siswa-siswi kemudian diberikan edukasi melalui media
Power Point berupa penjelasan materi tentang bantuan hidup dasar dan tujuannya, tata cara
dalam melakukan bantuan hidup dasar, hal yang harus diperhatikan saat kapan berhenti
melakukan resusitasi jantung paru, dan arahan yang perlu diperhatikan oleh masyarakat
awam bila melakukan bantuan hidup dasar. Dalam edukasi tersebut, diberikan pemahaman
kepada siswa-siswi bahwa bantuan hidup dasar merupakan langkah awal yang dilakukan
untuk menyelamatkan seseorang yang mengalami henti napas atau henti jantung pada saat
terjadi kondisi darurat. Tata cara pelaksanaan bantuan hidup dasar meliputi danger, respons,
shout for help, circulation, airway, dan recovery. Adapun hal yang harus diperhatikan oleh
penolong saat mengetahui kapan pijat jantung dihentikan yaitu pasien sudah ada respons,
datang tim yang lebih ahli (advance), penolong kelelahan, penolong terancam
keselamatannya dan Do not Resuscitate. Untuk masyarakat umum yang tidak terlatih atau
masyarakat awam dianjurkan melakukan BHD dengan memberikan hands-only CPR yaitu
metode resusitasi jantung paru (RJP) yang hanya melakukan kompresi dada.

Penggunaan bahasa dalam edukasi ini disesuaikan dengan kondisi pemahaman siswa-
siswi, dengan menggunakan tampilan presentasi power point dengan bahasa yang mudah
dipahami sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan hasil yang baik dan mereka juga lebih
mudah menangkap isi dari materi penyuluhan tersebut. Berikut media presentasi power point
yang digunakan dalam edukasi.

Gambar 1.
Media Presentasi Power Point Materi Edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Gambar 2.
Dokumentasi Kegiatan Edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Setelah dilakukan edukasi tentang bantuan hidup dasar kemudian dilanjutkan dengan
memberikan kuesioner post test kepada siswa-siswi. Adapun pertanyaan pada saat post test
sama dengan pre test. Dari hasil kegiatan tersebut didapatkan, seluruh siswa-siswi mengalami
peningkatan pengetahuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lombantoruan pada tahun 2022 yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan
siswa-siswi sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Dimana hasil uji diketahui bahwa
pengetahuan partisipan meningkat setelah edukasi dan menunjukkan nilai p sebesar 0.000
(<0.005) yang artinya ada perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah
pemberian edukasi tentang bantuan hidup dasar (11). Peningkatan tingkat pengetahuan
sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang BHD pada siswa-siswi dapat memberikan
pengetahuan bagi remaja sehingga semakin banyak seseorang mempelajari atau mengetahui
sesuatu hal maka orang tersebut akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan
yang pernah dipelajarinya. Bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima
ditangkap melalui pancaindra, semakin banyak pancaindra yang digunakan, maka semakin
banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (12).

Hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan dasar pengembangan program pengenalan
BHD pada masyarakat awam dengan media yang tepat. Hasil jangka panjang yang dingin
dicapai tentunya adalah berkurangnya insiden kematian akibat henti jantung di masyarakat
karena semakin banyaknya masyarakat awam yang telah paham tata laksana henti jantung
dengan pemberian BHD. Selain itu, efek lain selain berkurangnya insiden kematian,
gangguan fungsi neurologis juga dapat diminimalisir dengan adanya BHD yang cepat dan
tepat pada korban henti jantung (13). Hal ini sangat penting untuk dilakukan mengingat
manfaat yang didapatkan pun cukup signifikan. Semakin banyak masyarakat awam yang
paham tentang BHD dan resusitasi jantung paru, maka akan semakin banyak pula nyawa
yang dapat tertolong.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan responden terkait tentang Bantuan Hidup Dasar dan tujuannya, tata
cara dalam melakukan bantuan hidup dasar, hal yang harus diperhatikan saat kapan berhenti
melakukan resusitasi jantung paru serta arahan yang perlu diperhatikan oleh masyarakat
awam bila melakukan bantuan hidup dasar dari rata-rata sebelum dilakukan penyuluhan dan
setelah dilakukan penyuluhan. Berdasarkan hasil analisis uji T Berpasangan, maka dapat
dilihat bahwa nilai p-value sebesar 0.00 (<0.05) yang artinya bahwa terdapat perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan edukasi bantuan hidup dasar. Hal ini sangat
penting untuk dilakukan mengingat manfaat yang didapatkan dalam hal semakin banyak
nyawa yang dapat tertolong.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmawati, W. D., Sukmaningtyas, W., Muti, R. T., et.al. (2021). HUBUNGAN


ANTARA JENIS KELAMIN DAN PROGRAM STUDI DALAM
MEMPENGARUHI PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA
MAHASISWA. BORNEO NURSING JOURNAL (BNJ). 4 (1): 18-24.
2. Aha. (2020). Highlights of the 2020 American Heart Association Guidelines For CPR
and ECC. American Journal of Heart Association, 53(9): 1689–1699.
3. Ruano-Raviña, A., Peña-Gil, C., González-Juanatey, J. R., & Rodríguez-Núñez, A.
(2020). Training adult laypeople in basic life support. Revista Española de
Cardiología (English Edition), 73(1): 53–68.
4. World Health Organization. Heart-pulmonary problems in the world. 2021
5. Kemenkes RI, I. D. (2021). Penyakit Jantung Koroner Didominasi Masyarakat Kota –
Sehat Negeriku.
6. Watung, G. I. V. (2021). Edukasi Pengetahun Dan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
Pada Siswa Remaja Sma Negeri 3 Kotamobagu. Jurnal Pengabdian Kesehatan
Masyarakat, 2 (12): 21–27.
7. Diskominfo Kab. Bogor. (2019). Pelatihan Bantuan Hidup Dasar - Kabupaten Bogor.
8. Sudarman. (2019). Pelatihan Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas XI SMK
Baznas Sulsel Dalam Melakukan Bantuan Hidup Dasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada. 10(2): 95-102.
9. Ayu, S. A., Balqis, U. M , & Hartati, S. (2022). EDUKASI PENGETAHUAN DAN
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA SISWA JURUSAN
ASPER SMKS BUNGA PERSADA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT.
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 5(9): 2873-2882.
10. Syaiful. (2019). Pengetahuan Siswa Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Dengan
Motivasi Menolong Korban Henti Jantung Pada Pelajar SMA. Bima Nursing Journal.
1(1): 26-33.
11. Lumbantoruan, S. M., Sidabutar, L. M., & Uligraff, D. K. (2022). PROGRAM
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) UNTUK REMAJA SISWA DI
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 34 JAKARTA. [JURNAL KREATIVITAS
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. 5(11): 4076-4086.
12. Kristan & Najman. (2022). Pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi Siswa Pramuka
SMAN 13 Bone. KREATIF: Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara 2(4):135-143.
13. Moon, S., Ryoo, H. W., Ahn, J. Y., Lee, D. E., Shin, S. Do, & Park, J. H. (2020).
Association of response time interval with neurological outcomes after out-of-hospital
cardiac arrest according to bystander CPR. American Journal of Emergency Medicine,
38(9): 1760–1766.
LAMPIRAN

Pre-test dan Post-test Edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Nama :
Umur :
Kelas :

1. Bantuan Hidup Dasar merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menyelamatkan seseorang yang
mengalami ....
a. Henti jantung atau henti nafas pada kondisi gawat darurat.
b. Kondisi kritis yang mengancam hidup korban.
c. Kondisi gawat darurat pada saat kecelakaan.
d. Henti jantung pada saat kondisi gawat darurat.
2. Langkah pertama dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar adalah dengan memastikan keamanan
melalui ....
a. Aman diri dan aman lingkungan. c. Aman diri, korban, dan lingkungan.
b. Aman korban dan aman lingkungan. d. Aman diri dan aman korban
3. Memastikan kesadaran dan respons korban saat mendapatkan kondisi gawat darurat atau kecelakaan dapat
dilakukan dengan ....
a. Memberikan rangsangan nyeri langsung pada korban
b. Menepuk bahu sambil memanggil korban
c. Memberikan tepukan pada bahu saat memanggil korban dan bila tidak merespons dilanjutkan
dengan rangsangan nyeri
d. Memanggil korban sambil memberikan rangsangan nyeri pada ujung kuku korban.
4. Jika korban tidak merespons setelah dilakukan pengecekan, maka penolong pertama kali harus
melakukan ....
a. Tindakan resusitasi jantung paru pada korban.
b. Pemeriksaan napas korban pada saat korban tidak sadarkan.
c. Pemanggilan bantuan atau menghubungi nomor darurat untuk memperoleh arahan.
d. Membawa korban ke tempat yang aman terlebih dahulu.
5. Pengecekan nadi di samping tenggorokan korban dan pengecekan napas korban dilakukan selama ....
a. Kurang dari 5 detik. c. Kurang dari 10 detik
b. Lebih dari 5 detik. d. Kurang dari 15 detik
6. Jika tidak ada nadi dan napas maka harus dilakukan tindakan kompresi dada dengan posisi yang benar di
bawah ini, kecuali ....
a. Posisi duduk membungkuk tepat di samping korban.
b. Posisi badan tegak lurus di samping korban.
c. Tumit telapak tangan berada tengah pada tengah dada korban.
d. Telapak tangan ditumpuk dan jari ditautkan.
7. Kecepatan dan kedalaman kompresi dada saat dilakukan tindakan pada korban adalah ....
a. 30-60 kali per menit dengan kedalaman 2-3 cm
b. 60-90 kali per menit dengan kedalaman 3-4 cm
c. 90-100 kali per menit dengan kedalaman 4-5 cm
d. 100-120 kali per menit dengan kedalaman 5-6 cm
8. Evaluasi saat tindakan kompresi dada melalui pengecekan nadi dan napas dilakukan setiap ....
a. 1 menit sekali. c. 3 menit sekali.
b. 2 menit sekali. d. 4 menit sekali.
9. Jika nadi teraba dan napas sudah ada maka berikan recovery position (posisi pemulihan) yang bertujuan ....
a. Mempertahankan jalan nafas.
b. Mengurangi risiko sumbatan jalan napas.
c. Memberikan posisi yang baik untuk pemulihan jalan napas.
d. Semuanya benar.
10. Resusitasi jantung paru (RJP) perlu dihentikan jika ditemukan kondisi berikut, kecuali ....
a. Pasien sudah ada merespons.
b. Datang tim yang lebih ahli (advance).
c. Penolong kelelahan
d. Kondisi tertentu yang mengharuskan dihentikannya RJP.

Master Tabel
A.Pre-Test

PT
No Nama Umur PT1 PT2 PT3 PT4 5 PT6 PT7 PT8 PT9 PT10 Total
16
1 Rifani tahun 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3
15
2 Rasty Arsita Faras tahun 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 3
16
3 Rastina Maryam tahun 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 6
15
4 Windi Abdullah tahun 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4
16
5 Fikrang Febrianto tahun 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
15
6 Muh. Rafli tahun 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5
15
7 Muh Al-Riyadi R tahun 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 5
14
8 Muh. Syahrua tahun 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4
15
9 Muh. Yamin tahun 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
15
10 Mutmainna tahun 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 6
16
11 Faizah Usdah tahun 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4
15
12 Gades Nasrah tahun 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5
16
13 Siti Aisyah tahun 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 6
15
14 Muh Hairul tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16
15 Ahmah Suhail Ismail tahun 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4
16
16 Osya H. Seni tahun 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5
16
17 Cinta Laura tahun 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5
16
18 Amalia Zahra tahun 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3
19 Rhaidah Syabilah 15 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
tahun
Edshelovia Ariesta 17
20 Airil tahun 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5
15
21 Erviana Sari tahun 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5
Andi Nur Awaliyah 16
22 Suci tahun 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 5
16
23 M. Zidan F.B tahun 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4
15
24 Muh. Bilal tahun 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
14
25 Faisal Pahlawan tahun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16
26 Nurdiansyah tahun 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5
15
27 Ahmad Ali Gibran tahun 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5
15
28 Muh. Ilham Ramadan tahun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15
29 M. Akram Ar Rayha tahun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Muh. Al Khair 15
30 Rahman tahun 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
15
31 Aron Putra tahun 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6
16
32 Arifah Dzatil Izzah tahun 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4
16
33 Putri Salsabila tahun 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
Naysilla Cantika 17
34 Putri Tisyar tahun 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 4
17
35 Fais Mahesa tahun 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 4
15
36 Riana tahun 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
15
37 Mutiara tahun 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3
15
38 Nururl Zakidah tahun 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 4
15
39 Ulya Lutfiyyah tahun 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3
Nurul Asffahani 15
40 Khumaira tahun 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
16
41 Athirah Larasati tahun 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
16
42 Artika Aulia Fitri tahun 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4
B. Post-Test

PT
No Nama Umur PT1 PT2 PT3 PT4 5 PT6 PT7 PT8 PT9 PT10 Total
16
1 Rifani tahun 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8
15
2 Rasty Arsita Faras tahun 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 6
16
3 Rastina Maryam tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
15
4 Windi Abdullah tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7
16
5 Fikrang Febrianto tahun 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 6
15
6 Muh. Rafli tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
15
7 Muh Al-Riyadi R tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
14
8 Muh. Syahrua tahun 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5
15
9 Muh. Yamin tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6
15
10 Mutmainna tahun 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7
16
11 Faizah Usdah tahun 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8
15
12 Gades Nasrah tahun 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7
16
13 Siti Aisyah tahun 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8
15
14 Muh Hairul tahun 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5
16
15 Ahmah Suhail Ismail tahun 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
16
16 Osya H. Seni tahun 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8
16
17 Cinta Laura tahun 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7
16
18 Amalia Zahra tahun 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6
15
19 Rhaidah Syabilah tahun 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 6
Edshelovia Ariesta 17
20 Airil tahun 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
15
21 Erviana Sari tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7
Andi Nur Awaliyah 16
22 Suci tahun 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 6
16
23 M. Zidan F.B tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7
15
24 Muh. Bilal tahun 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4
14
25 Faisal Pahlawan tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6
16
26 Nurdiansyah tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
15
27 Ahmad Ali Gibran tahun 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8
15
28 Muh. Ilham Ramadan tahun 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
15
29 M. Akram Ar Rayha tahun 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8
Muh. Al Khair 15
30 Rahman tahun 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
15
31 Aron Putra tahun 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7
16
32 Arifah Dzatil Izzah tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
16
33 Putri Salsabila tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
Naysilla Cantika 17
34 Putri Tisyar tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
17
35 Fais Mahesa tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
15
36 Riana tahun 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
15
37 Mutiara tahun 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 5
15
38 Nururl Zakidah tahun 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6
15
39 Ulya Lutfiyyah tahun 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
Nurul Asffahani 15
40 Khumaira tahun 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
16
41 Athirah Larasati tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
16
42 Artika Aulia Fitri tahun 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6

Anda mungkin juga menyukai