Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penyusun sehingga Panduan CODE BLUE ini bisa terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah Nabi Besar Muhammad SAW, tak lupa
kepada para sahabatnya dan seluruh umat yang selalu setia kepada ajaranNya yang dibawa
hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan panduan CODE BLUE ini masih jauh dari
sempurna, masih banyak kesalahan, dan kekeliruannya, baik dari sistematika penulisannya,
penyusunan maupun cara penyajian. Maka dari itu saran beserta perbaikan isi pedoman ini
sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan penyusunan panduan di masa yang
akan datang.
Akhir kata penyusun ucapkan semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dijadikan amal shaleh di sisi Allah SWT.
Penyusun.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI .................................................................................................. 3
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................. 4
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................. 7
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................... 16
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 17
2
BAB I
DEFINISI
1.2 PENGERTIAN
1.2.1 Code Blue adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang
menandakan adanya seseorang yang mengalami henti jantung (Cardiac arrest)
atau mengalami situasi gagal nafas akut (Respiratory arrest) dan situasi darurat
lainnya yang menyangkut nyawa seseorang.
1.2.2 Code blue adalah salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera
diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiorespiratory arrest di
dalam area rumah sakit.
1.2.3 Tim Code Blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas
merespon kondisi Code Blue di area rumah sakit.
1.2.4 Tim Code blue teridiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam
penanganan kondisi cardiorespiratory arrest.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan Tim Code Blue ditujukan untuk menangani kasus kegawatdaruratan pra henti
nafas dan pra henti jantung yang terjadi dilingkungan rumah sakit, baik pasien yang sedang
mendapatkan perawatan atau orang yang berada dilingkungan rumah sakit. Semua kawasan di
area RSUD Cimacan menjadi ruang lingkup pelayanan Code Blue.
4
Pemetaan Area Tim Code Blue terbagi 3 yaitu :
A. Gedung 1 Lt 1 RSUD Cimacan , meliputi :
1. IGD Ponek
2. Ruang Rawat Inap Alamanda
3. Ruang VK
4. Ruang BDRS
5
L. Gedung 3 Lt 3 RSUD Cimacan , meliputi :
1. Pendaftaran poliklinik
2. Poliklinik
3. Apotek
4. Unit Casemix
6
BAB III
TATA LAKSANA
KOORDINATOR UTAMA
KOORDINATOR HARIAN
KAPTEN
7
3.2 Kriteria pemanggilan Tim Code Blue
Kriteria pemanggilan Tim Code Blue ditempel di setiap tempat pelayanan dan
lingkungan RSUD Cimacan, dengan kriteria sebagai berikut:
Henti napas
• Breathing
Laju nafas < 5 kali/menit
Laju natas > 35 kali/menit
Perubahan mendadak saturasi oksigen < 90 % dengan pemberian
suplementasi oksigen
SEMUA HENTI JANTUNG
• Circulation
Laju nadi < 40 kali/menit
Laju nadi > 140 kali/menit
Perubahan mendadak pada tekanan darah sistolik < 90 mmHg
Perubahan mendadak produksi urin < 50 cc/4jam
Penurunan kesadaran tiba tiba (penurunan GCS > 2 poin)
• Neurology
Kejang berulang atau lama
Pasien lain yang keadaan umumnya memburuk dan mencemaskan
• Lainnya
yang tidak sesuai kriteria di atas
NEWS menandakan skor MERAH atau > 6
8
3.4. Alur Code Blue
3.4.1 Perawat menemukan pasien sesuai kriteria code blue (first responder).
3.4.2 First responder melakukan prosedur bantuan hidup dasar dan mengaktifkan
code blue dengan cara menghubungi hand phone tim code blue. Bila korban
adalah pasien di ruang rawat inap maka pengaktifan code blue memakai nama
ruangan dan nomor kamar pasien ‘Code blue code blue saya dengan perawat A
ruang 3B menemukan pasien tidak sadar di kamar 301", tetapi bila korban
bukan pasien di ruang perawatan maka disebutkan usia pasien (dewasa/anak),
lokasi kejadiannya serta kondisi korban.
3.4.3 Tim code blue datang dengan respon time <5 menit dan melanjutkan
penanganan (bantuan hidup lanjut).
3.4.4 Selanjutnya bila korban berhasil tertolong, maka korban yang merupakan
pasien ruang perawatan harus dimasukan ke ICU dan korban yang bukan pasien
ruang perawatan dimasukan ke IGD dan diberikan penanganan pasca henti
jantung dan persiapan rujukan bila ruangan tidak tersedia.
3.4.5 Bila korban tidak berhasil tertolong, maka korban di masukan ke pulasara
jenazah.
9
3.5 Bantuan Hidup Lanjut
Setelah dipastikan airway aman, maka segera lakukan bantuan napas dengan
menggunakan bag valve mask (BVM) dengan frekuensi 1 ventilasi setiap 5-6
detik atau 10-12 x/menit. Untuk kondisi penderita yang mengalami cardiac arrest
dan terpasang alat bantu airway, maka pemberian napas bantuan 1 ventilasi setiap
6-8 detik atau 8-10 x/menit.
Frekuensi ventilasi bantuan pada kasus cardiac arrest dan respiratory arrest
10
3.5.3 VF/ VT tanpa denyut nadi
Gambaran klinik VF adalah gambaran henti jantung dan henti napas. Pada kondisi
ini jantung hanya bergetar saja, tidak mampu bekerja sebagai pompa, terjadi
kematian klinik yang dapat berlanjut menjadi kematian biologis. Penderita
biasanya sudah tidak sadar. Tatalaksana VF sama dengan VT tanpa denyut nadi :
1. Lakukan survei primer ABCD dan lanjutkan dengan CPR sambil menunggu
alat kejut listrik datang. Ketika alat monitor EKG beserta kejut listrik datang,
pasang sadapan segera pada penderita tanpa menghentikan CPR.
2. Setelah terpasang, hentikan CPR sejenak (tidak boleh lebih dari 10 detik) dan
lihat di monitor irama apakah yang terlihat. Bila terlihat VF/ VT, lakukan kejut
listrik unsynchronized dengan energi 360 J untuk listrik monofasik atau 200 J
untuk bifasik.
3. Lalu lakukan CPR selama 5 siklus (2 menit) dan setelah itu lihat kembali
monitor EKG.
4. Bila masih VT/VF kembali lakukan kejut listrik 360 J, lakukan CPR 5 siklus
dan bila jalur IV sudah terpasang, berikan epineprin 1 mg IV/IO yang dapat
diulang setiap 3-5 menit. Obat lain yang dapat diberikan adalah vasopresin
dengan dosis 40 U IV/IO. Khusus obat vasopresin haya diberikan satu kali
saja sampai CPR selesai.
5. Kemudian lakukan survei sekunder, lakukan intubasi.
6. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor EKG. bila tetap VT/VF,
kembali lakukan kejut listrik 360 J, diteruskan kembali CPR 2 menit dan
diberikan amiodarone 300 mg IV/IO.
7. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor EKG, bila masih VT/VF,
kembali lakukan kejut listrik 360 J dan lakukan CPR 2 menit serta berikan
epineprin 1 mg IV/IO.
8. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor, bila ternyata masih
VT/VF lakukan kejut listrik 360 J dan CPR selama 2 menit diteruskan,
berikan obat amiodarone 150 mg IV/IO.
Asistol merupakan keadaan pada saat jantung berhenti berkontraksi. Keadaan ini
merupakan puncak dari perjalanan henti jantung. Pada VT, VF, dan PEA jantung
masih bergerak walaupun tidak dapat memompa darah, tetapi pada asistol jantung
benar-benar berhenti total. Penyebab keadaan ini adalah sama dengan penyebab
henti jantung lainnya.
11
3. Saat monitor datang, ketika sadapan elektroda sudah terpasang dan CPR
dihentikan sementara, kita melihat monitor akan terlihat gambaran
asistole/PEA
4. Segera berikan epineprin 1 mg IV/IO dan lanjutkan CPR sebanyak 5 siklus (2
menit). Obat lain yang dapat diberikan adalah vasopresin dengan dosis 40 U
IV/IO dan diberikan hanya 1 kali saja.
5. Pertimbangan intubasi trakea segera bila diperlukan. Setelah CPR 2 menit,
stop CPR, lihat irama monitor.
6. Bila terdapat irama terorganisasi, lakukan perabaan karotis. Bila denyut tidak
ada lakukan CPR lagi. CPR dilakukan 2 menit, lihat kembali monitor. Bila
tetap irama terorganisasi, cek nadi, bila tidak ada, kembali lakukan diberikan
obat epineprin 1 mg IV/IO.
12
13
3.5.5 Bradikardia
Kondisi dimana penderita dengan frekuensi nadi < 50x/menit disertai dengan keadaan
umum yang tidak stabil.
3.5.6 Takikardia
Takikardi ditujukan bagi pasien dengan keadaan dimana denyut nadi >100 x/menit
baik stabil maupun tidak stabil. Tatalaksana :
1. Stabilkan kondisi umum pasien
- Cek oksigenasi pasien :
Pasang pulse oksimetri dan pastikan ada/ tidak peningkatan work of breathing.
Bila pembacaan pulse oksimetri <92 dan/atau terdapat peningkatan work of
breathing berikan suplemenatasi oksigen
- Pasang monitor pada pasien, evalusasi tekanan darah, dan pasang IV line
2. Bila dengan stabilisasi, kondisi pasien tidak membaik, dan masih terdapat
takiaritmia dengan gejala : hipotensi, penurunan kesadaran, syok, nyeri dada, atau
gagal jantung, persiapkan pasien untuk kardioversi
3. Pada kardioversi, pertimbangkan pemberian sedasi. Dosis kardioversi :
- QRS sempit dan regular : 50-100 J
- QRS sempit dan irregular : 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
- QRS lebar dan regular : 100 J
QRS lebar dan irregular : berikan dosis defibrillasi (tidak disinkronisasi)
4. Bila keadaan pasien stabil (tidak terdapat hipotensi, penurunan kesadaran, syok,
14
nyeri dada, atau gagal jantung) dan masih terdapat takiaritmia, lakukan
pengambilan EKG 12 sadapan untuk menentukan jenis takikardia pasien.
5. Pikirkan untuk konsul pasien
15
BAB IV
DOKUMENTASI
16
BAB V
PENUTUP
17