Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A218102/September/ 2020


** Preseptor : dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes

HEMOROID INTERNA GRADE I

Oleh :
Yessica Destiana, S.Ked
G1A218102

Preseptor:
dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
HEMOROID INTERNA GRADE I

Oleh :
Yessica Destiana, S.Ked
G1A218102

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2020

Jambi, September 2020


Preseptor

dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hemoroid Interna Grade I” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Yulinda Fetri Tura,
M.Kes yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, September 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................8

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. Egi
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Santri
c. Alamat : Pondok pesantren Paal X

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak :-
c. Status ekonomi keluarga : Cukup

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


Pasien tidak tinggal bersama keluarga karena sedang menempuh pendidikan
di pondok pesantren. Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

1.4 Keluhan Utama :


BAB berdarah sejak ± 5 hari yang lalu.

1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak ± 5 hari sebelum berobat
ke puskesmas. Pasien mengatakan bahwa BAB keras disertai dengan darah
segar yang menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan feses.
Benjolan yang keluar dari anus (-), lendir (-), nyeri yang tajam saat BAB (-),
rasa gatal dan terbakar pada anus (-).
± 2 minggu yang lalu pasien juga mengeluhkan hal yang sama pada saat
buang air besar. Namun pasien mengabaikan keluhannya karena pasien
mengira disebabkan BAB nya yang keras dan tidak berobat ke klinik yang
ada di ponpes ataupun mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhannya.
Pasien jarang mengkonsumsi sayuran dan makan buah-buahan. Pasien juga
mengatakan buang air besarnya tidak teratur dan sering mengejan karena
2

BAB nya keras. Keluhan lain (-)

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat dengan keluhan yang sama 2 minggu yang lalu
 Riwayat penyakit lain (-)
 Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)

1.8 Riwayat sosial ekonomi


- Pasien belum menikah
- Pasien tinggal di pesantren di kota jambi
Lainnya :
- Pasien jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
- Pasien kurang mengkonsumsi air putih
- Pasien kurang berolahraga.
- Adanya keterbatasan pasien untuk membeli buah dan sayuran
dikarenakan tinggal dipesantren.

1.9 Riwayat makan, alergi, obat-obatan dan perilaku kesehatan :


Riwayat alergi disangkal

1.10Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 76x/ menit
5. Pernafasan : 20 x/ menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 40 kg
3

8. Tinggi Badan : 145 cm


9. IMT : 19 ( normal )

Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocepal
2. Mata : CA(-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
3. Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
4. Hidung : Deformitas (-), napas cuping hidung (-), Sekret jernih
(-/-), mukosa cavum nasi hiperemis (-/-), edema (-/-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tonsil T1/T1, cavum oris hiperemis(-),faring hiperamis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
8. Thorak : Bentuk dbn, otot bantu napas (-), petekie (-)

Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris, retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Wheezing (-), Vesikuler (+) Wheezing
rhonki (-) (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri,
thrill (-)
Perkusi Batas Jantung
Atas : ICS II
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midklavikula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi Cekung, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)
Palpasi Nyeri tekan (-),defans muscular (-), hepatomegali (-),
4

splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)


Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)

1.11Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

1.12Usulan Pemeriksaan
 Pemeriksaan Rectal Toucher
 Pemeriksaan Laboratorium (Darah rutin)
 Anoskopi

1.13Diagnosis Kerja
Hemoroid interna grade I (K64.0 First Degree Hemorrhoids)

1.14Diagnosis Banding :
 Fisura anal (K60.2 Anal Fissure)
 Prolaps rekti (K62.3 Rectal Prolapse)

1.15Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang pengertian
penyakit, faktor penyebab, pengobatan dan pencegahan.
b. Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
2. Preventif :
a. Menghindari kebiasaan mengedan saat buang air besar.
b. Mengubah kebiasaan BAB dengan segera ke kamar mandi bila merasa
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
5

c. Menghindari makanan yang rendah serat.

3. Kuratif :
Non farmakologi :
a. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-
buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
b. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
c. Aktivitas fisik yang cukup.

