Anda di halaman 1dari 98

Initial Assesment

Management
Oleh : Yudi Elyas
Disampaikan Pada :
Webinar Keperawatan Nasional “Fikri Organizer”
Tgl 27 November 2022.
Kegawatdaruratan
Kegawatan / Bencana
Apa yang akan anda lakukan?
Penanganan
Kegawatdaruratan Pasien
CAB atau ABC
???
Initial Assesment
Initial Assesment adalah proses penilaian
korban dengan mengenali dan melakukan
penanganan terhadap keadaan yang
mengancam nyawa
Initial Assessment & Management
1. Preparation : Pra & Intra Hospital
2. Triage : Pra & Intra Hospital
3. Primary survey (ABCDEs)
4. Resuscitation
5. Adjuncts to the primary survey and resuscitation
6. Consideration of need for transfer
7. Secondary survey (more detailed evaluation, diagnosis, and treatment)
8. Adjuncts to the secondary survey
9. Continued post-resuscitation monitoring and reevaluation
10. Definitive care

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Preparation : Pra & Intra Hospital
Preparation
Fase Pra-hospital
• Transport of the right patient to the appropriate trauma center
at the earliest possible time using the ideal transport method.
• Koordinasi dengan petugas IGD RS terkait jenis kasus → kesiapan
tim dan fasilitas di IGD.
• Tindakan: Pertahankan airway, kontrol perdarahan eksternal,
immobilisasi & transport ke layanan kesehatan terdekat dengan
fasilitas trauma center.
• IGD RS : Dapatkan informasi penting mengenai mekanisme
cedera, proses kejadian dan riwayat medis masa lalu →
identifikasi jenis cidera dan penentuan tingkat keparahan →
diagnosis & pengobatan yang lebih cepat.

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Siapa yang akan survive?
Siapa yang menentukan
keberhasilan ???
Contoh Kasus
Korban mana yang akan selamat ???
Kasus 1 :
Sepasang Kakek & Nenek sedang bernostalgia naik sepedah ontel. Saat di
depan RS ada mobil dengan kecepatan tinggi menyenggol sepeda si kakek
lalu si kakek terjatuh kebawah dengan posisi kepala terbentur. Si kakek tidak
sadarkan diri. Di lokasi kejadian ada tukang ojek dan tukang becak yang
membantu si kakek ke IGD RS yang tidak jauh dari lokasi kejadian
Kasus 2 :
Seorang laki-laki usia 50 thn ditusuk orang tidak dikenal didaerah abdomen.
Pasien tidak sadarkan diri. Lalu dibawa oleh orang sekitar ke RS
Kasus 3 :
Seorang anak naik pohon lalu terjatuh. Saat terjatuh anak tersebut tertancap
pohon dari bagian belakang kepala tembus ke bagian rahang dan mulut
Saat Menuju Atau Tiba Di IGD
Kasus Kasus 2 Kasus 3
1
PREPARATION
Fase Intra-hospital
1. Serah terima pasien. Pastikan semua informasi
penting didapatkan
2. Aspek penting dari persiapan :
• Area resusitasi siap menangani pasien dengan
kasus trauma
• Peralatan airway management berfungsi
dengan baik dan mudah diakses.
• Cairan intravena yang cukup.
• Protokol untuk memanggil bantuan tenaga
tambahan, serta sarana laboratorium dan
radiologi.
Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
TRIAGE
SEJARAH TRIAGE

• “Flying Ambulance”, di Mesir


• Tujuan triage : the right patient to
the right hospital by the right
ambulance at the right time.
• Do the most for the most
• Triage = triase
• Trier (perancis) = to sort
= tempat dilakukan
pemilahan; memilah
• Dominique Larrey
(dokter masa Napoleon
Bonaparte)
Triage
Jenis Triase
• Triage Pra Hospital
1. SIT (single triase = triage pasien tunggal)
2. START (simple triage and rapid treatment)
3. SAVE (secondary assessment of victims endpoint)
• Triage RS (Hospital Triage)
1. PACS
2. ESI
3. ATS
Triage Pra Hospital:
SIT (Single Triase)
• Triage tunggal pra-rs, intra-rs.
• Bukan korban massal.
• Kategori pasien :
▪ True emergency (A, B, C, D,
E); potential true emergency
dan false emergency.
▪ Emergency/immediate :
AMI, perdarahan dalam
(P1), urgent : stroke, App
(P2) beberapa jam, non
urgent : luka, dislokasi,
fraktur (P3) walking wound;
Dead (P4).
SIT
Triage Pra Hospital:
START
• Korban dalam jumlah
banyak
• Prinsip mengatasi pasien
dengan ancaman nyawa,
jalan nafas tersumbat,
perdarahan masif.
• Triage officer dapat lebih
dari 1 orang.
• Lama START < 60 • Prioritas pada kelompok merah
detik/pasien.
• Dikelompokkan dalam 4
kategori :
1. Memanggil korban
“Bapak dan Ibu yang
dapat mendengar suara
saya,
silahkan bergerak ke
lapangan sebelah kanan
saya, untuk
mendapatkan
pertolongan segera”
“Label :

H–I–J–A-U
2. Check respirasi
Bagi korban yang tidak bisa
berjalan

Jika tidak ada pernafasan


lakukan (manuver) /
manuver tak respon
(decease);

Jika RR > 30 x/menit


(merah/Immediate);

Jika < 30 x/menit lanjutkan


langkah ketiga
3. Check Perfusi
Pada korban RR < 30
x/menit);

Jika CRT > 2 detik (merah/


Immediate);

Jika CRT < 2 detik lanjutkan


langkah ke-4
4. check status mental
Pada korban dengan CRT < 2 detik
Jika check status mental “can’t follow”...> merah/
immediate ;
Jika check status mental “can follow”....> kuning/delay
Triage Pra Hospital:
SAVE
(secondary assessment of victims endpoint)

• Dilakukan pada korban bencana, jumlah korban luar biasa, jauh


melampaui kapasitas tersedianya SDM, sarana serta jauh dari
fasilitas rumah sakit.
• Kategori korban :
• Korban – korban yang akan meninggal dengan apapun yang kita
lakukan (Unsalvageable = kemungkinan meninggal).
• Korban – korban yang akan hidup dengan apapun yang kita lakukan
(Immediate = kemungkinan hidup).
• Korban – korban yang akan mendapat keuntungan dengan
tindakan – tindakan yang dilakukan dengan sarana yaang terbatas
di lapangan (Delayed = dapat ditunda pelayanannya).
HOSPITAL TRIAGE
• Tantangan yang dihadapi triage IGD → distribusi &
manajemen lalu lintas pasien overload (berlebih).
• Pasien overload → mengganggu pelayanan IGD. →
menghabiskan sumber daya IGD → pelayanan IGD tidak
lagi efficient dan effective.
• U/ Mencegah & mengantisipasi → sistem triage IGD.
• Jenis triage di RS yang umum dipakai :
1. PACS
2. ESI
3. START
PACS
• Patient Acuity Category Scale → pertama kali diperkenalkan di
Singapura oleh SGH.
• Terdiri dari 4 skala prioritas.
• PACS 1 → Pasien mengalami kolaps kardiovaskular /dalam kondisi
yang mengancam nyawa → tidak boleh delay, mis : major trauma,
STEMI, cardiac arrest, gagal nafas, ALO.
• PACS 2 → pasien sakit berat, tidur di brankar/bed, dan distress berat
tetapi keadaan hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal →
stroke, closed fracture tulang panjang, asthma attack.
• PACS 3 → Pasien sakit akut, moderate, mampu berjalan, tidak
beresiko kolaps → Vulnus, demam, cedera ringan – sedang
• PACS 4 → Pasien non emergency. Dapat dirawat di poli → acne,
dyslipidemia.
ESI
• Diperkenalkan Amerika Serikat dan Kanada oleh perhimpunan
perawat emergensi & dokter spesialis emergensi. ESI diadopsi secara
luas di Eropa, Australia, Asia, dan Indonesia.
• Memiliki 5 skala prioritas.
• Prioritas 1 – prioritas 5.
ESI

• Prioritas 1 (label biru) → Impending life/limb threatening problem →


Membutuhkan immediate life – saving intervention (cito tindakan).
Parameter prioritas 1 → Semua gangguan signifikan pada ABCD. Misal :
Cardiac arrest, status epileptic, hypoglycemic coma, dan lain – lain.

• Prioritas 2 (label merah) → Potential life, limb, or organ threatening


problem →Pertolongan pada pasien urgent tidak dapat ditunda (should
not wait). Parameter prioritas 2 adalah pasien – pasien hemodinamik
atau ABCD stabil dengan kesadaran turun tapi tidak koma (GCS 8 – 13),
distress berat, dan high risk. Contoh : asthma attack, akut abdomen,
electric injury.
ESI
• Prioritas 3 (label jingga) → Pasien – pasien yang membutuhkan in –
depth evaluation, pemeriksaan klinis menyeluruh.
• Memerlukan “dua atau lebih” resources (sumber daya) fasilitas perawatan
IGD.
• Logikanya → Makin banyak sumber daya/ resources yg dibutuhkan makin
berat kegawatdaruratan → prioritas 3 – 5 berkaitan dengan kebutuhan
resources.
• Contoh, sepsis memerlukan pemeriksaan laboratorium, radiologis, dan ECG.
Sepsis stabil mempunyai prioritas lebih tinggi daripada typhoid fever tanpa
komplikasi. Akan tetapi, sepsis berat tergolong prioritas 2 (merah) dan shock
septic prioritas 1 (biru).
ESI
• Prioritas 4 (label kuning) → pasien – pasien yang memerlukan satu
macam sumber daya perawatan IGD.
• Contoh : Pasien BPH memerlukan pemasangan kateter urine, VL
membutuhkan hecting sederhana, acute febrile illness (AFI) memerlukan
pemeriksaan laboratorium.
• Prioritas 5 (label putih) → Pasien – pasien yang tidak memerlukan
sumber daya. Hanya membutuhkan pemeriksaan fisik dan anamnesis,
tanpa pemeriksaan penunjang. Pengobatan pasien umumnya per oral
atau rawat luka sederhana. Contoh : common cold, acne, excoriasi.
ATS
Australia Triage Scale
• Berbasis layanan darurat di seluruh Australia dan Selandia Baru.
• Semua pasien yang datang ke unit gawat darurat harus di triase.
• Oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman.
• Penilaian triase dan kode ATS dialokasikan harus dicatat.
• Perawat triase harus memastikan penilaian ulang terus menerus
dari pasien yang menunggu, dan, jika gambaran klinis
perubahan, pengulangan triase pasien disesuaikan.
Respon Time
KATAGORI ATS WAKTU TUNGGU MAXIMAL INDIKATOR KINERJA

Australian Triage Scale (ATS)


ATS 1 SEGERA 100%

ATS 2 10 MENIT 80%

ATS 3 30 MENIT 75%

ATS 4 60 MENIT 70%

ATS 5 120 MENIT 70%


JENIS-JENIS KASUS TRAUMA
Trauma Kepala
Mekanisme Injuri

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced
Trauma Life Support ®. (2018).
Mekanisme Injuri

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Mekanisme Cidera
Definisi Trauma Thorak

Semua ruda paksa pada thorak dan dinding thorak, baik


trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul
(Wuryantoro, 2012)
Patofisiologi
GANGGUAN VENTILASI
1. Disrupsi trakeobronkial
2. Open pneumotoraks
3. Flail chest
GANGGUAN VENTILASI DAN
SIRKULASI
4. Tension pneumotoraks
5. Massive hemothorax
GANGGUAN SIRKULASI
6. Tamponade jantung
7. Disrupsi Aorta
8. Kontusio myocardial
Kegawatan Trauma Thorak
(Mengancam Jiwa)
Diidentifikasi (Primary Survey)
• Obstruksi jalan napas
A
• Tension pneumotoraks
• Open pneumotoraks
B
• Flail chest dan kontusio paru
• Hemotoraks massive

• Tamponade jantung C
OPEN PNEUMOTHORAKS

Defek pada dinding dada > trakhea


TRAUMA ABDOMEN
• 25 % trauma abdomen ditemukan pada penderita dengan
Multitrauma
• KLL merupakan penyebab utama terbesar terjadinya Multitrauma
• Deteksi yang lambat terhadap perdarahan intra abdomen merupakan
penyebab kematian pada pasien dengan multitrauma
Jenis Trauma Abdomen
Trauma tumpul

• Mengakibatkan rusaknya organ padat atau


berongga, dengan perdarahan sekunder dan
peritonitis

Trauma Tajam

• Menyebabkan kerusakan jaringan karena


laserasi atau terpotong
• Mis: Luka tusuk dan luka tembak
TANDA DAN GEJALA UMUM

• Tanda rangsang peritoneum :


✓Nyeri tekan di daerah perut
✓Nyeri lepas,
✓Kekakuan dinding perut,
✓Pekak hati menghilang
✓Bising usus melemah/ menghilang
Kedaruratan Muskuloskletal
m Fraktur Terbuka
m Fraktur tertutup dgn ggn neurovascular
m Dislokasi
Langkah-Langkah Initial Assesment
D-R-ABC-D-E-F-G-H

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Danger
Sebelum menolong korban sebaiknya kita harus
perhatikan diri kita sendiri/penolong, lingkungan dan
pasien (3A : Aman Diri, Aman Lingkungan/lokasi
kejadian dan Aman Pasien/Korban).
Respons
• A:
Alert/Sadar (klien/korban dapat dikatakan sadar apablila dapat berorientasi
terhadap tempat, waktu dan orang)
• V:
Verbal/respon terhadap suara (korban/klien dalam keadaan disorientasi
namun masih diajak bicara)
• P:
Pain/resepon terhadap nyeri (korban/klien hanya berespon terhadap nyeri)
• U:
Unresponsive/tidak sadar (tentukan kesadaran korban apakah berada dalam
keadaan Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
Airway + Control Cervical
• Airway harus diperiksa secara cepat untuk memastikan
paten atau tidak ada obstruksi/hambatan jalan napas.
• Jika terjadi gangguan lakukan head tilt chin lift atau jaw
thurst, namun bila memiliki peralatan yang lengkap
gunakan oral airway, nasal airway, atau intubasi
endotracheal tube atau cricotoroidotomi).
• Perlu diwaspadai adanya fraktur servikal
• Pastikan leher korban tetap dalam posisi nertal selama
pembebasan jalan nafas dan pemberian ventilasi yang
dibutuhkan atau menggunakan neck collar atau
penyangga leher (diindikasikan untuk tanda-tanda
trauma kapitis, trauma tumpul cranial dari clavikula,
setiap kasus multi trauma, proses kejadian yang
mendukung/biomekanik trauma).

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Airway + Control Cervical :
Helm Removal

Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Airway + Control Cervical :
Helm Removal
Breathing
• Hipoksia dapat terjadi akibat ventilasi yang tidak adekuat dan kurangnya oksigen
di jaringan.
• Setelah dibebaskan airway kualitas dan kuantitas ventilasi harus dievaluasi
dengan cara lihat, dengar, dan rasakan. Jika tidak bernapas maka segera diberikan
ventilasi buatan.
• Perhatikan gerakan nafas dada dan dengarkan suara napas penderita jika tidak
sadar. Frekuensi nafas atau Respiratory Rate (dewasa) dapat dibagi menjadi:
▪ RR < 12 x/menit : sangat lambat
▪ RR 12-20 x/menit: normal
▪ RR 20-30 x/menit: sedang cepat
▪ RR > 30 x/menit: abnormal (menandakan hipoksia, asidosis, atau hipoperfusi)
▪ Untuk lebih akurat kondisi breathing sebaiknya pasang pulse oksimetri untuk
mengetahuai jumlah saturasi oksigen, normalnya > 95%.
Circulation
• Kegagalan system sirkulasi merupakan ancaman kematian yang sama dengan kegagalan system
pernapasan. Oksigen sel darah merah tanpa adanya distribusi ke jaringan tidak akan bermanfaat bagi
penderita.
• Perkiraan status kecukupan output jantung dan kardiovaskular dapat diperoleh hanya dengan
memeriksa denyut nadi, masa pengisian kapiler, warna kulit dan suhu kulit.
• Denyut Nadi : Jika denyut nadi arteri radialis tidak teraba, penderita agaknya telah ask ke dalam fase
syok tak terkompensasi.
• Penilaian CRT : Waktu pengisian kapiler >2 detik menandakan kapiler tidak menerima perfusi yang
adekuat
• Warna: Warna kebiruan menandakan oksigenasi tidak sempurna, sedangkan pucat menanakan perfusi
yang buruk.
• Suhu: suhu dingin menandakan penurunan perfusi
• Kelembaban: kulit kering menandakan perfusi baik, kulit lembab dihubungkan dengan keadaan syok
dan penurunan perfusi.
• Perdarahan: kontrol cepat terhadap kehilangan darah adalah tujuan paling penting dalam memberikan
pertolongan penderita trauma.
CARDIAC OUTPUT
(SV X HR )
Pembuluh
darah

Stroke volume Pompa


Jantung
1. Preload
2. Afterload
3. Contractility

Jumlah
darah
Perjalanan oksigen dari udara ke sel

Uptake in the Lung Oxygenation PaO2


CaO2
Carrying capacity HaemoglobinSaO2 DO2

Delivery Cardiac OutputFlow rate

OXYGEN DELIVERY
(DO2)

Cardiac Output Hemoglobin


(CO)
X (SaO2 or SpO2) X (Hgb)

Heart Rate X Stroke Volume


(HR) (SV)

Preload Afterload Contractility


Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Sumber :
Student Course Manual ATLS ® Advanced Trauma Life Support ®. (2018).
Disability
• Tingkat kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS adalah skala yang penting untuk evaluasi pengelolaan jangka
pendek dan panjang penderita trauma.
• Penilaian tanda lateralisasi: pupil (ukuran, simetris dan reaksi
terhadap cahaya, kekuatan tonus otot (motorik).
• Pemeriksaan pupil berperan dalam evaluasi fungsi cerebral. Pupil
yang normal dapat digambarkan dengan PEARL (Pupils, Equal, Round
Reactive to Light) atau pupil harus simetris, bundar dan bereaksi
normal terhadap cahaya.
Exposure
• Buka pakaian penderita untuk memeriksa
cedera terlebih yang tidak terlihat secara
sepintas.
• Jika seluruh tubuh telah diperiksa, penderita
harus ditutup untuk mencegah hilangnya
panas tubuh.
• Walaupun penting untuk membuka pakian
penderita trauma untuk melakukan penelaian
yang efektif, namun hipotermi tidak boleh
terjadi
Foley Cateter
• Pemasangan foley cateter adalah untuk evaluasi cairan yang masuk.
Input cairan harus dievaluasi dari hasil output cairan urin. Output
urine normal
o Dewasa: 0.5 cc/kg bb/jam
o Anak: 1 cc /kg bb/jam
o Bayi: 2 cc/kg bb/jam
• Namun pemasangan cateter tidak dapat dipasang pada penderita
dengan adanya hematoma skrotum, perdaraha di OUE (Orifisium
Uretra External), dan pada Rektal Touch (RT) posisi prostat
melayang/tidak teraba.
Gastric Tube
• Pemasangan kateter lambung dimaksudkan untuk mengurangi
distensi lambung dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah sekaligus
mempermudah dalam pemberian obat atau makanan.
• Kontraindikasi pemasangan NGT adalah untuk penderita yang
mengalami fraktur basis cranii atau diduga parah, jadi pemasangan
kateter lambung melalui mulut atau OGT.
Fraktur Basis Cranii
Hearth Monitor / ECG Monitor
Dapat dipasang untuk klien yang memiliki
riwayat jantung ataupun
pada kejadian klien tersengat arus listrik.
Secondary Survey
• Survei sekunder tidak dimulai sampai survei primer (ABCDE) selesai,
upaya resusitasi sedang dilakukan, dan peningkatan fungsi vital
pasien telah ditunjukkan.
• Survei sekunder adalah evaluasi pasien trauma dari kepala hingga
ujung kaki—yaitu, riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik, termasuk
penilaian ulang semua tanda vital.
• Setiap bagian tubuh diperiksa secara menyeluruh. Potensi untuk
kehilangan cedera atau gagal untuk menghargai pentingnya cedera
sangat besar, terutama pada pasien yang tidak responsif atau tidak
stabil.
HISTORY
• Allergies
• Medications currently used
• Past illnesses/Pregnancy
• Last meal
• Events/Environment related to the injury

Kondisi pasien sangat dipengaruhi oleh mekanisme


cedera. Pengetahuan tentang mekanisme cedera dapat
meningkatkan pemahaman pasien keadaan fisiologis dan
memberikan petunjuk untuk antisipasi cedera.
Emergency Room
After Trauma Case
Terima Kasih
TERIMAKASIH
Email : yudielyas @gmail.com
HP : 081316006831
IG :YUDIELYAS

Anda mungkin juga menyukai