Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PELAYANAN

CODE BLUE
_____________________________
RSUD dr. R. SOETIJONO BLORA

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA


RSUD Dr R SOETIJONO BLORA
Jl. Dr. Sutomo No. 42 Telp. (0296 ) 531118, 531839 Fax (0296) 531504
E – Mail : rsublora@yahoo.co.id
BLORA - 58211

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Dr. R. SOETIJONO BLORA.............................................ii


KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................v
BAB I DEFINISI..............................................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP.............................................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA...............................................................................................................4
BAB IV DOKUMENTASI...............................................................................................................5

ii
BAB I
DEFINISI

A. CODE BLUE
Adalah salah satu kode prosedur gawat darurat yang harus segera diaktifkan apabila
ditemukan seseorang dalam kondisi henti jantung/napas di dalam area rumah sakit.
B. TIM CODE BLUE
Adalah tim yang dibentuk berdasarkan surat keputusan direktur untuk melakukan
koordinasi kegiatan Pelayanan Code Blue di RSUD Dr R Soetijono Blora.
C. TIM RESPONSI CODE BLUE
Adalah tim yang bertugas melakukan tindakan resusitasi ketika sistem code blue di
RSUD Dr R Soetijono Blora diaktifkan.
D. RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi jantung dan pernapasan guna
kelangsungan hidup pasien.
E. PENOLAKAN RESUSITASI/ DO NOT RESUSCITATE (DNR)
Adalah suatu perintah kepada tenaga medis untuk tidak melakukan resusitasi
jantung paru (RJP). Hal ini berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi
medis tidak akan melakukan usaha RJP bila pernafasan maupun jantung pasien
berhenti.
Stiker berwarna ungu akan ditempelkan pada status rekam medis dan gelang/kalung
identifikasi pasien yang sudah menandatangani permintaan DNR.
F. DEFIBRILASI
Adalah tindakan pemberian arus listrik pada otot jantung melalui dinding dada
dengan menggunakan defibrilator.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan Pelayanan Code Blue disusun agar kondisi kegawatdaruratan henti


jantung/henti napas yang terjadi di area RSUD Dr R Soetijono Blora dapat ditangani
dengan cepat dan tepat. Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
perlindungan keselamatan pasien maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang terkoordinasi dengan baik. Untuk melakukan koordinasi tersebut maka
dibentuk Tim Code Blue.
Ketika terjadi kegawatdaruratan henti jantung/henti napas maka dilakukan aktivasi
sistem code blue sesegera mungkin. Sistem respon ini terbagi dalam 2 tahap:
1. Respon awal/primer dilakukan oleh petugas rumah sakit yang berada di sekitar
korban. Seluruh petugas medis maupun non medis di Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Batam diwajibkan memiliki keterampilan Bantuan Hidup Dasar (BHD) agar mampu
memberikan respon awal dengan tepat.
2. Respon kedua/sekunder dilakukan oleh Tim Responsi Code Blue yang akan menuju
lokasi kegawatdaruratan begitu sistem code blue diaktivasi. Tim ini terdiri dari
dokter dan perawat terlatih yang mampu memberikan Bantuan Hidup Lanjut (BHL).

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. TIM RESPONSI CODE BLUE


Tim Responsi Code Blue adalah tim yang bertugas melakukan tindakan
resusitasi ketika sistem code blue di RSUD Dr R Soetijono Blora diaktifkan.
Tim Responsi Code Blue pada setiap periode dinas terdiri dari seorang
dokter jaga IGD dan 4 orang perawat terlatih. Pada setiap periode dinas akan
ada jadwal Shift Tim Responsi Code Blue, yang setiap shift terdiri dari 5 orang
yang terdiri dari 1 ketua Tim (dokter) dan 4 anggota tim (Perawat)
Apabila terjadi aktivasi kode biru, setiap Tim Responsi Code Blue secara mandiri
wajib langsung menuju lokasi terjadinya code blue dengan membawa peralatan
dan perbekalan yang telah ditentukan sebelumnya
Pelaksanaan tugas masing-masing anggota dalam Tim Responsi Code
Blue adalah :
1. Dokter jaga IGD/Ruangan berperan sebagai ketua tim dengan tugas
sebagai berikut :
- Memimpin tindakan resusitasi jantung paru (RJP)
- Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien
- Melakukan koordinasi dengan DPJP dan sebagai pengambil
keputusan apabila DPJP sulit dihubungi
- Menentukan berakhirnya code blue
- Menentukan tindak lanjut paska resusitasi
2. Perawat 1 bertugas melakukan kompresi jantung.
3. Perawat 2 bertugas mempertahankan patensi jalan napas dan memberikan
bantuan ventilasi.
4. Perawat 3 bertugas melakukan pemasangan monitor EKG, melakukan
akses intravena, memberikan obat-obatan, dan menyiapkan defibrilator.
5. Perawat 4 bertugas melakukan pencatatan dan pelaporan serta
berkoordinasi dengan unit lain yang diperlukan.
Apabila saat tindakan hanya terdapat 3 orang perawat maka tugas pencatatan
dan pelaporan dapat dilakukan oleh ketua Tim Responsi Code Blue.

B. PEMBAGIAN AREA RUMAH SAKIT


Pembagian area rumah sakit dilakukan berdasarkan ketersediaan sarana
dan prasarana penunjang medis terutama yang dibutuhkan ketika harus
melakukan Bantuan Hidup Lanjut (BHL) pada korban henti jantung/napas.

3
Area RSUD Dr R Soetijono Blora dibagi menjadi :
 Area Non Medis :
- Lingkungan di luar gedung rumah sakit
- Bangunan lantai (1) Satu ( Area Perkantoran dan Penunjang)
- Bangunan lantai (2) Dua (Aula, Bidang Pelayanan, Bidang PI, Bidang
Kepegawaian)
 Area Medis :
- Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan.

C. SISTEM KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan dalam rumah sakit
adalah hal yang sangat penting. Agar dapat memberikan respon sekunder
dengan cepat maka komunikasi ketika aktivasi code blue harus memenuhi
beberapa hal yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan jelas dan informatif.
2. Laporan kondisi Code Blue setidaknya berisi informasi mengenai jumlah
korban dan lokasi kejadian. Bila memungkinkan dapat ditambahkan
informasi mengenai penanganan apa yang sudah dilakukan terhadap
korban dan alat penunjang medis apa yang mungkin dibutuhkan oleh
korban.
3. Aktivasi Code Blue akan diumumkan melalui pengeras suara sehingga
seluruh petugas Code Blue yang sudah ditunjuk dapat segera berangkat
menuju lokasi kejadian dengan akses paling cepat dalam waktu 3-5 menit.

D. PROSEDUR AKTIVASI CODE BLUE


Code Blue akan diaktivasi ketika terdapat masalah henti jantung/napas
yang mungkin menimpa pasien, pengunjung, maupun petugas di RSUD Dr R
Soetijono Blora
Petugas medis dan non medis yang telah mendapatkan pelatihan BHD
diharapkan mampu memberikan respon awal sesuai prosedur. Penolong awam
yang tidak terlatih (untrained lay rescuer) tidak dianjurkan melakukan
pengecekan nadi dan dianjurkan melakukan kompresi jantung tanpa kombinasi
bantuan napas (hands-only CPR) untuk mencegah kebingungan.
1. Langkah-langkah aktivasi pasien kegawatan medis, henti jantung/henti napas
dalam sistem code blue di luar Ruang Rawat Inap sebagai berikut :
a. Petugas non medis yang menemukan korban (keluarga, pengunjung atau
petugas) di luar ruang rawat inap dengan henti jantung segera

4
memberikan pertolongan Bantuan Hidup Dasar sambil berteriak “Code
Blue” 3 (tiga) kali berturut-turut dan minta tolong orang lain untuk
membantu memanggil bantuan tim blue code (telepon 101). Telepon
secara jelas menyebutkan lokasi kejadian, jumlah korban, kasus anak atau
dewasa. (indikasi pemanggilan tim blue code di RSUD Dr. R. Soetijono
Blora Pasien kritis (pasien henti nafas dan henti jantung)
b. Telepon dari petugas akan diterima oleh petugas informasi/satpam (via
telpon 101) dan petugas informasi akan menginformasikan ke seluruh unit
di rumah sakit RSUD Dr.R. Soetijono Blora melalui ’ paging System ’
(microfon dan pengeras suara yang ada di rumah sakit) bahwa ada
kejadian code blue sebanyak 3 (tiga) kali. dan Tim Code blue yang sudah
terjadwal bertugas ( disetiap bagian dan setiap shift ada dokter/perawat
sebagai petugas Code Blue) segera membawa box cde blue dibagiannya
dan sesuai dengan tugasnya masing-masing. tim Code blue akan segara
menuju lokasi kejadian untuk memberikan bantuan hidup lanjut. Bantuan
hidup dasar dengan kualitas tinggi dilakukan terus sambil menunggu tim
code blue datang. (Respon maksimal tim code blue adalah 10 menit untuk
seluruh area rumah sakit)
c. Tim Code Blue mengambil alih dan memberikan bantuan hidup lanjut.
Melakukan penilaian awal pada pasien dan melakukan resusitasi apabila
diperlukan. Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas tinggi,
perbandingan kompresi dan ventilasi 30 dibanding 2, dengan perhatian
pada kompresi yang dalam (minimal 5-6 cm), kompresi yang cepat
(minimal 100-120 kali/menit), dan menghindari interupsi selama siklus
kompresi dan ventilasi. Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2
menit atau 5 siklus petugas yang melakukan kompresi harus berganti.
Masing-masing penolong bekerja secara tim dengan 1 orang sebagai
pemimpin atau leader.
d. Tindakan secara dini defibrilasi
Tim code blue, membawa peralatan resusitasi termasuk defibrillator dan
melakukan bantuan hidup lanjut termasuk pemberian obat-obatan dan
penggunaan defibrillator apabila diindikasikan.
e. Jika kondisi pasien sudah membaik dan layak transport maka pasien akan
dipindahkan ke ruang Gawat Darurat untuk dilakukan monitoring yang
lebih ketat termasuk kemungkinan proses merujuk ke rumah sakit yang
lebih sesuai. Selanjutnya tim code blue melaporkan kondisi pasien kepada
dokter penanggung jawab.

5
2. Langkah-langkah aktivasi pasien kegawatan medis, henti jantung/henti napas
dalam sistem code blue di Ruang Rawat Inap sebagai berikut :
a. Petugas paramedic (perawat di ruang rawat inap) yang menemukan
korban (pasien, keluarga, pengunjung atau petugas) di ruang rawat inap
dengan henti jantung segera memberikan pertolongan Bantuan Hidup
Dasar (RJP) sambil berteriak “Code Blue” 3 (tiga) kali berturut-turut dan
minta tolong orang lain untuk membantu memanggil bantuan tim blue
code (telepon 101). Telepon secara jelas menyebutkan lokasi kejadian
(nama ruang dan nomor kamar). indikasi pemanggilan tim blue code di
RSUD Dr. R. Soetijono Blora Pasien kritis (pasien henti nafas dan henti
jantung)
b. Telepon dari petugas akan diterima oleh petugas informasi/satpam (via
telpon 101) dan petugas informasi akan menginformasikan ke seluruh unit
di rumah sakit RSUD Dr.R. Soetijono Blora melalui melalui ’ paging
System ’ (microfon dan pengeras suara yang ada di rumah sakit) bahwa
ada kejadian code blue sebanyak 3 (tiga) kali.. dan Tim Code blue yang
sudah terjadwal bertugas ( disetiap bagian dan setiap shift ada
dokter/perawat sebagai petugas Code Blue) segera membawa box code
blue dibagiannya dan sesuai dengan tugasnya masing-masing. tim Code
blue akan segara menuju lokasi kejadian untuk memberikan bantuan
hidup lanjut. Bantuan hidup dasar dengan kualitas tinggi dilakukan terus
sambil menunggu tim code blue datang. (Respon maksimal tim code blue
adalah 10 menit untuk seluruh area rumah sakit)
c. Tim Code Blue mengambil alih dan memberikan bantuan hidup lanjut.
Melakukan penilaian awal pada pasien dan melakukan resusitasi apabila
diperlukan. Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas tinggi,
perbandingan kompresi dan ventilasi 30 dibanding 2, dengan perhatian
pada kompresi yang dalam (minimal 5-6 cm), kompresi yang cepat
(minimal 100-120 kali/menit), dan menghindari interupsi selama siklus
kompresi dan ventilasi. Untuk mencegah kelelahan penolong setiap 2
menit atau 5 siklus petugas yang melakukan kompresi harus berganti.
Masing-masing penolong bekerja secara tim dengan 1 orang sebagai
pemimpin atau leader.
d. Tindakan secara dini defibrilasi
Tim code blue, membawa peralatan resusitasi termasuk defibrillator dan
melakukan bantuan hidup lanjut termasuk pemberian obat-obatan dan
penggunaan defibrillator apabila diindikasikan.

6
e. Jika kondisi pasien sudah membaik dan layak transport maka pasien akan
dipindahkan ke ruang ICU untuk dilakukan monitoring yang lebih ketat
termasuk kemungkinan proses merujuk ke rumah sakit yang lebih sesuai.
Selanjutnya tim code blue melaporkan kondisi pasien kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Seluruh tindakan resusitasi harus dilaporkan kepada Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) yang ditunjuk. Pencatatan seluruh kegiatan resusitasi
dilakukan oleh perawat dan ditulis dalam formulir Laporan Kejadian Code Blue
dan akan dilampirkan dalam rekam medis pasien. Setiap kasus code blue harus
dilaporkan kepada Petugas Pencatatan dan Pelaporan Tim Code Blue dalam
waktu 1x24 jam untuk kemudian dievaluasi oleh Tim Code Blue.

E. SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG MEDIS


Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang medis yang memadai
sangat berperan penting dalam melakukan tindakan resusitasi sesuai prosedur.
Sarana dan prasarana penunjang medis yang tersedia di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan Batam diantaranya :
1. 1 kit code blue di IGD RSUD Dr R Soetijono Blora.
Kit code blue akan dibawa bila tindakan terjadi di lokasi yang tidak
terdapat troli emergensi.
2. troli emergensi di area medis di RSUD Dr R Soetijono Blora.Lokasi
troli emergensi tersebut adalah :
Isi troli emergensi disesuaikan dengan Kebijakan Pengelolaan Obat
Emergensi di RSUD Dr R Soetijono Blora.

F. TINDAKAN PASCA RESUSITASI


Tindakan paska resusitasi ditentukan oleh ketua Tim Responsi Code Blue.
Tindakan paska resusitasi di RSUD Dr R Soetijono Blora :
- Apabila resusitasi berhasil maka setelah dilakukan penilaian kondisi, korban
dapat ditranfer ke :
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) kemudian dirujuk ke rumah sakit setempat
dengan peralatan penunjang yang lebih lengkap apabila perawatan
definitif paska resusitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan di RSUD
Dr R Soetijono Blora
2. Instalasi Care Unit (ICU) apabila pasien dianggap membutuhkan
monitoring yang lebih ketat paska resusitasi
- Apabila resusitasi tidak berhasil dan korban tidak dapat diselamatkan maka
korban dibawa ke kamar jenazah.

7
G. PELATIHAN PETUGAS
Pelatihan petugas medis maupun non medis di RSUD Dr R Soetijono
Blora dilakukan dengan kolaborasi dengan Bagian Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat). Setiap petugas diwajibkan memiliki keterampilan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) dengan sertifikasi. Ketua Tim Responsi Code Blue diwajibkan memiliki
sertifikasi AC-CLS atau BT-CLS yang masih berlaku.

BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap kejadian code blue harus dicatat oleh unit tempat resusitasi jantung paru

8
dilakukan meliputi:
a. Nama pasien atau korban.
b. Waktu terjadinya kejadian code blue.
c. Waktu berakhirnya kejadian code blue
d. Hasil upaya resusitasi jantung paru yang dilakukan: berhasil yang ditandai
kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau tidak berhasil ROSC yang berakhir
kematian.
Sedangkan pelaksanan Code Blue di dokumentasikan pada Form Code Blue RSUD
Dr.R Soetijono Blora.
Kegiatan dan kejadian yang terkait dengan pelaksanaan code blue akan dicatat dalam
Buku Rekap Code Blue yang berisikan no, tanggal, nama pasien dan no rekam medis,
diagnosa, lama RJP, nama petugas, keberhasilan, obat/alat yang digunakan dan
keterangan. Dan membuat laporan tahunan yang berisi rekapitulasi data selama satu
tahun. Buku Rekap ini disimpan dan dicatat oleh Sekretaris tim Code Blue

DIREKTUR
RSUD Dr. R. SOETIJONO BLORA

9
NUGROHO ADIWARSO

10

Anda mungkin juga menyukai