VERTIGO PERIFER
Oleh:
Rachilla Arandita Saraswati, S.Ked
Preseptor:
dr. Nuriyah, M.Biomed
LAPORAN KASUS
VERTIGO PERIFER
Oleh:
Rachilla Arandita Saraswati
G1A218070
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Vertigo Perifer” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I STATUS PASIEN................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
BAB III ANALISIS KASUS............................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22
LAMPIRAN..................................................................................................... 23
iv
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/JenisKelamin/Umur : Tn. H/Laki-laki/45 tahun
b. Pekerjaan : Buruh
c. Alamat : RT. 03 Mudung Laut
1
e. Kondisi Lingkungan Keluarga:
Pasien tinggal di lingkungan yang penduduk yang cukup padat, jarak
antara rumah cukup dekat.Warga di sekitar lingkungan pasien sangat ramah
dan hidup dengan kekeluargaan. Pasien mengaku tidak ada masalah dengan
tetangga sekitar.
2
- Riwayat trauma kepala (+) ± 5 tahun yang lalu
- Riwayat pengobatan untuk keluhan ini (-)
- Riwayat penyakit lainnya (-)
3
Leher : Pembesaran KGB (-)
2. Thoraks:
Pulmo
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Pergerakan dinding dada Pergerakan dinding dada
simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil kanan = Fremitus taktil kanan =
kiri kiri
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikular (+/+), wheezing Vesikular (+/+), wheezing
(-), ronkhi (-) (-), ronkhi (-)
Cor
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 linea midclaviculakiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
3. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-)
Palpasi Soepel, nyeri tekan (-), hati dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
4
Pasien kesulitan mempertahankan diri dan jatuh pada saat
menutup mata.
- Fukuda
Pasien tidak berputar lebih dari 30° atau maju-mundur tidak
lebih dari 1 meter.
- Past Pointing Test
Pasien mampu menyentuh telunjuk pemeriksa dalam keadaan
mata terbuka dan tertutup.
- Disdiadokokinesis
Pasien mampu membolak-balikkan telapak tangan dengan cepat
dan baik
- Finger to finger test
Pasien mampu mempertemukan jari telunjuk kiri dan kanan
dengan baik
- Tes Tumit
Gerakan dilakukan dengan tangkas
X. Diagnosis
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) – ICD X H81.10
XI. Diagnosis Banding
Meniere Disease (H81.0)
Vestibular Neuritis (H81.2)
XII. Manajemen
1. Promotif
Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
pencegahan dan pengobatannya.
5
Menjelaskan kepada pasien agar tidak panik bila serangan
muncul.
Istirahat yang cukup.
Mengatur pola makan yang sehat, bergizi dan seimbang.
Kelola stress.
2. Preventif
Mencegah gerakan kepala yang berlebihan dan mendadak.
Mengurangi aktivitas yang berat dan istirahat cukup dirumah.
Bangun secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum
berdiri dari tempat tidur.
Hindari faktor-faktor yang menyebabkan stress
3. Kuratif
Non Farmakologis:
Tirah baring.
Latihan vestibular: Metode Band Daroff, 3 kali perhari selama 3
minggu
Farmakologis:
Betahistin tablet 6 mg diberikan 3x1 tablet selama 3 hari
Paracetamol tablet 500 mg diberikan 3x1 tablet selama 3 hari
Vitamin B6 tablet 10 mg diberikan 1 x 1 tablet selama 3 hari
4. Rehabilitatif
Istirahat yang cukup
Ikuti pengobatan secara benar dan teratur
Apabila keluhan semakin memberat dan terus berulang segera
datang ke faskes terdekat.
Jika serangan muncul jangan panik dan segera tutup mata.
Menyarankan untuk melakukan Brand Daroff maneuver sendiri
di rumah sebanyak 3 set setiap hari selama 3 minggu.
6
7
Resep
Jambi, Jambi,
Jambi, Jambi,
3.3 Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu
dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo perifer merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.3
3.4 Etiologi
9
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi
kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai
kanalis anterior dan horizontal. Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium
karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo
dan nistagmus. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik
tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis
vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode.4
2. Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran .5 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan
tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.
10
Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo
otologik.Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal
ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis
semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.
3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal
ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi
dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.5
10
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai
nistagmus.
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan gangguan
saraf perifer) vaskular (otak, batang otak,
serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal Iskemik batang otak, vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit maniere, insufisiensi, neoplasma, migren
neuronitis vestibuler, labirintis, basiler
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya: diplopia, parestesi,
SSP gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Gejala Otonomik Hebat Ringan atau tidak ada
(mual, muntah,
keringat dingin)
Intensitas vertigo Berat Ringan
11
Jatuh Jatuh ke sisi lesi Jatuh ke sisi berlawanan
Saat menutup Keluhan vertigo dan nistagmus Tidak ada perubahan gejala
mata berkurang
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Neurologik
12
Pemeriksaan neurologic meliputi :
- Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s
sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat
dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
2. Unterberger's stepping test (Pasien diminta untuk berjalan spot dengan mata
tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin
pada sisi tersebut). 3
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
13
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
4. Dix-Hallpike manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.
5. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat
ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di
labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara
maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air
bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga
dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air
selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri
(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,
demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus
14
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita.
Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
6. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach.
Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis,
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Vestibular testing tidak dilakukan pada
semau pasieen dengan keluhan dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak
ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan
elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang
dari 1 persen pasien.5
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII.1
15
perifer disease vestibular
Kelainan pada Meningkatnya Ada benda Virus Kelainan/abnormalitas
sistem tekanan pada asing/batu pembengkakan pada sistem saraf
vestibuler ruang kalsium yang nervus area pusat yang
(hiperstimulasi endolimfe dan bergerak vestibular berhubungan dg
) perilemfe didalam keseimbangan
saluran
semisirkularis
Lebih banyak Lebih banyak Pada wanita Semua umur Semua umur
pada orang tua pada orang tua usia tua
16
MEDIKAMENTOSA
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang
sering digunakan :
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik
ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek
samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali
“rash” di kulit.
17
Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30
mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan
“rash” di kulit.
Fenotiazine
18
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)
dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
disbanding obat Fenotiazine lainnya.
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular
atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4
kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)
dan menjadi gelisah – gugup.
Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau
didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat
19
tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan
bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Terapi Spesifik
1. BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat-obatan. Vertigo
dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan
deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi
reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien
perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis.
3. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah
garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif
dalam mengobati ketulian dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan
shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini
resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.
BAB III
20
ANALISIS KASUS
21
Tidak terdapat hubungan antara perilaku kesehatan baik dalam
keluarga maupun lingkungan sekitar terhadap penyakit yang dialami pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24