HIPERTIROID
Septia Puji Mayasari, S.Ked* dr. Ratna Sugiati **
LAPORAN KASUS
HIPERTIROID
Oleh:
Pembimbing,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Hipertiroid”. Penulisan laporan kasus ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian Kesehatan
Masyarakat 2 di Puskesmas Olak Kemang. Saya mengucapkan terima kasih
kepada dr. Ratna Sugiati yang banyak membantu dan memfasilitasi Laporan
Kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
laporan kasus ini.
Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga Laporan Kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.
Z/Perempuan /42 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
c. Alamat : RT.03 Olak Kemang
Dapur WC Kamar
Pemeriksaan Organ
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) reflex cahaya (+/+)
isokhor, pergerakan bola mata simetris, exophtalmus (+/+)
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : deformitas (-), Sekret (-/-) Epistaksis (-/-) deviasi septum (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) tonsil T1-T1
Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar getah bening (-) Kelenjar
tiroid dengan ukuran 2x1 cm, konsistensi lunak, tidak nyeri, permukaan rata,
batas tegas, tidak menempel dengan jaringan sekitar (dapat digerakan), merah
(-), panas (-)
Thorax
Pulmo
- Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), sikatriks (-)
- Palpasi : pergerakan dada simetris, vocal fremitus sama, krepitasi (-),
massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)
Cardio
- Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, tidak kuat
angkat, thrill (-)
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar, gambaran pergerakan usus (-), massa (-), striae (-),
gambaran pembesaran organ (-), dilatasi vena (-)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok CVA
(-)
- Perkusi : Timpani (+) di 4 kuadran
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
superior: deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk nyeri tekan (-)
inferior: deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-) CRT < 2 dtk, nyeri tekan (-)
Index wayne pada pasien ini:
Gejala subjektif Angka Gejala objektif Ada Tidak
Dispneu d’ effort +1 Tiroid teraba +3 -3
Palpitasi +2 Bruit diatas +2 -2
systole
Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -
Suka panas -5 Lid retraksi +2 -
Suka dingin +5 Lid lag +1 -
Keringat banyak +3 Hiperkinesis +4 -2
Nervous +2 Tangan panas +2 -2
Tangan basah +1 Nadi
Tangan panas -1 <80x/m - -3
Nafsu makan ↑ +3 80-90x/m -
Nafsu makan ↓ -3 >90x/m +3
BB ↑ -3 < 11 eutiroid
BB ↓ +3 11-18 normal
Fibrilasi atrium +3 > 19 hipertiroid
Jumlah 25
X. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Hormon T3 Hormon T4 Hormon TSH
(pemeriksaan di (1,23-3,00) (60,00-120,00) (0,40-4,20)
Laboratorium
Prima)
Anjuran:
- USG kelenjar tiroid
- CT-Scan leher
- Biopsy kel.tiroid
XIII. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien tentang hipertiroid, faktor risiko dan
bahayanya
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat,
serta makan makanan dengan gizi yang sehat seimbang
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya zat yodium yang terkandung dalam
makanan
- Memberikan saran kepada pasien agar berobat secara teratur
- Memberitahukan kepada pasien jika pasien merasa dada semakin
berdebar-debar, pandangan kabur ataupun terjadi nyeri dada, maka
langsung berobat ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan
b. Preventif
- Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan keletihan ataupun
meningkatkan kerja jantung
- Kurangi makan makanan yang mengandung zat kimia (pengawet,
MSG, dll)
- Hindari terkena radiasi
- Hindari stess dengan manajemen stress yang baik
c. Kuratif
Non armakologi
- Istirahat yang cukup
- Mengkondisikan ruangan dengan suhu dingin
- Konsumsi garam beryodium
Farmakologi
- PTU tab 100 mg 2x1
- Propanolol 10 mg 3x1
Tradisional
Meniran (Phyllanthus niruri)
d. Rehabilitasi
- Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar tetap semangat
untuk sembuh
- Selalu mengingatkan agar tidak putus obat setiap kali kunjungan
- Pemeriksaan T3 T4 dan TSH untuk kontrol dan mengetahui perbaikan dari
terapi
-
2.1 Definisi
Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena pemaparan
jaringan terhadap hormone tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit
yang banyak ditemui di masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada wanita. Penyakit
Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 20-27/1000 wanita dan 1.5-2.5/1000
pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun. Istilah hipertiroidisme sering
disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara prinsip berbeda.
Hipertiroidisme adalah hiperfungsi kelenjar tiroid dan sekresi berlebihan dari
hormone tiroid dalam sirkulasi. Pada tirotoksikosis dapat disebabkan oleh etiologi
yang amat berbeda, bukan hanya yang berasal dari kelenjar tiroid. Adapun
hipertiroidisme subklinis, secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormone
normal tetapi TSH rendah. Di kawasan Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi
disbanding yang non Asia (12% versus 2.5%)
2.2 Etiologi
Hipertiroidisme primer : penyakit Graves, struma multinodosa toksik,
adenoma toksik, metastasis karsinoma tiroid fungsional, struma ovarii, mutasi
reseptor TSH, obat kelebihan yodium (fenomena Jod Basedow).2
Tiroiditis silent, destruksi tiroid (tanpa amiodarone, radiasi, infark adenoma),
asupan hormon tiroid yang berlebihan (tirotoksikosis factitia)2
Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom
resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis
gestasional.2
2.3 Patogenesis
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodi reseptor
thyroid stimulating hormon (TSH) yang merangsang aktivitas tiroid, sedangkan
pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan anatomi tiroid itu sendiri.
Adapula hipertirodisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari hipofisis,
namun jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3 tirotoksikosis mungkin
diakibatkan oleh deionisasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3 jaringan diluar
tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroidisme seperti tiroiditis
terjadi kebocoran hormon. Masukan hormon tiroid dari luar yang berlebihan dan
terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan tirotoksikosis tanpa
hipertiroidisme.3
Tanda dan gejala mayor hipertiroidisme dan penyakit graves dan kondisi yang
berhubungan dengan penyakit Graves 5
Manifestasi hipertioridisme
Gejala-gejala
- Hyperaktivitas, irritabilitas, perubahan mood, insomnia
- Intoleransi panas, sering berkeringat
- Palpitasi
- Fatigue, kelemahan
- Dyspnea
- Penurunan berat badan walaupun nafsu makan meningkat
- Pruritus
- Peningkatan frekuensi BAB
- Haus dan poliuria
- Oligomenorrhea or amenorrhea, penurunan libido
Tanda:
- Sinus takikardia, atrial fibrilasi
- Fine tremor, hyperkinesis, hyperreflexia
- Hangat, kulit lembut
- Palmar erythema, onycholysis
- Hair loss
- Muscle weakness dan wasting
- Congestive (high-output) heart failure, chorea, periodic
- Paralysis (Asian men), psychosis*
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda:
Hipereaktivitas, palpitasi, berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
tidak tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering buang air besar,
oligomenore/amenore dan libido turun, takikardi, fibrilasi atrial, tremor halus,
refleks meningkat, kulit hangat dan basah, rambut ontok,
bruit.2
Indeks wayne, Skor berkisar + 45 ke -25. Sebuah skor yang lebih besar dari
19 menyiratkan hipertiroidisme toksik, sementara nilai kurang dari 11
menyiratkan eutiroidisme, dan skor antara 11 dan 19 adalah samar-samar.
Meskipun dicapai dengan trial and error, itu telah menunjukkan akurasi diagnostik
85%.
Untuk fase awal penentuan diagnosis perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada
pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal
keadaan membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh
hormon tiroid, sehingga lamban pulih (lazy pituitary). Untuk memeriksa mata
disamping klinis digunakan alat eksofalmometer Herthl. Karena hormon tiroid
berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan pada
organ kita.1
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertiroidisme termasuk satu atau beberapa tindakan berikut
ini:
Obat anti tiroid (OAT) adalah kelompok derivat tiomidazol (CBZ 5 mg, MTZ,
metimazol atau tiamazol 5, 10, 3 mg) dan derivat tiourasil (PTU propiltiourasil
50,100 mg). PTU dosis awal 300-600 mg/hari, dosis maksimal 2000mg/hari.
Metimazol dosis awal 20-30 mg/hari.1.2
Indikasi :
Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan-sedang dan tirotoksikosis.2
Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif.2
Persiapan tiroidektomi.2
Pasien hamil, lanjut usia2
Krisis tiroid2
Penyekat β bloker pada awal terapi tetap diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian antitiroid. Propanolol dosis 40-
200 mg dalam 4 dosis.2
1. Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi propiltiourasil prabedah.6
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif.6
Pengobatan dengan yodium radioaktif dilakukan pada kebanyakan pasien
dewasa penderita penyakit Graves. Biasanya tidak dinjurkan (kontraindikasi)
untuk anak-anak dan wanita hamil. Pada kasus Goiter Noduler Toksik dapat juga
digunakan obat-obat antitiroid atau terapi ablatif dengan yodium radioaktif. Tetapi
apabila goiternya besar sekali dan tidak ada kontraindikasi pembedahan, maka
harus dipertimbangkan untuk dilakukan reaksi pembedahan. Pengobatan
oftalmopati pada penyakit Graves mencakup usaha untuk memperbaiki
hipertiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme yang dapat timbul setelah
terapi radiasi ablatif atau pembedahan. Pada banyak pasien, oftalmopati dapat
sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan selanjutnya. Tetapi pada kasus
yang berat dimana ada bahaya kehilangan penglihatan, maka perlu diberikan
pengobatan dengan glukokortikoid dosis tinggi disertai tindakan dekompresi
orbita untuk menyelamatkan mata tersebut. Hipotiroidisme dapat timbul pada
penderita hipertiroidisme yang menjalani pembedahan atau mendapatkan terapi
yodium radioaktif. Pasien-pasien yang mendapat terapi yodium radioaktif, 40-
70% dapat mengalami hipotiroidisme dalam 10 tahun mendatang.6
2.8 Komplikasi
Hipertiroid menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi
atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia terjadi episode
paralisis yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan adanya
hipokalemia dapat terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis
dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid dapat mengalami penurunan libido,
impotensi, berkurannya jumlah sperma, dan ginekomastia. Penyakit Graves dapat
memberikan komplikasi berupa oftalmopati Graves, dermopati. Krisis tiroid
dapat menyebabkan mortalitas. 2.3
BAB III
ANALISA KASUS
Dalam FK UI.2007.
Jakarta.