Oleh :
Yessica Destiana, S.Ked
G1A218102
Preseptor:
dr. Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HEMOROID INTERNA GRADE I
Oleh :
Yessica Destiana, S.Ked
G1A218102
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Hemoroid Interna Grade I” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Yulinda Fetri Tura,
M.Kes yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1.10Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 76x/ menit
5. Pernafasan : 20 x/ menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 40 kg
3
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocepal
2. Mata : CA(-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
3. Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
4. Hidung : Deformitas (-), napas cuping hidung (-), Sekret jernih
(-/-), mukosa cavum nasi hiperemis (-/-), edema (-/-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tonsil T1/T1, cavum oris hiperemis(-),faring hiperamis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
8. Thorak : Bentuk dbn, otot bantu napas (-), petekie (-)
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris, retraksi iga (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Wheezing (-), Vesikuler (+) Wheezing
rhonki (-) (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri,
thrill (-)
Perkusi Batas Jantung
Atas : ICS II
Kanan : Linea parasternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midklavikula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cekung, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)
Palpasi Nyeri tekan (-),defans muscular (-), hepatomegali (-),
4
Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)
1.11Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang
1.12Usulan Pemeriksaan
Pemeriksaan Rectal Toucher
Pemeriksaan Laboratorium (Darah rutin)
Anoskopi
1.13Diagnosis Kerja
Hemoroid interna grade I (K64.0 First Degree Hemorrhoids)
1.14Diagnosis Banding :
Fisura anal (K60.2 Anal Fissure)
Prolaps rekti (K62.3 Rectal Prolapse)
1.15Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang pengertian
penyakit, faktor penyebab, pengobatan dan pencegahan.
b. Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
2. Preventif :
a. Menghindari kebiasaan mengedan saat buang air besar.
b. Mengubah kebiasaan BAB dengan segera ke kamar mandi bila merasa
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
5
3. Kuratif :
Non farmakologi :
a. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-
buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
b. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
c. Aktivitas fisik yang cukup.
Farmakologi
a. Anti hemoroid supp 1 x 1
b. Vitamin K tab 10 mg 3 x 1
Tradisional
Daun Wungu Graptophyllum pictum
Nama daerah: pudin, dangora, daun putri, puding pereda, daun ungu,
daun temen temen, handeuleum, demung, tulak, wungu, karaton,
karatong, temen, kabi-kabi, dango-dango
Bagian yang digunakan: daun
Manfaat: wasir
Larangan: kehamilan, menyusui, anak, dan kencing manis
Efek samping: belum dilaporkan
Interaksi: obat kencing manis
Dosis: 1 x 7 lembar daun/hari
bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi setengahnya,
dinginkan, saring dan diminum sekaligus
6
Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
4. Rehabilitatif
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
9
2.4. Klasifikasi1,4
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut.
Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorrhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis.
Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang
merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid
eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
2.6 Patofisiologi4,6
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi,
diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai
katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Lansia akan mengalami degenerasi
sehingga memperlemah jaringan penyokong. Selain degenerasi, usaha
pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan yang kuat akan
meningkatkan tekanan terhadap bantalan sehingga mengakibatkan prolaps.
Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu
hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk
ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya
12
merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.
2.7 Diagnosis1,4,7
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang
tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
3. Pemeriksaan Penunjang
2.9 Penatalaksanaan4
Terapi Non Farmakologi
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk hemoroid grade 1 yaitu dengan terapi
konservatif dan menghindari obat anti inflamasi non-steroid.
Kombinasi antara kortikosteroid, analgetik dan laksatif dapat mengurangi
gejala pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-lama harus
dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid
dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi kapasitas vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya.
Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat
laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
15
Terapi Pembedahan4
3. Bedah beku
4. Hemoroidektomi
BAB III
ANALISIS KASUS
3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan
buah buahan.
Pasien dalam seminggu buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air
besar harus mengedan karena BAB nya sering keras.
Keterbatasan ketersediaan buah dan sayur di pesantren.
Konstipasi dan mengedan saat defekasi dapat menjadi faktor penyebab dari
hemoroid. Mengedan menyebabkan pembesaran dan prolaps bantalan pembuluh
darah hemoroidalis. Jika mengedan terus menerus, pembuluh darah menjadi
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W. 2005. Hemoroid. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit. Edisi VI. Vol.1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
467.
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY. 2002. A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December. Diunduh dari URL : http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last
update Desember 2009
3. Perry, KR. 2019. Hemorrhoids. Medscape. Diunduh dari URL :
https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Hemoroid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 672–5.
5. Mansjur. A, dkk. 2014. Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi IV. Jakarta : FK
UI. Hal 321–4.
6. Linchan W.M. 1994. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jilid II. Jakarta : EGC. Hal 56–9.
7. Brown, John Stuart. 2001. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC