KELOMPOK 11
DISUSUN OLEH :
ANITA DAHLIA
RENI ANDRIANI
YENI MARLIANI (20250083P)
SONIYA
1
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini.Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................8
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi..................................................................................8
2.1.1 Pengertian Sistem.....................................................................................................8
2.2. Sistem Informasi........................................................................................................9
2.2.1. Pengertian Sistem Informasi...................................................................................9
2.2.2. Komponen Sistem Informasi..................................................................................10
2.2.3 Jenis – Jenis Sistem Informasi...............................................................................11
2.3 Sistem Informasi Kesehatan......................................................................................12
2.3 SISTEM INFORMASI KESEHATAN.....................................................................12
2.3.1. Batasan Sistem Informasi Kesehatan.....................................................................12
2.3.2. Komponen Sistem Informasi Kesehatan...............................................................13
2.3.3. Masalah-masalah Sistem Informasi Kesehatan......................................................13
2.3.4. Manfaat Dari Sistem Informasi Kesehatan....................................................................14
2.4 GAMBARAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL................................................15
2.4.1 Pengertian SKN......................................................................................................15
2.4.2. Tujuan SKN.........................................................................................................16
2.4.3. Landasan SKN.....................................................................................................16
2.4.4 Prinsip Dasar SKN................................................................................................16
2.4.5. Kedudukan SKN.....................................................................................................17
2.4.6. Subsistem SKN......................................................................................................17
2.4.7. Pola Pikir SKN......................................................................................................18
2.4.8 Penyelenggaraan SKN............................................................................................18
2.5 GAMBARAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL.........................19
2.6 GAMBARAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PROVINSI.........................21
2.7 GAMBARAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN/ KOTA...............22
2.8 GAMBARAN SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS).............................26
3
2.8 1. Pengertian Sistem Informasi Puskesmas...................................................................26
2.8 2. Ruang Lingkup (Kajian-Kajian) Sistem Informasi Puskesmas..............................28
2.8 3. Sumber Data Sistem Informasi Puskesmas..........................................................31
2.8 4. Pencatatan Dan Pelaporan Kegiatan Sistem Informasi Puskesmas......................32
2.8 5. Pengembangan Indikator Sistem Informasi Puskesmas........................................32
BAB III PENUTUP........................................................................................................34
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
terjadinya duplikasi data pasien suatu Rumah Sakit. Dengan demikian, keakuratan data dapat
terjamin untuk keperluan analisa penyebaran penyakit atau penyusunan laporan 10 penyakit
terbesar juga laporan-laporan lain ke Dinas Kesehatan. Laporan ini berperan penting untuk
menganalisis permasalahan-permasalahan kesehatan di masyarakat dalam merumuskan
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, penggunaan teknologi dalam menunjang Jaminan Kesehatan juga bisa
dimanfaatkan untuk membangun sebuah Integrated Healthcare Information System (Sistem
Informasi Layanan Kesehatan Terpadu) guna menghubungkan data antar Rumah Sakit
kabupaten, provinsi dan nasional. Ini dapat menunjang pelayanan kesehatan secara
menyeluruh misalnya dalam hal pengurusan surat rujukan pasien Rumah Sakit dari
Puskesmas atau klinik ke RSU Kabupaten/Provinsi dan nasional. Tidak perlu lagi terjadi
masalah penundaan pemberian layanan kesehatan dikarenakan persyaratan administratif
berupa surat rujukan dan identitas pribadi yang tidak lengkap jika setiap data antar Rumah
Sakit dan Puskesmas telah saling terhubung.
Penggunan teknologi informasi pada sarana pelayanan kesehatan tidak jauh dari
program dan desain antar muka (interface) nya. Maka dari itu dibutuhkan program yang
diesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, desain antar muka (interface) sistem informasi
sarana pelayanan kesehatan harus mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh seluruh
petugas pengolah data di sarana pelayanan kesehatan agar tidak memakan banyak waktu
kerja karena harus menghadapi sistem yang membingungkan dan bertele-tele. Desain antar
muka tersebut juga mungkin dapat dibuat seindah dan senyaman mungkin untuk dipandang
agar petugas tidak merasa jenuh dalam bekerja karena kejenuhan bisa membuat pekerjaan
menjadi kacau sehingga data informasi pasien yang harusnya dapat dikelola dengan menjadi
berantakan dan berimbas pada buruknya pelayanan kesehatan di sarana bersangkutan.
6
1.3 TUJUAN
1. Agar diketahui tentang sistem kesehatan
2. Agar diketahui tentang sistem kesehatan nasional
3. Agar diketahui tentang sistem informasi kesehatan
4. Agar diketahui tentang sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, daerah
kabupaten / kota dan puskesmas
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
Hubungan fungsional antar komponen system 4 Komponen-komponen fungsional
yang melandasi sistem menurut Siregar (1992) yaitu sebagai berikut :
1. Masukan ada 2 macam :
1. Masukan yang diolah oleh proses sistem (materi atau masalah)
2. Masukan yang dibutuhkan untuk mengolah dalam proses sistem.
3. Proses
Proses merupakan komponen sistem yang berfungsi untuk mengolah
sehingga dihasilkan keluaran atau kegiatan yang mengubah masukan menjadi
keluaran.
4. Keluaran
Keluaran merupakan hasil kerja langsung dari suatu sistem, bentuknya harus
nyata, dapat dilihat dan diukur.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan kegiatan dalam sistem dimana dengan adanya
umpan balik ini dapat dilakukan penyesuaian secara otomatis terhadap
masukan dan proses sehingga diperoleh keluaran yang sesuai.
6. Kontrol
Kontrol berfungsi untuk mengendalikan kerja sistem sehingga proses-proses
yang dilakukan sistem dapat menghasilkan keluaran sesuai dengan tujuan.
7. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat dimana sistem hidup. Lingkungan
mempunyai pengaruh terhadap sistem dan sebaliknya lingkungan dapat
dipengaruhi sistem (Siregar,1992).
9
membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi
dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.
Model dasar sistem adalah masukan, pengolahan, dan keluaran. Fungsi pengolahan
informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam waktu periode
sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem informasi ditambahkan pula media
penyimpan data (data base) maka fungsi pengolahan informasi bukan lagi mengubah data
menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan lanjutan.
Model dasar ini berguna dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem pengolahan
informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara tersendiri. Setiap
penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, penyimpanan, pengolahan dan keluaran.
Keberhasilan suatu sistem informasi sangat bergantung pada sistem basis data.
Semakin lengkap, akurat dan mudah dalam menampilkan kembali data yang ada dalam
sistem basis data maka akan semakin tinggi kualitas sistem informasi tersebut. Basis data
(database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya,
tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk
memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan
informasi lebih lanjut (Jogiyanto, 1999).
10
Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi, perangkat lunak, dan
perangkat keras.
5. Blok basis data, merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu dengan
lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak
untuk mengubahnya. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian
rupa, sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas.
6. Blok kendali, merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat cepat diatasi.
11
bisnis dan secara efektif menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu organisasi.
12
2.3.2. Komponen Sistem Informasi Kesehatan
Seperti sistem lainnya, sistem informasi kesehatan terdiri dari komponen yang saling
berhubungan yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:
a. Proses informasi, yang terdiri dari:
1. Pengumpulan data
2. Pengiriman data
3. Pengolahan data
4. Analisis data
5. Penyajian informasi
Pemantauan dan penilaian proses tersebut memungkinkan gabungan masukan
yang benar menghasilkan tipe keluaran yang benar pada waktu yang tepat. Sistem
informasi dapat menyediakan informasi yang tepat dan relevan hanya jika setiap
komponen proses informasi terstruktur dengan baik.
13
d. Tidak tepat waktu dalam melaporkan dan menindaklanjuti
e. Informasinya kurang berguna
Menurut Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah pada sistem informasi
kesehatan di Indonesia diantaranya:
1. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat banyak,
sehingga beban para petugas menjadi berat.
2. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data menjadi
lama, menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika disajikan dan
diumpanbalikkan.
3. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka banyak data
yang akhirnya tidak dimanfaatkan.
Keney (1999) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam pengumpulan
data kesehatan maternal diantaranya kualitas, kelengkapan dan ketersediaan infromasi yang
tidak adekuat yang menyebabkan keterbatasan dalam penggunaanya untuk menetapkan
kebijakan.
14
unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem
di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan
dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam
Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan
dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan
direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara
luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan
dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi
pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi,
untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
15
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata;
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
3. Kebijakan pembangunan kesehatan;
4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem
rujukan.
16
2. Hak Azasi Manusia; Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
setiap orang adalah hak azasi manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku,
agama, dan status sosial ekonomi.
3. Adil dan merata; Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat secara ekonomi dan geografi.
4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat; Kesehatan merupakan tanggung jawab
bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan perorangan (individu).
5. Kemitraan; Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran
yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
6. Pengutamaan dan manfaat; Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan golongan dan perorangan.
Pemanfaatan iptek dalam pembangunan kesehatan.
7. Tata kepemerintahan yang baik; Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara
demokratis, berkepastian hukum, terbuka, rasional/profesional, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat.
17
Dalam hal ini sumberdaya kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan
sudah termasuk dalam subsistem upaya kesehatan. Dengan memperhatikan kondisi dan
situasi di Indonesia serta kebutuhan dewasa ini maka diputuskan terdapat 6 (enam) subsistem
dari SKN, yaitu:
1. Subsistem upaya kesehatan
2. Subsistem pembiayaan kesehatan
3. Subsistem sumberdaya manusia kesehatan
4. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan
5. Subsistem pemberdayaan masyarakat
6. Subsistem manajemen kesehatan
18
b. Peran pemerintah; penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana
pembangunan kesehatan. Dapat ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
c. Peran Badan legislatif; budget dan pengawasan. Peran Badan yudikatif;
penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.
2. Proses Penyelenggaraan SKN
Pendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang logis,
sistematis, komprehensif, dan holistik. Sebagai suatu sistem, maka SKN harus
diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis dan dinamis antara
subsistem-subsistemnya. KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar subsistem-
subsistem SKN dan antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.
3. Pentahapan Penyelenggaraan SKN
Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pada umumnya dan
pembangunan kesehatan khususnya, yaitu: perencanaan dan penetapannya,
pelaksanaan dan pengendaliannya.
SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara pihak SK
Menteri dinilai kurang kuat. Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan menjadi
yang lebih tinggi, misalnya PP atau bahkan Undang-undang. Yang penting adalah
materi SKN dapat dimuat dalam revisi atau perubahan Undang-undang Kesehatan
yang baru nanti.
19
Pengembangan sistim informasi kesehatan nasional (SIKNAS)
merupakan pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di
setiap tingkat administrasi kesehatan, yang akan menghasilkan data/informasi yang akurat
yang dapat menunjang Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut
harus sejalan dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 22 tahun
1999, yang antara lain kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah dapat
dirumuskan sebagai berikuT:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan
sisteminformasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian,
dan penyelenggraan sistem informasi kesehatan nasional.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagiandari
Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat merupakan
bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem
Kesehatan Provinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan Sistem Informasi Kesehatan yang diharapkan, sampai
saat ini masih dijumpai sejumlah permasalahan yang bersifat klasik antara lain:
1. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi.
2. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal
4. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang berkembang.
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas
7. Kurangnya tenaga purna waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan
Indonesia Sehat akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh tersedianya data
daninformasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau dengan kata
lain, pencapaian Indonesia Sehat memerlukan dukungan informasi yang dapat diandalkan(reli
able).Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Visi Sistem Informasi Kesehatan
Nasional(SIKNAS) adalah INFORMASI KESEHATAN ANDAL 2010 (Reliable Health
Information2010).Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, maka Misi dari pengembangan
SistemInformasi Kesehatan Nasional adalah
20
1. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,
pengolahan,dan analisis data.
2. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk BANKDATA,
ProfilKesehatan, dan kemasan-kemasan informasi khusus.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi kesehatan.
4. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sub sistem informasi yang selama
ini belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena itu, maka
strategi pertamayang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan SIKNAS adalah
pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian integrasi hendaknya dicermati
oleh sebab di dalamnya tidak terkandung maksud mematikan/menyatukan semua sistem
informasi yang ada. Yang disatukan hanyalah sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila
digabung. Terhadap sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa
pengembangan :
1. pembagiantugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas serta
2. mekanisme saling-hubung.
Denganintegrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara
terpadu dansinergis membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab
akanmemungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik.
Otoritasakan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak
akanterdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal.
21
bahwa perkembangan sistem informasi kesehatan sangatlah cepat, tidak hanya disebabkan
karena perubahan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, akan tetapi juga metode-
metode pemanfaatan data untuk pengelolaan pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan
selalu mengalami perkembangan.
Efisiensi dalam pengelolaan informasi kesehatan menjadi sangat penting karena
menyangkut pengendalian biaya pelayanan kesehatan dan efisiensi waktu. Dalam hal ini,
pemanfaatan data dalam pengelolaan kasus klinis untuk level individu maupun dalam tingkat
kesehatan masyarakat menjadi mutlak diperlukan. Seiring dengan perkembangan sistem
informasi, kebutuhan data/informasi yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem
informasi yang ada saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan
tepat waktu.
Berbagai permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan saat sekarang ini. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama untuk
memperbaiki /melengkapi bahkan menyempurnakan sistem yang ada saat ini menjadi sesuatu
yang optimal yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak. Sistem Informasi Kesehatan
propinsi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
a. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi dan
sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan
c. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian
propinsi sehat
d. Mengirim laporan berkala / profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen
unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
22
2. Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan.
3. Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah
4. Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5. 5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk managemen dan
pengambilan keputusan.
6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
Selanjutnya, pada melalui keputusan menteri kesehatan RI Nomor 837 tahun
2007 tentang pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa hal
dalam setiap tahunnya; yaitu
1. Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas kesehatan
kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian kesehatan pada tahun
2007.
2. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 %
dinas kesehatan kabupaten/kota, 100 % dinas kesehatan provinsi, 100 % rumah sakit
pusat, 100 % unit pelaksana teknis (UPT) pusat dengan kementerian kesehatan tahun
2009.
3. Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah sakit pusat, dan
UPT pusat kementeri an kesehatan pada tahun 2010
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya
mengembangkan sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan
karakteristiknya. Pengembangan system informasi kesehatan daerah melalui software atau
web seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan sebagainya. Sejatinya suatu sistem informasi
yang terintegrasi harus memenuhi kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang
dapat di akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi komunikasi data,
dapat dilihat bahwa data dan informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi
dengan kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun
berupaya mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di lapangan
puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap bulannya.
Hal ini mengakibatkan beban kera bagi petugas dan informasi yang diberikan tidaklah
dalam hitungan hari, melainkan bulan.Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara
23
cepat dan tepat sehingga kebiakan dapat efektif dan efisien. Sebagai dampak dari
desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan system informasi berbasis web
atau komputerisasi bukanlah prioritas. Memang pada awalnya pelaksana sistem
informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga memerlukan
perawatan dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat
mempengaruhi, masih banyak puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses informasinya.
Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK Nasional yang
menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia. Model ini memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK Manual
untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan
listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku
kepentingan SIK bisa bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan,
penyimpanan dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data
dapat ditingkatkan.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan
pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk
hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung
dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Petugas
kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat perkesmas, posyandu, polindes)
melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa data rekapan/agregat sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Selanjutnya akan dikembangkan program mobile health (mHealth)
dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk
ke Bank Data Kesehatan Nasional.
Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas pelayanan
kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) akan dientri ke dalam
aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima, akan diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional.
Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi. Informasi yang
bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan diambil dari sumber
24
yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional.
Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses
informasi yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes.
Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam
menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan
informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan
di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik merupakan
aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi data antar
komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah sakit, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah Sistem kesehatan di Indonesia dapat
dikelompokkan dalam beberapa tingkat sebagai berikut:
1. Tingkat Kabupaten/Kota, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar
lainnya, dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota, rumah
sakit kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya
2. Tingkat Provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi, dan
pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya.
3. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan
Pelayanan kesehatan rujukan tersier lainnya
SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada
seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.
Di tingkat provinsi/kabupaten/kota, pelaksanaan SIK juga harus didukung oleh suatu
kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi pengelola SIK di daerah.
Setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota) membuat peraturan daerah mengenai SIK yang
sejalan dengan SIK Nasional. Selain itu Kepala fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat
mengeluarkan keputusan terkait SIK sesuai wilayah kerjanya, untuk memastikan pelaksanaan
operasional. Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga
memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan oleh
semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan semua
pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan).
25
Berikut ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No
267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah,
organisasi yang menangani data dan informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya
dibentuk UPT Dinas (UPTD). Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat
Kabupaten/Kota perlu juga dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:
1. Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi.
3. Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
4. Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota
26
maupun keamanan terhadap isi informasi atau information content. Salah satu bagian yang
sangat memfokuskan perhatiannya terhadap masalah keamanan sistem informasi di
Puskeswmas adalah bagian pelayananan di BP. Data-data pada bagian ini berupa terbagi
menjadi dua data utama yaitu data hasil pemeriksaan dan data diagnosis, dimana kedua jenis
data tersebut menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan privasi pasien.
Nama
No. Uraian Tugas
Jabatan
1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,
bimbingan dan supervisi.
2. Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan.
Kepala 3. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di
1.
Puskesmas tingkat kecamatan.
4. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.
5. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan di puskesmas
1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit
TU
Koordinator 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
2. Unit Tata kegiatan di unit TU
Usaha 3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila
Kepala
4. Puskesmas berhalangan hadir
1. Melakukan perencanaan Keuangan
2. Merealisasikan Keuangan
3. Membuat pembukuan/penutupan kas.
4. Mengambil gaji dan dana operasional serta yang
berkaitan dengan kesejahteraan pegawai
5. Pencatatan dan Pelaporan
3. Keuangan
6. Membuat petikan daftar gaji
7. Menerima setoran dari masing-masing unit
pelayanan
8. Mengkoordinir bendahara-bendahara di
Puskesmas
9. Melakukan setoran perda ke kas daerah
4. Umum 1. Rigistrasi Surat Masuk dan Keluar
2. Melanjutkan disposisi Pimpinan
3. Membuat konsep surat
4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
27
pengiriman semua laporan puskesmas.
5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian
perbaikan sarana puskesmas
6. Mengarsipkan surat.
7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.
8. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang
bersifat umum
1. Membuat laporan kepegawaian (Absensi,
bezzeting, DUK, lap.triwulan, tahunan ,dsb.)
2. Mengetik DP 3 yang sudah di isi nilai oleh
Kepegawaia Atasan Langsung
5.
n 3. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.
4. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat
5. Mengusulkan tunjangan pegawai ( Penyesuaian
Fungsional, Baju, Sepatu dan lain-lain)
1. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas.
2. Mengumpulkan dan mengecek laporan
puskesmas sebelum dikirim ke dinas kesehatan
3. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi
data (tabel, grafik,dll)
Data dan 4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil
6.
Informasi visualisasi data dan menyerahkan hasilnya kepada
koordinator perencanaan dan penilaian
5. Bersama-sama team data dan informasi
menyusun semua laporan puskesmas (PTP, minilok,
Lap. Tahunan, Stratifikasi, dsb.)
6. Pencatatan dan pelaporan.
1. Mengkoordinir kegiatan team perencanaan dan
penilaian
2. Menyusun jadwal evaluasi kegiatan puskesmas
secara kontinyu
Perencanaan
7. 3. Menyusun laporan hasil evaluasi dan
dan Evaluasi
perencanaan untuk selanjutnya diserahkan kepada
koord. data & informasi serta koordinasi program
terkait
4. Mengarsipkan hasil kegiatan
Koordinator 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam
UPTF penyusunan perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit
8. Upaya P2M,PROM. KES, KIA/KB, GIZI dan KESLING
Kesehatan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
Masyarakat kegiatan di Unitnya
9. Koordinator 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di
Unit unit P2M
Pencegahan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
dan kegiatan di unitnya.
Pemberantas 3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi
28
an Penyakit terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta
(P2M) menindak lanjuti terjadinya KLB.
1. Berperan aktif secara dini melakukan
pengamatan terhadap penderita, kesling, perilaku
Pemegang
masyarakat dan perubahan kondisi.
10. ProgramSur
2. Analisis tentang KLB
veilans
3. Penyuluhan kesehatan secara intensif
4. Pencatatan dan pelaporan
Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak, HB,
BCG, DPT pada bayi ditempat pelayanan kesehatan
Pemegang
( Puskesmas, Posyandu dan pustu ).
11. ProgramP2
2. Pelaksanaan Imunisasi TT pada BUMIL &
Imunisasi
WUS ditempat pelayanan kesehatan.
3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah
target yang tidak datang ke tempat pelayanan
kesehatan.
1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup
bersih dan sehat serta memasyarakatkan oralit.
2. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air
sebanyak 2 kali se tahun.
Pemegang 3. Surveillance yaitu mengurangi dan menghindari
12. ProgramP2 kontak untuk mencegah penyebaran kasus.
Diare 4. Pecatatan dan Pelaporan.
5. Penemuan dan pengobatan penderita diare di
dalam maupun di luar gedung.
6. Aktif dalam penyelidikan KLB/peningkatan
kasus
1. Penentuan target sasaran, khususnya di desa
endemis DHF, Penyuluhan DHF
2. Pemberantasan vektor melalui PJB dan PSM
serta pelaksanaan ULV di wilayah kerja
Pemegang 3. Penemuan dan pengobatan penderita
13. ProgramP2 4. Pencatatan dan Pelaporan
DHF 5. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi DHF
6. Pemeriksaan larva
7. Pemantauan/monitoring jumantik desa endemis
8. Pertemuan berkala jumantik
9. Rekapitulasi laporan jumantik
14. Pemegang 1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan
ProgramP2 follow up ke rumah pasien
TBC 2. Pencatatan dan Pelaporan kasus
3. Penemuan secara dini penderita TBC
4. Pengobatan penderita secara lengkap
5. Koordinasi dengan petugas laboratorium
29
terhadap penderita/tersangka TBC untuk mencari
BTA +
1. Penyuluhan tentang ISPA
Pemegang
2. Penemuan secara dini penderita ISPA
15. ProgramP2
3. Pengobatan penderita secara lengkap
ISPA
4. Pencatatan dan Pelaporan kasus
1. Penyuluhan tentang PMS dan AIDS
2. Kerjasama dengan Yayasan peduli AIDS
Pemegang
mengenai pendataan penderita PMS dan AIDS.
16. Program
3. Penemuan secara dini penderita PMS dan AIDS.
PMS-AIDS
4. Pengobatan penderita yang menderita maupun
yang dicurigai.
1. Penyuluhan tentang Malaria
2. Pemberantasan Nyamuk Anopeles.
3. Kerja sama dengan aparat pemerintahan desa
Pemegang
dalam pelaporan pendatang terutama yang berasal
17. Program P2
dari daerah endemis Malaria.
Malaria
4. Penemuan secara dini penderita malaria
5. Pengobatan penderita yang menderita maupun
yang dicurigai.
1. Penyuluhan tentang Kusta
2. Penemuan Penderita Kusta dengan pemeriksaan
kontak, pemeriksaan anak sekolah dan case survey
Pemegang
3. Memberikan pengobatan yang tepat sesuai
18. Program P2
diagnosa dan klasifikasinya.
Kusta
4. Melakukan pencegahan cacad dengan
mengawasi dan mengevaluasi pengobatan
5. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan pasien yang digigit HPR ( Hewan
Penular Rabies)
Pemegang
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) bagi
19. Program P2
pasien digigit anjing
Rabies
3. Pengamprahan dan pencatatan pemakaian VAR
4. Pembuatan laporan pasien dan vaksin
20. Pemegang 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap
ProgramPro semua kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja
mosi puskesmas.
Kesehatan 2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
promosi dilakukan bersama-sama dengan coordinator
program yang terkait.
3. Kegiatan dalam Gedung
a. Penyuluhan langsung kepada perorangan
maupun kelompok penderita di Puskesmas / Pustu
b. Penyuluhan tidak langsung melalui Media
Poster / Pamflet
30
4. Kegiatan di luar Gedung
a. Penyuluhan melalui media masa, pemutaran
Film, siaran keliling maupun media tradisional.
b. Penyuluhan kelompok melalui posyandu dan
sekolah.
5. Koordinator pelaksanaan PHBS
6. Koordinator pelaksanaan Bali Sehat
7. Pencatatan dan pelaporan
1. Pendataan KK dan anggota Gakin
2. Penyusunan perencanaan dana operasional
JPKMM
Pemegang
3. Pencatatan operasional dana JPKMM
21. Program
4. Pelayanan kesehatan untuk anggota JPKMM
JPKMM
5. Penyuluhan tentang prosedur dan tata laksana
pemanfaatan kartu GAKIN
6. Pencatatan dan Pelaporan
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di
unit KIA,KB, Gizi, Kes. Anak, Kes Remaja
Koordinator
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
Unit
22. kegiatan di unitnya.
KIA,KB,
3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi
Gizi
terjadinya masalah dan memecahkan masalah yang
ada di unitnya.
31
2.8 4. Pencatatan Dan Pelaporan Kegiatan Sistem Informasi Puskesmas
Kegiatan-kegiatan pokok Pusskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak
berdirinya semakin berkembang. Usaha pokok kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh
puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi
tenaga, fasilitas biaya/ anggaran yang tersedia. Oleh karena itu pemerintah dewasa ini
menetapkan pokok-pokok usaha kesehatan puskesmas yang terdiri dari:
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
2. Upaya keluarga berencana
3. Upaya peningkatan gizi
4. Upaya kesehatan lingkungan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya penyuluhan kesehatan
7. Upaya kesehatan sekolah
8. Upaya kesehatan olah raga
9. Upaya kesehatan masyarakat
10. Upaya kesehatan kerja
11. Upaya kesehatan gigi dan mulut
12. Upaya kesehatan jiwa
13. Upaya kesehatan mata.
14. Upaya laboratorium kesehatan
15. Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan.
32
7. Pertemuan berkala lintas sector
8. Persentase Penduduk miskin ditangani
9. Cakupan Desa siaga aktif
10. Ketersediaan dan kecukupan air bersih
11. Kecukupan tenaga kesehatan
12. Ketersediaan obat sesuai standard
13. Ketersediaan sarana Transportasi
14. Kecukupan dana operasional
15. Pelaksanaan upaya kesehatan wajib
16. Rujukan medis dan kesmas
17. Pelaksaan diskusi kasus(audit kasus)
18. Presentase penduduk ditangani
19. Presentase kemandirian posyandu
33
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
sistem informasi kesehatan sekarang ini sudah menggunakan konsep sistem
komputerisasi dimana komputer berperan membantu penyelesaian masalah dengan cepat ,
tidak terencana secara baik sebuah sistem informasi adalah faktor utama kegagalan sebuah
sistem informasi untuk itu sebuah sistem informasi harus di rencanakan secara matang
peran sistem informasi kesehatan dalam kesehatan
Bahwa sistem informasi kesehatan sangat di butuhkan dalam lingkup kesehatan dalam
hal ini seperti rumah sakit puskesmas dll , di karenakan sistem tersebut sangat membantu
tugas sdm di dalam dinas kesehatan untuk melayani pasien pasien di rumah sakit ataupun
puskesmas contoh sistem informasi kesehatan sistem rekap medis yang masih manual atau
belum berbasis IT.
3.2. SARAN
Dalam era teknologi modern sekarang ini, kebutuhan akan digital dan sistem
informasi sangat dibutuhkan. Karna itu, pengadaan siste informasi kesehatan yang baik
sangat penting bagi kemajuan teknologi dan informasi .
34
DAFTAR PUSTAKA
https://imamafifhidayat.wordpress.com/2016/10/15/sistem-informasi-di-sarana-pelayanan-
kesehatan/
https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2017-07-
17berkas1979112520090320016.pdf
http://fseptian.mhs.uksw.edu/2012/11/sistem-informasi-kesehatan.html
https://imamafifhidayat.wordpress.com/2016/10/15/sistem-informasi-di-sarana-pelayanan-
kesehatan/
http://artikelbidanwong.blogspot.com/2017/10/gambaran-sistem-kesehatan-nasional.html
http://sitihamidah.web.ugm.ac.id/2015/04/14/sistem-informasi-pada-sarana-pelayanan-
kesehatan/
http://laylialatifah.web.ugm.ac.id/2015/04/14/sistem-informasi-pada-sarana-pelayanan-
kesehatan/
https://middlesoft.blogspot.co.id/2015/08/software-rumah-sakit.html
http://software-rekammedis.blogspot.co.id/2013/09/software-praktek-rekam-medis-dokter-
gigi.html
http://vithalontaan.blogspot.co.id/2016/11/tugas-makalah-sistem-informasi.html
http://dinkes.slemankab.go.id/kesehatan-ibu-dan-anak
http://publichealthpromosion.blogspot.co.id/2016/05/makalah-sistem-informasi-
puskesmas.html
http://www.puskesmastelukdalam.com/pages/ruang-lingkup
http://www.bankdata.depkes.go.id/puskesmas/
https://bidan-sulastri.blogspot.com/2017/10/gambaran-sistem-informasi-puskesmas.html
https://www.academia.edu/5312688/SIKNAS_Sistem_Informasi_Kesehatan_Nasional_
http://queenmidwife.blogspot.com/2017/10/gambaran-sistem-informasi-kesehatan-di.html
http://andimarwahmidwifery.blogspot.com/2017/10/gambaran-sistem-informasi-
kesehatan_15.html
35