Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

CODE BLUE DAN RESUSITASI


RUMAH SAKIT UMUM BUNDA SIDOARJO
Jl. Kundi No 70 Wadungasri, Waru - Sidoarjo
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa segala nikmat dan
anugerah yang diberikan kepada penyusun yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Panduan Code Blue RSUBunda Sidoarjo ini dapat selesai disusun.
Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Bunda Surabaya.Tidak lupa
penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam - dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Code Blue
RSU Bunda Sidoarjo

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 1


DAFTAR ISI

1 Kata pengantar ……………………………………………….... 1


2 Daftar Isi ………………………………………………… 2
3 BAB I ………………………………………………… 3
Pendahuluan ………………………………………………… 3
4 BAB II ………………………………………………… 6
Pembahasan ………………………………………………… 6
5 BAB III ………………………………………………… 10
Tata Laksana ………………………………………………… 10
6 BAB IV ………………………………………………… 18
Dokumen ………………………………………………… 18
7 BAB V …………………………………………………… 19
Penutup …………………………………………………. 19

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika berbicara tentang “cardiac arrest, ingatan kitatidak bisa lepas
dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari
cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat
kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah
sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart
Asociation, 2012).
WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama
dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat
teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem
seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen
kematian global setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan
penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia
(Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat118, 2010). Kematian jantung
mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara
tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita
penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera
setelahtimbul keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8
sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat
Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan
cardiopulmonary resuscitation (CPR) dan defibrilasi untuk
mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa
bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang
berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American
Heart Assosiacion,2010).

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 3


Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada
bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac
arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat bertahan hidup tanpa
kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan
untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk
sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal
untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga
yang memiliki kemampuan dalam melakukan “chain of survival” saat
cardiac arrest terjadi.Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadi
masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah Sakit Sari Asih Sangiang
yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat. Tenaga
medis dan perawat di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki
kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum
semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali
belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya.
Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi
cepat dalam penanganan Arrest segera, yang disebut “CODE BLUE”.

1.2 Tujuan Code Blue


Tujuan dari code blue adalah untuk memberikan resusitasi dan
stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi darurat cardio-
respiratory arrest yang berada dalam kawasan rumah sakit. Untuk
membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan medis darurat
yang dapat digunakan dengan cepat.
Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan
defibrillator eksternal otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik
yang berbasis klinis maupun non klinis.
Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi
strategis di dalam kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat
bagi keadaan darurat medis. Untuk membuat rumah sakit mampu
menangani keadaan medis yang darurat.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 4


1.3 Ruang lingkup
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua
kondisi darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi
sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap yaitu :
1.3.1 Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang
berada di sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support
(BLS).
1.3.2 Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan
terlatih yang berasal dari departemen yang ditunjuk oleh pihak
rumah sakit. Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu
berdasarkan standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh
rumah sakit.
1.3.3 Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan
BLS untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi
kejadian.
1.3.4 Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam
kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu
poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah
atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Code Blue adalah stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di
dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian
segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang
ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak responsif,
nadi tidak teraba, atau bernafas) misalnya pasien yang membutuhkan
resusitasi.
Code blue team adalah : tim yang terdiri dari dokter dan paramedis
yang ditunjuk sebagai “ code - team “ yang secara cepat ke pasien untuk
melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-car, kursi
roda/ tandu, alat-alat penting seperti defibrilator, suction, oksigen, ambubag,
obat-obat resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk
menstabilkan pasien.
Basic Life Support (BLS) atau bantuan hidup dasar merupakan awal
respons tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis,
paramedis maupun orang awam yang melihat pertama kali korban. Skills
haruslah dikuasai oleh paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga
menguasainya, karena seringkali korban justru ditemukan pertamakali bukan
oleh petugas medis.
BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/pertolongan hidup dasar
yang meliputi bebas nya jalan nafas (airway/A), pernafasan yang adekuat
(breathing/B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C ).
Advance Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut
atau pertolongan pertama pada penyakit jantung.

2.2 Organisasi Tim code blue


Tim code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang
waktu, 1 (satu) tim code blue respond primer beranggotakan kru yang telah

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 6


memilikisertifikat dan menguasai Basic Life Support (BLS). Tim code blue
terdiri dari 3 sampai 4 anggota yaitu :
2.2.1 1 (satu) Koordinator tim
2.2.2 1 (satu) Petugas medis
2.2.3 1 (satu) Assisten petugas medis : 1 atau 2 perawat pelaksana dan
timresusitasi
2.2.4 1 (satu) kelompok pendukung (jika diperlukan seperti security/tim
K3RS yang sudah dilatih BHD.
2.2.5 1 (satu) tim ETD (Emergency Trauma Disaster)

2.3 Uraian Tugas


2.3.1 Kordinator tim
Dijabat oleh dokter ANAESTHESI : bertugas mengkoordinir anggota
tim serta dapat bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan
kegawatdaruratan yang dibutuhkan oleh anggota tim
2.3.2 Penanggung jawab medis
Dijabat oleh dr jaga/dokter ruangan: bertugas mengidentifikasi
awal/triage pasien, serta memimpin penanggulangan pasien saat
terjadi kagawatdaruratan, memimpin tim saat pelaksana RJP, dapat
menentukan sikap selanjutnya.
2.3.3 Perawat pelaksana
Bertugas bersama dokter penenggung jawab medis melakukan triage
padapasien, membantu dokter penanggungjawab medis menangani
pasien gawat darurat diruang perawatan .
2.3.4 Tim Resusitasi (Perawat terlatih dan dokter ruangan/ dokter jaga
terlatih), bertugas memberikan bantuan hidup dasar & resusitasi
jantung paru kepadapasien gawat darurat
2.3.5 Daftar nama Tim Code Bluemerupakan tanggung jawab Koordinator
tim setiap bulan.

Setiap anggota tim code blue akan memiliki tanggung jawab seperti
pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV Line, persiapan obat &

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 7


defibrilator,setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa alat komunikasi
( HT/HP)

2.4 Struktur Organisasi

KOORDINATOR TEAM
DOKTER ANASTESI

PERAWAT
PENANGGUNG TIM RESUSITASI PELAKSANA/PN:
JAWAB MEDIS:
DOKTER  PERAWAT OK
 DOKTER JAGA &PERAWAT  PERAWAT FATIMAH
TERLATIH(PERAWA  PERAWAT KHATIJAH
T JAGA)  PERAWAT AISYAH
 PERAWAT NICU
 PERAWAT IGD
 PERAWAT POLI

2.5 Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Tim Code Blue.
Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue
danharus memiliki sertfikat ACLS/ATLS berlaku 3 tahun, setelah itu ditinjau
ulang kembali sertifikat tsb, termasuk kebijakan dan prosedur, serta
melakukan review standar/ peraturan, melakukan pengukuran standar
pelayanan (jam pelayanan) serta audit.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 8


2.6 Area cakupan Tim Code Blue.
No. Tim code blue primer Area Cakupan.
(Koord)
1. AREA 1 POLI, Farmasi lantai I, Kantin, GIZI, Lorong
lantai I, Radiologi, Laboraturium, FO, IGD,
Parkiran, Kantor Administrasi, Kantor
Management
2. AREA 2 Tangga Lantai 2, Ruang Bersalin, Ruang rawat
inap Khatijah, Ruang Rawat Inap Fatimah,
NICU, Farmasi Lantai 2
3 AREA 3 Tangga Lantai 3, Ruang rawat inap Aisyah,
ICU, Kamar Operasi

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 9


BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Tata Laksana


Respon tim code blue untuk seluruh daerah di RSU Bunda Sidoarjo
tidak dapat ditangani oleh tim dibawah Instalasi Gawat Darurat (IGD) saja,
karena kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau, pada hal idealnya
waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan tim code blue adalah 5
menit. Sehingga diharapkan setiap regio rumah sakit mempunyai tim yang
dapat melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue
rumah sakit yang telah ditunjuk untuk meningkatkan harapan hidup pasien.
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 4 sampai 5
anggota yang terlatih BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah dibawa
(satu kit resusitasi dasar), harus ditempatkan di lokasi strategis di seluruh
kawasan rumah sakit, terutama di daerah probabilitas tinggi terjadi kondisi
darurat medis, sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan
memanfaatkan peralatan kit resusitasi dasar tsb, sehingga efektifitas dan
waktu respon dari tim code blue akan lebih baik dan harapan hidup pasien
akan meningkat.
Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama
tenaga non dokter dan non medis dilatih keterampilan BLS, agar dapat
memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian, sambil
menunggu respon primer atau tim code blue datang, selanjutnya perlu
dilakukan persiapan tentang :
3.1.1 Fase code blue
a. Alert System.
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi dengan ruangan yang
digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat
medis dalam lingkup rumah sakit, maka personil rumah sakit dimana saja
berada dapat mengaktifkantanda/code blue lewat paginglokasi di FO,
informasi disebarkan ke tim code blue agar tim mengetahui dimana lokasi
kejadian pasien butuh bantuan tim code blue.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 10


Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima
pesan “code blue“ (code blue activation) dan kedatangan tim code blue di
lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit.
3.3.2 Local Alert
a. Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh rumah sakit (zone
coordinator)
b. Pengumuman melalui telp central operator 113 selanjutnya FO paging
, yang telah terintegrasi keseluruh ruangan.
c. Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi strategis
yang telah ditunjuk oleh koordinator tim.
d. Setelah ada informasi kejadian dari FO melalui paging, tim code blue
primermeninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code blue di
ruangan yang sdh ditentukan , dan bergegas kelokasi untuk memulai
BHD/CPR.
3.3.3 Hospital Alert
Paging ,(harus tersedia dan terinformasi ke seluruh ruangan rumah sakit
yang terintegrasi) sebagai pusat panggilan kegawatdaruratan medis :
a. Prioritas 1 : Untuk mengaktifkan tim code blue sekunder dari tim
emergencitrauma disaster.
b. Prioritas 2 : Untuk memeriksa ( sebagai jaring pengaman kedua)
pengaktifantim code blue primer.

3.3.4 Tanggung jawab sentral/ operator rumah sakit terhadap codeblueline


di rumah sakit :
a. Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue
kasusyangsebenarnya (sampai bisa dibuktikan)
b. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya ( < 3x dering )
c. Informasi vital adalah :
1. Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/paramedis/dokter tim code
blue (jadwal di distribusikan ke central/ operator rumah sakit setiap
bulan)
2. Lokasi pasti.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 11


3. Trauma atau kasus medis
4. Dewasa atau anak-anak.
3.3.5 Intervensi segera di tempat kejadian
Tim di tempat kejadian darurat medis ditemukan pasien tidak sadar
atau dalam cardiac dan Respiratory arrest bertanggung jawab untuk
meminta bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman
Basic Life Support (BLS)dan keterampilan ALS serta peralatan cukup,
SDM terlatih dan lengkap.
3.3.6 Petunjuk pelaksanaan tim code blue dilapangan :
a. Persiapan sebelum kedatangan :
1. Nomor handphone tim code blue rumah sakit ditempatkan di seluruh
ruangan di rumah sakit termasuk kantor, lobi lift, koridor, kantin,
taman, tempat parkir, dan lokasilain di dalam rumah sakit.
2. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus dapat
mengaktifkan pemberitahuan lokal ke tim code blue primer atau
seseorang ke FO untuk selanjutnya di teruskan informasi tersebar ke
sentral/ operator rumahsakit melalui paging.
3. Menginstruksikan tim untuk bergerak menuju lokasi kejadian, mereka
juga harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika
tersedia.
4. Pada saat yang sama aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus
dilakukan dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit yang
sudah ditetapkan.
5. Pihak yang bertanggung jawab atas daerah tertentu (dari ruang
lain)juga harus diberitahu untuk datang ke lokasi segera.
6. Sementara menunggu kedatangan tim code blue utama (Primer), jika
tersedia timyang terlatih untuk BLS, diinformasikan tim harus
memulai BLS (posisi airway, bantuan pernafasan, kompresi dada dll)
7. Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang di tempat kejadian
harus menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi
dari kerumunan orang banyak.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 12


8. Jika monitor jantung, defibrilator manual atau defibrilator eksternal
otomati (AED) tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien
untuk menentukan kebutuhan defibrilasi, fase ini dilakukan oleh tim
yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life
Support (ACLS)
9. Setiap ruangan harus berusaha untuk memastikan bahwa tim mereka
dilatihdalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka dilengkapi
dengan resusitasi kitdasar.
10. Tim dari masing – masing ruangan akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaanresusitasi kit mereka yang sudah tersedia.
11. Semua data kasus code blue harus terkirim ke koordinator tim, untuk
dilakukan evaluasi lebih lanjut tentang pelaksanan timcode blue di
lapangan/ lokasi kejadian, termasuk respon time menerima pesan serta
response time kedatangan tim code blue di lokasi kejadian.

3.3.7 Kedatangan Tim code blue


a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus
menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit dasar
(tasperalatan) mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis dengan
berjalan kaki
b. Tim code blue harus cepat berespon bergerak ke arah lokasi
denganmenggunakan rute terpendek yang tersedia
c. Waktu respon (layanan standar) code blue call/ aktivasi kedatangan tim
codeblue ditempat kejadian harus tersimpan datanya (untuk MONEV).
d. Setiap tenaga medis maupun non medis yang sudah diberikan pelatihan
BLS, di lokasi kejadian harus memulai tindakan BLS sambil menunggu
kedatangantim code blue.
e. Tim code blue sampai di lokasi siap dengan peralatan resusitasi kit dasar,
apa bilakorban masih dalam cardiac atau respiratory arrest, tim akan
mengambil alihtugas resusitasi (koordinator tim mengarahkan untuk
tindakan selanjutnya)

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 13


f. Apa bila membutuhkan monitor jantung, defibrilator manual
ataudefibrilator eksternal otomatis (AED), peralatan ini harus
melekatkepada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi, fase ini
dilakukan olehtim yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert
Cardiac Life Support (ACLS)
g. Pengelolaan pasien selanjutnya diserahkan kepada koordinator tim code
blue.
h. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP/ pasien DOA,
korban di transfer ke bagian Kamar Mayat, bukan ke IGD (untuk
dokumentasi lebih lanjutatau konfirmasi kematian, serta administrasi
diselesaikan di bagian kamar mayat)
3.3.8 Peralatan yang dibutuhkan oleh tim code blue adalah :
a. Personal KIT :
a) Thermometer1 buah
b) Steteskop1 buah
c) Tensimeter1 buah
d) Senter genggam1 buah
b. Emergency Medikal Kit : Airway and Breathing Management
support
a. Intubasi set lengkap ( untuk bayi, anak, dewasa) : 1 set
b) Suction : 1 buah
c) BVM Resusitasi : ( bayi, anak,
dewasa)
d) Endotracheal Tube : ( Bayi, anak,
dewasa )
e) Stylet ukuran besar-kecil : 1 set
f) Magyl forcep : 1 set
c. Circulation support
a) Set infus mikro : 1 buah
b) Set infus makro : 1 buah
c) Needle intraosseus : 1 buah
d) Venocath : 1 buah

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 14


e) Minor surgery set : 1 set lengkap
f) Glucometer : 1 buah.

d. Obat-Obatan
a) Lidocain inj : 1 amp
b) Adrenalin in j : 1 amp
c) Nalokson inj : 1 amp
d) Phenobarbital : 1 amp
e) Sulfas atropin inj : 1 amp
f) MGSO4 inj : 1 buah
Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan
bantuan resusitasi, bila tim code blue membutuhkan akan segera dapat
mengakses peralatan/obat tersebut.

e. Alat Komunikasi
Tersedia Telepon /paging khusus code blue di rumah sakit,
ditempatkan di FO, merupakan alat panggilan khusus untuk tim code
blue.Sistem ini harus tersambung (connected) dengan ruangan di dalam
rumah sakit, agar response time tim code blue sesuai standar sampai di
tempat lokasi kejadian(5-10 menit)

3.3.9 Alur Komunikasi

Gawat Dokter ruangan/ jaga


Perawat pelaksana / PN
Pasien

Gawat Dokter ruangan/ jaga


Darurat
Perawat terlatih(perawat jaga)

Aktivasi
Blue Team

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 15


3.3.10 Algoritma Code Blue

Ditemukan korban/ pasien dengan cardiopulmonary arrest

 Staf rumah sakit memanggil pertolongan


 Mengaktifasi “local alert” menuju tim code blue primer

 Anggota bystander/ penemu pertama terlebih dahulu


melakukan BLS/ CPR bila memiliki skill yang cukup
 Lanjutkan BLS/ CPR sampai tim code blue datang
 Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang,
sementara menunggu, amankan korban dari kerumunan
 Segera hubungi code blue rumah sakit untuk aktivasi
‘hospital alert’

 Setelah mengaktifasi code blue tim primer yang bertugas


disekitar tempat kejadian bergegas menuju tempat kejadian
dengan resusitasi kit

 Setelah tim code blue sekunder/ ETD atang, mereka akan


mengambil alih resusitasi
 BLS dilanjutkan dan dilakukan AED
 Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim
code blue

 Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah stabil


untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut
 Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat,
korban harus tetap dipindahkan ke ETD untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 16


3.3.11 Sistem Kerja Code Blue
Setiap shift mulai bertugas sehari-hari, dokter ruangan/ dokter jaga
dan perawat terlatih (mampu melakukan BLS) di ruangan berkeliling
mengunjungi pasien yang sedang dirawat, untuk mengetahui ada/ tidaknya
pasien dalam kondisi kegawatan, sebagai trease di ruang perawatan. Pada
saat itu ditemukan ada pasien kondisi gawat darurat, maka dokter jaga/
perawat ruangan melakukan tindakan penanggulangan kegawatan sesuai
yang dibutuhkan pasien, serta secepatnya menghubungi tim code blue
melalui telephone No 147 dengan menyebut “Code Blue Code blue code
blue” di ruangan X nomor kamar X diulang 3 kali. Bila ada panggilan
code blue maka tim code blue yang sedang berdinas saat itu, langsung
melakukan koordinasi ke koordinator wajib menghentikan kegiatan
tugasnya saat itu, dan segera menuju lokasi kejadian.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 17


BAB IV
DOKUMENTASI

4.1 Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien saat
ditemukan di lokasi kejadian :
4.1.1 Mengisi format khusus tim code blue dalam melaksanakan tugas
4.1.2 Tim code blue bekerja sesuai dengan surat keputusan direktur utama,
dengan memperhatikan aspek patient safety dan manajemen resiko
sesuai standar.
4.1.3 Jadwal tim terinformasi kebagian satker terkait (Bagian SDM, Bidang
Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan Keperawatan, Bagian Umum,
Instalasi Humas, Koordinator Satpam)

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 18


BAB IV
PENUTUP

Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan code


blue adalah pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP
segera serta defibrilasi segera.Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang
di sekitar yang paling dekat jika menyaksikan seseorang tidak sadarkan diri
secara mendadak. Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk kondisi
penderita seperti di atas, RJP merupakan tindakan yang tidak berbahaya.
Lebih berbahaya bagi penderita jika penolong tidak bertindak apa-apa. Kualitas
RJP harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik
melalui menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada. Seluruh
tim medis RS Bunda Surabaya memegang peranan penting dalam perkembangan
sistem code blue.
Dengan adanya panduan code blue yang ada di RSU Bunda Sidoarjo
Bunda dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam melakukan pelayanan di
RSU Bunda Sidoarjo.

Pedoman Code Blue RSU Bunda Sidoarjo 19

Anda mungkin juga menyukai