Dibacakan oleh:
Arten R. Aragea
Penguji:
dr. Silvester Salombe, Sp.PD
BAB I
PENDAHULUAN
• Menurut data statistic tahun 2010 dari WHO terdapat 202 Juta penderita diabetes
diseluruh dunia. Tahun 2030 jumlah penderita DM diperkirakan melonjak lagi
mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang.
• Saat ini penyakit diabetes mellitus banyak dijumpai penduduk Indonesia. Bahkan
WHO menyebutkan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki
rengking 4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS
DEFINISI
• Pada diabetes melitus tipe 2, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan
perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel beta
pankreas, defek pada fase pertama sekresi insulin, yaitu antara lain,
• sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang namun
terdapat keterlambatan sekresi insulin,
• jumlah reseptor di jaringan perifer kurang antara 20.000 sampai 30.000,
kadang-kadang jumlah reseptor cukup tetapi kualitas reseptornya jelek
sehingga kerja insulin tidak efektif,
• terdapat kelainan di pasca reseptor menyebabkan proses glikolisis
intraseluler terganggu dan adanya kelainan campuran.
PATOFISIOLOGI
• Resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak normal menjadi kunci dari
berkembangnya DM tipe 2.
• Pada tahap awal, toleransi glukosa hampir normal karena sel-sel B pankreas
mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin.
• Setelah itu, penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati
berlanjut pada diabetes berat dengan hiperglikemia saat puasa dan kegagalan
sel beta.
• Berdasarkan studi terbaru dikatakan bahwa dalam timbulnya DM tipe
2 terdapat pengaruh faktor genetik yaitu transcription factor 7–like-2
(TCF7L2) pada kromosom 10q yang mengkode faktor transkripsi pada
WNT signaling pathway. Berbeda dengan DM tipe 1 penyakit ini tidak
berhubungan dengan gen yang mengatur toleransi dan regulasi imun
seperti HLA, CTLA4, dll.
• Kegagalan sel β ini tidak terjadi pada semua penderita DM tipe 2 sehingga diduga
ada pengaruh faktor intrinsik berupa faktor genetik yaitu gen diabetogenik
TCF7L2.
• Polipeptida amiloid pada pulau Langerhans (amilin) disekresikan oleh sel beta
dan membentuk deposit fibriler amiloid pada pankreas penderita DM tipe 2
jangka panjang.
• Diduga bahwa amiloid ini bersifat sitotoksik terhadap sel sehingga massa sel β
berkurang. Dapat disimpulkan bahwa disfungsi yang terjadi dapat bersifat
kualitatif (sel beta tidak mampu mempertahankan hiperinsulinemia) atau
kuantitatif (populasi sel beta berkurang).
• Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh toksisitas glukosa dan lipotoksisitas.
Progres Timbulnya DM
Peningkatan Produksi Glukosa Hati
• Ketika tubuh semakin resisten terhadap insulin, kadar gula darah yang tinggi
akan memaksa tubuh mensekresikan insulin secara terus menerus ke dalam
sirkulasi darah (hiperinsulinemia).
• Pada keadaan normal, seharusnya hal ini dapat membuat glukosa dikonversi
menjadi glikogen dan kolesterol.
• Akan tetapi, pada pasien DM yang resisten terhadap insulin, hal ini tidak
terjadi dan sebaliknya ketiadaan respon terhadap insulin mengakibatkan hati
terus menerus memproduksi glukosa (glukoneogenesis). Hal ini pada akhirnya
akan berujung pada terjadinya hiperglikemia.
• Produksi gula hati baru akan terus meningkat akibat terjadinya
ketidaknormalan sekresi insulin dan munculnya resistensi insulin di otot
rangka.
Abnormalitas Metabolik
1. Abnormalitas metabolisme otot dan lemak
• Resistensi insulin bersifat relatif karena hiperinsulinemia dapat menormalkan
kadar gula darah. Akibat resistensi insulin, penggunaan glukosa oleh jaringan
sensitif insulin berkurang, sedangkan hepatic glucose output bertambah
sehingga menyebabkan hiperglikemia.
• Gejala klinis diabetes melitus yang klasik: mula-mula polifagi, polidipsi, poliuri,
dan berat badan naik (Fase Kompensasi).
• Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Fase
Dekompensasi (Dekompensasi Pankreas), yang disebut gejala klasik diabetes
melitus, yaitu poliuria, polidipsi, dan berat badan turun.
• Ketiga gejala klasik tersebut di atas disebut pula Trias Sindrom Diabetes Akut
(poliuri, polidipsi, berat badan menurun) bahkan apabila tidak segera diobati
dapat disusul dengan mual-muntah dan Ketoasidosis Diabetik.
• Gejala kronis diabetes melitus yang sering muncul antara lain lemah badan,
kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan
yang sering berubah, sakit sendi, dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransi glukosa, merupakan
tahapan sementara menuju DM (pre diabetes). Kedua keadaan tersebut juga
merupakan faktor resiko untuk terjadinya DM dan penyakit kardiovaskular
dikemudian hari.11
PENATALAKSANAAN
• Edukasi
• Terapi gizi medis
• Latihan jasmani
• Intervensi farmakologis
a. Obat hipoglikemik oral
Tes ini tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek.
Pemeriksaan A1C dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.
KOMPLIKASI
• Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis.
• Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering
Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus.
• Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti
eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala
sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih
• Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus,
malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek.
• Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi
kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal
terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik
atau hipostatik .
• Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan
bengkak.
• Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka
atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-
kadang timbul bula.
• Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif
dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).
• Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang
dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat
seringnya trauma di ekstremitas.
• Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas.
Patofisiologi Terjadinya Kelainan Kulit Pada DM
II. Lesi kulit yang berhubungan dengan komplikasi diabetes: diabetic foot, infeksi kulit
yang berhubungan dengan diabetes, xantomatosis dan xantelasma.
III. Kondisi kulit yang berhungan dengan pengobatan diabetes. IV. Kondisi lain yang
sering terjadi pada DM yaitu vitiligo, liken planus, Disseminated Granuloma Annulare.
Infeksi Bakteri Di Kulit Pada Pasien Diabetes Mellitus
• Pada pasien-pasien DM infeksi kulit sering terjadi dengan keadaan yang lebih berat
dan risiko komplikasi yang lebih besar.
• Staphylococcus aureus dan Streptococcus hemolyticus group A sebagai bakteri yang
paling sering sebagai penyebab infeksi kulit pada pasien DM.
• Impetigo, folikulitis, furunkulosis, karbunkel, ektima, selulitis dan erisipelas adalah
diagnosis pioderma yang umum pada pasien DM. Isolat Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) sebagai penyebab selulitis dan erisipelas yang sering
terisolasi pada pasien DM.
• Eritrasma yang disebabkan oleh Corynebacterium minutissimum ditandai dengan
plak eritema cerah pada area lipatan, tidak gatal sering didiagnosis pada pasien DM
yang kegemukan.
• Pemeriksaan Lampu Wood membantu dalam diagnosis dengan floresensi merah
bata untuk membedakannya dengan tinea kruris atau kandidiasis.
• Diabetes melitus yang tidak terkontrol merupakan salah satu faktor risiko
Necrotizing fasciitis (NF) yaitu infeksi pada jaringan kulit dan jaringan lunak ditandai
proses nekrosis yang terjadi pada usia 60-70 tahun.
• Necrotizing fasciitis sering mengakibatkan infeksi lebih lanjut menjadi sepsis hingga
kegagalan multiorgan. Sebagian besar organisme penyebab dari NF tidak dapat
diisolasi dan multimikrobial sebagai penyebab tersering.
• Necrotizing fasciitis memiliki tingkat kematian yang tinggi sehingga memerlukan
pengobatan kombinasi antibiotik, debridement, dan jika diperlukan dapat
dikombinasi dengan oksigen hiperbarik.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
No. DM : 492006
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Makasar
Alamat : Tanah Hitam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Tanggal MRS : 07 - 06 - 2021
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Kesadaran Menurun
Riwayat Keluarga
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat hipertensi : (+) dari ayah
Riwayat alergi : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS 12 : E3V4M5
Tanda Vital
Tekanan darah: 216/99 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu badan : 36,8 oC
SpO2 : 98%
Status Generalis :
Thorax
Paru
I : Simetri, ikut gerk napas
P : V/F (D=S)
P : Sonor/ sonor
A : Suara nafas vesicular +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
I : Tampak datar
P : Bising usus (+) normal : 2-3x/15 detik
P : Supel, Nyeri tekan (-)
A : Tympani
Diagnosis Banding
• Diabetes Melitus Tipe 1
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
Penatalaksanaan
Resume
Pasien Ny. S datang ke IGD RSUD Abepura diantar oleh keluarga dengan kesadaran
yang menurun sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit dan bengkak pada kaki
kanan, berwarna merah dan nyeri jika ditekan sejak 3 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Keluarga pasien mengaku bahwa pasien merasa demam naik turun sejak 1
hari sebelum masuk Rumah Sakit di sertai mengigil, pasien juga merasa mual dan
muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. . Pasien juga mengeluh sering
kencing pada malam hari, kencing sampai lebih dari 5 kali dalam satu malam.
Pasien juga terus menerus merasa haus, dan banyak makan dalam beberapa bulan
terakhir. Pasien merasa adanya penurunan berat badan kurang lebih sejak 5 bulan
terakhir belakangan, dari awalnya 80 kg menjadi 76 kg. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan
darah : 140/80 mmHg, Nadi : 98x/m, Respirasi : 21 x/m, Suhu : 36,6˚C , SpO2 : 99%.
Pemeriksaan extremitas : Tungkai kanan bawah edema (+) pada tungkai kanan
bawah, hiperemi (+), ulkus (-)
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang
Ny S, 51 tahun, dengan kesadaran menurun, dan luka pada jari kaki bagian kanan
bawah sejak 3 hari yang lalu. Kaki kanan yang berwarna merah dan nyeri jika
ditekan, namun tidak terdapat ulkus dan pus pada kaki pasien.
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien merasa demam naik turun sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit di sertai mengigil, pasien juga merasa mual dan
muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga terus menerus
merasa haus, dan banyak makan dalam beberapa bulan terakhir. Pasien juga
mengkonsumsi obat DM namun tidak teratur dan ayah pasien juga mempunyai
riwayat penyakit Hipertensi.
Pasien didiagnosa diabetes melitus tipe 2 dengan Selulitis dengan
penatalaksanaan pengobatan DM tipe 2, perawatan pada kaki pasien yang pada
pemeriksaan fisik didapatkan Eritema pada kaki kanan dan nyeri saat ditekan
yang merupakan infeksi bakteri pada kulit akibat penyakit Diabetes Melitus dan
diberikan Antibiotik dan Analgetik untuk mengurangi keluhan kaki pasien
pasien.
TERIMA KASIH