Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

PELAYANAN RESUSITASI
RS. AMANDA CIKARANG
ALAMAT
 021 –,
 021 -

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI RS Amanda Cikarang


No : 018/SK/RSK128-YANMED/09/2015

Tentang
PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah


sakit diperlukan Panduan Pelayanan Resusitasi di RS
Amanda Cikarang
b. Bahwa sesuai dalam butir a tersebut perlu ditetapkan
dalam Surat Keputusan Direksi RS Amanda Cikarang.

Mengingat : a. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit.
b. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004, tentang Praktik kedokteran.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
i
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
h. Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran.
i. Manual Komunikasi Efektif Dokter – Pasien, KKI, 2006.
j. Surat Keputusan Yayasan PDS Amanda Cikarang
No.003/SK/YAY/09/2015 tentang Pengesahan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja RS. Amanda Cikarang
k. Surat Keputusan Yayasan PDS Amanda Cikarang No.
004/SK/YAY/09/2015 tentang Pengangkatan Direktur RS.
Amanda Cikarang

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKSI RUMAH SAKIT AMANDA CIKARANG


TENTANG PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI

Kedua : Keputusan Direksi Rumah Sakit mengenai Pelayanan


Resusitasi yang dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Panduan Pelayanan Resusitasi.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan

ii
ini dilakukan oleh Wadir Pelayanan Medis sesuai dengan fungsi
dan tugasnya

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Kelima : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat


keputusan ini, akan dilakukan perbaikan – perbaikan
sebagimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 01 September 2015
Direksi RS Amanda Cikarang

Dr. Siti Rohmah, MARS


Direktur

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat
dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan
Pelayanan Resusitasi di Rumah Sakit Amanda Cikarang ini dapat selesai disusun.

Buku Panduan Pelayanan Resusitasi ini merupakan panduan kerja bagi semua
pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit Amanda Cikarang.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya


atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan
Pelayanan Resusitasi di Rumah Sakit Amanda Cikarang.

Jakarta, September 2015

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
SK DIREKTUR ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

1. DEFINISI .............................................................................................................. 1

2. RUANG LINGKUP ............................................................................................... 2

3. TATALAKSANA ................................................................................................... 4

4. DOKUMENTASI ................................................................................................. 14

v
vi
1. DEFINISI
Resusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha pertolongan pertama
pada pasien tidak sadar yang mengalami henti nafas atau henti jantung (kematian
klinis) serta upaya mengembalikan keadaan tersebut ke fungsi optimal, guna
mencegah kematian biologis.
Tujuan panduan ini adalah untuk mengetahui definisi, dan algoritma resusitasi
jantung paru, dan untuk dijadikan acuan bagi tenaga profesional dalam
penatalaksanaan resusitasi yang seragam sesuai dengan kebijakan dan prosedur
di seluruh rumah sakit. Selain itu dapat memberi informasi yang lengkap tentang
pembaharuan untuk RJP pada tahun 2010 dibandingkan dengan pada tahun 2005
berdasarkan American Heart Association Guidelines for Cardio Pulmanory
Resuscitation and Emergency Cardiovasculer Care. Tujuan dari code blue adalah
untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang
mengalami kondisi darurat cardio respiratory arrest yang berada dalam kawasan
rumah sakit. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan
medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat. Untuk memulai pelatihan
keterampilan BHD dan penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED) untuk
semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis. Untuk memulai
penempatan peralatan BHD di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah
sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis. Untuk membuat
rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10
menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat
118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardio
pulmonary resusitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada
tiap menit yang berjalan tanpa cardio pulmonary resusitation dan defibrilasi
(American Heart Assosiacion,2010). Berdasarkan hasil penelitian dari American
Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa 64% pasien
dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat bertahan
hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan
untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah
1
terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Penanganan secara cepat dapat
diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan chain
of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini
menjadi masalah / pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak
terdapat tenaga medis dan paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah
Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving,
akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan
seringkali belum terdapat pengorganisasian yang baik dalam pelaksanaannya.
Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam
penanganan arrest segera, yang disebut Code Blue.
Code Blue adalah sistem reaksi cepat dalam melakukan resusitasi jantung dan
paru, serta stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi dalam area rumah sakit.
Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus
segera di mulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac arrest atau
respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya
pasien yang membutuhkan resusitasi kardio pulmoner (CPR). Mengumumkan
adanya pasien yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan
resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis
reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera
berlari secepat mungkin menuju ruangan yang diumumkan dan melakukan
resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien
henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan
bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda atau
bangsal yang berbeda), diperlukan pengumuman yang dapat memanggil mereka
dengan cepat.

2. RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi
darurat medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.
Sistem respon terbagi dalam 2 tahap.

2
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di
sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang
berasal dari tim code blue yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon
dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan
yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang
dilakukan adalah :
a. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk
menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian.
b. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan
rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang
rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk
memungkinkan respon yang cepat.
Tim Code Blue Primer (Koordinator) Area Cakupan :
1. IGD
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Rawat Jalan
4. ICU
5. Unit Radiologi
6. Unit Gizi
7. Unit Laboratorium
8. Unit Farmasi
9. Unit Rumah Tangga RS

Batasan Operasional
1. Code Blue adalah sistem reaksi cepat dalam melakukan resusitasi jantung dan
paru, serta stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi dalam area rumah sakit.
2. Tim Code Blue adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk
sebagai tim khusus untuk melakukan resusitasi jantung paru secara cepat ke
pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-
cart, kursi roda / tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi,
suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin,
lignocaine) dan Intra Vena set untuk menstabilkan pasien.
3
3. BHD atau Bantuan Hidup Dasar
BHD adalah suatu cara memberikan bantuan / pertolongan hidup dasar yang
meliputi, sirkulasi yang adekuat (circulation / C), bebasnya jalan napas (airway /
A), dan pernapasan yang adekuat (breathing / B).
BHD atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat
darurat. BHD dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang
awam yang melihat pertama kali korban. Skills BHD haruslah dikuasai oleh
paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena
seringkali korban justru ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis.
4. Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau
pertolongan pertama pada penyakit jantung.

3. TATALAKSANA
Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah Rumah Sakit Amanda Cikarang
tidak dapat ditangani oleh IGD sendiri karena kesulitan jarak dan lokasi yang tidak
terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan
tim code blue adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap regio rumah sakit
mempunyai tim yang dapat melakukan BHD awal sambil menunggu kedatangan tim
code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim dibentuk
dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih dalam BHD.
Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi
strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas
tinggi terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim code blue rumah sakit telah
dilatih dalam keterampilan BHD. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus
ditempatkan di setiap area satu unit kerja sehingga tim dapat dengan cepat
memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika tersedia peralatan
resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari tim Code Blue akan
lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat. Hal ini sama pentingnya bahwa
semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan non-medis, dilatih
BHD sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) di
lokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Tim Code Blue tiba, dengan

4
demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat
medis.
A. Fase Code Blue
1. Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan
untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam
lingkup rumah sakit kepada anggota tim code blue.
2. Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi keadaan darurat
medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup rumah sakit
tersebut dapat mengaktifkan respon dari code blue lewat telepon untuk
bantuan dan pengaktifan :
a. Local Alert : tergantung pada mekanisme yang dibuat
oleh koordinator, contoh : Pengumuman melalui sistem pengeras
suara, menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi
strategis di zona mereka. Setelah kasus code blue terjadi, Tim
Primer harus meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code
blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BHD.
b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue Pusat Panggilan
Kegawatdaruratan Medis dengan menekan nomor telepon IGD
extensi 150.
1) Prioritas 1 : Untuk mengaktifkan tim code blue sekunder.
2) Prioritas 2 : Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua)
pengaktifan tim code blue primer. Anggota tim respon code
blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya
kegawatdaruratan medis akan menanggapi situasi code blue
sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat
resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim
code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua
tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di
daerah cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm
'code blue'. Standar layanan untuk durasi waktu yang
dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue' (code blue
aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian
5
adalah 5 sampai 10 menit. Standar layanan akan diberi batas
waktu dan dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas
untuk menentukan sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan
penyebaran cepat dari tim code blue.
c. Tanggung jawab dari panggilan darurat terhadap Code Blue line,
anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus
yang sebenarnya (sampai bisa dibuktikan). Panggilan code blue
harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering). Informasi vital adalah :
Nama dan nama orang / tim rumah sakit / paramedis / dokter
tertentu, lokasi pasti trauma atau kasus medis, dewasa atau anak-
anak. Pengumuman kepada tim code blue 3x di area cakupan. Tim
code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan
membawa perlengkapan jika zona lokasi bisa dijangkau dengan
jalan kaki.
d. Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue harus dilengkapi
dengan baik.
e. Intervensi Segera di tempat kejadian tim darurat medis (pasien
tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi,
memiliki tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut,
memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life
Support (BLS) dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap.
f. Nomor tim code blue rumah sakit akan ditempatkan di setiap unit
kerja.
g. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan
pemberitahuan lokal untuk tim code blue primer atau seseorang
menginstruksikkan mereka untuk melakukannya, mereka juga
harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia.
h. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus
dilakukan dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit.
i. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab atas
daerah tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus diberitahu
untuk datang ke lokasi segera.

6
j. Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi code
blue, jika tersedia tim yang terlatih untuk BHD, mereka harus
memulai BHD (kompresi dada, posisi airway, bantuan pernapasan).
Jika tidak ada tim yang terlatih BHD, tim yang ditempat kejadian
harus menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi
dari kerumunan orang.
k. Jika monitor jantung, defibrillator manual atau defibrillator eksternal
otomatis tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien untuk
menentukan kebutuhan defibrilasi fase ini dilakukan oleh tim yang
berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life
Support (ACLS).
l. Setiap unit kerja harus berusaha untuk memastikan bahwa tim
mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan BHD dan mereka
dilengkapi dengan resusitasi kit setidaknya peralatan resusitasi
dasar dan ditempatkan di lokasi strategis.
m. Tim dari masing-masing unit kerja akan bertanggung jawab untuk
pemeliharaan resusitasi kit mereka.
n. Jika korban berhasil disadarkan / dihidupkan kembali sambil
menunggu kedatangan tim respon code blue, tim di lokasi harus
menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan monitor tanda-
tanda vital.
o. Semua kasus code blue harus di dokumentasikan untuk evaluasi
lebih lanjut.

3. Kedatangan tim Code Blue


a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue,
mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil
resusitasi kit (tas peralatan RJP) mereka dan bergegas ke lokasi
darurat medis dengan berjalan kaki. Mereka harus mengerahkan
diri mereka sendiri dengan cepat dan lancar dan menggunakan rute
terpendek yang tersedia.

7
b. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code blue call /
aktivasi kedatangan tim Code blue di tempat kejadian akan
disimpan.
c. Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim
respon code blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih tugas
resusitasi, tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar untuk
memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.

4. Perawatan Definitif
a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau
non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum)
akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini akan
diangkut ke ICU untuk resusitasi lanjut.
b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban
masih perlu ditransfer ke IGD untuk dokumentasi lebih lanjut atau
konfirmasi kematian.
Ketika muncul code blue, tim dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai tim,
bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan
crash-cart, kursi roda / tandu, yang berisi alat - alat penting seperti defibrilator,
peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin,
atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. Tim akan mempraktekkan
keterampilan BHD dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) untuk resusitasi
pasien. Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan
resusitasi sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai tim code blue
akan segera dapat mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu
daerah tanpa crash-cart, tim yang di tunjuk code blue akan membawa crash-
cart atau kit resusitasi.

8
Alur BHD

B. Ketenagaan Organisasi Tim Code Blue


Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat / sepanjang waktu,
Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BHD. Setiap anggota tim code blue
akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti pemimpin tim, manajer
airway, kompresi dada, IV line, persiapan obat dan defibrilasi.
a. Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang paling tidak telah
menguasai Basic Life Support (BLS). Tim Code Blue terdiri dari 3 sampai 4
anggota, yaitu :
1. Koordinator Tim
2. Petugas Medis
3. perawat (perawat pelaksana dan tim resusitasi)
9
4. Kelompok Pendukung (jika perlu).
b. Uraian Tugas
1. Koordinator Tim
Dijabat oleh dokter ICU/PICU. Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim,
bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang
dibutuhkan oleh anggota tim.
2. Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga mengidentifikasi awal / triage pasien, memimpin
penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan, memimpin tim saat
pelaksanaan RJP, menentukan sikap selanjutnya.
3. Perawat Pelaksana
Bersama dokter penanggungjawab medis melakukan triage pada pasien,
membantu dokter penanggungjawab medis menangani pasien gawat dan
gawat darurat.
4. Tim Resusitasi
Perawat terlatih dan dokter jaga, memberikan bantuan hidup dasar kepada
pasien gawat atau gawat darurat, melakukan resusitasi jantung paru kepada
pasien gawat atau gawat darurat.
c. Pendidikan dan Pelatihan Anggota Code Blue
Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan atau
harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 3 tahun.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code
blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden pertama
untuk situasi code blue.
d. Fasilitas Code Blue
Fasilitas code blue yang diperlukan adalah resusitasi kit dasar yang harus
ditempatkan di berbagai daerah di dalam rumah sakit dan mudah diakses bagi
tenaga medis dan tim Code Blue untuk digunakan.
1. Lokal / tim code blue primer (zona risiko rendah) peralatan :
1) Sarung tangan
2) Masker
3) Guedel / jalan napas orofaringeal
4) Box Emergensi berisi obat-obatan bantuan pertama
10
2. Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh tim code blue dasar di
zona risiko tinggi :
1) Tabung Oksigen dan Humidifier
2) Masker Simple, Non Rebrithing Mask, Rebrithing Mask
3) Bag-valve mask
4) Sarung tangan steril
5) Saluran Udara Oro-faring dan naso-faring
6) Extraglottic perangkat (LMA / LT)
7) Kursi roda atau tandu
8) Stetoskop
9) Alat suntik dan jarum
10) Infus set
11) Glucometer
12) Obat-obatan emergensi : Dextrose 40%, Dekstrosa 10%, Normal saline,
Adrenalin, Atropin, Amiodarone, Diazepam, ISDN, dll.
13) Tensi meter

11
STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAYANAN RESUSITASI (CODE BLUE) RUMAH SAKIT AMANDA CIKARANG

KETUA TIM CODE BLUE

PENANGGUNG JAWAB MEDIS

ANGGOTA

RUANG ASTER KAMAR BEDAH FISIOTERAPI

RUANG TERATAI ICU LABORATORIUM

RUANG ANGGREK IGD RADIOLOGI

RUANG SERUNI HEMODIALISIS POLIKLINIK


12
13
4. DOKUMENTASI
Kegiatan dokumentasi dilakukan sebagai pelaporan aktivitas yang telah
dilakukan, pelaporan dilakukan sekali setahun dan dilaporkan ke direktorat
terkait. Dokumentasi pelaksanaan resusitasi dicatat dalam rekam medik pasien.

14

Anda mungkin juga menyukai