Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Tuhan YME yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Panduan CODE BLUEdengan sebaikbaiknya. Buku Panduan ini diperuntukkan untuk tenaga kesehatan, khususnya tim medis dan
perawat di Mayapada Hospital yang diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah
cardiac arrest dengan cepat dan tepat.
Dalam penyusunan Buku Panduan ini penyusun telah berusaha untuk menyajikan
dengan sistematis, sebaik mungkin, tetapi pennyusun menyadari bahwa kemungkinan
proposal ini masih banyak kekurangan sehingga penyusun membuka diri untuk segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal Code Blue ini.
Semoga Buku Panduan ini mampu memberikan manfaat bagi profesi keperawatan
pada umumnya, dan perawat Mayapada Hospital pada khususnya. Sehingga perawat dapat
memberikan pelayanan yang bermutu.
Tangerang, 21 Agustus 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................
Dafrat Isi........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Tujuan Code Blue....................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM.........................................................................
2.1 Definisi Code Blue...................................................................................
2.2 Organisasi Tim Code Blue......................................................................
2.2 Pendidikan, Pelatihan dan Kualitas Anggota Code Blue.........................
BAB III RUANG LINGKUP...........................................................................
BAB IV TATA LAKSANA..............................................................................
4.1 Fase Code Blue......................................................................................
4.2 Sistim Komunikasi Code Blue.................................................................
4.3 Koordinasi dengan Ruang Lain...............................................................
4.4 Algoritma Code Blue...............................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah
penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac
arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State
(American Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit
jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem
seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian
global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan
Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit
infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans
Gawat Darurat118, 2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah
berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum
diketahui menderita penyakit jantung. Waktudan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah
timbul keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit
setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118,
2010).
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation (CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung
normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen
pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan

defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010). Berdasarkan hasil penelitian dari


American Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa
64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat
bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk
sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah
terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Penanganan secara cepa dapat
diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan
chain of survival saat cardiac arrest terjadi.Keberadaan tenaga inilah yang
selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Mayapada Hospital yang
notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat. Tenaga medis dan perawat di
Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life
saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan
seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah
inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan
Arrest segera, yang disebut CODE BLUE.
2.1 Tujuan Code Blue
Tujuan dari code blue adalah :
Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang
mengalami kondisi darurat cardio-respiratory arrest yang berada dalam
kawasan rumah sakit..
Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan medis darurat
yang dapat digunakan dengan cepat.

Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal


otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non
klinis.
Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam
kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat
medis.
Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.

BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Definisi
1. Code Blue
Code Blue adalah Kode Informasi atau pertanda untuk melihat stabilisasi kondisi
darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini
membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap
kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac arrest atau respiratory
arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien
yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
2. Code Blue Team
Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan perawat yang ditunjuk
sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,kursi roda atau tandu, alat alat
penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obatobatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan
pasien.
3. Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan
gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, perawat maupun orang
awam yang melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh tenaga
medis, perawat dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena
seringkali korban justru ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis.
BLS adalah suatu cara memberikan bantuan atau pertolongan hidup dasar yang

meliputi

bebasnya

jalan napas (Airway /A), pernapasan yang adekuat

(Breathing/B),sirkulasi yang adekuat (circulation/C).


4. Advanced Cardiac Life Support(ACLS)
Advanced Cardiac Life Support ( ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau
pertolongan pertama pada penyakit jangtung.

2.2 Organisasi Tim Code Blue


Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat atau sepanjang waktu
1. Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang paling tidak telah
menguasai Basic Life Support (BLS) dan ACLS. Tim Code Blue terdiri
dari 3 sampai 4 anggota, yaitu :
1 orang, Koordinator Tim
1 orang, Petugas Medis
1 orang, Assisten Petugas Medis dan 1 perawat atau 2 perawat (perawat
pelaksana dan tim resusitasi)
1 orang, Kelompok Pendukung (jika diperlukan)
Dengan uraian Tugas sebagai berikut :
a. Koordinator Tim
Dijabat oleh dokter ICU/NICU/HCU
Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim.
Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat daruratan yang
dibutuhkan oleh anggota tim.

b. Penanggung Jawab Medis


Dokter jaga/ dokter ruangan
Mengidentifikasi awal / triage pasien
Memimpin penanggulangan pasien saat terjadikegawatdaruratan
Memimpin tim saat pelaksanaan CPR
Menentukan sikap selanjutnya
c. Perawat Pelaksana
Bersama dokter pemanggungjawab medis melakukan triage pada pasien
Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat
d. Tim Resusitasi
Perawat terlatih dan dokter ruangan atau dokter jaga
Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat darurat
Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat darurat
Daftar nama Tim Code Blue meruapakan tanggung jawab Koordinator
setiap bulan dalam MECC
2. ETD Code Blue Response Team
Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BLS dan ACLS. Tim Code
Blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota :
1 Koordinator Tim
1 Petugas Medis

1 Kelompok Pendukung (jika perlu)


Setiap anggota tim Code Blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk
seperti pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, pemasangan IV
line, persiapan obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus
membawa handphone atau HT dan mengaktifkannya saat bekerja.

2.3 Pendidikan, Pelatihan dan Kualitas Anggota Code Blue


Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan atau
harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 2 tahun.
Meninjau semua kebijakan dan prosedur.
Melakukan review standar peraturan.
Melakukan pengukuran standar pelayanan (jam pelayanan)
Audit Program pendidikan dan pelatihan BLS, ACLS dan ATLS diberikan
kepada tim rumah sakit dan unit.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code
blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden pertama untuk
situasi code blue. Pihak-pihak yang tertarik mengikuti pendidikan atau pelatihan ini
harus menghubungi Departemen Darurat danTrauma (ETD).

BAB III
RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap yaitu :
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang
berada di sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal
dari departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon
dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal
tersebut yang dilakukan adalah :
Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS
untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam
kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik
dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa
untuk memungkinkan respon yang cepat.

Contoh Tim Code Blue Asal Ruangan dan Area Cakupannya :


No.

Tim Code Blue Primer

Area Cakupan

(Koordinator)

1.

Gawat Darurat dan Trauma

Area Gawat Darurat, Area Parkir


Depan, Area Parkir Belakang,
Office, Radiologi, TNC, MC
Lantai 1, Kasir RWI/RWJ,
Apotik,
Medical

Maintenance,
Record,

Kantin

Karyawan dan Admission.


2.

Tim ICU/ICCU

Area

ICU/ICCU,

OK,

GastroCenter,
Onkologi,Laboratorium,
Rehab Medik, MC lantai 2,
HD, 3 New Wing, 4
Kebidanan, 4 Perinaristi
dan Ruang Tunggu ICU
3.

Tim IMC/UPS

Area IMC/UPS, 3 Umum, 4


Dewasa A, 4 Dewasa B
dan 4 Pediatrik.

BAB IV

TATA LAKSANA
Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah Mayapada Hospital

tidak dapat

ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) dan Trauma Center sendiri karena kesulitan jarak
dan lokasi Gedung 1 dan Gedung 2 yang tidak terjangkau sedangkan idealnya waktu antara
aktivasi code blue sampai kedatangan code blue Team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan
setiap region rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu
kedatangan tim code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim
dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5anggota yang terlatih
dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di
lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi
terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam
keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja
satu departemen sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan
peralatan resusitasi.
Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari
Code Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasienpun meningkat. Hal ini sama
pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan nonmedis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan
(CPR) dilokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba,
dengan demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban
darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS.

4.1 Fase Code Blue

1. Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang
digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat
medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim code blue.
Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi keadaan
darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup
rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari code blue lewat
telepon untuk bantuan dan pengaktifan :
a. Local Alert : Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone
Coordinator, contoh:
Pengumuman melalui sistem PA
Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi
strategis di zona mereka
Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan
pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan bergegas ke
lokasi dan memulai CPR / BLS.
b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue -> Pusat Panggilan
Kegawat daruatan Medis :
Prioritas 1:
Untuk mengaktifkan team code blue sekunder dari ETD
Prioritas 2:
Untuk

memeriksa

(sebagai

jaring

pengaman

kedua)

pengaktifan team code blue primer.


Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat
terjadinya kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue

sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas
kelokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika
semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan
mereka,mereka tetap harus merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk durasi
waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue' (code blue - aktivasi) dan
kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit.Standar layanan
akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas
untuk menentukan perangkap dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan
penyebaran cepat dari tim code blue.
Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line:
1. Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya
(sampai bisa dibuktikan).
2. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering)
3. Informasi vital adalah :

Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu

Lokasi pasti

Trauma atau kasus medis

Dewasa atau anak-anak

4. Pengumuman kepada ETD tim code blue : CODE BLUE 3x di area cakupan
5. Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa
perlengkapan jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki.
6. Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue

2. Intervensi Segera di Tempat Kejadian.Tim di tempat kejadian darurat


medis (pasien tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest)

telah terjadi memiliki tanggungjawab untuk meminta bantuan lebih


lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life
Support (BLS) dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup
terlatih dan lengkap.
a. Nomor tim code blue
Rumah Sakit/ nomor MECC akan ditempatkan di bangsal, departemen,
divisi, unit, kantor,lobi lift, koridor, kantin, taman, tempat parkir, dll
trotoar danlokasi lain di dalam halaman rumah sakit.
b. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan
pemberitahuan lokal untuk tim code blue primer atau seseorang
menginstruksikan mereka untuk melakukannya, mereka juga harus
meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia.
c. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan
dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit.
d. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab atas daerah
tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus di beritahu untuk
datang ke lokasi segera.
e. Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi code blue,
jika tersedia tim yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS
(posisi airway, bantuan pernapasan,kompresi dada dll).
f. Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat kejadian harus
menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari
kerumunan orang.
g. Jika monitor jantung, defibrillator manual atau defibrillator eksternal
otomatis (AED) tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien
untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim

yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life


Support (ACLS).
h. Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha untuk
memastikan bahwa tim mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan
BLS dan mereka dilengkapi dengan resusitasi kit atau troli emergency,
setidaknya peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan di lokasi
strategis.
i. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaan resusitasi kit mereka.
j. Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali sambil menunggu
kedatangan tim respon code blue, tim dilokasi harus menempatkan
pasien dalam posisi pemulihan dan monitor tanda-tanda vital.
k. Semua kasus code blue harus mengirim ke ETD untuk evaluasi lebih
lanjut dan manajemen terlepas hasilnya.
3. Kedatangan Team Code Blue
a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue,
mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil
resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan bergegas ke lokasi
darurat medis dengan berjalan kaki.
b. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan cepat
dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia.
c. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code blue call/ aktivasi
kedatangan tim Code blue di tempat kejadian akan disimpan.
d. Akan ada saat ketika ETD / Kedatangan Sekunder tim

code blue adalah penundaan karena berbagai alasan, sehingga


kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri dari tim
ETD tetapi juga tim dari departemen yang lebih strategis atau
dekat. Selanjutnya, sangat penting bahwa setiap tenaga medis
di lokasi kejadian mulai melakukan langkah BLS.
e. Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika
tim respon code blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih
tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar
untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.
f. Setiap kasus code blue akan kirim ke ETD terlepas kondisi pasien
baik untuk mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan
(ROSC) atau tidak. Dalam disposisi, ETD pasien akan
diputuskan setelah integrasi pasca perawatan serangan jantung.
4. Perawatan Definitif
a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis
atau non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan
(umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini
akan dikirim ke ETD untuk resusitasi lanjutan dan perawatan
definitif dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki
infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan
lanjutan.
b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP),korban
masih perlu ditransfer ke ETD untuk dokumentasi lebih lanjut atau
konfirmasi kematian.

c. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitif setelah


perawatan pasca integrasi serangan jantung dan diskusi dalam
ETD.
5. Peralatan dan pelatihan
a. Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya
dalam BLS dan penggunaan AED.
b. AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di berbagai daerah
di dalam halaman rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga
medis dan tim Code Blue untuk digunakan.
c. Lokal /code blue primer (zona risiko rendah) tim peralatan:
1. Sarung tangan
2. Pocket mask
3. Guedel / jalan napas orofaringeal
4. Tas / kotak pertama bantuan.
d. Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh code blue
team. Dasar di zona risiko tinggi dan ETD / sekunder tim tanggap :
1. Oksigen tangki dan pipa
2. Tinggi aliran masker
3. Pocket mask
4. Bag-valve mask
5. Pedoman defibrilator atau AED (ke dalam disiplin lain ETD dan
KIV).
6. Sekali pakai sarung tangan steril
7. Oro-faring dan naso-faring saluran udara
8. Extraglottic perangkat (LMA / LT)
9. Kursi roda atau tandu

10. Stetoskop
11. Alat suntik dan jarum
12. Infus set
13. Glucometer
14. Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /Hartmann
's, Adrenalin, Atropin, Amiodarone, Diazepam,GTN Tab dan
Aspirin
15. Sphygmomanometer
16. Penlight
e. Lanjutan pelatihan BLS dapat diperoleh melalui komite CPR

CODE BLUE
Medical Emergency

Recognition

Respiratory/Cardiac

Cardiac /Respiratory Arrest


Airway
Breathing

Threatened

Response
Activation

Unepected change in
RR under 5 breath/min
or over 36 breath/min

Circulation

Unexpected change
HR under 40 bpm or
140 bpm

Nervous System

Sudden
loss
consciousness

and

Initiate response
Ring 333
Commence BLS
Emergency Troley &
SAED to patient
Apply SAED electrodes
and follow prompts

of

Prolonged or repeated
seizure activity
Obstetric

Any
emergency

Other

Aggression

obstetric

Any patient that you


are
seriously
concerned about

STATE : The Emergency, Ward/Location and Treating Time


Ketika muncul code blue, tim dokter dan perawat yang ditunjuk sebagai "codeteam", bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini
menggunakan crash-cart, kursi roda /tandu, yang berisi alat - alat penting seperti
defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi
(adrenalin,atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. Tim akan

mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support


(ACLS) untuk resusitasi pasien. Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering
membutuhkan bantuan resusitasi sehingga bila code blue muncul tim yang
ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat mengakses peralatan tersebut.
Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash-cart, tim yang ditunjuk code
blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.
4.2 Komunikasi
Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan
khusus yang mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer.
4.3 Koordinasi dengan ruangan lain
Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang tidak memiliki tim tanggap darurat.
Jika tidak ada rencana tanggap darurat di tempat, ETD akan mendapatkan
panggilan mengenai kebutuhan mereka untuk perawatan medis darurat dan
berkoordinasi dengan mereka tentang bagaimana untuk mendirikan tanggap
darurat medis menggunakan system code blue.

4.4 Algoritma Code Blue


Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest

Staf rumah sakit memanggil pertolongan


Mengaktifasi local alert menuju tim code blue primer
By Stander

Anggota bystander/penemu pertama terlebih dahulu melakukanBLS/CPR bila memiliki


skill yang cukup
Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang
Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang,sementara menunggu, amankan
korban dari kerumunan
Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi Hospital alert
Tim Code Blue

Setlah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertugasdi sekitar tempat kejadian
bergegas menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit
Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu tim code blue sekunder/ETD datang
Tim Code Blue
Primer

Setelah tim code blue sekunder/ETD datang, mereka akanmengambil alih resusitasi
BLS dilanjutkan dan lakukan AED
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue

Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut
Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan
ke ETD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian

Anda mungkin juga menyukai