INSECT BITE
*Tridesi Hutasoit, S.Ked, ** dr. Nuriyah, M. Biomed
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
INSECT BITE
Oleh:
Preseptor,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Insect Bite” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Tahtul Yaman di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Nelayan
Pendidikan : SD
Alamat : RT 10 no. 04 Arab Melayu
5
f. Kondisi lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah padat penduduk.
4. Keluhan Utama :
Bentol-bentol kemerahan di tangan sejak 1 jam sebelum ke puskesmas
6
bengkak (+) mual (-) muntah (-) riwayat terkena cairan kimia (-) demam (-
).
.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Alergi (+) amoxicilin
Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)
Keluhan serupa (-)
7. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti pasien (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan
Riwayat alergi makanan atau obat-obatan (+)
Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang (-)
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x permenit
RR : 22 x permenit
Suhu : 36,80C
BB : 57 kg
TB : 163 cm
IMT :
Kepala :
Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil
isokor. Refleks cahaya (+/+)
THT : Tidak ada kelainan
7
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
8
Status Dermatologi
1. Inspeksi
o Lokasi : Regio Brachii Dextra dan Antebrachii Dextra, Regio
Mastoid
4. Lain-lain :
9
12. Diagnosa Kerja
Insect Bite (T63.4)
13. Diagnosa Banding
Reaksi anafilaksis (T78.2)
Urtikaria (L50)
Prurigo (L28)
14. Manajemen
a. Promotif
Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan yang dialaminya
adalah akibat reaksi dari gigitan serangga
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan
penatalaksanaannya
Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan sekitar
b. Preventif
Menggunakan baju lengan panjang serta celana panjang saat akan
bekerja (memancing)
Jangan menggaruk daerah yang bengkak
c. Kuratif
Non farmakologi
Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Mengompres dengan air dingin daerah yang bengkak dan merah
10
Farmakologi
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas :
- Chlorpeniramin maleat 4mg 1x1
- Betametason salep 0,5% 2x1
d. Rehabilitatif
Menjalani pengobatan sampai tuntas
Menjalani perilaku hidup bersih dan sehat
11
Resep puskesmas Resep ilmiah 1
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang.2
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan
oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat
serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut
mencari makanannya.1
2.2 Epimediologi
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di
sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih
rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor
yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti
tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-lain.1
2.3 Etiologi
Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta
memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang
kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu.
Insekta merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan
paling beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit
dihindari. Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya
dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam
nyawa.2
10
Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup
yaitu Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang
beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau
lebah. Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara
menyuntikkan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan
serangga yang tidak beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk
menghisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal.1
Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa
menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang
melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
a. Acarina
b. Araniae (Laba-laba)
c. Scorpionidae (Kalajengking)
2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing)
3. Kelas Insekta
a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)
b. Coleoptera (Kumbang)
c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat)
d. Hemiptera (Kutu busuk)
e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon)
f. Lepidoptera (Kupu-kupu)
2.4 Patogenesis
Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada
kulit, lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon
oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang
kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan
histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan
oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau
sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi
11
yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok : reaksi imediate dan reaksi
delayed.1,2
Reaksi imediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan
reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang
dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih
luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan
neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya
reaksi neutrofilk. Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga
akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun
tersebut.3
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi
reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui
kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang
memiliki sejarah tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat
penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti
serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental juga memungkinkan
adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan dengan binatang
liar maupun binatang peliharaan juga dapat menyebabkan paparan
terhadap gigitan serangga.3
b. Gejala Klinis
Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal,
nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan
sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang
luas, urtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan
berikutnya.1
12
Gambar : Papular urtikaria: Bekas gigitan kutu, sangat gatal, urtikaria seperti
papula di lokasi gigitan kutu pada lutut dan kaki seorang anak, papula biasanya
berdiameter <1 cm serta memiliki vesikel di atasnya, Bila tergoreskan
mengakibatkan erosi maupun krusta.
Gambar : pada bagian tengah lesi tampak ekskoriasi dikelilingi daerah yang
edem dan eritem.
13
inkontinensia urin atau alvi, pusing, pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau
batuk. Seiring berkembangnya reaksi, pasien dapat mengalami kegagalan
napas dan kolaps kardiovaskuler.1
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium
yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat
dan membutuhkan penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami
kegagalan organ akhir atau membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder,
seperti sellulitis.
Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada
diagnosis scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan
serangga.
Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi
yang diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang tersedia dan
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.3
14
mengalaminya. Pruritus nocturnal merupakan keluhan utama yang
khas pada scabies. Lesi primer scabies berbentuk liang, papul, nodul,
biasanya pustul dan plak urtikaria yang bertempat di sela-sela jari,
area fleksor pergelangan tangan, axilla, area antecubiti, umbilicus,
area genital dan gluteal, serta kaki. Lesi sekunder berbentuk urtikaria,
impetigo, dan plak eksematous.4,5
15
Gambar: Predileksi scabies
b. Prurigo
Merupakan reaksi kulit yang bersifat residif dengan efloresensi
serangga, sinar matahari, udara dingin, dan pengaruh dari dalam tubuh
ekstremitas.
2.7 Penatalaksanaan
16
a. Perawatan Pra Rumah Sakit
Kebanyakan gigitan serangga dapat dirawat pada saat akut dengan
memberikan kompres setelah perawatan luka rutin dengan sabun dan air
untuk meminimalisasi kemungkinan infeksi. Untuk reaksi lokal yang luas,
kompres es dapat meminimalisasi pembengkakan. Pemberian kompres es
tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit dan harus diberikan dengan
pembatas baju antara es dan kulit untuk mencegah luka langsung akibat
suhu dingin pada kulit. Epinefrin merupakan kunci utama untuk penanganan
pra rumah sakit pada reaksi sistemik. Antihistamin sistemik dan
kortikosteroid, bila tersedia, dapat membantu mengatasi reaksi sistemik.1
b. Medikamentosa
- Topikal : Jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat
3%, atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1-
2%. Jika reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan
pemasangan torniket proksimal dari tempat gigitan dan diberi
obat sistemik.
- Sistemik : Injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau
difenhidramin 50mg. Adrenalin 1% 0,3-0,5 ml subkutan.
Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak
tertolong dengan antihistamin atau adrenalin.
c. Perawatan Unit Gawat Darurat (keadaan berat)
Intubasi endotrakeal dan ventilator mungkin diperlukan untuk menangani
anafilaksis berat atau angioedema yang melibatkan jalan napas. Penanganan
anafilaksis emergensi pada individu yang atopik dapat diberikan dengan
injeksi awal intramuskular 0,3-0,5 ml epinefrin dengan perbandingan
1:1000. Dapat diulang setiap 10 menit apabila dibutuhkan. Bolus intravena
epinefrin (1:10.000) juga dapat dipertimbangkan pada kasus berat. Begitu
didapatkan respon positif, bolus tadi dapat dilanjutkan dengan infus
dicampur epinefrin yang kontinu dan termonitor. Eritema yang tidak
diketahui penyebabnya dan pembengkakan mungkin sulit dibedakan dengan
17
sellulitis. Sebagai aturan umum, infeksi jarang terjadi dan antibiotik
profilaksis tidak direkomendasikan untuk digunakan.1
2.8 Prognosis
Prognosis dari insect bite reaction bergantung pada jenis insekta yang
terlibat dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topikal berbagai
jenis analgetik, antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup membantu,
begitupun dengan kortikosteroid oral maupun topikal. Pemberian insektisida,
mencegah pajanan ulang, dan menjaga higienitas lingkungan juga perlu
diperhatikan. Sedangkan untuk reaksi sistemik berat, penanganan medis
darurat yang tepat memberikan prognosis baik.3
18
BAB III
ANALISA KASUS
19
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Dan dari hasil anamesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa
kemungkinan terbesar penyebab dari penyakit pasien adalah karena gigitan
serangga.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on Southern
Medical Journal, November 2003.
3. Amiruddin MD. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1.
Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003.
21