Farmakologi
a. Anti hemoroid supp 1 x 1
b. Vitamin K tab 10 mg 3 x 1

Tradisional
Daun Wungu Graptophyllum pictum
 Nama daerah: pudin, dangora, daun putri, puding pereda, daun ungu,
daun temen temen, handeuleum, demung, tulak, wungu, karaton,
karatong, temen, kabi-kabi, dango-dango
 Bagian yang digunakan: daun
 Manfaat: wasir
 Larangan: kehamilan, menyusui, anak, dan kencing manis
 Efek samping: belum dilaporkan
 Interaksi: obat kencing manis
 Dosis: 1 x 7 lembar daun/hari
 bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi setengahnya,
dinginkan, saring dan diminum sekaligus
6

Resep Puskesmas Ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Yessica Destiana dr. Yessica Destiana
SIP : G1A218102 SIP : G1A218102
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi 36129 Baru, Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2020 Jambi, 2020

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Paal X Puskesmas Paal X
dr. Yessica Destiana dr. Yessica Destiana
SIP : G1A218102 SIP : G1A218102
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Kec. Kota
Baru, Kota Jambi, Jambi 36129 Baru, Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 2020 Jambi, 2020

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
4. Rehabilitatif
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit
7

bila keluhan timbul kembali, tidak berkurang atau memberat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8

2.1 Definisi

Hemoroid adalah pelebaran vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis


inferior dan superior. Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna.
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer,
yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang
lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna
merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di
bagian distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus.1,2

2.2 Epidemiologi

Prevalensi hemoroid di dunia sekitar 4,4% populasi. Hemoroid eksternal


sering terjadi di usia muda dan usia dewasa pertengahan. Hemoroid meningkat
pada usia 45 – 60 tahun, dan juga sering terjadi pada wanita hamil.3

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko4

Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
9

7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita


sirosis hepatis.

2.4. Klasifikasi1,4
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut.
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis.
Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang
merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid
eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.

Gambar 2.1 Hemoroid interna dan hemoroid eksterna

Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:


10

a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar


kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dimana harus dibantu
dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemoroid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan
cenderung mengalami trombosis dan infark.

2.5 Gejala Klinis4,6


Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan
pruritus. Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau
ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik,
kecuali bila prolaps dan menjadi strangulata. Tanda satu-satunya yang
disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah segar tanpa
nyeri per rektum selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada
hemoroid interna dapat berupa:
 Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya
merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan
biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras.
Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini
disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami
kongesti oleh sphincter ani.
 Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus.Tonjolan ini dapat
masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali
oleh tangan.
 Nyeri dan rasa tidak nyaman
11

Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti


fisura, abses dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang
menimbulkan nyeri.Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya
tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sfingter ani (strangulasi).
 Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi
lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan
menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah
anus.
2. Hemoroid Eksterna
 Rasa terbakar
 Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
 Gatal atau pruritus anus.

2.6 Patofisiologi4,6
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi,
diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai
katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Lansia akan mengalami degenerasi
sehingga memperlemah jaringan penyokong. Selain degenerasi, usaha
pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan yang kuat akan
meningkatkan tekanan terhadap bantalan sehingga mengakibatkan prolaps.
Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu
hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk
ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya
12

merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.

2.7 Diagnosis1,4,7
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa

Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya


darah segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan
bisa juga keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu
pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus karena
adanya iritasi daerah perianal. Serta keluhan adanya massa pada anus dan
membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat
II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada
hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna
yang sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai
menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan
perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi
tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau
perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena


yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah
mengalami prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan
terlihat adanya mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika
pasien mengeluhkan perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia
sekunder yang dapat dilihat dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit
anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. Daerah perianal juga diinspeksi untuk
melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip atau tumor. Pada rectal
toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat keparahan inflamasi.
13

Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang
tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan


laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk
menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid.
Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya
terlihat gambaran vaskular yang menonjol keluar, dan apabila pasien
diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan
dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain
sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rektal, dan kanker.

2.8 Diagnosis Banding6,7


Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini
akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.

Jenis Penyakit Nyeri Perdarahan Massa Lainnya


Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau
umbai kulit (radang
Kronik dengan
bendungan limfe dan
fibrosis pada kulit)
Karsinoma - + + Pembengkakan KGB
Anal sekitar
Abses + - - Demam, leukositosis,
Anorektal penderita tidak dapat
duduk di sisi bokong
Hematom + + + Sering terjadi pada
Perianal orang yang
Ulseratif mengangkat barang
berat, leukositosis.
Prolaps Polip - + + Adanya gejala mual,
14

Kolorektal muntah,dan konstipasi


yang parah (jika
ukurannya besar)
Karsinoma - + + Karsinoma rektum
Rektum

2.9 Penatalaksanaan4
 Terapi Non Farmakologi

Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna


derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
a. Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30
gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan konstipasi.
b. Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
c. Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
d. Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin
dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu,
karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.

 Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk hemoroid grade 1 yaitu dengan terapi
konservatif dan menghindari obat anti inflamasi non-steroid.
Kombinasi antara kortikosteroid, analgetik dan laksatif dapat mengurangi
gejala pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-lama harus
dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid
dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi kapasitas vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya.
 Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat
laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
15

 Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri.


Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk
hemoroid eksterna.
 Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan
hesperidin.
 Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi
topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk
menghilangkan rasa sakit. Pada pasien hemoroid eksternal berat,
pengobatan dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari trombus
dalam waktu 72 jam dari onset gejala lebih efektif daripada
pengobatan konservatif.

 Terapi Pembedahan4

Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan


indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
 Hemoroid interna derajat II berulang
 Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
 Mukosa rektum menonjol keluar anus
 Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
 Kegagalan penatalaksanaan konservatif
 Permintaan pasien

Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :5,6,7


1. Skleroterapi

Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam


minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini
akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan
16

mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini


disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid
interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun
2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan
karena tingkat kegagalan yang tinggi.

2. Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)

Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau


yang mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia,
ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke
dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10
hari dan nyeri.

3. Bedah beku

Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid


pada suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas
karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.

4. Hemoroidektomi

Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan


keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang
dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan
sfingter anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem
atau diligasi dan kemudian dieksisi.
17

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga:
Pasien tidak tinggal bersama keluarga dan sedang menempuh pendidikan di
pondok pesantren. Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Hubungan pasien dan keluarganya baik. Tidak ada hubungan antara diagnosis
dengan keluarga dan hubungan dalam keluarga

3.2 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga


Pasien merupakan seorang anak pondok pesantren yang memiliki aktivits
belajar setiap harinya. Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Pasien seringkali dalam seminggu buang air
besarnya tidak teratur dan bila buang air besar sering mengedan karena BAB
nya sering keras. Pasien juga kurang mengkonsumsi air putih. Ada hubungan
antara diagnosis dengan perilaku kesehatan pasien berupa pola makan dan
kebiasaan sehari-hari pasien yang dapat menjadi faktor resiko keluhan pasien.

3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
 Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan
buah buahan.
 Pasien dalam seminggu buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air
besar harus mengedan karena BAB nya sering keras.
 Keterbatasan ketersediaan buah dan sayur di pesantren.
Konstipasi dan mengedan saat defekasi dapat menjadi faktor penyebab dari
hemoroid. Mengedan menyebabkan pembesaran dan prolaps bantalan pembuluh
darah hemoroidalis. Jika mengedan terus menerus, pembuluh darah menjadi
18

dilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan


normalnya dengan sfingter interna di bawahnya, yang menyebabkan prolaps
hemoroid yang klasik dan berdarah.

3.4 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor resiko atau etilogi pada pasien ini:
 Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
 Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
 Menghindari mengedan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi
saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
 Meminta bantuan petugas pesantren untuk mempersering adanya menu
sayur sayuran dalam menu makanan dan menyediakan air mineral disetiap
depan pintu kamar santri.

3.5 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


 Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang peryakit
dan tatalaksananya, sehingga meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
dalam berobat, menerapkan pola hidup sehat dan mengubah pola diet dan
kebiasaan yang salah sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
 Bila keluhan berulang dan memberat segera ke puskesmas atau rumah
sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W. 2005. Hemoroid. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit. Edisi VI. Vol.1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
467.
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY. 2002. A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December. Diunduh dari URL : http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last
update Desember 2009
3. Perry, KR. 2019. Hemorrhoids. Medscape. Diunduh dari URL :
https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Hemoroid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 672–5.
5. Mansjur. A, dkk. 2014. Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi IV. Jakarta : FK
UI. Hal 321–4.
6. Linchan W.M. 1994. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jilid II. Jakarta : EGC. Hal 56–9.
7. Brown, John Stuart. 2001. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai