Segala puji hanya bagi Tuhan YME yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Panduan CODE BLUEdengan sebaikbaiknya. Buku Panduan ini diperuntukkan untuk tenaga kesehatan, khususnya tim medis dan
perawat di Mayapada Hospital yang diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah
cardiac arrest dengan cepat dan tepat.
Dalam penyusunan Buku Panduan ini penyusun telah berusaha untuk menyajikan
dengan sistematis, sebaik mungkin, tetapi pennyusun menyadari bahwa kemungkinan
proposal ini masih banyak kekurangan sehingga penyusun membuka diri untuk segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal Code Blue ini.
Semoga Buku Panduan ini mampu memberikan manfaat bagi profesi keperawatan
pada umumnya, dan perawat Mayapada Hospital pada khususnya. Sehingga perawat dapat
memberikan pelayanan yang bermutu.
Tangerang, 21 Agustus 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................
Dafrat Isi........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Tujuan Code Blue....................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM.........................................................................
2.1 Definisi Code Blue...................................................................................
2.2 Organisasi Tim Code Blue......................................................................
2.2 Pendidikan, Pelatihan dan Kualitas Anggota Code Blue.........................
BAB III RUANG LINGKUP...........................................................................
BAB IV TATA LAKSANA..............................................................................
4.1 Fase Code Blue......................................................................................
4.2 Sistim Komunikasi Code Blue.................................................................
4.3 Koordinasi dengan Ruang Lain...............................................................
4.4 Algoritma Code Blue...............................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah
penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac
arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State
(American Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit
jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem
seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian
global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan
Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit
infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans
Gawat Darurat118, 2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah
berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum
diketahui menderita penyakit jantung. Waktudan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah
timbul keluhan (American Heart Association, 2010).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit
setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118,
2010).
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation (CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung
normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen
pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Definisi
1. Code Blue
Code Blue adalah Kode Informasi atau pertanda untuk melihat stabilisasi kondisi
darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini
membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap
kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac arrest atau respiratory
arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien
yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
2. Code Blue Team
Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan perawat yang ditunjuk
sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,kursi roda atau tandu, alat alat
penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obatobatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan
pasien.
3. Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan
gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, perawat maupun orang
awam yang melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh tenaga
medis, perawat dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena
seringkali korban justru ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis.
BLS adalah suatu cara memberikan bantuan atau pertolongan hidup dasar yang
meliputi
bebasnya
BAB III
RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap yaitu :
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang
berada di sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal
dari departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon
dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal
tersebut yang dilakukan adalah :
Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS
untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam
kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik
dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa
untuk memungkinkan respon yang cepat.
Area Cakupan
(Koordinator)
1.
Maintenance,
Record,
Kantin
Tim ICU/ICCU
Area
ICU/ICCU,
OK,
GastroCenter,
Onkologi,Laboratorium,
Rehab Medik, MC lantai 2,
HD, 3 New Wing, 4
Kebidanan, 4 Perinaristi
dan Ruang Tunggu ICU
3.
Tim IMC/UPS
BAB IV
TATA LAKSANA
Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah Mayapada Hospital
tidak dapat
ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) dan Trauma Center sendiri karena kesulitan jarak
dan lokasi Gedung 1 dan Gedung 2 yang tidak terjangkau sedangkan idealnya waktu antara
aktivasi code blue sampai kedatangan code blue Team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan
setiap region rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu
kedatangan tim code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim
dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5anggota yang terlatih
dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di
lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi
terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam
keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja
satu departemen sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan
peralatan resusitasi.
Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari
Code Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasienpun meningkat. Hal ini sama
pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan nonmedis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan
(CPR) dilokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba,
dengan demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban
darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS.
1. Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang
digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat
medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim code blue.
Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi keadaan
darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup
rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari code blue lewat
telepon untuk bantuan dan pengaktifan :
a. Local Alert : Tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone
Coordinator, contoh:
Pengumuman melalui sistem PA
Menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi
strategis di zona mereka
Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan
pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan bergegas ke
lokasi dan memulai CPR / BLS.
b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue -> Pusat Panggilan
Kegawat daruatan Medis :
Prioritas 1:
Untuk mengaktifkan team code blue sekunder dari ETD
Prioritas 2:
Untuk
memeriksa
(sebagai
jaring
pengaman
kedua)
sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas
kelokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika
semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan
mereka,mereka tetap harus merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk durasi
waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue' (code blue - aktivasi) dan
kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit.Standar layanan
akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas
untuk menentukan perangkap dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan
penyebaran cepat dari tim code blue.
Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line:
1. Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya
(sampai bisa dibuktikan).
2. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering)
3. Informasi vital adalah :
Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu
Lokasi pasti
4. Pengumuman kepada ETD tim code blue : CODE BLUE 3x di area cakupan
5. Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa
perlengkapan jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki.
6. Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue
10. Stetoskop
11. Alat suntik dan jarum
12. Infus set
13. Glucometer
14. Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /Hartmann
's, Adrenalin, Atropin, Amiodarone, Diazepam,GTN Tab dan
Aspirin
15. Sphygmomanometer
16. Penlight
e. Lanjutan pelatihan BLS dapat diperoleh melalui komite CPR
CODE BLUE
Medical Emergency
Recognition
Respiratory/Cardiac
Threatened
Response
Activation
Unepected change in
RR under 5 breath/min
or over 36 breath/min
Circulation
Unexpected change
HR under 40 bpm or
140 bpm
Nervous System
Sudden
loss
consciousness
and
Initiate response
Ring 333
Commence BLS
Emergency Troley &
SAED to patient
Apply SAED electrodes
and follow prompts
of
Prolonged or repeated
seizure activity
Obstetric
Any
emergency
Other
Aggression
obstetric
Setlah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertugasdi sekitar tempat kejadian
bergegas menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit
Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu tim code blue sekunder/ETD datang
Tim Code Blue
Primer
Setelah tim code blue sekunder/ETD datang, mereka akanmengambil alih resusitasi
BLS dilanjutkan dan lakukan AED
Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim code blue
Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut
Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan
ke ETD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian