Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

*Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218070/ Agustus 2020


**Preseptor: dr. Nuriyah, M.Biomed

VERTIGO PERIFER

Oleh:
Rachilla Arandita Saraswati, S.Ked

Preseptor:
dr. Nuriyah, M.Biomed

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TAHTUL YAMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
VERTIGO PERIFER

Oleh:
Rachilla Arandita Saraswati
G1A218070

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2020

Jambi, Agustus 2020


Preseptor

dr. Nuriyah, M.Biomed

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Vertigo Perifer” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.

Jambi, Agustus 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I STATUS PASIEN................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
BAB III ANALISIS KASUS............................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22
LAMPIRAN..................................................................................................... 23

iv
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/JenisKelamin/Umur : Tn. H/Laki-laki/45 tahun
b. Pekerjaan : Buruh
c. Alamat : RT. 03 Mudung Laut

II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi-Lingkungan-Keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Menengah ke bawah
d. Kondisi Rumah :
Rumah pasien merupakan rumah panggung. Rumah terdiri dari 1
ruang tamu dan 1 ruang keluarga yang bergabung dengan ruang makan, 1
dapur, 2 kamar tidur, dan 1 kamar mandi. Rumah pasien tidak disertai
ventilasi di setiap pintu dan jendela, dinding dan lantai rumah terbuat dari
kayu. Pintu masuk terdapat di depan dan belakang rumah disertai dengan 2
buah jendela di depan rumah, 2 jendela di samping rumah dan 2 jendela di
setiap kamar. Rumah terletak dipinggir jalan kecil dan lingkungan sekitar
rumah cukup padat. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dari air
sumur, sedangkan sumber penerangan dari PLN.

1
e. Kondisi Lingkungan Keluarga:
Pasien tinggal di lingkungan yang penduduk yang cukup padat, jarak
antara rumah cukup dekat.Warga di sekitar lingkungan pasien sangat ramah
dan hidup dengan kekeluargaan. Pasien mengaku tidak ada masalah dengan
tetangga sekitar.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


- Kehidupan keluarga diakui harmonis.
- Hubungan dengan anggota keluarga baik.
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama:
Pusing berputar sejak ± 4 hari sebelum datang ke Puskesmas.
Riwayat Perjalanan Penyakit: (autoanamnesa)
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak ± 4 hari sebelum
datang ke puskesmas. Keluhan dirasakan mendadak saat pasien bangun dari
tidur dan pasien lingkungan sekitar pasien seperti bergerak berputar
mengelilinginya selama ± 1 menit. Keluhan dirasakan cukup berat sehingga
mengganggu aktivitas pasien. Keluhan dirasakan berkurang saat pasien
beristirahat dan menutup matanya.
Keluhan disertai mual (+), namun tidak muntah, keringat dingin (+),
muntah menyemprot (-), demam (-), penglihatan ganda (-), gangguan
pendengaran (-), telinga berdenging (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien belum makan obat apapun untuk mengurangi gejala.

V. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
- Riwayat dirawat dan operasi sebelumnya (-)
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes melitus disangkal

2
- Riwayat trauma kepala (+) ± 5 tahun yang lalu
- Riwayat pengobatan untuk keluhan ini (-)
- Riwayat penyakit lainnya (-)

VI. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat Hiperensi dalam keluarga (-)
- Riwayat DM dalam keluarga (-)

VII. Riwayat Kebiasaan


Pasien sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien mengaku sering
langsung berdiri setelah bangun tidur, tanpa duduk sebentar terlebih dahulu.

VIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Suhu : 36,5°C
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 76 x/menit
5. Pernafasan : 16 x/menit
6. IMT : 24,6 kg/m2 (Normoweight)
BB: 68 kg; TB: 166 cm
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocephal, jejas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex
Cahaya (+/+), pupil isokor, pergerakan bola mata
simetris
Telinga : Sekret (-), serumen (-)
Hidung : Rhinorrhea (-)
Tenggorokan : Uvula di tengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Mulut : Bibir kering (-)

3
Leher : Pembesaran KGB (-)

2. Thoraks:
Pulmo
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Pergerakan dinding dada Pergerakan dinding dada
simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil kanan = Fremitus taktil kanan =
kiri kiri
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikular (+/+), wheezing Vesikular (+/+), wheezing
(-), ronkhi (-) (-), ronkhi (-)

Cor
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 linea midclaviculakiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

3. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-)
Palpasi Soepel, nyeri tekan (-), hati dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

4. Ekstremitas Atas : Edema (-), akral hangat


Ekstremitas bawah : Edema (-), akral hangat
5. Pemeriksaan Nervus Cranialis: Dalam batas normal
6. Pemeriksaan Keseimbangan:
- Tandem Gait
Pasien mampu berjalan mengikuti garis lurus, langkah lebar (-),
berjalan menyimpang (-).
- Romberg dan Romberg dipertajam

4
Pasien kesulitan mempertahankan diri dan jatuh pada saat
menutup mata.
- Fukuda
Pasien tidak berputar lebih dari 30° atau maju-mundur tidak
lebih dari 1 meter.
- Past Pointing Test
Pasien mampu menyentuh telunjuk pemeriksa dalam keadaan
mata terbuka dan tertutup.
- Disdiadokokinesis
Pasien mampu membolak-balikkan telapak tangan dengan cepat
dan baik
- Finger to finger test
Pasien mampu mempertemukan jari telunjuk kiri dan kanan
dengan baik
- Tes Tumit
Gerakan dilakukan dengan tangkas

IX. Pemeriksaan Penunjang (Anjuran)


a. Dix Hallpike Test (Uji Provokasi Nistagmus)
b. Tes Kalori

X. Diagnosis
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) – ICD X H81.10
XI. Diagnosis Banding
 Meniere Disease (H81.0)
 Vestibular Neuritis (H81.2)

XII. Manajemen
1. Promotif
 Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
pencegahan dan pengobatannya.

5
 Menjelaskan kepada pasien agar tidak panik bila serangan
muncul.
 Istirahat yang cukup.
 Mengatur pola makan yang sehat, bergizi dan seimbang.
 Kelola stress.
2. Preventif
 Mencegah gerakan kepala yang berlebihan dan mendadak.
 Mengurangi aktivitas yang berat dan istirahat cukup dirumah.
 Bangun secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum
berdiri dari tempat tidur.
 Hindari faktor-faktor yang menyebabkan stress
3. Kuratif
Non Farmakologis:
 Tirah baring.
 Latihan vestibular: Metode Band Daroff, 3 kali perhari selama 3
minggu
Farmakologis:
 Betahistin tablet 6 mg diberikan 3x1 tablet selama 3 hari
 Paracetamol tablet 500 mg diberikan 3x1 tablet selama 3 hari
 Vitamin B6 tablet 10 mg diberikan 1 x 1 tablet selama 3 hari

4. Rehabilitatif
 Istirahat yang cukup
 Ikuti pengobatan secara benar dan teratur
 Apabila keluhan semakin memberat dan terus berulang segera
datang ke faskes terdekat.
 Jika serangan muncul jangan panik dan segera tutup mata.
 Menyarankan untuk melakukan Brand Daroff maneuver sendiri
di rumah sebanyak 3 set setiap hari selama 3 minggu.

6
7
Resep

RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Ko
Jambi 36265 Jambi, Jambi 36265
dr. Rachilla Arandita Saraswati dr. Rachilla Arandita Saraswati
SIP. G1A218070 SIP. G1A218070

Jambi, Jambi,

Pro : Tn.H Pro : Tn.H


Umur : 45 th Umur : 45 th
Alamat : RT. 03 Mudung Laut Alamat : RT. 03 Mudung Laut

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota J
Jambi 36265 Jambi 36265
dr. Rachilla Arandita Saraswati dr. Rachilla Arandita Saraswati
SIP. G1A218070 SIP. G1A218070

Jambi, Jambi,

Pro : Tn.H Pro : Tn.H


8 Umur : 45 th Umur : 45 th
Alamat : RT. 03 Mudung Laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.2 Definisi Vertigo


Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan
sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah
istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop
(perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-
headness, disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika
berdiri). 1
Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar -
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.2

3.3 Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu
dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo perifer merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.3

3.4 Etiologi

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama
vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan

9
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi
kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai
kanalis anterior dan horizontal. Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium
karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit
distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo
dan nistagmus. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik
tapi dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis
vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode.4

2. Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran .5 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan
tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.
10
Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo
otologik.Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal
ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis
semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.

3. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal
ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi
dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.5

3.5 Manifestasi Klinis


Lamanya vertigo berlangsung :6
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di

10
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai
nistagmus.
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan gangguan
saraf perifer) vaskular (otak, batang otak,
serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal Iskemik batang otak, vertebrobasiler
jinak (BPPV), penyakit maniere, insufisiensi, neoplasma, migren
neuronitis vestibuler, labirintis, basiler
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya: diplopia, parestesi,
SSP gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Gejala Otonomik Hebat Ringan atau tidak ada
(mual, muntah,
keringat dingin)
Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga Kadang-kadang Tidak ada


berdenging dan
atau tuli
Nistagmus Satu arah, biasanya horizontal Arah bervariasi, dapat vertikal,
oblique dan/atau rotatorar

11
Jatuh Jatuh ke sisi lesi Jatuh ke sisi berlawanan

Saat menutup Keluhan vertigo dan nistagmus Tidak ada perubahan gejala
mata berkurang

3.6 Alur Penegakkan Diagnosa


Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo
vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab
yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran
pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis atau
acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo
jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh
fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh trauma baik langsung
ataupun barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga
ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik.
Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising
pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak
cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun.2
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli pada
usia muda perlu ditanyakan
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatan yang
ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative.

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Neurologik

12
Pemeriksaan neurologic meliputi :
- Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s
sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat
dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

2. Unterberger's stepping test (Pasien diminta untuk berjalan spot dengan mata
tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin
pada sisi tersebut). 3
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

3. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

13
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.

4. Dix-Hallpike manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul
dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah
lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah


periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang
atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak
ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila
diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue)

5. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat
ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di
labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara
maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air
bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga
dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air
selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri
(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,
demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus

14
berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita.
Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.

6. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach.
Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis,
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Vestibular testing tidak dilakukan pada
semau pasieen dengan keluhan dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak
ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan
elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang
dari 1 persen pasien.5
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII.1

3.7 Diagnosis Banding


1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
2. Meniere Disease
3. Neuritis vestibular
4. Vertigo central

Vertigo Meniere BPPV Neuritis Vertigo central

15
perifer disease vestibular
Kelainan pada Meningkatnya Ada benda Virus  Kelainan/abnormalitas
sistem tekanan pada asing/batu pembengkakan pada sistem saraf
vestibuler ruang kalsium yang nervus area pusat yang
(hiperstimulasi endolimfe dan bergerak vestibular berhubungan dg
) perilemfe didalam keseimbangan
saluran
semisirkularis
Lebih banyak Lebih banyak Pada wanita Semua umur Semua umur
pada orang tua pada orang tua usia tua

Pusing berputar Pusing Berubah Vertigo berat Timbul lebih lambat,


hebat disertai berputar posisi dengan durasi rasa berputar ringan,
mual muntah dengan menyebabkan yang lama, jarang disertai
tinnitus dan vertigo sedang/pasca mual/muntah
penurunan muncul batuk/flu atau
pendengaran penyakit dg e.c
virus lain
3.9 Tatalaksana
NON-MEDIKAMENTOSA
Tatalaksana non farmakologi yaitu latihan vestibular dengan metode Brand
Darrof. Pasien duduk di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung,
dengan kedua mata tertutup, baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan
dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, kemudian duduk kembali.
Lakukan latihan ini 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari, masing-masing
diulang 5 kali. Latihan ini dilakukan selama 2 – 3 minggu.

16
MEDIKAMENTOSA
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang
sering digunakan :

Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik
ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek
samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali
“rash” di kulit.

17
 Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
 Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30
mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan
“rash” di kulit.

Fenotiazine

18
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil)
dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan
oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
disbanding obat Fenotiazine lainnya.
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular
atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4
kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)
dan menjadi gelisah – gugup.
 Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau
didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat

19
tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan
bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.

Terapi Spesifik
1. BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat-obatan. Vertigo
dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan
deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi
reposisi kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien
perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah
deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis.

2. Vestibular neuronitis dan Labirynthis


Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang
mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi
vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali
sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan
obat-obatan.

3. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah
garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif
dalam mengobati ketulian dan tinnitus.
Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan
shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini
resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.

BAB III

20
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan Diagnosis dengan Rumah dan Lingkungan Sekitar


Rumah pasien merupakan rumah panggung. Rumah terdiri dari 1
ruang tamu dan 1 ruang keluarga yang bergabung dengan ruang makan, 1
dapur, 2 kamar tidur, dan 1 kamar mandi. Rumah pasien tidak disertai
ventilasi di setiap pintu dan jendela, dinding dan lantai rumah terbuat dari
kayu. Pintu masuk terdapat di depan dan belakang rumah disertai dengan 2
buah jendela di depan rumah, 2 jendela di samping rumah dan 2 jendela di
setiap kamar. Rumah terletak dipinggir jalan kecil dan lingkungan sekitar
rumah cukup padat. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dari air
sumur, sedangkan sumber penerangan dari PLN.
Tidak terdapat hubungan antara keluhan yang dialami pasien dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan Diagnosis dengan Keadaan Keluarga dan Hubungan


Keluarga
Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Pasien mengaku
tidak ada masalah di dalam keluarga, dan keluarga dalam keadaan yang
harmonis
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien. Tidak terdapat hubungan antara diagnosa penyakit yang dialami
pasien dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

3.3 Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan dalam Keluarga dan


Lingkungan Sekitar
Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, jarak antara
rumah cukup dekat. Warga di sekitar lingkungan pasien sangat ramah dan
hidup secara kekeluargaan. Pasien mengaku tidak ada masalah dengan
tetangga sekitar.

21
Tidak terdapat hubungan antara perilaku kesehatan baik dalam
keluarga maupun lingkungan sekitar terhadap penyakit yang dialami pasien.

3.4 Analisis Kemungkinan Berbagai Faktor Risiko atau Etiologi Penyakit


pada Pasien ini
Kemungkinan penyebab penyakit pada pasien ini karena perubahan
posisi kepala yang cepat dan mendadak saat pasien hendak bangun dari
tidurnya dan bangkit dari tempat tidur. Pada pasien ini tidak terdapat
keluhan pada telinganya.

3.5 Analisis untuk Mengurangi Paparan dengan Faktor Risiko atau


Etiologi pada Pasien ini
 Bangun perlahan dari tempat tidur, dari posisi berbaring kemudian
duduk sebentar dan setelah itu baru berdiri.
 Tidak melakukan perubahan posisi kepala secara mendadak / tiba-
tiba.
 Istirahat yang cukup.
 Lakukan metode brand-daroff

3.6 Rencana Edukasi Penyakit kepada Pasien dan Keluarga


 Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya,
pencegahan dan pengobatannya.
 Istirahat yang cukup.
 Mengatur pola makan yang sehat, bergizi dan seimbang,
 Kelola stress.
 Jika pusing berputar muncul jangan panik dan segera tutup mata.
 Latihan vestibular: Metode Brandt Daroff, 3 kali sehari selama 3
minggu.
 Segera datang ke faskes terdekat apabila keluhan semakin memberat
dan terus berulang.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary


care, BJMP 2010;3(4):a351.
2. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006;Volume 73, Number 2.
3. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.
4. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik. Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta.
Penerbit: FK UI. Hal.69 – 75.
5. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai