Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penyusun sehingga Panduan CODE BLUE ini bisa terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah Nabi Besar Muhammad SAW, tak lupa
kepada para sahabatnya dan seluruh umat yang selalu setia kepada ajaranNya yang dibawa
hingga akhir zaman.

Keberhasilan penyusun menyelesaikan Panduan CODE BLUE alhamdulillah tepat


pada waktunya. Penyusunan panduan ini tidak mungkin bisa terlaksana tanpa bantuan
dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini penyusun
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan buku ini dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan panduan CODE BLUE ini masih jauh dari
sempurna, masih banyak kesalahan, dan kekeliruannya, baik dari sistematika penulisannya,
penyusunan maupun cara penyajian. Maka dari itu saran beserta perbaikan isi pedoman ini
sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan penyusunan panduan di masa yang
akan datang.

Akhir kata penyusun ucapkan semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dijadikan amal shaleh di sisi Allah SWT.

Cianjur, Juni 2019

Penyusun.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI .................................................................................................. 3
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................. 4
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................. 7
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................... 16
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 17

2
BAB I
DEFINISI

1.1 LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi serta meningkatnya pendidikan


dan kesejahteraan masyarakat berdampak pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas dan profesional termasuk pelayanan
kesehatan.
Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada kebutuhan klien. Begitu
pula dengan RSUD Cimacan Cianjur sebagai salah satu rumah sakit umum daerah di
kota Cianjur dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Untuk mewujudkan hal
tersebut RSUD Cimacan Cianjur memiliki Visi yaitu : “Menjadi Rumah Sakit Dengan
Pelayanan Kesehatan Yang Profesional, Bermutu dan Terjangkau Berstandar
Internasional". Dan dengan Misi yaitu : 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan, 2.
Mengembangkan pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada pembangunan sumber
daya manusia, perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat, 3. Menjadi pusat
rujukan pelayanan kesehatan, 4. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit yang
berhasil guna, bermutu dan berbasis kinerja
Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, RSUD Cimacan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanannya harus mengutamakan keamanan pasien, sehingga
perlu dilakukan upaya-upaya standarisasi pelayanan, salah satunya adalah dengan
penerapan program quality and safety.
Pembentukan Tim Code Blue adalah salah satu bentuk upaya dalam penerapan
prinsip patient safety di RSUD Cimacan. Selain itu, mengingat kondisi kegawat
daruratan di RSUD Cimacan bukan hanya terjadi pada pasien yang sedang dirawat,
namun berpotensi juga terjadi pada orang yang berada dilingkungan RSUD Cimacan.
Berdasarkan penjelasan diatas perlu kiranya Tim Code Blue dibentuk untuk
menangani kondisi kegawat daruratan yang terjadi dilingkungan RSUD Cimacan sesuai
dengan standarisasi yang berlaku. Karena keberhasilan penanganan kegawat daruratan
akan sangat tergantung kepada kecepatan dan ketepatan saat memberikan pertolongan.

1.2 PENGERTIAN

1.2.1 Code Blue adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang
menandakan adanya seseorang yang mengalami henti jantung (Cardiac arrest)
atau mengalami situasi gagal nafas akut (Respiratory arrest) dan situasi darurat
lainnya yang menyangkut nyawa seseorang.
1.2.2 Code blue adalah salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera
diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiorespiratory arrest di
dalam area rumah sakit.
1.2.3 Tim Code Blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas
merespon kondisi Code Blue di area rumah sakit.
1.2.4 Tim Code blue teridiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam
penanganan kondisi cardiorespiratory arrest.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan Tim Code Blue ditujukan untuk menangani kasus kegawatdaruratan pra henti
nafas dan pra henti jantung yang terjadi dilingkungan rumah sakit, baik pasien yang sedang
mendapatkan perawatan atau orang yang berada dilingkungan rumah sakit. Semua kawasan di
area RSUD Cimacan menjadi ruang lingkup pelayanan Code Blue.

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi anggota Tim Code Blue adalah sebagai berikut :
2.1.1 Seluruh anggota Tim Code Blue adalah karyawan RSUD Cimacan
2.1.2 Memiliki sertifikat BTCLS atau ACLS
2.1.3 Pendidikan minimal D-lll Keperawatan

2.2 Pengorganisasian Tim Code Blue


Tim code blue terdiri dari minimal 3 anggota ketika menangani kegawatdaruratan, yaitu
:
2.2.1 Penanggung jawab medis
2.2.2 Perawat pelaksana (3 orang)
2.2.3 Kelompok Pendukung (jika diperlukan)

2.3 Uraian tugas


2.3.1 Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga/ dokter ruangan
- Mengidentifikasi awal / triage pasien
- Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
- Memimpin tim saat pelaksanaan RJP Menentukan sikap selanjutnya
2.3.2 Perawat Pelaksana
- Bersama dokter pemanggungjawab medis melakukan triage pada pasien
- Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat darurat
2.3.3 Kelompok Pendukung
- Membantu mengamankan situasi pada saat penanganan kegawatdaruratan
- Membantu tim dalam keperluan farmasi/obat-obatan yang dibutuhkan pada
saat penanganan kegawatdaruratan
- Membantu tim dalam keperluan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

2.4 Pengaturan jaga


Pengaturan jaga Tim Code Blue dibagi menjadi 3 shift yaitu : pagi, siang dan malam.
Setiap shift jaga terdiri dari 3 orang anggota Tim Code Blue di setiap area penanganan
yang sudah ditentukan. Dokter jaga adalah dokter umum yang sedang tugas jaga
bertindak sebagai penanggung jawab medis/leader.

2.5 Lingkup Area


RSUD Cimacan terdiri dari 3 gedung, dengan 3 lantai. (lantai 1 dan lantai 3) Penetapan
area penanganan Tim code blue akan dibagi menjadi 1 area dan 1 ruangan
penanggungjawab.

4
Pemetaan Area Tim Code Blue terbagi 3 yaitu :
A. Gedung 1 Lt 1 RSUD Cimacan , meliputi :
1. IGD Ponek
2. Ruang Rawat Inap Alamanda
3. Ruang VK
4. Ruang BDRS

B. Gedung 1 Lt 2 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Ruang Rawat Inap Mawar
2. Ruang Gizi/Dapur
3. Ruang Perinatologi
4. Ruangan Tim PPI
5. Laundry

C. Gedung 1 Lt 3 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Ruang Aster

D. Gedung 1 Lt 3 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Ruang Tulip
2. Bidang Keperawatan

E. Gedung 2 Lt G RSUD Cimacan , meliputi :


1. IPSRS
2. CSSD

F. Gedung 2 Lt 1 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Pendaftaran IGD dan IGD PONEK
2. Apotek
3. Laboratorium
4. Area Parkir Depan

G. Gedung 2 Lt 2 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Rontgen
2. Ruang HD

H. Gedung 2 Lt 3 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Aula
2. Ruang Manajemen dan Keuangan

I. Gedung 3 Lt G RSUD Cimacan , meliputi :


1. Ruang Rehab Medik
2. Ruang SIMRS
3. Area Parkir Belakang

J. Gedung 3 Lt 1 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Poliklinik
2. Ruang HD

K. Gedung 3 Lt 2 RSUD Cimacan , meliputi :


1. Ruang Rawat Inap Anggrek
2. Ruang Rawat Inap Flamboyan

5
L. Gedung 3 Lt 3 RSUD Cimacan , meliputi :
1. Pendaftaran poliklinik
2. Poliklinik
3. Apotek
4. Unit Casemix

M. Zona bebas code blue


Beberapa ruangan merupakan zona bebas code blue, artinya bila ada
kegawatdaruratan medis di ruangan tersebut, maka tidak perlu dilakukan
pemanggilan tim code blue.
Ruangan perawatan yg termasuk zona bebas code blue adalah :
1. HCU (Instalasi High Care Unit)
2. IBS (Instalasi Bedah Sentral)
3. IGD (Instalasi Gawat Darurat) posko tim code blue

2.6 Standar Fasilitas


Tim Code Blue dilengkapi oleh perlengkapan dan peralatan untuk menunjang
kinerjanya yang terdiri dari :
1. Alat monitoring lengkap dengan DC Shock sebanyak 1 buah.
2. Emergency kit di setiap ruangan dan di posko yang dilengkapi dengan alat-alat dan
obat emergency. Terdapat 1 posko untuk area pemetaan, yaitu IGD sebagai posko.
3. Alat komunikasi berupa hand phone.
4. Rompi code blue sebagai penanda tim.
5. Daftar Obat-obatan emergency tertera dilampiran.

