Anda di halaman 1dari 14

Panduan

Reaksi Cepat Penanganan

Kegawatdaruratan Medis (Code Blue)

Rumah Sakit Umum Wonolangan


i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita semua. Alhamdulillah Panduan
Tatalaksana Pelayanan Tim Code Blue (Rapid Response System For Resucitation) tahun 2019 RSU
Wonolangan telah kita miliki. Panduan ini diharapkan menjadi acuan dalam peningkatan mutu
pelayanan darurat medis di lingkungan RSU Wonolangan yang kita cintai ini.

Ucapan terimakasih kepada Bidang Pelayanan Medik yang telah menyelesaikan Panduan
Tatalaksana Pelayanan Tim Code Blue (Rapid Response System For Resucitation) tahun 2019 RSU
Wonolangan ini. Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT, saran dan
masukan dari kita sangat diharapkan untuk kesempurnaan panduan ini untuk masa yang akan
datang.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Probolinggo, 02 Januari 2019


Kepala Rumah Sakit

dr. Mariani Indahri

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I Definisi...................................................................................................................1
BAB II Ruang Lingkup......................................................................................................4
BAB III Tata Laksanana .................................................................................................12
BAB IV Dokumentasi.....................................................................................................16

iii
KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT
NOMOR : XA-SURKP/ 01/19.375
TENTANG
PANDUAN REAKSI CEPAT PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIS (CODE BLUE)
KEPALA RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN,

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Umum Wonolangan memberikan pelayanan


sesuai berbagai variasi kebutuhan pelayanan termasuk pelayanan
kritis dan berisiko

b. Bahwa pelayanan resusitasi ditetapkan sebagai salah satu pelayanan


berisiko tinggi yang memerlukan penanganan cepat dan tepat

c. Bahwa agar maksud dan tujuan pada butir b di atas dapat tercapai
perlu ditetapkan kebijakan reaksi cepat penanganan
kegawatdaruratan medis (Code Blue) Rumah Sakit Umum
Wonolangan.

d. Bahwa untuk pelaksanaannya perlu ditetapkan dalam surat keputusan

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;

iv
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN


TENTANG PANDUAN REAKSI CEPAT PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN MEDIS (CODE BLUE) DI RUMAH SAKIT
UMUM WONOLANGAN.
Kesatu : Kebijakan Reaksi Cepat Penanganan Kegawatdaruratan Medis di
Rumah Sakit Umum Wonolangan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Kedua : Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua harus
dijadikan acuan dalam penanganan kegawatdaruratan medis di
Rumah Sakit Umum Wonolangan.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Probolinggo
Pada tanggal : 02 Januari 2019
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN

dr. Mariani Indahri


Kepala Rumah Sakit

v
BAB I

DEFINISI

1.1 Definisi

Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera
diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiaerespiratory arrest di dalam
area rumah sakit. Code blue response team atau timcode blue adalah suatu tim yang
dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue didalam area
rumah sakit. Tim ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam
penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.

Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk meningkatkan daya


tahan hidup setelah terjadinya henti jantung.Meskipun pencapaian optimal dari
resusitasi jantung paru ini dapat bervariasi, tergantung kepada kemampuan penolong,
kondisi korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada
bagaimana melakukan resusitasi jantung paru sedini mungkin dan efektif.Bantuan hidup
dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi dengan segera
melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan memberikan napas
bantuan.Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi C-A-B (compression —
airway — breathing) ini dengan pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung
sehingga perfusi jaringan dapat terjaga.

Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival) adalah
mendeteksi segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early access), rantai
kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation),
rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah
tindakan bantuan hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan
rantai kelima adalah perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care).

1
1.2 TUJUAN

Tujuan dari panduan ini adalah :

1. Untuk memberikan panduan baku


bagi tim code blue dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tim reaksi cepat
jika code blue diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh
petugas di RS Islam Jemursari pada pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat
darurat.
3. Mempercepat respon time
kegawatdaruratan di rumah sakit untuk menghindari kematian dan kecacatan yang
seharusnya tidak perlu terjadi.

2
BAB II

RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
cardiacrespiratory arrest tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap, yaitu:

1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit baik medis
ataupun non medis yang berada di sekitar korban.
2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari tim code blue.

Petugas Reaksi Cepat Kegawatdaruratan (Code Blue) minimal terdiri atas 1 dokter jaga
IGD dan 2 perawat. Dokter jaga IGD bertugas sebagai komando dan pemegang kendali atas
jalan nafas pasien, satu perawat sebagai pemegang kendali atas sirkulasi pasien, dan satu
perawat lainnya sebagai pemegang kendali atas obat emergensi sekaligus dokumentasi
tindakan resusitasi. Setiap tindakan resusitasi yang dilaksanakan oleh Petugas Reaksi Cepat
Kegawatdaruratan (Code Blue) didokumentasikan dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi dan diverifikasi oleh dokter jaga IGD yang menjadi komando proses resusitasi.
1. Aktivasi sistim Code Blue dilakukan oleh petugas yang menemukan korban di lingkungan
Rumah Sakit.
2. Aktivasi sistim Code Blue menggunakan Handy Talkie (HT yang tersedia di unit / ruangan
dengan zoning sebagai berikut :
 IGD : termasuk Unit Laboratorium, Unit Radiologi dan area sekitarnya.
 TPP 1 : termasuk Unit Rekam Medis, Unit Farmasi dan area sekitarnya.
 Unit Kebidanan dan Kandungan
 Unit Kamar Operasi dan Sterilisasi
 Unit Rawat Intensif
 Nurse Station 1 dan area sekitarnya
 Nurse Station 2 : termasuk Unit Gizi dan area sekitarnya
 Nurse Station 3 : termasuk IPSRS dan area sekitarnya

3
 Unit Rawat Jalan
 Gedung Serba Guna
 Kantor Administrasi Keuangan dan Umum dan area sekitarnya

BAB III

TATA LAKSANA

3.1 PROSEDUR CODE BLUE


1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest
maka perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap pertolongan,
yaitu:

2. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.

3. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan.

4. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu.

5. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui di
lokasi untuk mengaktifkan code blue.

6. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue.

7. Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera menghubungi
operator dengan menggunakan handy talky untuk mengaktifkan code blue,
dengan prosedur sebagai berikut:

8. Perkenalkan diri.

9. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.

10. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest dengan lengkap dan
jelas, yaitu: area ….. (area satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau ruangan.

11. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “ nama ruangan …..
nomor …. “.

4
12. Waktu respon operator menerima informasi dari handy talky adalah harus
secepatnya diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon.

13. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat ruangan II segera membawa troli
emergensi (emergency trolley) ke lokasi dan membantu perawat ruangan I
melakukan resusitasi sampai dengan tim Code Blue datang. Operator
menggunakan alat telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara
mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut:

14. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area …..(satu/dua/tiga/empat), nama lokasi
atau ruangan…..”.

15. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code Blue, Code
Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor kamar …..”.

16. Setelah timcode blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka
segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil resusitasi kit dan
menuju lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi
code blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya
cardiacrespiratory arrest adalah 5 menit.

17. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk
memastikan bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya
cardiacrespiratory arrest

18. Jika lokasi terjadinya cardiacrespiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia
(public area) maka petugas keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya
untuk mengamankan lokasi tersebut sehingga timcode blue dapat melaksanakan
tugasnya dengan aman dan sesuai prosedur.

19. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa
resusitasi dihentikan oleh ketua timcode blue.

20. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue memberikan bantuan
hidup dasar kepada pasien kemudian segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.

5
21. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu:

22. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi
Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga
pasien setuju.

23. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh maka
pasien di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas

24. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang perawatan
biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat penolakan.

25. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi
dengan bagian bina rohani, kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah.

26. Ketua timcode blue melakukan koordinasi dengan DPJP.

27. Ketua timcode blue memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien.

28. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis pasien
dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi.

 3.2 PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE

Tim code blue di Rumah Sakit terbagi atas:

1. Dokter jaga sejumlah 1 orang.


2. Perawat jaga sejumlah 2 orang (bila kegawatan dari ruang rawat inap,
perawat bisa dari unit terkait, bila kegawatan di luar area perawatan pasien,
perawat dari unit terdekat)
3. Petugas keamanan sejumlah 1 orang untuk membantu pengambilan oksigen
transport dan brankart saat korban perlu ditransfer ke IGD/Unit Rawat Intensive.

3.3 URAIAN TUGAS TIM CODE BLUE

1. Ketua Tim Code Blue


Memimpin pelaksanaan code blue di area Rumah Sakit Ketua timcode blue di

6
semua area adalah dokter jaga IGD Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
2. Menentukan tindak lanjut
pasca resusitasi.

3. Melakukan koordinasi dengan


Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).

4. Sebagai pengambil keputusan


dalam kondisi emergensi atau kondisi jika DPJP tidak ada di tempat atau sulit
dihubungi.

5. Melakukan edukasi dengan


keluarga pasien.

6. Melakukan koordinasi dengan


bagian pelayanan medis dan keperawatan terkait jadwal jaga timcode blue.

7. Melakukan koordinasi dengan


bagian/unit yang lain untuk pelaksanaan code blue, misalnya dengan bagian farmasi
untuk pengadaan obat dan alat kesehatan (alkes) emergensi.

8. Bekerja sama dengan diklat


Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas tim code blue.

9. Anggota Tim Code Blue


a. Perawat
b. Dokter pelaksana code blue bertugas Berkoordinasi dengan perawat ruangan (I)
atau .first responder
c. Semua kepala tim jaga dan anggota tim code blue memiliki alat komunikasi (HT)
yang harus selalu dinyalakan dan standbye.

7
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien saat ditemukan di lokasi


kejadian :

1. Mengisi format EWS sesuai dengan usia dan kasus, khusus tim code blue dalam
melaksanakan tugas.

8
2. Tim code blue bekerja sesuai dengan surat keputusan direktur utama, dengan
memperhatikan aspek patient safety dan manajemen resiko sesuai standar.

Anda mungkin juga menyukai