Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASARKEGAWATDARURATAN BANTUAN HIDUP

DASAR (BHD)

mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan

DISUSUN OLEH :

Anggi fitria Anissa(20.004)

Melviyani Oktavia (20.024)

Syadam Ulil Azmi (20.052)

Program Diploma III Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Cendikia Abditama

Jl. islamic raya kelapa dua Tangerang 15810Telp/ fax : 021 – 5462852

website : www.akperisvill.ac.id Email :info@akperisvill.ac.id,

akperislamicvillage@yahoo.co.id

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep dasar
kegawatdaruratan bantuan hidup dasar . Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas ibu leni selaku dosen pada mata kuliah
Keperawatan kegawatdaruratan Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang konsep dasar kegawatdaruratan bantuan hidup dasar
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 9 Februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang................................................................................4


1.2 Tujuan umum dan khusus...............................................................4

BAB II ISI

2.1 Definisi henti jantung.....................................................................5


2.2 Penyebab henti jantung…………………………………………...5
2.3 Penatalaksanaan..............................................................................6

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….8

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan darurat untuk
membebaskan jalan nafas, dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa
menggunakan alat bantu. Bantuan hidup dasar biasanya diberikan oleh orangorang
disekitar korban yang selanjutnya diambil alih oleh petugas kesehatan terdekat.
Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat, karena penanganan yang
salah dapat berakibat buruk, cacat hingga kematian pada korban (PUSBANKES
188 DIY, 2014). Bantuan Hidup Dasar (BHD) ditujukan untuk memberikan
perawatan darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat
diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya (Sudiatmoko, A, 2011).
Tujuan bantuan hidup dasar adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri
secara normal. Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting khususnya pada
pasien dengan sudden cardiac arrest (SCA) atau henti jantung mendadak yang
terjadi di luar rumah sakit .

1.2. Tujuan Umum dan Khusus


1.2.1. Mengetahui Definisi henti jantung
1.2.2. Mengetahui penyebab henti jantung
1.2.3. Mengetahui penatalaksanaan pada henti jantung

4
BAB II
ISI

2.1 Definisi henti jantung


Kejadian henti jantung merupakan kondisi kegawatdaruratan dari penyakit
jantung yang sering terjadi. kejadianya tidak hanya pada usia tua tetapi juga usia
muda (Hirlekar et al. 2018). Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
sekitar 400.000-460.000 kasus henti jantung setiap tahun terjadi di luar Rumah
Sakit. hampir 80% kejadian henti jantung terjadi di luar rumah sakit. cardiac arrest
atau henti jantung merupakan Salah satu bentuk kasus kegawatdaruratan. Cardiac
arrest merupakan suatu kondisi hilangnya fungsi jantung pada seseorang secara
tiba-tiba yang mungkin atau tidak telah terdiagnosis penyakit jantung.
2.2 Penyebab henti jantung
henti jantung terjadi ketika jantung tidak berfungsi (malfunctions) dan
berhenti berdenyut tiba-tiba (unexpectedly), kerja pompa yang terganggu,
menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke otak, paru-paru dan organ
lainnya. Beberapa detik kemudian, seseorang dengan henti jantung menjadi tidak
responsif, tidak bernapas atau hanya terengah-engah.
Kematian terjadi dalam beberapa menit jika korban tidak menerima
intervensi (Berg et al.2010). pada korban dengan henti jantung kemampuan untuk
bertahan akan berkurang 7-10% setiap menitnya, sedangkan untuk meminta
bantuan dan menunggu sampai dengan tenaga medis datang memerlukan waktu
yang tidak sebentar. oleh karena itu diperlukan pertolongan segera oleh orang yang
berada di sekitar korban dapat melakukan pertolongan pertama tersebut secara
cepat dan tepat Sebuah studi menyebutkan bahwa. kembalinya sirkulasi spontan
dalam jangka waktu kurang dari 20 menit setelah kolaps memiliki asosiasi positif
terhadap angka survival pasien OHCA (Wibrandt, Norsted, Schmidt, &
Schierbeck, 2015).
Menurut Sasson et al.(2013) ada empat langkah penting yang dilakukan
bystander RJP sebagai bagian dari respon tanggap darurat masyarakat :

5
 Pertama, penolong harus menyadari bahwa korban membutuhkan bantuan.
Early recognition yang dilakukan oleh penolong atau bystander adalah
menyadari bahwa korban telah mengalami serangan henti jantung, atau
secara sederhananya mengenali bahwa korban membutuhkan bantuan dari
Emergency Medical Services (EMS).
 Kedua, penolong dengan segera harus memanggil 119 (atau nomor akses
EMS setempat).
 Ketiga, panggilan tersebut akan dialihkan ke dispatcher, yang harus
mengidentifikasi bahwa serangan henti jantung memang telah terjadi pada
korban dan akan memproses respon EMS yang sesuai. operator atau
dispatcher akan menyediakan instruksi RJP yang memandu penolong untuk
melakukan RJP.
 Untuk selanjutnya, penolong akan memulai dan terus melakukan RJP pada
korban OHCA sampai bantuan datang.
2.3 Penatalaksanaan
yang meliputi pengenalan dan akses segera ke pelayanan gawat darurat,
segera lakukan RJP, segera defibrilasi dan segera perawatan lebih lanjut adalah
kesatuan yang digunakan untuk mengoptimalkan harapan hidup pasien (Lenjani,
Baftiu, Pallaska, Hyseni, & Gashi, 2014). Faktor pertama yang menjadi penentu
keberhasilan resusitasi pada pasien henti jantung adalah adanya pengenalan yang
cepat dan segera menghubungi ambulan gawat darurat 119 (EMS). Pengenalan
terjadinya henti jantung yang cepat dan aktivasi segera EMS ini dapat diajarkan
kepada masyarakat melalui program pendidikan kesehatan atau sejenisnya (Ujevic,
Brdar, Vidovic, & Luetic, 2019; Darwati & Setianingsih, 2020.

6
BAB III
KESIMPULAN

Kejadian henti jantung merupakan kondisi kegawatdaruratan dari penyakit


jantung yang sering terjadi. kejadianya tidak hanya pada usia tua tetapi juga usia
muda (Hirlekar et al. 2018), Penyebab henti jantung henti jantung terjadi ketika
jantung tidak berfungsi (malfunctions) dan berhenti berdenyut tiba-tiba
(unexpectedly), kerja pompa yang terganggu, menyebabkan jantung tidak dapat
memompa darah ke otak, paru-paru dan organ lainnya. Penatalaksanannya yang
meliputi pengenalan dan akses segera ke pelayanan gawat darurat, segera lakukan
RJP, segera defibrilasi dan segera perawatan lebih lanjut adalah kesatuan yang
digunakan untuk mengoptimalkan harapan hidup pasien (Lenjani, Baftiu, Pallaska,
Hyseni, & Gashi, 2014). Faktor pertama yang menjadi penentu keberhasilan
resusitasi pada pasien henti jantung adalah adanya pengenalan yang cepat dan
segera menghubungi ambulan gawat darurat 119 (EMS). Pengenalan terjadinya
henti jantung yang cepat dan aktivasi segera EMS ini dapat diajarkan kepada
masyarakat melalui program pendidikan kesehatan atau sejenisnya (Ujevic, Brdar,
Vidovic, & Luetic, 2019; Darwati & Setianingsih, 2020.

7
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA

Hirlekar, G., Jonsson, M., Karlsson, T., Hollenberg, J., Albertsson, P., & Herlitz, J. (2018).
Berg, R. a, Hemphill, R., Abella, B. S., Aufderheide, T. P., Cave, D. M., & Hazinski, M. F.
(2010).
Wibrandt, I., Norsted, K., Schmidt, H., & Schierbeck, J. (2015). Predictors for outcome among
cardiac arrest patients.
Sasson, C., Meischke, H., Abella, B. S., Berg, R. A., Bobrow, B. J., & Chan, P. S. (2013).

Anda mungkin juga menyukai