6
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Susunan anggota Tim Code Blue


Tim Code Blue terdiri dari Dokter jaga yang telah memiliki sertifikat ACLS, dan 3
orang perawat bangsal atau poli dengan tanda pengenal Tim Code Blue (rompi).
3.1.1 Koordinator adalah Dokter umum
3.1.2 Kapten/Penanggung jawab medis adalah dokter umum yang sedang bertugas
diruangan saat itu.
3.1.3 Perawat bangsal adalah perawat yang sedang berjaga bangsal sekaligus menjadi
tim code blue pada saat itu.

STRUKTUR CODE BLUE

KOORDINATOR UTAMA

KOORDINATOR HARIAN

KAPTEN

PERAWAT 1 PERAWAT 2 PERAWAT 3


COMPRESI VENTILASI OBAT &
DOKUMENTASI

7
3.2 Kriteria pemanggilan Tim Code Blue
Kriteria pemanggilan Tim Code Blue ditempel di setiap tempat pelayanan dan
lingkungan RSUD Cimacan, dengan kriteria sebagai berikut:

• Airway Ancaman gangguan jalan natas

Henti napas
• Breathing
Laju nafas < 5 kali/menit
Laju natas > 35 kali/menit
Perubahan mendadak saturasi oksigen < 90 % dengan pemberian
suplementasi oksigen
SEMUA HENTI JANTUNG
• Circulation
Laju nadi < 40 kali/menit
Laju nadi > 140 kali/menit
Perubahan mendadak pada tekanan darah sistolik < 90 mmHg
Perubahan mendadak produksi urin < 50 cc/4jam
Penurunan kesadaran tiba tiba (penurunan GCS > 2 poin)
• Neurology
Kejang berulang atau lama
Pasien lain yang keadaan umumnya memburuk dan mencemaskan
• Lainnya
yang tidak sesuai kriteria di atas
NEWS menandakan skor MERAH atau > 6

3.3. Cara Pemanggilan


3.3.1. Tim Code Blue dapat diaktifkan oleh semua tenaga medis, tenaga security dan
atau karyawan RS yang ditunjuk bila korban berada di luar ruang perawatan.
3.3.2. Pengaktifan Tim Code Blue diruangan dilakukan oleh penanggung jawab shift
ruangan dengan cara menghubungi nomer handphone Tim Code Blue
3.3.3. Anggota Tim Code Blue yang sedang tugas jaga masing-masing memegang
handphone untuk memudahkan komunikasi.

8
3.4. Alur Code Blue

3.4.1 Perawat menemukan pasien sesuai kriteria code blue (first responder).
3.4.2 First responder melakukan prosedur bantuan hidup dasar dan mengaktifkan
code blue dengan cara menghubungi hand phone tim code blue. Bila korban
adalah pasien di ruang rawat inap maka pengaktifan code blue memakai nama
ruangan dan nomor kamar pasien ‘Code blue code blue saya dengan perawat A
ruang 3B menemukan pasien tidak sadar di kamar 301", tetapi bila korban
bukan pasien di ruang perawatan maka disebutkan usia pasien (dewasa/anak),
lokasi kejadiannya serta kondisi korban.
3.4.3 Tim code blue datang dengan respon time <5 menit dan melanjutkan
penanganan (bantuan hidup lanjut).
3.4.4 Selanjutnya bila korban berhasil tertolong, maka korban yang merupakan
pasien ruang perawatan harus dimasukan ke ICU dan korban yang bukan pasien
ruang perawatan dimasukan ke IGD dan diberikan penanganan pasca henti
jantung dan persiapan rujukan bila ruangan tidak tersedia.
3.4.5 Bila korban tidak berhasil tertolong, maka korban di masukan ke pulasara
jenazah.

9
3.5 Bantuan Hidup Lanjut

3.5.1 Henti jantung (Cardiac arrest)


Henti jantung (cardiac arrest) adalah suatu keadaan dimana sirkulasi darah
berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Secara
klinis, keadaan henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda
sirkulasi lainnya. Henti jantung dapat disebabkan oleh 4 irama :
- Fibrilasiventrikel/ Ventricular fibrillation (MF)
- Takikardia ventrikel tanpa nadi / puleseless ventricular tachycardia (VT)
- Pulseless Electrical Activity (PEA)
- Asistol

3.5.2 Henti nafas (Respiratory arrest)


Penderita yang tiba-tiba tidak sadarkan namun denyut jantung mash teraba dan
mengalami henti napas atau gasping, maka tindakan pertolongan yang dilakukan
adalah D-R-A-B-C Concept. Pertahankan jalan napas dan memberikan
oksigenisasi adekuat menjadi prioritas utama. Pastikan tidak ada sumbatan jalan
napas. Jika ada sumbatan jalan napas, maka atasi terlebih dahulu pembebasan
jalan napas sesuai dengan indikasi dari sumbatan jalan napas. Tindakan
pembebasan jalan napas dilakukan dengan cara :
- Head tilt chin lift
- Jaw thrust
- Oro pharingeal airway (OPA)
- Naso pharingeal airway (NPA)
- Suctioning
- Laryngeal mask airway (LMA)
- Laryngeal tube
- Esophageal tracheal tube
- Endotracheal tube (ETT) / intubasi

Setelah dipastikan airway aman, maka segera lakukan bantuan napas dengan
menggunakan bag valve mask (BVM) dengan frekuensi 1 ventilasi setiap 5-6
detik atau 10-12 x/menit. Untuk kondisi penderita yang mengalami cardiac arrest
dan terpasang alat bantu airway, maka pemberian napas bantuan 1 ventilasi setiap
6-8 detik atau 8-10 x/menit.

Frekuensi ventilasi bantuan pada kasus cardiac arrest dan respiratory arrest

Ventilasi selama cardiac Ventilasi selama


Alat
arrest/ henti jantung Respiratory
Bag mask 2 ventilasi setelah 30 kompresi 1 ventilasi setiap 5-6
Pemasangan alat detik
1 ventilasi setiap 6-8 detik
advanced airway (QPA, (10-12x/menit)
NPA, LMA, ETT} (8-10 x/menit)

10
3.5.3 VF/ VT tanpa denyut nadi
Gambaran klinik VF adalah gambaran henti jantung dan henti napas. Pada kondisi
ini jantung hanya bergetar saja, tidak mampu bekerja sebagai pompa, terjadi
kematian klinik yang dapat berlanjut menjadi kematian biologis. Penderita
biasanya sudah tidak sadar. Tatalaksana VF sama dengan VT tanpa denyut nadi :
1. Lakukan survei primer ABCD dan lanjutkan dengan CPR sambil menunggu
alat kejut listrik datang. Ketika alat monitor EKG beserta kejut listrik datang,
pasang sadapan segera pada penderita tanpa menghentikan CPR.
2. Setelah terpasang, hentikan CPR sejenak (tidak boleh lebih dari 10 detik) dan
lihat di monitor irama apakah yang terlihat. Bila terlihat VF/ VT, lakukan kejut
listrik unsynchronized dengan energi 360 J untuk listrik monofasik atau 200 J
untuk bifasik.
3. Lalu lakukan CPR selama 5 siklus (2 menit) dan setelah itu lihat kembali
monitor EKG.
4. Bila masih VT/VF kembali lakukan kejut listrik 360 J, lakukan CPR 5 siklus
dan bila jalur IV sudah terpasang, berikan epineprin 1 mg IV/IO yang dapat
diulang setiap 3-5 menit. Obat lain yang dapat diberikan adalah vasopresin
dengan dosis 40 U IV/IO. Khusus obat vasopresin haya diberikan satu kali
saja sampai CPR selesai.
5. Kemudian lakukan survei sekunder, lakukan intubasi.
6. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor EKG. bila tetap VT/VF,
kembali lakukan kejut listrik 360 J, diteruskan kembali CPR 2 menit dan
diberikan amiodarone 300 mg IV/IO.
7. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor EKG, bila masih VT/VF,
kembali lakukan kejut listrik 360 J dan lakukan CPR 2 menit serta berikan
epineprin 1 mg IV/IO.
8. Setelah CPR selama 2 menit lihat kembali monitor, bila ternyata masih
VT/VF lakukan kejut listrik 360 J dan CPR selama 2 menit diteruskan,
berikan obat amiodarone 150 mg IV/IO.

3.5.4 PEA/ Asistol


Aktivasi listrik tanpa denyut nadi (pulseless electrical activity/ PEA) adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan adanya gambaran elektrik pada monitor EKG
tetapi tidak ditemukan denyut nadi pada perabaan arteri karotis.
PEA merupakan suatu keadaan henti jantung dan henti napas. Sebenarnya pada
keadaan ini ventrikel masih berkontraksi tetapi tidak cukup kuat menimbulkan
pulsasi sampai ke pembuluh darah.

Asistol merupakan keadaan pada saat jantung berhenti berkontraksi. Keadaan ini
merupakan puncak dari perjalanan henti jantung. Pada VT, VF, dan PEA jantung
masih bergerak walaupun tidak dapat memompa darah, tetapi pada asistol jantung
benar-benar berhenti total. Penyebab keadaan ini adalah sama dengan penyebab
henti jantung lainnya.

Tatalaksana PEA/ Asistole yaitu :


1. Setelah CAB dilakukan, CPR dikerjakan sambil menunggu bantuan datang.
Ketika alat monitor dan kejut listrik segera pasang lead monitor ke penderita
tanpa menghentikan CPR. Setelah lead terpasang, hentikan CPR paling lama
10 detik untuk melihat irama pada monitor EKG. Bila ternyata terdapat irama
terorganisasi, lakukan perabaan karotis. Bila tidak terdapat denyut karotis
maka keadaan ini disebut PEA.
2. Pada asistol, pertolongan yang diberikan sama dengan pertolongan PEA.

11
3. Saat monitor datang, ketika sadapan elektroda sudah terpasang dan CPR
dihentikan sementara, kita melihat monitor akan terlihat gambaran
asistole/PEA
4. Segera berikan epineprin 1 mg IV/IO dan lanjutkan CPR sebanyak 5 siklus (2
menit). Obat lain yang dapat diberikan adalah vasopresin dengan dosis 40 U
IV/IO dan diberikan hanya 1 kali saja.
5. Pertimbangan intubasi trakea segera bila diperlukan. Setelah CPR 2 menit,
stop CPR, lihat irama monitor.
6. Bila terdapat irama terorganisasi, lakukan perabaan karotis. Bila denyut tidak
ada lakukan CPR lagi. CPR dilakukan 2 menit, lihat kembali monitor. Bila
tetap irama terorganisasi, cek nadi, bila tidak ada, kembali lakukan diberikan
obat epineprin 1 mg IV/IO.

12
13
3.5.5 Bradikardia
Kondisi dimana penderita dengan frekuensi nadi < 50x/menit disertai dengan keadaan
umum yang tidak stabil.

3.5.6 Takikardia
Takikardi ditujukan bagi pasien dengan keadaan dimana denyut nadi >100 x/menit
baik stabil maupun tidak stabil. Tatalaksana :
1. Stabilkan kondisi umum pasien
- Cek oksigenasi pasien :
Pasang pulse oksimetri dan pastikan ada/ tidak peningkatan work of breathing.
Bila pembacaan pulse oksimetri <92 dan/atau terdapat peningkatan work of
breathing berikan suplemenatasi oksigen
- Pasang monitor pada pasien, evalusasi tekanan darah, dan pasang IV line
2. Bila dengan stabilisasi, kondisi pasien tidak membaik, dan masih terdapat
takiaritmia dengan gejala : hipotensi, penurunan kesadaran, syok, nyeri dada, atau
gagal jantung, persiapkan pasien untuk kardioversi
3. Pada kardioversi, pertimbangkan pemberian sedasi. Dosis kardioversi :
- QRS sempit dan regular : 50-100 J
- QRS sempit dan irregular : 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
- QRS lebar dan regular : 100 J
QRS lebar dan irregular : berikan dosis defibrillasi (tidak disinkronisasi)

4. Bila keadaan pasien stabil (tidak terdapat hipotensi, penurunan kesadaran, syok,

14
nyeri dada, atau gagal jantung) dan masih terdapat takiaritmia, lakukan
pengambilan EKG 12 sadapan untuk menentukan jenis takikardia pasien.
5. Pikirkan untuk konsul pasien

15
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Form DNR (Do Not Resucitation)


2. Form code blue
3. Lembar Transfer Pasien

16
BAB V
PENUTUP

Pedoman pelayanan ini tersusun berdasarkan kegiatan yang berada di dalam


pelayanan rumah sakit. Hal ini dilakukan dalam rangka menjamin keselamatan pasien saat
berada di rumah sakit dan terjaga kontinuitasnya. Dalam pelaksanaanya diperlukan evaluasi
guna peningkatan pelayanan di masa-masa mendatang.

17

Anda mungkin juga menyukai