Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan hormat kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih karena
dengan anugerah-Nya Panduan Code Blue RS. Mitra Sehat Medika Pandaan ini dapat
disusun. Diharapkan panduan ini dapat dijadikan bahan acuan bagi peningkatan mutu
pelayanan dan pengembangan rumah sakit pada tahun berjalan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam operasional pelayanan rumah sakit, sehingga rumah sakit masih tetap eksis dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sampai saat ini.

Kami berupaya agar panduan ini dapat memenuhi kebutuhan dari setiap unit kerja
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, sehingga akan
lebih sempurna di masa mendatang.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Panduan
Code Blue ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.

Pandaan, Januari 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN DAN DEFINISI…………………………………………………… 3
1.1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 3
1.2 DEFINISI………………………………………………………………………….. 3
BAB II FALSAFAH DAN RUANG LINGKUP………………………………………………. 5
2.1 FALSAFAH………………………………………………………………………… 5
2.2 RUANG LINGKUP……………………………………………………………….. 5
BAB III TATA LAKSANA……………………………………………………………………… 6
BAB IV DOKUMENTASI………………………………………………………………………. 11
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………….. . 12

2
BAB I

PENDAHULUAN DAN DEFINISI

I.1 PENDAHULUAN

Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit
jantung koroner. WHO menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan
penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama
kematian di dunia. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional
tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan
penyebab kematian utama di Indonesia. Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani
segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut
jantung normal.

Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10


persen pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi. Inti
dari penanganan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi
secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi
normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Penanganan
secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam
melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang
selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak
terdapat tenaga medis dan paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit
sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi
belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum
terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian
memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera,yangdisebut
Code Blue.

I.2 DEFINISI

1. Code Blue/ Kode Biru :

Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi dimana terdapat
pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata sandi yang
digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat darurat.

2. Tim Code Blue :


Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai Code Blue
Team, yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan.

3
3. Pasien Gawat Darurat :

Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan RJP
segera.

4. Pasien :

Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.

Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien.

5. Perawat :

Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP / Code Blue Team.

4
BAB II
FALSAFAH DAN RUANG LINGKUP

2.1 FALSAFAH

1. Memberikan rasa aman dan sehat bagi pasien dengan melibatkan seluruh potensi
rumah sakit serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas pada pelayanan kesehatan di
rumah sakit.

2. Merubah perilaku dari semua personil rumah sakit agar mampu menanggulangi pasien
dalam keadaan gawat darurat.

2.2 RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem
respon terbagi dalam 2 tahap:

1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari
instalasi yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit, yaitu tim code blue.

Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang
dilakukan adalah :

1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang
kecepatan respon untuk BLS di lokasi
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit,
misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana
peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.

5
BAB III

TATA LAKSANA

3.1. ORGANISASI CODE BLUE TEAM


Terdiri dari :
1. Koordinator tim.
2. Penanggung jawab Medik.
3. Perawat Pelaksana.
4. Kelompok Pendukung.

KOORDINATOR TIM

PENANGGUNGJAWAB TIM PERAWAT


MEDIK RESUSITASI PELAKSANA

Garis komando
Garis koordinasi

3.2. URAIAN TUGAS


1. Koordinator Team.
Dijabat oleh dokter Anestesi, Bertugas :
 Mengkoordinir segenap anggota
 Bekerjasama dengan sie.ur.pers membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota.

2. Penanggungjawab Medis dijabat oleh dokter UGD, Bertugas :


 Mengidentifikasi awal / triage pasien di ruang
 Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
 Memimpin tim dalam pelaksanaan RJP
 Menentukan sikap

6
3. Perawat Pelaksana. Perawat pelaksana bertugas :
 Bersama dokter penanggungjawab medis mengidentifikasi/triage pasien di
ruangan rawat inap
 Membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat di ruangan rawat inap

4. Kelompok Pendukung.
Tim Resusitas Dijabat Perawat terlatih dan Dokter Jaga UGD, Bertugas :
 Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat / gawat darurat
diruangan rawat inap
 Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat darurat diruang
perawatan

3.3. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam satu shift harus ada 2 orang perawat terlatih yang bertugas.
Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien,
sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi awal EWS diruangan :
 Dokter ruangan /dokter jaga. Bila ada pasien yang membutuhkan HCU, dokter
jaga ruangan menghubungi DPJP, mengusulkan pasien dipindah
 Perawat Pelaksana .
2. Melakukan penanggulangan pasien gawat di ruang perawatan :
 Dokter Jaga UGD
 Perawat pelaksana 4 orang
3. Melakukan RJP
 Dokter Jaga UGD
 Perawat pelaksana 4 orang

3.4.PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan hal
yang sangat penting, untuk itu ada hal – hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan nomor
kamar

Alat – alat komunikasi yang dapat digunakan sebagai standar :


Telepon kode darurat di

GAWAT DOKTER JAGA


RUANGAN
PERAWAT PELAKSANA
PASIEN
7
GAWAT DOKTER JAGA
DARURAT RUANGAN
PERAWAT TERLATIH

Aktivasi Blue Team

3.5 SISTEM DAN ALUR KERJA TIM “CODE BLUE”


Setiap shift, saat mulai bertugas sehari – hari, perawat di ruangan, berkeliling
mengunjungi pasien yang sedang dirawat di ruangan tempatnya berdinas untuk mengetahui
kondisi pasien dan dimasukkan pada EWS untuk mengetahui ada tidaknya kondisi
gawat / gawat darurat pasien sebagai upaya triage di ruang perawatan.
Jika didapatkan pasien dengan kondisi gawat darurat, maka Ka.Instalasi /
perawat ruangan secepatnya mengaktifkan Code Blue. Aktivasi Code Blue dilakukan
dengan menekan tombol 100 / 103 pada pesawat telepon, setelah tanda beep,
ucapkan “ Code Blue…Code Blue di ruang (tempat kejadian)…Code Blue ” diulang
dua kali, kemudian tutup gagang telepon. Bila ada panggilan dengan Kode Biru
anggota Blue Team yang berdinas saat itu wajib menghentikan kegiatan tugasnya
dan segera menuju lokasi code blue yang dimaksud.

PASIEN

EWS

GAWAT GAWAT
DARURAT

PENANGANAN PENANGANAN
KEGAWATAN KEGAWAT DARURATAN

TINDAK LANJUT
PERAWATAN

3.6 PERALATAN “CODE BLUE”

Personal Kit :
8
 Termometer 1 unit.
 Stetoskope 1 bh.
 Tensimeter 1 bh.
 Senter genggam 1 bh.

Emergency Medical Kit

1. Airway and Breathing Management Support


 Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
 Suction 1 bh
 Ambubag (bayi, anak, dewasa)
 Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
 Orofaring tube

2. Circulation Support
 Set infus mikro 1 bh
 Set infus makro 1 bh
 Needle intraosseus 1 bh
 Venocath 1 bh
3. Minor Surgery Set
 1 set lengkap
4. Obat – obatan
 Lidokain inj. 1 bh
 Adrenalin inj. 1 bh
 Nalokson inj. 1 bh
 Phenobarbital inj. 1 bh
 Sulfas Atropin inj. 1 bh
 Diltiazem inj. 1 bh
 MgSO4 inj. 1 bh
 Amiodaron inj
 Dopamin inj
 Dobutamin inj
 Norepinephrine

Pelatihan Dan Pendidikan Tim “Code Blue”.


Perencanaan kegiatan Blue Tim meliputi :
1. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam rangka
mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan.
Sehingga keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini diketahui dan
ditanggulangi sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang tidak perlu
terjadi
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien di Ruangan. Merupakan kegiatan
pelayanan dalam menangani pasien gawat darurat dengan memberikan
pertolongan bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung, paru dan otak ( RJP).
3. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas
kemampuan anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan
meliputi teori dan praktek sesuai kebutuhan tim.

9
4. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan
penanganan pasien gawat / gawat darurat oleh Blue Team harus dapat
dievaluasi dan kendali mutu agar kesempurnaan kegiatan menjadi lebih baik.
Oleh karena itulah Tim Pengendalian Mutu rumah sakit diharapkan dapat turut
berperan dalam hal evaluasi dan kendali mutu Blue Team.

10
BAB IV

DOKUMENTASI

Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk operasional tim, pengadaan sarana dan
fasilitas dibebankan kepada rumah sakit.
Semua kegiatan code blue dicatat dan didokumentasikan dalam dokumen rekam
medis pasien dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.

11
BAB V
PENUTUP
Pedoman ini merupakan suatu upaya agar diperoleh kesamaan pola
pikir/persepsi dalamhal penanggulangan pasien gawat / gawat darurat di ruang
perawatan rumah sakit olehsemua personil rumah sakit. Keberhasilan dari kegiatan
penanggulangan kegawat daruratan pasien di rumah sakit ini bergantung dari
besarnya dukungan seluruh bergantung dari besarnya dukungan seluruh personil
rumah sakit, karena Blue Team adalah suatu tim yang terdiri dari sekelompok orang
dari berbagai unsur di rumah sakit.

Pandaan, Januari 2016

Penyusun

12

Anda mungkin juga menyukai