Anda di halaman 1dari 28

Daftar Isi

PENDAHULUAN 5
LATAR BELAKANG 5
TUJUAN 5
RUANG LINGKUP 6
SASARAN 6
PENGERTIAN 6
DASAR HUKUM 6
BAB II 8
POS PELAYANAN GAWAT DARURAT TERPADU 8
PENGERTIAN 8
MAKSUD DAN TUJUAN 8
FUNGSI POS YAN GADAR TERPADU 8
PRINSIP PELAYANAN 8
KETENAGAAN 8
RUANG LINGKUP KEGIATAN 9
SARANA DAN PRASARANA 9
PERALATAN 9
PEMBIAYAAN 10
PENANGGUNGJAWAB 10
INDIKATOR KEBERHASILAN 10
POLA PENGEMBANGAN 10
LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN POS YAN GADAR TERPADU 11
PERSIAPAN 11
PELAKSANAAN 14
PENGAWASAN & PENGENDALIAN 15
EVALUASI, PENCATATAN & PELAPORAN 15
HAL LAIN YANG PERLU DIKETAHUI 15
BAB IV 16
PELAKSANAAN POS YAN GADAR TERPADU DI BEBERAPA DAERAH 16
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN 16
PROSES PEMBENTUKAN 17
SARANA 18
UNSUR YANG TERLIBAT 18
PRINSIP PELAYANAN 18
JENIS DAN SUMBER PEMBIAYAAN 18
SISTEM INFORMASI 19
KOORDINASI KLAIM 19
BAB V 20
PENUTUP 20
DAFTAR BUKU RUJUKAN 21
TIM PENYUSUN 22
KONTRIBUTOR 22
PENGANTAR

Kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa


siapa saja. Pertolongan kepada pasien sejak di lokasi sampai menuju Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus dilakukan dengan cara yang benar dan tepat,
jangan sampai memperburuk kondisi pasien. Penanganan pasien gawat darurat
pra Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar lokasi kejadian juga
masyarakat awam yang ada dilokasi saat kejadian berlangsung.
Pos Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (Pos Yan Gadar Terpadu) /Public
Safety Center (PSC) merupakan unit penanganan pertama kegawatdaruratan
sehari-hari di masyarakat yang diharapkan menjamin respon cepat dan tepat
untuk mencegah kecacatan dan menyelamatkan nyawa. Pembentukan dan
pengembangan Pos Pelayanan Gawat Darurat Terpadu disesuaikan dengan
kondisi wilayah masing–masing daerah.
BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sehat adalah hak asasi setiap orang yang menjadi tanggung jawab
pemerintah, swasta dan masyarakat. Kondisi sehat bisa tidak terwujud bila
terjadi kegawatdaruratan baik dalam kondisi sehari-hari maupun bencana.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kecelakaan lalulintas
di Indonesia yang diambil dari data Polri, tahun 2011 terdapat 108.696
kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia sebanyak 31.195
orang, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 109.038 kecelakaan lalu lintas
dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang. Ini tentunya
menjadi perhatian kita mengingat semakin meningkatnya angka kejadian
kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban kecelakaan. Kejadian
kegawatdaruratan sehari-hari ini dapat disebut sebagai silent disaster .
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan
konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT),
memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra Rumah Sakit
sampai tingkat Rumah Sakit dan rujukan antar Rumah Sakit dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving. Penanganan pada tahap Pra Rumah
Sakit dikenal dengan nama Public Safety Center (PSC) yang selanjutnya
disebut Pos Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (Pos Yan Gadar Terpadu),
diharapkan dapat menjamin respon cepat dan tepat untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kecacatan setiap orang yang mengalami
kegawatdaruratan.
Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk pembentukan Pos Yan Gadar Terpadu, sebagai
ujung tombak pelayanan masyarakat yang merupakan perpaduan dari
unsur pelayanan Ambulan gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian),
dan unsur penyelamatan, serta dapat mengembangkannya sesuai dengan
kondisi wilayah dan permasalahan yang dihadapi.

II. TUJUAN UMUM


Tersedianya panduan bagi Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota dalam pembentukan dan operasionalisasi Pos Pelayanan
Gawat Darurat Terpadu.

III. KHUSUS
Diketahuinya langkah-langkah dalampembentukan Pos Pelayanan
Gawat Darurat Terpadu. Diketahuinya peran masyarakat sebagai penolong
pertama (first responder).

IV. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dari buku ini adalah panduan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota dalam pembentukan dan operasionalisasi Pos
Pelayanan Gawat Darurat Terpadu, disesuaikan dengan kondisi wilayah
setempat.

SASARAN
Dinas Kesehatan Provinsi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Lintas sektor terkait

PENGERTIAN
Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana sesorang secara tiba tiba dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan
jiwanya bila tidak mendapat pertolongan dengan segera
Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu atau
kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang
memerlukan respon intervensi sesegera mungkin guna menghiundari kematian
dan atau kecacatan serta kerusakan lingkungan yang luas
Tanggap darurat (emergency response) adalah reaksi manajemen pada tahap
awal bencana/tahap darurat berupa penyelamatan (rescue), evakuasi (SAR) dan
Rapid Assessment.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.

DASAR HUKUM
Inpres RI Nomor 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 462 Tahun 2002 tentang Safe
Community;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman
Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 882 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penanganan Evakuasi Medik;
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 301 Tahun 2012 Tentang Tim
Pengembangan Safe Community dan SPGDT;
Deklarasi Makasar tahun 2000
BAB II
POS PELAYANAN GAWAT DARURAT TERPADU

PENGERTIAN
Pos Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah unit penanganan pertama
kegawatdaruratan sehari-hari di masyarakat yang diharapkan menjamin respon
cepat dan tepat untuk mencegah kecacatan dan menyelamatkan nyawa. Unit ini
dapat terdiri dari unsur-unsur: Ambulan, SAR/keselamatan, Kepolisian/
pengamanan.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Menjamin terlaksananya pelayanan gawat darurat sehari-hari

Tujuan
Terlaksananya penanganan korban dengan cepat dan tepat
Terlaksananya evakuasi

FUNGSI POS YAN GADAR TERPADU


Merupakan wadah koordinasi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat
yang mengalami kegawatdaruratan. Dalam mejalankan fungsinya, Pos Yan
Gadar Terpadu berperan untuk:
Mempercepat response time penanganan korban kegawatdaruratan Pra Rumah
Sakit.
Mempercepat proses evakuasi korban ke fasilitas
kesehatan terdekat.
Mencegah kecacatan dan kematian akibat kegawatdaruratan.

PRINSIP PELAYANAN
Time Saving is Life Saving; .
Response Time sesingkat mungkin.
The Right Patient to The Right Place in The Right Time.
KETENAGAAN
Disesuaikan dengan jenis potensi kegawatdarutan/masalah/bencana yang
dihadapi. Dapat berupa unsur atau gabungan unsur:
Medis (pelayanan Ambulan gawat darurat)
Penyelamatan korban (SAR, unit pemadam kebakaran)
Pengamanan (kepolisian, Satpol PP dan Linmas)
Masyarakat (dalam rangka memaksimalkan fungsi Pos Yan Gadar Terpadu)
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan meliputi penanganan kegawatdarutan sehari hari pra
Rumah Sakit, yang diarahkan pada respon intervensi segera guna menghindari
kecacatan atau kematian sebelum dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan/Rumah Sakit yang dituju.

SARANA DAN PRASARANA


Pos/bangunan/tempat berkumpul tenaga untuk Pos Yan Gadar Terpadu.
Ambulan gawat darurat yang berfungsi untuk merujuk pasien setelah dilakukan
stabilisasi.
Sentral dan jaringan komunikasi (call center). Sarana prasarana yang dibutuhkan
adalah:

SARANA PRASARANA CALL CENTER


Data - Data RS & Ambulans
- Data jejaring Call
Center regional lainnya
Perangkat Komunikasi - Call Center
- Radio komunikasi
Link komunikasi - Line telepon
- Akses data ke sistem
informasi
Aplikasi - Sistem call log & tracking
Gedung - Ruang kantor
- Workstation
- Interior yang spesifik
(semi
peredam suara)
- Ruang istirahat
- Kamar mandi
- Catu daya (Listrik PLN,
genset).

PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan yang dihadapi antara lain:
Alat Medis
Alat untuk penanganan kegawatdaruratan Airway, Breathing, Circulation dan
Disability, baik tingkat dasar maupun lanjutan.
Alat untuk penyelamatan (rescue).
Alat Non Medis
PEMBIAYAAN
Pembiayaan dapat bersumber dari:
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota
Sumber lain yang tidak mengikat (swadaya masyarakat, Corporate Social
Responsibility (CSR), Non Government Organization (NGO), Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dll)

PENANGGUNGJAWAB
Penanggung jawab tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pelaksanaan tugas dilingkungan Dinas Kesehatan provinsi dikoordinasikan oleh
pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Penanggung jawab pelayanan kesehatan tingkat Kabupaten/kota adalah Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan tugas dilingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Penanggung jawab pelayanan kesehatan di lokasi kejadian adalah Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Puskesmas sebagai pelaksana tugas Dinas
Kesehatan.

INDIKATOR KEBERHASILAN

POLA PENGEMBANGAN
Pos Yan Gadar Terpadu dapat dikelola oleh pihak swasta dibawah koordinasi
Dinkes setempat.
Pos Yan Gadar Terpadu dapat melakukan sosialisasi atau pelatihan penanganan
gawat darurat untuk awam kepada masyarakat, sekolah, dll.
Pos Yan Gadar Terpadu dapat menjadi tim task force pada saat terjadi bencana.
Selain pembentukan Pos Yan Gadar Terpadu, Kabupaten/Kota dapat
melaksanakan pemberdayaan masyarakat melalui Pembentukan Kelurahan
Siaga, dengan berpedoman pada SK Menkes RI Nomor 1529 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN POS YAN GADAR TERPADU

PERSIAPAN
Tingkat Provinsi
- Dinas Kesehatan Provinsi:
Advokasi ke Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten
Penyiapan modul/buku saku pertolongan gadar bagi masyarakat awam umum
dan awam khusus
Penyiapan modul/instrumen untuk monitoring dan evaluasi
Penyiapan SPO pelayanan gadar, antara lain memuat:
Sistem informasi
Penggerakan komando
Perlu ditetapkan siapa komondan yang menjalankan tugas operasional sehari
hari. Sistem komando dan komunikasi yang baik mempercepat waktu pelayanan
Penggerakan Ambulan
Pengerakan tim gadar di TKP
Rujukan korban
Inventarisasi Sumber Daya Kesehatan:
Jumlah dan lokasi fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas)
Jumlah Ambulans
Jumlah tenaga kesehatan
Obat dan perbekalan kesehatan
Unit transfusi darah, dll
Penyiapan SDM
Pelatihan tenaga kesehatan, masyarakat awam khusus dan masyarakat awam
umum.
Penyiapan sarana dan prasarana, termasuk Call Center.
Call Center sebaiknya menggunakan satu hotline yang mudah diingat dan
diakses oleh masyarakat.
Uji coba pelayanan gadar
Koordinasi lintas sektor

Tingkat Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota:
Pengorganisasian Pos Yan Gadar Terpadu
Pengorganisasian dalam PSC terdiri dari 3 unsur pokok yaitu keamanan (polisi),
kesehatan (Dinkes) dan keselamatan (SAR, PMK) dan unsur lain sesuai lokal
spesifik daerah.
Pengorganisasian PSC di tingkat Kab/Kota

KETUA BUPATI/WALIKOTA

SEKRETARIAT

PENYELAMATAN PENGAMANAN PENDUKUNG

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota:


Advokasi ke Pemerintah Daerah Kabupaten
Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
Penetapan titik penempatan Pos
Berbagai wilayah memiliki karakteristik dan kesulitan masing masing, baik
diwilayah perkotaan maupun pedesaan. Adanya peta yang menggambarkan
situasi wilayah menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan Pos Pelayanan
Gadar/Sarana pelayanan.
Prinsip penempatan sarana pelayanan adalah untuk mendekatkan dan
mempercepat pelayanan ke masyarakat.
Penetapan pos pelayanan gadar dapat diatur oleh masing masing pelaksana
tugas, dapat satu atap atau satu area pelayanan.
Bilamana ditetapkan pada satu atap atau satu area pelayanan, perlu
disiapkan ruangan/gedung dan sarana prasarana pendukung.
Bila menggunakan tempat masing masing pelaksana tugas satu koordinasi tapi
tidak satu atap, perlu didukung oleh sistem komunikasi yang handal yang
memungkinkan adanya pergerakan yang sama bilamana ada kasus
kegawatdaruratan.
Inventarisasi Sumber Daya Kesehatan:
Jumlah dan lokasi fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas)
Jumlah Ambulans
Jumlah tenaga kesehatan
Obat dan perbekalan kesehatan
Unit transfuse darah, dll
Penyiapan SDM
Pelatihan tenaga kesehatan, masyarakat awam khusus dan masyarakat awam
umum.
Penyiapan sarana dan prasarana, termasuk Call Center.
Untuk Call Center, sebaiknya ada satu hotline yang mudah diingat dan diakses
oleh masyarakat. Perlu dilakukan koordinasi dengan Telkom/Vendor telepon
yang ada di daerah masing masing.
Penyiapan peralatan,
Membentuk tim reaksi cepat (Brigade Siaga Bencana)
Membentuk pusdalop penanganan kegawatdaruratan
Uji coba pelayanan gadar
Awalnya dapat dimulai dari kasus-kasus kecelakaan lalu lintas, pertolongan
gadar ibu melahirkan, masyarakat yang mengalami serangan jantung,
kerusuhan massal, bencana, dll).
Koordinasi lintas sektor

Tingkat Kecamatan
- Kepala Puskesmas:
Membuat peta geomedik daerah bencana
Inventarisasi sumber daya
Membuat jalur evakuasi
Mengadakan pelatihan masyarakat awam khusus dan awam umum
Memperkuat kapasitas SDM gawat darurat di Puskesmas
Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pertolongan gawat darurat
Penyediaan buku saku pertolongan gawat darurat
Membentuk tim kesehatan lapangan
Memperkuat jejaring informasi masyarakat – Puskesmas
Penyiapan sarana, prasarana dan peralatan
Memperkuat jejaring pelayanan rujukan
Menyiapkan SPO pelayanan gadar terpadu, meliputi:
Penerimaan informasi kejadian gawat darurat
Pertolongan pertama di TKP
Penggerakan ambulan dan tim kesehatan
Pertolongan oleh ambulan
Pelaksanaan uji coba
Koordinasi lintas sektor
PELAKSANAAN
Setelah melakukan ujicoba dan perbaikan, Pos Yan Gadar Terpadu dapat
diperkenalkan kepada masyarakat melalui sosialisasi. Selanjutnya Pos Yan
Gadar Terpadu dapat beroperasi sesuai dengan alur pelayanan yang telah
ditetapkan. Alur pelayanan dapat digambarkan sebagai berikut:
PENGAWASAN & PENGENDALIAN
Pengawasan dan pengendalian serta pertanggungjawaban oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.

EVALUASI, PENCATATAN & PELAPORAN


Evaluasi
Evaluasi setiap kegiatan dilakukan di tiap jenjang administrasi
Pencatatan
Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
Penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
Penerimaan dan pendistribusian bantuan yang diterima
Mobilisasi tenaga kesehatan
Pencatatan dilakukan dalam bentuk format yang ringkas dan jelas.
Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara berkala disesuaikan dengan kebutuhan
dan situasi serta kondisi dilapangan
Pelaporan dilakukan berjenjang mulai dari koordinator di lapangan
sampai ke tingkat Provinsi dan Pusat.
Pelaporan dilakukan dalam bentuk format yang ringkas dan jelas.

HAL LAIN YANG PERLU DIKETAHUI


Setiap unit terkait harus mengerti peran, tugas dan fungsi masing masing.
Mengadakan koordinasi terpadu dan berkesinambungan dengan unit terkait,
seperti BPBD, TNI/POLRI, Tim SAR, Vulkanologi dan dan Mitigasi Bencana,
serta instansi lain yang terkait.
BAB IV
PELAKSANAAN POS YAN GADAR TERPADU DI BEBERAPA DAERAH

Saat ini sudah beberapa kota yang menerapkan dan membentuk Pos Pelayanan
Gawat Darurat Terpadu dengan berbagai sebutan, seperti Kota Yogyakarta
dengan nama YES 118 (Yogyakarta Emergency Service 118), Emergency
Service Response (Badung) atau dengan nama Public Safety Center (PSC)
seperti di Makassar, Medan, Banjarmasin dan Bangka.

Beberapa daerah mengembangkan Pos Yan Gadar Terpadu dengan


menambahkan unsur lainnya seperti SAR mahasiswa, PMI, satpol PP, RAPI, dan
lain-lain, tergantung kebijakan daerah masing-masing. Akan tetapi unsur yang
ditambahkan tersebut melekat pada salah satu dari tiga fungsi keamanan,
ksehatan dan penyelamatan.

Berbagai model yang muncul:


1 koordinasi dalam satu atap
1 koordinasi tapi tidak satu atap
Variasi penamaan:
Public Safety Center (Makassar, Medan, Bangka, Banjarmasin)
PPGD (Pusat Panggilan Gawat Darurat) (Bandar Lampung))
YES 118 (Yogyakarta Emergency Service 118)
Pusat Pelayanan Masyarakat Terpadu (PPMT) (Ahmad Sujudi 2005)
ESR (Emergency Service Response) (Badung, Denpasar)
Tenaga:
Pegawai Negeri, Honorer, Relawan
Pembiayaan:
Berasal dari APBD dan hasil pengelolaan dana pelayanan/pelatihan. Umumnya
beberapa daerah kesulitan untuk terus eksis karena kesulitan pembiayaan
opersional kegiatan.

YOGYAKARTA EMERGENCY SERVICES 118

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN


Emergency hanya dimasing-masing RS.
Belum ada sistem Emergency yang terpadu di Kota Yogyakarta
Masyarakat masih bingung telepon kemana apabila ada kasus
emergensi.
Masih banyak kasus rujukan yang kurang tertangani dengan baik di RS.
Tidak adanya sistem informasi medis & hospital mapping yang terpadu.
PROSES PEMBENTUKAN
Analisa masalah
Membuat Konsep kasar penanganan kegawatdaruratan (adanya
kepastian pelayanan dan kepastian pembiayaan).
Workshop kajian akademis
Workshop lintas sektorterkait(Eksekutif & Legeslatif untuk memperoleh
dukungan)
Advokasi kepada Walikota Yogyakarta
Advokasi ke 9 RSUD, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY, RSUP Dr.Sardjito,
PMI Cabang Yogyakarta, Badan Asuransi, PT.Telkom, Kepolisian.
Pembentukan Team Work
Pembentukan Pokja Pelayanan
Pembentukan Pokja Sistem informasi
Pembentukan Pokja Pembiayaan
Pembentukan Pokja Standar (SDM, Sarana Prasarana)
Pembuatan dasar hukum YES 118.
Pelatihan Tim Yes 118, pengemudi ambulan, petugas operator
komunikasi.
Pemasangan telepon kabel (118) di pusat komunikasi
Pembelian alat komunikasi untuk 9 RSUD, 18 Puskesmas, PMI dan Team.
Peresmian YES 118 oleh Walikota Yogyakarta tanggal 12 November 2008
(dilanjutkan simulasi YES 118)
Sosialisasi YES 118 ke Masyarakat.

Model Safe Community Kota Yogyakarta


SARANA
Pemasangan telepon kabel 3 saluran di PMI
HP Flexi 41 buah dan flexi home 9 buah.
HT 16 Buah.
Repeater 1 Unit.
Biaya Pulsa untuk 53
1 Perangkat Komputer.
Perangkat Internet
Mobil ambulan di masing–masing Rumah Sakit dan PMI.

UNSUR YANG TERLIBAT


Pemerintah Kota Yogyakarta :
PMI Kota Yogyakarta.
10 Rumah Sakit Dan 1 RSUP
Poltabes.
Jasaraharja, Jamsostek, Jamkesos.
PT Telkom Yogyakarta

PRINSIP PELAYANAN
Pelayanan YES 118 Tidak memandang KTP tetapi TKP ( Wilayah Kota Yogyakarta
)
Melayani kejadian gawat darurat Medis dan Trauma (
Kecelakaan, Kesakitan, dan kebidanan )
Pelayanan YES 118 24 Jam .
Transportasi, ambulan dan tim medis ditanggung 100 %.
UGD Ditanggung 100 % selama 24 Jam

JENIS DAN SUMBER PEMBIAYAAN


HonorKomunikator dan petugas perawat PPGD di PMI
Biaya Rujukan ( Honor, BBM, BMHP)
Biaya Tindakan di UGD 24 Jam Pertama.
Biaya Pelatihan Penanganan Korban di TKP : Untuk 45 Kelurahan dan 14
Polsek
Publikasi dan Sosialisasi.

Sumber pembiayaan berasal dari APBD dan sumber lain yang tidak mengikat.
SISTEM INFORMASI

KOORDINASI KLAIM
BAB V PENUTUP

Buku Panduan Pembentukan Pos Pelayanan Gawat Darurat Terpadu ini dibuat
untuk dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan Pos Pelayanan Gawat
Darurat Terpadu bagi Provinsi, Kabupaten/Kota. Mudah-mudahan panduan ini
dapat membantu dalam mengatasi keragu-raguan serta kesimpangsiuran dalam
pelaksanaan dilapangan. Akhirnya dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi dari
setiap penanggungjawab program diperlukan untuk mendukung tercapainya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Semoga berhasil.

Jakarta, Agustus 2013


DAFTAR BUKU RUJUKAN

Buku Teknis Medis Khusus (ABC)


Protokol Kajian Cepat Kedaruratan Kesehatan, WHO 1999
Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Pedoman Penanganan Korban Bencana Kimia
Pedoman Penanganan Korban Bencana Masal
Pedoman Disaster Victim Identification
Pedoman Geomedik Mapping
Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM Kesehatan) Dalam
Penanggulangan Bencana
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Internasional Pengurangan Resiko
Bencana
Kurikulum Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) di DTPK
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2013 tentang Program
Dekade Aksi Keselamatan Jalan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 145/Menkes/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 406/Menkes/SK/IV/2008 tentang
Pembentukan Pemuda Siaga Peduli Bencana (DASI PENA)
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 882 tahun 2009 tentang Pedoman
Penanganan Evakuasi Medik
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
564/Menkes/SK/VII/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 882/Menkes/2009 tentang
Penanganan Evakuasi Medik
TIM PENYUSUN

dr. H. R Dedi Kuswenda, M.Kes Mudjiharto, SKM, M.Kes


drg. Kartini Rustandi, M.Kes dr. Kamal Amiruddin, MARS dr. Laode M. Hajar
Dony drg. Haslinda, M.Kes
dr. Ernawati Octavia dr. Irni Dwi Aprianty

KONTRIBUTOR
DR. dr. Tri Wahyu Sp.BTKV, dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH, dr. Riyadh Firdaus,
Sp.An, Rita Djupuri, M.Epid, Bambang Heriyanto, SKM, Retna Pusparini, S.Kep,
Yusuf Wibisono, S.Kom, Nia Kurniawati, Marwiah, Didit Tri Hanggoro, ST,
Mediansyah Saleh Kurniawan, S.Ti, Yusuf Antonius, SE, Avis Akbar, S.Kom, Elza
Shofiyani Putri, Am.Keb, Vita Andriany, SH.

Anda mungkin juga menyukai