Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A216039/Agustus 2018


** Pembimbing: dr. Ratna Sugiati

HIPERTIROID
Septia Puji Mayasari, S.Ked* dr. Ratna Sugiati **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

HIPERTIROID

Oleh:

Septia Puji Mayasari, S.Ked


G1A216039

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Olak Kemang
2018

Jambi, Agustus 2018

Pembimbing,

dr. Ratna Sugiati


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Hipertiroid”. Penulisan laporan kasus ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian Kesehatan
Masyarakat 2 di Puskesmas Olak Kemang. Saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Ratna Sugiati yang banyak membantu dan memfasilitasi Laporan
Kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
laporan kasus ini.
Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga Laporan Kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii


KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
BAB I STATUS PASIEN .................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7
BAB III ANALISA KASUS ............................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22
LAMPIRAN
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.
Z/Perempuan /42 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
c. Alamat : RT.03 Olak Kemang

II. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


a. Status Perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah Anak : Tidak ada
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah
Pasien tinggal di rumah semi permanen dengan luas ± 7 x 10 m 2. Rumah
terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
mandi, terdapat 1 buah jamban/wc jongkok di kamar mandi. Rumah pasien
disertai 1 pintu di samping, jendela terdapat di samping rumah. Lantai rumah
terbuat dari kayu, dinding kayu, pencahayaan cukup. Lingkungan sekitar
rumah tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air
PDAM, air yang digunakan bersih, jernih dan tidak berbau sedangkan untuk
minum dengan air galon.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di rumah bersama istri, orangtua dan sepupunya.
Bagian depan dan Bagian Dalam Rumah

Dapur WC Kamar

III. Aspek Psikologis Keluarga


Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan
anggota keluarga lainnya cukup baik

IV. Keluhan Utama


Kontrol ke puskesmas untuk pengobatan tiroid yang sudah berjalan 1,5 tahun
belakangan ini

V. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien pertama kali datang ke Puskesmas 1 tahun sebelumnya dengan
keluhan merasa sering gemetaran pada jari-jari tangannya, keluhan disertai
rasa berdebar-debar, sesak saat beraktivitas berat (-), tidur dengan 2
bantal/lebih (-), kaki bengkak (-). Pasien juga merasakan seperti kurang
bertenaga, berat badannya menurun sebanyak kurang lebih 7 kg. Pasien juga
sering berkeringat walaupun tidak sedang beraktivitas dan tidak sedang berada
di ruangan yang panas, sehingga pasien lebih nyaman di ruangan dengan suhu
dingin. Nafsu makan pasien meningkat namun tidak diikuti kenaikan berat
badan. Pasien juga mengeluh matanya yang seperti melotot, yang baru
disadari 1 tahun belakangan namun sudah menghilang saat ini. BAK tidak ada
keluhan. Susah menelan (-). Batuk lama (-). Sehari-harinya pasien mengaku
selalu mengkonsumsi garam beriodium.
VI. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit yang harus dirawat di Rumah sakit
sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, tidak mempunyai
riwayat kencing manis.

VII. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal, riwayat penyakit
menular di keluarga disangkal, riwayat penyakit keganasan pada keluarga
disangkal

VIII. Riwayat Alergi/Kebiasaam


Riwayat alergi (-)

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 88 x per menit, irama reguler, isi cukup
- Suhu : 37 °C
- Respirasi : 20 x/menit, irama reguler, jenis pernapasan
torakoabdominal

Pemeriksaan Organ

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) reflex cahaya (+/+)
isokhor, pergerakan bola mata simetris, exophtalmus (+/+)
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : deformitas (-), Sekret (-/-) Epistaksis (-/-) deviasi septum (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) tonsil T1-T1
Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar getah bening (-) Kelenjar
tiroid dengan ukuran 2x1 cm, konsistensi lunak, tidak nyeri, permukaan rata,
batas tegas, tidak menempel dengan jaringan sekitar (dapat digerakan), merah
(-), panas (-)

Thorax
Pulmo
- Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), sikatriks (-)
- Palpasi : pergerakan dada simetris, vocal fremitus sama, krepitasi (-),
massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)

Cardio
- Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, tidak kuat
angkat, thrill (-)
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : datar, gambaran pergerakan usus (-), massa (-), striae (-),
gambaran pembesaran organ (-), dilatasi vena (-)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok CVA
(-)
- Perkusi : Timpani (+) di 4 kuadran
- Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas
superior: deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk nyeri tekan (-)
inferior: deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-) CRT < 2 dtk, nyeri tekan (-)
Index wayne pada pasien ini:
Gejala subjektif Angka Gejala objektif Ada Tidak
Dispneu d’ effort +1 Tiroid teraba +3 -3
Palpitasi +2 Bruit diatas +2 -2
systole
Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -
Suka panas -5 Lid retraksi +2 -
Suka dingin +5 Lid lag +1 -
Keringat banyak +3 Hiperkinesis +4 -2
Nervous +2 Tangan panas +2 -2
Tangan basah +1 Nadi
Tangan panas -1 <80x/m - -3
Nafsu makan ↑ +3 80-90x/m -
Nafsu makan ↓ -3 >90x/m +3
BB ↑ -3 < 11  eutiroid
BB ↓ +3 11-18  normal
Fibrilasi atrium +3 > 19  hipertiroid
Jumlah 25

X. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Hormon T3 Hormon T4 Hormon TSH
(pemeriksaan di (1,23-3,00) (60,00-120,00) (0,40-4,20)
Laboratorium
Prima)

11/01/2017 7,04 >320,00 <0,05

Anjuran:
- USG kelenjar tiroid
- CT-Scan leher
- Biopsy kel.tiroid

XI. Diagnosa Kerja


Hipertiroid primer ec Graves disease (E05)

XII. Diagnosa Banding


- Tiroiditis (E.06)
- Karsinoma tiroid (C73)

XIII. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien tentang hipertiroid, faktor risiko dan
bahayanya
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat,
serta makan makanan dengan gizi yang sehat seimbang
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya zat yodium yang terkandung dalam
makanan
- Memberikan saran kepada pasien agar berobat secara teratur
- Memberitahukan kepada pasien jika pasien merasa dada semakin
berdebar-debar, pandangan kabur ataupun terjadi nyeri dada, maka
langsung berobat ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan

b. Preventif
- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan keletihan ataupun
meningkatkan kerja jantung
- Kurangi makan makanan yang mengandung zat kimia (pengawet,
MSG, dll)
- Hindari terkena radiasi
- Hindari stess dengan manajemen stress yang baik

c. Kuratif
Non armakologi
- Istirahat yang cukup
- Mengkondisikan ruangan dengan suhu dingin
- Konsumsi garam beryodium
Farmakologi
- PTU tab 100 mg 2x1
- Propanolol 10 mg 3x1
Tradisional
Meniran (Phyllanthus niruri)

Meniran kaya akan senyawa flavonoid, yang berfungsi sebagai


antiinflamasi dan juga antipiretik
Cara pembuatan/penggunaan:
bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1 gelas, dinginkan,
saring, dan diminum sekaligus. Dosis: 3 x 10 g herba/hari.

d. Rehabilitasi
- Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar tetap semangat
untuk sembuh
- Selalu mengingatkan agar tidak putus obat setiap kali kunjungan
- Pemeriksaan T3 T4 dan TSH untuk kontrol dan mengetahui perbaikan dari
terapi
-

Resep puskesmas Resep ilmiah


-
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
- Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
(0741) - 572284 (0741) - 572284
-
-
-
dr. Septia Jambi, /08/18 dr. Septia Jambi, /08/18
-
R/-PTU tab 100mg No. X
S.2.d.d tab 1
-
R/-Propanolol tab 10mg No. X
S.3.d.d tab 1
-
-
-
-
Pro : Ny. Z Pro : Ny. Z
Alamat : RT 02, Olak Kemang Alamat : RT 02, Olak Kemang
-
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
- sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

- Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
- (0741) - 572284 (0741) - 572284
-
-
-
dr.- Septia Jambi, /08/18 dr. Septia Jambi, /08/18

Pro : Ny. Z Pro : Ny. Z


Alamat : RT 02, Olak Kemang Alamat : RT 02, Olak Kemang
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan
jaringan terhadap hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit
yang banyak ditemui di masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada wanita. Penyakit
Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-2.5/1000
pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun. Istilah hipertiroidisme sering
disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara prinsip berbeda.
Hipertiroidisme adalah hiperfungsi kelenjar tiroid dan sekresi berlebihan dari
hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis dapat disebabkan oleh etiologi
yang amat berbeda, bukan hanya yang berasal dari kelenjar tiroid. Adapun
hipertiroidisme subklinis, secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormone
normal tetapi TSH rendah. Di kawasan Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi
disbanding yang non Asia (12% versus 2.5%)

2.2 Etiologi
 Hipertiroidisme primer : penyakit Graves, struma multinodosa toksik,
adenoma toksik, metastasis karsinoma tiroid fungsional, struma ovarii, mutasi
reseptor TSH, obat kelebihan yodium (fenomena Jod Basedow).2
 Tiroiditis silent, destruksi tiroid (tanpa amiodarone, radiasi, infark adenoma),
asupan hormon tiroid yang berlebihan (tirotoksikosis factitia)2
 Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom
resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis
gestasional.2

2.3 Patogenesis
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodi reseptor
thyroid stimulating hormon (TSH) yang merangsang aktivitas tiroid, sedangkan
pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan anatomi tiroid itu sendiri.
Adapula hipertirodisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari hipofisis,
namun jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3 tirotoksikosis mungkin
diakibatkan oleh deionisasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3 jaringan diluar
tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroidisme seperti tiroiditis
terjadi kebocoran hormon. Masukan hormon tiroid dari luar yang berlebihan dan
terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan tirotoksikosis tanpa
hipertiroidisme.3

2.4 Manifestasi Klinis


Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat
puluh tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria. Terdapat
predisposisi familial pada penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk
endokrinopati autoimun lainnya. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok
gambaran utama, tiroidal dan ekstratiroidal dan keduannya mungkin tidak tampak.
Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala
hipertiroidisme berupa manifestasi berupa hipermetabolisme dan aktifitas simpatis
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar dan tidak tahan panas, keringat
semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan turun, sering disertai nafsu
makan meningkat, palpitasi, takikardi dan kelemahan serta atrofi otot.6
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang
biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50%
sampai 80% pasien ditandai oleh mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan
berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata)
dan kegagalan konvergensi. Lid lag bermanifestasi sebagai gerakan kelopak mata
yang relatif lebih lambat terhadap gerakan bola matanya sewaktu pasien diminta
perlahan-lahan melirik ke bawah. Jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi
oleh limfosit, el mast dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksoftalmoa
(proptosis bola mata), okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstraokular
dapat hebat sekali dan pada kasus yang ekstrim penglihatan dapat terancam.
Penyakit Graves agaknya timbul sebagai manifestasi gangguan autoimun. Dalam
serum pasien ini ditemukan antibodi imunoglobulin (IgG). Antibodi ini agaknya
bereaksi dengan reseptor TSH atau membran plasma tiroid. Sebagai akibat
interaksi ini antibodi tersebut dapat merangsang fungsi troid tanpa tergantung dari
TSH hipofisis yang dapat mengakibatkan hipertiroid> Imunoglobulin yang
merangsang tiroid ini (TSI) mungkin diakibatka karena suatu kelainan imunitas
yang bersifat herediter, yang memungkinkan kelompokan limfosit tertentu dapat
bertahan, berkembangbiak dan mensekresi imunoglobulin stimulator sebagai
respon terhadap beberapa faktor perngsang. Respon imun yang sama
bertanggungjawab atas oftalmopati yang ditemukan pada pasien-pasien tersebut.6

Tanda dan gejala mayor hipertiroidisme dan penyakit graves dan kondisi yang
berhubungan dengan penyakit Graves 5
Manifestasi hipertioridisme
Gejala-gejala
- Hyperaktivitas, irritabilitas, perubahan mood, insomnia
- Intoleransi panas, sering berkeringat
- Palpitasi
- Fatigue, kelemahan
- Dyspnea
- Penurunan berat badan walaupun nafsu makan meningkat
- Pruritus
- Peningkatan frekuensi BAB
- Haus dan poliuria
- Oligomenorrhea or amenorrhea, penurunan libido

Tanda:
- Sinus takikardia, atrial fibrilasi
- Fine tremor, hyperkinesis, hyperreflexia
- Hangat, kulit lembut
- Palmar erythema, onycholysis
- Hair loss
- Muscle weakness dan wasting
- Congestive (high-output) heart failure, chorea, periodic
- Paralysis (Asian men), psychosis*

