Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN CODE BLUE

RSU dr. SUYUDI PACIRAN LAMONGAN

OLEH :
TEAM POKJA PAP

RSU dr. SUYUDI PACIRAN 2019


Jl. Raya Deandles Paciran Kab. Lamongan
Telp. (0322)661412, Fax. 0322666293, Hp. 081330758300
Email : rsu.suyudi@gmail.co
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum w.w

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan
menambah ilmu pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan
mahaguru bagi kita semua. Alhamdulillah Panduan Tatalaksana Pelayanan Tim
Code Blue (Rapid Response System For Resucitation) Edisi 1 tahun 2019 RSU dr.
Suyudi Paciran telah kita miliki. Panduan ini diharapkan menjadi acuan dalam
peningkatan mutu pelayanan darurat medis di lingkungan RSU dr. Suyudi Paciran
yang kita cintai ini.

Ucapan terimakasih kepada Bidang Pelayanan Medik dan team pokja PAP
yang telah menyelesaikan Panduan Tatalaksana Pelayanan Tim Code Blue (Rapid
Response System For Resucitation) Edisi 1 tahun 2019 RSU dr. Suyudi Paciran ini.
Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT, maka itu saran
dan masukan bagi kami sangat diharapkan untuk kesempurnaan panduan ini untuk
masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.


PANDUAN TATALAKSANA PELAYANAN TIM CODE BLUE
(RAPID RESPONSE SYSTEM FOR RESUCITATION)

BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Code Blue adalah stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area
rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code
blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac
atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau bernafas) misalnya
pasien yang membutuhkan resusitasi.
Code blue team adalah : tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang
ditunjuk sebagai “ code - team “ yang secara cepat ke pasien untuk melakukan
tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-car, kursi roda/ tandu, alat-alat
penting seperti defibrilator, suction, oksigen, ambubag, obat-obat resusitasi
(adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien.
Basic Life Support (BLS) atau bantuan hidup dasar merupakan awal respons
tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun
orang awam yang melihat pertama kali korban. Skills haruslah dikuasai oleh
paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya, karena
seringkali korban justru ditemukan pertama kali bukan oleh petugas medis.
BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/pertolongan hidup dasar yang
meliputi bebas nya jalan nafas (airway/A), pernafasan yang adekuat (breathing/B),
sirkulasi yang adekuat (circulation/C ).
Advance Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau
pertolongan pertama pada penyakit jantung.
B. Organisasi Tim code blue
Tim code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang waktu, 1
(satu) tim code blue respond primer beranggotakan kru yang telah memiliki sertifikat
dan menguasai Basic Life Support (BLS). Tim code blue terdiri dari 5 sampai 10
anggota yaitu :
1. 1 (satu) penanggung jawab tim
2. 1 (satu) dokter sebagai leader
3. 5 (lima) Assisten petugas medis : 3 atau 5 perawat pelaksana dan tim resusitasi
4. 1 (satu) kelompok pendukung (jika diperlukan seperti security/ tim K3RS yang
sudah dilatih BHD.
5. 1 (satu) tim ETD (Emergency Trauma Disaster)

C. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab tim
Dijabat oleh dokter Anestesi, KIC/ICU/NICU: bertugas mengkoordinir anggota
tim serta dapat bekerjasama dengan diklat mengadakan pelatihan
kegawatdaruratan yang dibutuhkan oleh anggota tim
2. Koordinator/Leader
Dijabat oleh dr jaga/ dokter ruangan: bertugas mengidentifikasi awal/ trease
pasien, serta memimpin penanggulangan pasien saat terjadi
kagawatdaruratan, memimpin tim saat pelaksana RJP, dapat menentukan
sikap selanjutnya.
3. Perawat pelaksana
Bertugas bersama dokter penenggung jawab medis melakukan triage pada
pasien, membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat
darurat diruang perawatan .
4. Tim Resusitasi (Perawat terlatih dan dokter ruangan/ dokter jaga terlatih),
bertugas memberikan bantuan hidup dasar & resusitasi jantung paru kepada
pasien gawat darurat
5. Daftar anggota Tim Code Blue merupakan tanggung jawab Koordinator tim
setiap bulan.
Setiap anggota tim code blue akan memiliki tanggung jawab seperti pemimpin
tim, manajer airway, kompresi dada, IV Line, persiapan obat & defibrilator, setiap
anggota tim yang ditunjuk harus membawa alat komunikasi ( HT/HP)

D. Struktur Organisasi

PENANGGUNG JAWAB TEAM

LEADER: TIM RESUSITASI PERAWAT


 DOKTER RUANGAN DOKTER & PERAWAT PELAKSANA:
 DOKTER JAGA TERLATIH  PERAWAT
RUANGAN
 PERAWAT JAGA

DOKTER JAGA BERSAMA


PERAWAT PENANGGUNG
JAWAB:
 PERAWAT IGD
 PERAWAT IRJ
 PERAWAT IRNA
 PERAWAT ICU/HCU
 PERAWAT NICU
 PERAWAT IBS
 PERAWAT HD

E. Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Tim Code Blue.


Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan
harus memiliki sertfikat ACLS/ATLS berlaku 3 atau 5 tahun, setelah itu ditinjau
ulang kembali sertifikat tsb, termasuk kebijakan dan prosedur, serta melakukan
review standar/ peraturan, melakukan pengukuran standar pelayanan (jam
pelayanan) serta audit.
BAB II
RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua
kondisi darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera
mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap :
1. Respon awal (responder pertama/tim primer) berasal dari petugas rumah
sakit yang berada disekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support
(BLS)
2. Respon kedua (responder kedua/tim sekunder) merupakan tim khusus dan
terlatih, yang berasal dari unit khusus yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar
kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit, untuk menunjang
hal tersebut yang dilakukan adalah :
a. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS
untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS dilokasi kejadian.
b. Peralatan BLS harus ditempatkan dilokasi yang strategis dalam
kawasan rumah sakit, misal nya di lobby rumah sakit, ruang tunggu poli
klinik, dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindahkan atau
dibawa untuk respon yang cepat dan tepat.

Area cakupan Tim Code Blue.


No. Tim code blue primer Area Cakupan.
(Koord)
1. IGD, HD, IRJ Area Parkir, Depan IGD, IRJ, Farmasi,
Laborat, radiology, HD, instalasi gizi,
loundri, musholah dan kasir
2. IRNA IRNA LT. 1,2,3,&4, VK, area kantor dan
ruang pertemuan dan Nifas
3. ICU, IBS ICU/ICCU, HCU, NICU, OK
BAB III
TATA LAKSANA

Respon tim code blue untuk seluruh daerah di RSU dr. Suyudi Paciran tidak
dapat ditangani oleh tim dibawah Instalasi Gawat Darurat (IGD) saja, karena
kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau, pada hal idealnya waktu antara
aktivasi code blue sampai kedatangan tim code blue adalah 5 menit. Sehingga
diharapkan setiap regio rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS
awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit yang telah ditunjuk
untuk meningkatkan harapan hidup pasien.
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 4 sampai 5 anggota yang
terlatih BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah dibawa (satu kit resusitasi
dasar), harus ditempatkan di lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit,
terutama di daerah probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis, sehingga tim
dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan kit resusitasi dasar
tsb, sehingga efektifitas dan waktu respon dari tim code blue akan lebih baik dan
harapan hidup pasien akan meningkat.
Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga
non dokter dan non medis dilatih keterampilan BLS, agar dapat memberikan
resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian, sambil menunggu respon primer
atau tim code blue datang, selanjutnya perlu dilakukan persiapan tentang :

1. Fase code blue


a. Alert System.
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi dengan ruangan yang
digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis
dalam lingkup rumah sakit, maka personil rumah sakit dimana saja berada
dapat mengaktifkan tanda/ code blue lewat telephone khusus ke No 101
lokasi di Front office, informasi disebarkan ke tim code blue agar tim
mengetahui dimana lokasi kejadian pasien butuh bantuan tim code blue.
Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan
“code blue“ (code blue activation) dan kedatangan tim code blue di lokasi
kejadian adalah 3 sampai 5 menit.
b.Local Alert
a) Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh rumah sakit (zone
coordinator)
b) Pengumuman melalui central operator rumah sakit melalui telephone No
101, yang telah terintegrasi keseluruh ruangan.
c) Menampilkan nama-nama tim code blue primer dan sekunder di lokasi
strategis yang telah ditunjuk oleh koordinator tim.
d) Setelah ada informasi kejadian dari central operator melaui telephone No
101, tim code blue meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code
blue atau peralatan emergency di IGD, dan bergegas ke lokasi untuk
memulai BHD/CPR.

c.Hospital Alert
Nomor telephone code blue dengan No 101, (harus tersedia dan terinformasi
ke central operator rumah sakit yang terintegrasi ke ruangan) sebagai pusat
panggilan kegawatdaruratan medis :
a) Prioritas 1 : Untuk mengaktifkan tim code blue dari tim emergency
trauma disaster.
b) Prioritas 2 : Untuk memeriksa ( sebagai jaring pengaman kedua)
pengaktifan tim code blue.

2. Tanggung jawab sentral/ operator rumah sakit terhadap code blue line di
rumah sakit :
a. Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang
sebenarnya (sampai bisa dibuktikan)
b. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya ( < 3x dering )
c. Informasi vital adalah :
a) Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tim code
blue (jadwal di distribusikan ke central/ operator rumah sakit setiap
bulan)
b) Lokasi pasti.
c) Trauma atau kasus medis
d) Dewasa atau anak-anak.

3. Intervensi segera di tempat kejadian


Tim di tempat kejadian darurat medis ditemukan pasien tidak sadar atau
dalam cardiac dan Respiratory arrest bertanggung jawab untuk meminta bantuan
lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS)
dan keterampilan ALS serta peralatan cukup, SDM terlatih dan lengkap.

4. Petunjuk pelaksanaan tim code blue dilapangan :


a. Persiapan sebelum kedatangan :
a) Nomor handphone tim code blue rumah sakit ditempatkan di seluruh ruangan
di rumah sakit termasuk kantor, lobi lift, koridor, kantin, taman, tempat parkir,
dan lokasi lain di dalam rumah sakit.
b) Personil rumah sakit yang menemukan korban harus dapat mengaktifkan
pemberitahuan lokal ke tim code blue primer atau seseorang ke handphone
masing masing tim atau No 101, dan di teruskan informasi tersebar ke
sentral/ operator rumah sakit.
c) Menginstruksikan tim untuk bergerak menuju lokasi kejadian, mereka juga
harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia.
d) Pada saat yang sama aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan
dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit yang sudah ditetapkan.
e) Pihak yang bertanggung jawab atas daerah tertentu (dari ruang lain) juga
harus diberitahu untuk datang ke lokasi segera.
f) Sementara menunggu kedatangan tim code blue utama, jika tersedia tim
yang terlatih untuk BLS, diinformasikan tim harus memulai BLS (posisi
airway, bantuan pernafasan, kompresi dada dll)
g) Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang di tempat kejadian harus
menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari kerumunan
orang banyak.
h) Jika monitor jantung, defibrilator manual atau defibrilator eksternal otomati
(AED) tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien untuk menentukan
kebutuhan defibrilasi, fase ini dilakukan oleh tim yang berpengalaman atau
tim terlatih dalam Alert Cardiac Life Support (ACLS)
i) Setiap ruangan harus berusaha untuk memastikan bahwa tim mereka dilatih
dalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka dilengkapi dengan resusitasi
kit dasar.
j) Tim dari masing – masing ruangan akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaan resusitasi kit mereka yang sudah tersedia.
k) Semua data kasus code blue harus terkirim ke koordinator tim, untuk
dilakukan evaluasi lebih lanjut tentang pelaksanan tim code blue di lapangan/
lokasi kejadian, termasuk respon time menerima pesan serta response time
kedatangan tim code blue di lokasi kejadian.

5. Kedatangan Tim code blue


a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus
menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit dasar (tas
peralatan) mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis dengan berjalan
kaki
b. Tim code blue harus cepat berespon bergerak ke arah lokasi dengan
menggunakan rute terpendek yang tersedia
c. Waktu respon (layanan standar) code blue call/ aktivasi kedatangan tim
code blue ditempat kejadian harus tersimpan datanya (untuk MONEV).
d. Setiap tenaga medis maupun non medis yang sudah diberikan pelatihan
BLS, di lokasi kejadian harus memulai tindakan BLS sambil menunggu
kedatangan tim code blue.
e. Tim code blue sampai di lokasi siap dengan peralatan resusitasi kit dasar,
apa bila korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest, tim akan
mengambil alih tugas resusitasi (koordinator tim mengarahkan untuk
tindakan selanjutnya)
f. Apa bila membutuhkan monitor jantung, defibrilator manual atau
defibrilator eksternal otomatis (AED), peralatan ini harus melekat kepada
pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi, fase ini dilakukan oleh tim
yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life Support
(ACLS)
g. Pengelolaan pasien selanjutnya diserahkan kepada koordinator tim code
blue.
h. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP/ pasien DOA
(Death on Arrival), korban di transfer ke bagian Instalasi jenazah, bukan ke
IGD (untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian, serta
administrasi diselesaikan di bagian kamar mayat)

6. Peralatan yang dibutuhkan oleh tim code blue adalah :


a. Personal KIT :
a) Thermometer 1 buah
b) Steteskop 1 buah
c) Tensimeter 1 buah
d) Senter genggam 1 buah

b. Emergency Medikal Kit : Airway and Breathing Management support


a. Intubasi set lengkap ( untuk bayi, anak, dewasa) : 1 set
b) Suction : 1 buah
c) BVM Resusitasi : ( bayi, anak, dewasa)
d) Endotracheal Tube : ( Bayi, anak, dewasa )
e) Opa/GUDEL : 1 set
f) Magyl forcep : 1 set

c. Circulation support
a) Set infus mikro : 1 buah
b) Set infus makro : 1 buah
c) Needle intraosseus : 1 buah
d) Venocath : 1 buah
e) Minor surgery set : 1 set lengkap
f) Glucometer : 1 buah.

d. Obat-Obatan
1. Lidocain inj : 1 amp
2. Adrenalin in j : 5 amp
3. Nalokson inj : 1 amp
4. Phenobarbital : 1 amp
5. Sulfas atropin inj : 5 amp
6. Amiodaron inj : 3 amp
7. MGSO4 inj : 1 buah

Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan


resusitasi, bila tim code blue membutuhkan akan segera dapat mengakses
peralatan/ obat tersebut.

e. Alat Komunikasi
Tersedia Telepon khusus code blue di rumah sakit, ditempatkan di Front
office dengan nomor telephone No 101, merupakan alat panggilan khusus
untuk tim code blue. Sistem ini harus tersambung (connected) dengan
ruangan di dalam rumah sakit, agar response time tim code blue sesuai
standar sampai di tempat lokasi kejadian (3-5 menit)

Alur Komunikasi

Gawat Dokter jaga


Perawat Ruangan/jaga

Aktivasi
Pasien
Blue Team

Dokter ruangan/ jaga


Gawat
Perawat terlatih(perawat
Darurat
penanggung jawab)
f. Algoritma Code Blue

Ditemukan korban/ pasien dengan cardiopulmonary arrest

 Staf rumah sakit memanggil pertolongan


 Mengaktifasi “local alert” menuju tim code blue primer

 Anggota bystander/ penemu pertama terlebih dahulu


melakukan BLS/ CPR bila memiliki skill yang cukup
 Lanjutkan BLS/ CPR sampai tim code blue datang
 Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang,
sementara menunggu, amankan korban dari kerumunan
 Segera hubungi code blue rumah sakit untuk aktivasi
‘hospital alert’

 Setelah mengaktifasi code blue tim primer yang bertugas


disekitar tempat kejadian bergegas menuju tempat
kejadian dengan resusitasi kit

 Setelah tim code blue datang, mereka akan mengambil alih


resusitasi
 BLS dilanjutkan dan dilakukan AED
 Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim
code blue

 Pindahkan korban ke ETD/IGD/ICU secepat mungkin


setelah stabil untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut
 Jika resusitasi berhasil, korban harus dipindahkan ke
ETD/IGD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut
 Jika korban meninggal di tempat, maka pasien dipindahkan
ke instalasi jenazah untuk konfirmasi kematian dan
penyelesaian administrasi
g. Sistem Kerja Code Blue
Setiap shift mulai bertugas sehari-hari, dokter ruangan/ dokter jaga dan perawat
terlatih (mampu melakukan BLS) di ruangan berkeliling mengunjungi pasien
yang sedang dirawat, untuk mengetahui ada/ tidaknya pasien dalam kondisi
kegawatan, sebagai trease di ruang perawatan. Pada saat itu ditemukan ada
pasien kondisi gawat darurat, maka dokter jaga/ perawat ruangan melakukan
tindakan penanggulangan kegawatan sesuai yang dibutuhkan pasien, serta
secepatnya menghubungi tim code blue melalui telephone No 101 dengan
menyebut “Code blue code blue code blue” di ruangan X nomor kamar X
diulang 3 kali. Bila ada panggilan code blue maka tim code blue yang sedang
berdinas saat itu, langsung melakukan koordinasi ke koordinator wajib
menghentikan kegiatan tugasnya saat itu, dan segera menuju lokasi kejadian.
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien saat ditemukan di


lokasi kejadian :
1. Mengisi format khusus tim code blue dalam melaksanakan tugas
2. Tim code blue bekerja sesuai dengan surat keputusan direktur utama,
dengan memperhatikan aspek patient safety dan manajemen resiko
sesuai standar.
3. Jadwal tim terinformasi kebagian satker terkait (Bagian SDM, Bidang
Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan Keperawatan, Bagian Umum,
Instalasi Humas, Koordinator Satpam)

Anda mungkin juga menyukai