Anda di halaman 1dari 24

KANKER KOLOREKTAL DAN NUTRISI

Dibacakan oleh
Vita Desrianti

Pembimbing
dr. Jan Sp,B ( K) ONK
1
Abstrak
Kanker kolorektal merupakan diagnosis kanker dengan urutan
ketiga yang paling sering ditemui di Amerika Serikat. Saat ini
terdapat peningkatan jumlah pasien- pasien muda yang
didiagnosis dengan kanker kolon karena alasan yang tidak
jelas, sementara insidensi dan tingkat mortalitas kanker
kolorektal telah mengalami penurunan karena langkah -
langkah skrining kanker yang efektif. Sementara faktor
lingkungan dan genetik memainkan peran utama dalam
patogenesis kanker kolon, penelitian yang luas telah
menunjukkan bahwa nutrisi dapat memainkan peran baik
itu,kausal maupun peran protektif dalam pengembangan
kanker kolon. Dalam artikel ini, bertujuan untuk memberikan
ulasan tentang faktor-faktor yang berperan dalam
pengembangan kanker kolorektal.
Kata kunci: Kanker kolorektal; Nutrisi; Terapi adjuvan 2
Pendahuluan
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga
yang paling sering di temui di AS (setelah
kanker prostat, payudara ,paru- paru).
Lokasi kanker (tergantung usia dan jenis
kelamin)
­ kolon proksimal (41%)
­ kolon distal (22%)
­ Rektum (28% )

3
Kasus baru di tahun 2018  140.250 (±
50.630 orang meninggal)
Faktor lingkungan dan genetik memainkan
peran utama dalam patogenesis kanker
kolon.

4
• Peran nutrisi dalam kanker kolon telah
dipelajari secara luas, di mana para ahli
menjelaskan peran kausal dan protektif dalam
perkembangan kanker kolon.

• Dalam artikel ini, kami akan berfokus pada


peran nutrisi dalam pengembangan kanker
kolorektal.

5
Epidemiologi
Insidensi berbeda di setiap negara.
Beberapa faktor diduga berkontribusi  status sosial
ekonomi rendah
 Insidensinya mengalami penurunan:
• 60,5/100.000 orang pada 1976  46,4/100.000
orang pada 2005
• ± 3% /tahun antara 2003 dan 2012
 insidensi di 2017  135.430 individu dengan mortalitas
50.260

6
• Diperkirakan insidensi meningkat 90,0% dan 124,2%
di usia 20 -34 tahun pada tahun 2030
• ± 35% kasus dewasa muda dikaitkan dengan sindrom
kanker kolorektal herediter dan alasanya masih
belum diketahui.
• Mortalitas menurun ± 35% dari 1990-2007 dan saat
ini turun sekitar 50%  skrining efektif, intervensi
awal, serta pilihan pengobatan yang lebih baik.

7
Faktor Resiko
Faktor usia, genetik, dan lingkungan memainkan
peran utama
Sindrom kanker kolorektal herediter meliputi:
­ Sindrom lynch (kanker kolorektal non-polyposis
herediter)  5% dari seluruh insidensi
­ Poliposis adenomatosa familial (FAP)
­ Poliposis terkait MUTYH (MAP)
Riwayat keluarga dengan kanker kolon (kerabat
tingkat pertama)  Risiko meningkat dua kali
lipat.
8
Faktor Resiko
Faktor resiko lainnya :
• Etnis Afrika – Amerika
• Laki-laki
• kolitis ulseratif, penyakit crohn
• Obesitas
• Kurang aktifitas fisik
• Daging merah,daging olahan
• Alkohol, tembakau
• Riwayat radiasi abdomen

9
Faktor Protektif
• Aktivitas fisik teratur
• Diet buah- buahan dan sayuran
• Diet tinggi serat
• Diet kaya folat
• Asupan magnesium & Kalsium
• Produk susu,
• Vitamin D & B6
• Konsumsi ikan
• Bawang putih
• Penggunaan aspirin secara teratur
• NSAID
10
• Penelitian meta-analisis terbaru (Shivappa, dkk)  Indeks Inflamatorik Makanan (DII)
• Skor Indeks Inflamatorik Makanan (DII)
­ Skor DII lebih tinggi  potensi proinflamasi (↑ risiko CRC)
­ Skor DII rendah  anti-inflamasi, (↓CRC)

• Serat, alkohol, asam lemak tak jenuh tunggal & ganda; omega 3 & 6; niasin,
tiamin, riboflavin, vitamin B6, B12; zinc, magnesium, selenium,; vitamin A, C,
D dan E,; asam folat; beta karoten;antosianidin; flavan-3-ols, flavonol, flavon,
Komponen isoflavon; bawang putih & onion; jahe; Thyme oregano; kunyitt; rosemary;
makanan anti-
inflamasi eugenol dan kafein teh.

• Karbohidrat, Protein, Lemak total, Lemak trans Kolesterol, Vitamin


Komponen B12, Asam lemak jenuhzat besi
makanan pro-
inflamasi

11
• Penelitian prospektif
 Hubungan konsumsi alkohol berat (> 50
gr/hari) dan kanker kolorektal
­ Lebih kuat di populasi Asia dibanding kulit putih
­ Kemungkinan karena faktor genetik (metabolisme alkohol,
makanan (folat) dan komposisi tubuh)

 Hubungan konsumsi alkohol (>28 gr/hari)


dan kanker kolon
­ asetaldehida (metabolit etanol) bersifat karsinogenik 
memengaruhi sintesis DNA, mengubah struktur dan fungsi
glutathione dan meningkatkan proliferasi mukosa kolon.

12
 Beberapa penelitian observasional 
hubungan antara obesitas dan risiko kanker
kolorektal
­ 20-30% per 5 kg/m2 ↑ pria
­ 10% per 5 kg/m2 ↑ wanita

 Mendelian Randomization Study 


hubungan yang lebih kuat obesitas dan
kanker kolorektal pada wanita dibanding
pada pria

13
• Penelitian epidemiologis menyarankan peran
protektif Vitamin D  reseptor vitamin D berpotensi
memediasi efek perlindungan.
­ Peningkatan sirkulasi vitamin D  ↓ risiko
26%

•Sebuah penelitian baru- baru ini  ↑ kadar vitamin D


dalam sirkulasi menurunkan risiko kanker kolorektal
Konsentrasi vitamin D yang ideal (pengurangan
risiko kanker kolorektal ) yaitu 75-100nmol/L.

14
Peran Mikrobioma Usus dalam Patogenesis
Kanker Kolorektal
• beberapa penelitian berfokus pada peran mikrobiota
usus dalam patogenesis kanker kolorektal.
­ Hasilnya  bakteri proinflamasi (Fusobacterium nucleatum)
 Mengaktifkan wingless/integrated-1 (WNT), ↑ Respon inflamasi
lokal , ↓ reaksi imun.
 Menghambat epigenetik protein MMR-MLH1,  microsatellite
instable kanker kolorektal
• Meskipun ada bukti peran mikrobiota usus dalam
patogenesis kanker kolorektal (CRC), dampak perubahan
gaya hidup pada respon imun anti-kanker masih belum
jelas.

15
Serat dan Pengaruhnya

• beberapa penelitian (epidemiologis, 2


prospektif dan 3 uji klinis terkontrol ).
­ Hasilnya  tidak menemukan hubungan
antara asupan serat dan kanker kolorektal.
• Sebuah meta-analisis  serat sereal dan biji-
bijian memiliki manfaat paling besar yang
dikaitkan dengan penurunan resiko kanker
kolorektal.

16
Presentasi klinis
Kanker kolorektal  kolonoskopi rutin
 Gejala umum :
• perubahan kebiasaan BAB
• anemia defisiensi besi
• nyeri perut
• kehilangan nafsu makan dan BB

 ± 20% dengan presentasi klinis metastasis

17
• Metastasis terjadi secara limfatik, hematogen,
perkontinuitatum atau transperitoneal.
• Lokasi  KGB regional, hati, paru- paru dan
peritoneum.
• Gejala lain (tergantung lokasi metastasis):
­ Nyeri perut
­ Perforasi dan abses karena ekstensi langsung
­ Ikterus
­ Nyeri perut kanan atas
­ Limfadenopati supraklavikula,
­ Nodul periumbilikalis,
Terlepas dari stadium kanker, obstruksi usus dan atau
perforasi menandakan prognosis yang buruk.
18
Diagnosis
Sistem klasifikasi TNM: ukuran Primary Tumor (T), Nodus limfa
regional (N) dan Metastasis jauh (M).
Pemeriksaan penunjang :
• kolonoskopi rutin (Tahap awal )
­ US Preventive Services Task Force (USPSTF)  usia 50
tahun, setiap 10 tahun
­ American Cancer Society  usia 45 tahun.
• CT dada, perut dan panggul + kontras  stadium kanker
(sebelum perawatan)
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• carcinoembryonic antigen (CEA)  bukan diagnostik
marker (untuk pengawasan)
• Kadar alkali fosfatase
19
Rangkuman Tatalaksana

• Reseksi bedah  pilihan utama kuratif


• kemoterapi neo-adjuvan  untuk kanker tingkat lanjut
• kemoterapi adjuvan atau paliatif  kanker kolon yang
melibatkan kelenjar getah bening (Stadium III ke atas)
atau tempat yang jauh
• Kemoradiasi  kanker rektum lanjut secara lokal
setelah operasi pengangkatan.
• Immunoterapi dengan Pembrolizumab  pilihan
untuk kanker kolorektal metastatik yang mikrosatelit
tidak stabil.
20
Terapi Adjuvan setelah Reseksi Bedah

• Diet (tinggi indeks glikemik, kaya serat,


kacang2an)
• Aktivitas fisik
• Aspirin (kontraindikasi  koagulopati,
perdarahan, gastritis atau ulkus peptik) dan
NSAID (celecoxib)
• Status Vitamin D
• Asupan kopi
21
Kesimpulan
• Meskipun insidensi dan mortalitas akibat kanker
kolorektal mengalami penurunan selama
beberapa dekade terakhir.
• penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
insidensi kanker kolorektal akan meningkat pada
orang yang berusia kurang dari 50 tahun.

22
• Asupan makanan seseorang, status nutrisi,
aktivitas fisik telah terbukti terkait dengan
patogenesis kanker kolorektal
• Namun, uji coba kontrol acak definitif untuk
menunjukkan hubungan kausal diperlukan
untuk menentukan faktor risiko tinggi yang
mungkin memainkan peran preventif dan juga
prognostik dalam kanker kolorektal.

23
TERIMAKASIH

24

Anda mungkin juga menyukai