Manifestasi penyakit Graves


- Diffuse goiter
- Ophthalmopathy
 Rasa tidak nyaman di mata
 Nyeri retrobulbar
 Retraksi kelopak mata
 Edem periorbital, chemosis, scleral injection
 Exophthalmos (proptosis)
 Disfungsi otot ekstraokular
 Exposure keratitis
 Optic neuropathy
- Dermopathy lokalisata
- Lymphoid hyperplasia
- Thyroid acropachy

Kondisi yang berhubungan dengan penyakit Grave


- Type 1 diabetes mellitus
- Addison’s disease
- Vitiligo
- Pernicious anemia
- Alopecia areata
- Myasthenia gravis
- Celiac disease
- Other autoimmune disorders associated with the HLA-DR3
- Haplotype
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia
sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertiroidisme
timbul secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit
Graves. Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang persisten
terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti
penurunan berat badan, lemah dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter
multinoduler pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid
difus pada pasien penyakit Graves. Penderita Goiter nodular toksik mungkin
memperlihtkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan
mata berkurang) akibat aktifitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian,
tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrasi seperti yang terlihat pada
penyakit Graves. Hipertiroidisme pada pasien dengan goiter multi nodular sering
dapat ditimbulkan dengan pemberian iodin (efek “jodbasedow” ).6.7
Penanganan goiter nodular toksik cukup sukar. Penangan keadaan
hipertiroid dengan hipertiroid dengan obat-obat antitiroid diikuti dengan
tiroidektomi subtotal tampaknya akan menjadi terapi pilihan. Nodul toksik dapat
dihancurkan dengan 131I, tapi goiter multi nodulat akan tetap ada, dan nodul-nodul
yang lain akan tetap menjadi toksik, sehingga dibutuhkan dosis ulangan 131I.7
Adenoma Toksik (Penyakit Plummer). Adenoma fungsional yang
mensekresi T3 dan T4 berlebihan akan menyebabkan hipertiroidisme. Lesi-lesi ini
mulai sebagai “nodul panas” pada scan tiroid, pelan-pelan bertambah dalam
ukuran dan bertahap mensupresi lobbus lainnya. Pasien yang khas adalah individu
tua ( biasanya lebih dari 40 tahun) yang mencatat pertumbuhan akhir-akhir ini dari
nodul tiroid yang telah lama ada. Terlihat gejala-gejala penurunan berat badan,
kelemahan, napas sesak, palpitasi, takikardi dan intoleransi terhadap panas.
Pemeriksaan fisisk mnunjukn adanya nodul berbatas jelas pada satu sisi dengan
sangat sedikit jaringan tiroid pada sisi lainnya. Pemeriksaan laboratorium
biasanya memperlihatkan TSH tersupresi dan kadar T3 serum sangat meningkat,
dengan hanya peningkatan kadar tiroksin yang boder-line. Scan menunjukkan
bahwa nodul ini panas. Penanganan diberikan propil tiourasil 100mg tiap 6jam
atau metimazol 10 mg tiap 6 jam diikuti oleh lobektomi unilateral atau dengan
iodin radioaktif.7
Tiroiditis Subakut (De Quervain, tiroiditis granulomatosa) adalah
kelainan inflamasi akut kelenjar tiroid yang kemungkinan besar disebabkan olehh
infeksi virus. Sejumlah virus, termasuk virus campak, koksakie, dan adenovirus.
Nyeri pada kelenjar tiroid sering timbul relatif mendadak, sering menjalar ke
rahang dan telinga dan mungkin disertai nyeri tekan yang mencolok dan disfagia.
Kelenjar umumnya memebesar sedang. Temuan laboratorium umum meliputi
peningkatan LED, imunoglobulin meningkat dan lekositosis neutrofil atau
limfositosis pada sejumlah penderita. Perubahan dalam fungsi tiroid sangat khas,
dengan stadium tirotoksikosis dini diikuti hipotiroidisme dan biasanya
eutiroidisme.6.7
Tiroiditis Kronik (Hashimoto, tiroiditis limfositik), merupakan penyakit
autoimun dimana limfosit disensitasitasi terhadap antigen dan autoantibodi tiroid
terbentuk dan bereaksi dengan antigen-antigen ini. Gambaran klinis berupa gejala-
gejala hipotiroidisme disertai dengan goiter yang padat tanpa nyeri sering
merupakan keluhan pada waktu datang, tetapi penderita mungkin pula eutiroid.6.7
Tirotoksikosis Factitia, adalah gangguan psikoneurotik dimana tiroksin
atau hormon tiroid dimakan dalam jumlah yang berlebihan, biasanya bertujuan
untuk mengendalikan berat badan. Individu biasanya adalah seorang yang
berhubungan dengan obat-obatan tiroid. Gambaran tirotoksikosis termasuk
penurunan berat badan, nervous, palpitasi, takikardi dan tremor bisa didapatkan,
tetapi tidak ada tanda-tanda atau goiter.7
Karsinoma tiroid, terutama karsinoma folikular dapat mengkonsentrasi
ion radioaktif. Terdapat beberapa kasus kanker tiroid metastatik yang disertai
hipertiroidisme. Gambaran klinis terdiri dari kelemahan, penurunan barat badan,
palpitasi, nodul tiroid tetapi tidak ad oftalmopati. Scan tubuh dengan131I
menunjukkkan daerah-daerah dengan ambilan yang biasanya jauh dari tiroid,
contoh tulang atau paru. Terapi dengan dosis besar ion radioaktif dapat
menhancurkan deposit metastasik. 7
Krisis Tiroid adalah suatu keadaan klinis hipertiroidisme hyang paling
berat dan mengancam nyawa. Umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan
faktor pencetus : infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia,
partus, stres, emosi, penghentian obat-obat antitiroid, terapi I131, ketoasidosis
diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/stroke, palpasi tiroid
terlalu kuat.2

2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda:
Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
tidak tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air besar,
oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor halus,
refleks meningkat, kulit hangat dan basah, rambut ontok,

bruit.2
Indeks wayne, Skor berkisar + 45 ke -25. Sebuah skor yang lebih besar dari
19 menyiratkan hipertiroidisme toksik, sementara nilai kurang dari 11
menyiratkan eutiroidisme, dan skor antara 11 dan 19 adalah samar-samar.
Meskipun dicapai dengan trial and error, itu telah menunjukkan akurasi diagnostik
85%.
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada
pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal
keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh
hormon tiroid, sehingga lamban pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa mata
disamping klinis digunakan alat eksofalmometer Herthl. Karena hormon tiroid
berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan pada
organ kita.1

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium TSHs, T4 atau fT4, T3 atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila
timbul infeksi pada awal pemakaian obat antitiroid)2
2. USG untuk mengetahui banyak nodul dan kista juga tingkat keparahannya,
CT-Scan tyroid mengetahui proliferasi jaringan disekitarnya.
3. EKG2
4. Foto thorax 2

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroidisme termasuk satu atau beberapa tindakan berikut
ini:
Obat anti tiroid (OAT) adalah kelompok derivat tiomidazol (CBZ 5 mg, MTZ,
metimazol atau tiamazol 5, 10, 3 mg) dan derivat tiourasil (PTU propiltiourasil
50,100 mg). PTU dosis awal 300-600 mg/hari, dosis maksimal 2000mg/hari.
Metimazol dosis awal 20-30 mg/hari.1.2

Indikasi :
 Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan-sedang dan tirotoksikosis.2
 Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif.2
 Persiapan tiroidektomi.2
 Pasien hamil, lanjut usia2
 Krisis tiroid2
Penyekat β bloker pada awal terapi tetap diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian antitiroid. Propanolol dosis 40-
200 mg dalam 4 dosis.2
1. Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi propiltiourasil prabedah.6
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif.6
Pengobatan dengan yodium radioaktif dilakukan pada kebanyakan pasien
dewasa penderita penyakit Graves. Biasanya tidak dinjurkan (kontraindikasi)
untuk anak-anak dan wanita hamil. Pada kasus Goiter Noduler Toksik dapat juga
digunakan obat-obat antitiroid atau terapi ablatif dengan yodium radioaktif. Tetapi
apabila goiternya besar sekali dan tidak ada kontraindikasi pembedahan, maka
harus dipertimbangkan untuk dilakukan reaksi pembedahan. Pengobatan
oftalmopati pada penyakit Graves mencakup usaha untuk memperbaiki
hipertiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme yang dapat timbul setelah
terapi radiasi ablatif atau pembedahan. Pada banyak pasien, oftalmopati dapat
sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan selanjutnya. Tetapi pada kasus
yang berat dimana ada bahaya kehilangan penglihatan, maka perlu diberikan
pengobatan dengan glukokortikoid dosis tinggi disertai tindakan dekompresi
orbita untuk menyelamatkan mata tersebut. Hipotiroidisme dapat timbul pada
penderita hipertiroidisme yang menjalani pembedahan atau mendapatkan terapi
yodium radioaktif. Pasien-pasien yang mendapat terapi yodium radioaktif, 40-
70% dapat mengalami hipotiroidisme dalam 10 tahun mendatang.6

2.8 Komplikasi
Hipertiroid menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi
atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia terjadi episode
paralisis yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan adanya
hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis
dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat mengalami penurunan libido,
impotensi, berkurannya jumlah sperma, dan ginekomastia. Penyakit Graves dapat
memberikan komplikasi berupa oftalmopati Graves, dermopati. Krisis tiroid
dapat menyebabkan mortalitas. 2.3
BAB III
ANALISA KASUS

A. Hubungan Diagnosis dengan Keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar


Pasien tinggal di rumah semi permanen dengan keadaan rumah pasien yang
cukup terawat walaupun masih terlihat agak berantakan, terdapat ventilasi udara,
jamban cukup bersih. Tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitar
B. Hubungan Diagnosis dengan Keadaan Keluarga dan Hubungan Dalam
Keluarga
Keadaan keluarga pasien baik, hubungan antar keluarga baik. Tidak ada
keluarga dengan penyakit yang sama ataupun penyakit genetic lainnya. Sehingga
pada kasus ini, tidak ada hubungan penyakit dengan keadaan keluarga dan
hubungan keluarga.

C. Hubungan Diagnosis dengan Perilaku Kesehatan Dalam Keluarga dan


Lingkungan Sekitar
Perilaku kesehatan pasien cukup baik, pasien menjaga kebersihan diri dan
kebersihan rumah serta halaman, jendela sering terbuka, air yang digunakan
bersih, jernih dan tidak berbau. Sehingga rumah terlihat terawat. Makanan yang
dikonsumsi oleh pasien cukup, pasien juga menggunakan garam dapur
beryodium. Tidak terdapat hubungan penyakit ini dengan perilaku kesehatan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar

D. Analisis Kemungkinan Berbagai Faktor Risiko atau Etiologi Penyakit


Dapat diketahui faktor risiko penyakit pasien adalah autoimun. Berdasarkan
teori, hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves. Kondisi
dimana terjadi akibat kelainan autoimun. Graves disease termasuk penyakit
genetic yang bisa muncul pada usia berapapun.

E. Analisis Untuk Mengurangi Paparan atau Memutus Rantai Penularan


dengan Faktor Risiko atau Etiologi
- Konsumsi makan makanan sehat dan bergizi
- Konsumsi makanan beryodium
- Olah raga rutin dan ringan untuk kebugaran tubuh
- Jangan kerja terlalu berat dikhawatirkan akan memperberat keluhan pasien
- Minum obat teratur dan tidak putus obat.
- Terapi kombinasi anti tiroid dan operasi tiroidektomi, operasi diindikasikan
untuk kosmetik dan mencegah pertumbuhan kelenjar tiroid ke arah jalan
napas, untuh mencegah onstruksi dan gangguan pda pita suara, hal ini juga
dapat dilakukan jika sudah menimbulkan masalah.

F. Edukasi yang Diberikan pada Pasien atau Keluraga


- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan keletihan ataupun
meningkatkan kerja jantung
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat,
serta makan makanan dengan gizi yang sehat seimbang
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya zat yodium yang terkandung dalam
makanan. Kurangi makan makanan yang mengandung zat kimia
(pengawet, MSG, dll)
- Menjelaskan kepada pasien dan kelurga pentingnya mengonsumsi obat
secara teratur dan memeriksakan kada T3/T4 untuk mengetahui
perkembangan perbaikan dari penyakit pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK UI.2007.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan

Pelayanan Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI. 2006.

3. Kapita Selekta “Metabolik Endokrin”

4. Ganong,2003.Fisiologi Kedokteran.ed 20,EGC.Jakarta

5. The New England Journal of Medicine “Grave’s Disease” 26 October 2000.

6. SA, Price.1995.Patofiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, ed 4, EGC,

Jakarta.

7. Baxter, JD.2000. Fungsi Endokrinologi Dasar dan Klinik,EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai