Anda di halaman 1dari 37

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

Identitas Pasien

II.

Nama

: Ny. S

No RM

: 173197

Kelamin

: Perempuan

Usia

: 55 tahun

Alamat

: Kembangan 1/1. Boyolali

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Tanggal pemeriksaan

: 20 Desember 2015

Anamnesis

Keluhan Utama:
Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien mengeluhkan mencret sejak 3 hari sebelum ke rumah sakit.
Mencret 3 kali sebanyak gelas belimbing dalam 1 hari, mulai sejak
sabtu malam dengan konsistensi cair, ampas (+), warna kekuningan, lendir
(+), darah (-). Pasien sempat meminum diapet, akan tetapi keluhan tidak
membaik. Keluhan demam atau menggigil disangkal pasien. Perut terasa
mules, mual (+), muntah (+). Setiap kali makan pasien selalu muntah dan
pasien mengeluhkan badan terasa lemas. Nafsu makan pasien menurun
sejak menderita mencret. BAK sejak kemarin sebanyak 1x, dengan
kualitas dan kuantitas seperti biasa. Beberapa hari sebelumnya pasien
sempat makan durian, alpukat, dan buah naga yang dibawa oleh
keponakannya.
Pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak 1 minggu disertai suara
parau. Tenggorokan terasa gatal, nyeri tenggorokan disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa

: Diakui, tetapi dengan obat warung sembuh

Riwayat sakit maag

: Disangkal

Riwayat alergi obat

: Disangkal

Riwayat alergi makanan

: Disangkal

Riwayat rawat inap

: Disangkal

Riwayat darah tinggi

: Disangkal

Riwayat kencing manis

: Disangkal

Riwayat penyakit jantung

: Disangkal

Riwayat asma

: Disangkal

Riwayat operasi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa

: Diakui

Riwayat darah tinggi

: Disangkal

Riwayat kencing manis

: Disangkal

Riwayat alergi

: Disangkal

Riwayat keganasan

: Disangkal

Riwayat Kebiasaan
Pasien sering makan tidak teratur, makan sehari-hari sering beli di warung
tidak masak sendiri, jarang mengkonsumsi buah.
Riwayat Sosial dan Lingkungan:
o

Pasien tinggal dengan anak menantu dan cucunya 1.

Sumber air minum berasal dari air sumur, air minum selalu
direbus. Kamar mandi menggunakan bak sebagai penampung air,
jamban. Kamar mandi ini digunakan oleh tetangga sekitar, yakni sekitar
3 rumah di sekelilingnya menggunakan kamar mandi yang sama.

Untuk mencuci piring dan alat dapur biasanya digunakan air


sumur tersebut.

Pasien menggunakan asuransi kesehatan jamkesmas, kesan

ekonomi kurang.
Riwayat gizi
Hidup pasien bergantung pada upah yang didapat dari anaknya sebagai
buruh bangunan dan sang istri yang bekerja sebagai pedagang. Pasien
mengaku makan 3 kali sehari dengan menu seadanya. Pola makan seharihari kurang teratur, kadang makan hanya 2 kali sehari dengan melewatkan
makan pagi. Kesan gizi kurang.
Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Menceret
b. Kulit

: kuning (-), kering (-), pucat (-)

c. Kepala

: pusing (-), nggliyer (-), perasaan berputar-putar (-),


rambut mudah rontok (-)

d. Mata

: berkunang-kunang (-), pandangan kabur (-), gatal


(-), mata merah (-), mata kuning (-), lodoken (-)

e. Hidung

: tersumbat (-), keluar darah (-), lender (-), gatal (-)

f. Telinga

: pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-), darah


(-), berdenging (-), nyeri (-)

g. Mulut

: bibir kering (+), gusi berdarah (-), sariawan (-),

h. Tenggorokan

: perasaan kering dan gatal (-), nyeri telan (-), susah


menelan (-), nyeri tenggorokan (-), serak (+)

i. Leher

: benjolan (-)

j. Respirasi

: sesak napas (-), batuk (-), dahak (-), nyeri dada


saat tarik napas (-)

k. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), ampeg (-),berdebar-debar (-), ulu


hati nyeri (-), sesak napas bertambah dengan
aktivitas (-)
l. Gastrointestinal : mual (-), muntah (+), nyeri perut (+) pada bagian
kiri atas, rasa penuh di perut (+), perut sebah (+),
mules terasa ingin BAB terus (+), BAB cair (+) 3

kali sehari selama 3 hari jumlah gelas belimbing


warna kuning lender (+) darah (-), BAB darah
segar (-), nyeri setelah makan (-), feses dempul (-),
feses hitam (-) nafsu makan turun (+)
m. Muskuloskeletal : lemas (+), kaku sendi (-), nyeri sendi (-)
n. Genitourinaria

: nyeri BAK (-), panas saat BAK (-), warna BAK


seperti teh (-), BAK darah (-), nanah (-), anyang
anyangen (-),

o. Ekstremitas

Atas

: akral dingin (+/+), bengkak (-/-), lemah (+/+)

Bawah

: akral dingin (+/+), bengkak (-/-), lemah (+/+),

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum

: Tampak lemas, kesan gizi kurang

Kesadaran

: Compos mentis

1. Tanda vital :
Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 122x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi napas

: 22x/menit reguler

Suhu

: 37,30 C (aksiler)

2. Status Gizi

BB

: 44 kg

TB

: 160 cm

BMI

: 17,18 (underweight)

3. Kulit

: Warna sawo matang, turgor menurun (+),


hiperpigmentasi (-), kering (-) teleangiektasis (-),
petekie (-), ikterik (-), ekimosis (-)

4. Kepala

: Mesosefal, rambut warna hitam, mudah rontok (-),


luka (-)

5. Mata

: Mata cekung (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor


3mm/3mm, lensa (jernih/jernih),edema palpebra
(-/-), strabismus (-/-)
6. Hidung

: Nafas cuping (-), discharge (-/-), deformitas (-)

7. Telinga

: Serumen (+/+) sedikit, discharge (-/-), nyeri tekan


tragus dan mastoid (-)

8. Mulut

: Bibir Sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),


atrofi papil lidah (-), tonsil hiperemis (-) T1T1,
Faring hiperemis (-)

9. Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP + 1 cm


(tidak meningkat), otot bantu pernapasan (-)

10. Thoraks

: Bentuk normochest, simetris kanan dan kiri, warna


kulit = kulit sekitar, venektasi (-), pola pernapasan
torakoabdominal, retraksi intercostal (-), sela iga
melebar (-).

Cor :
Inspeksi
Palpasi

Ictus cordis tidak nampak


Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-),

Perkusi

pulsus parasternal (-), kuat angkat (-)


Batas atas jantung
: ICS II linea parasternal
sinistra
Batas pinggang jantung
: ICS III linea

parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial

linea mid clavicula sinistra


Batas kanan bawah jantung : ICS IV linea
sternalis dextra

Konfigurasi jantung kesan tidak ada pembesaran


Auskultasi:

Suara Jantung I II normal murni, reguler, bising (-),


gallop (-)

Pulmo :
Sinistra

Dextra

Depan
5

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Kulit seperti kulit sekitar,

Kulit seperti kulit sekitar,

datar, simetris, ICS tak

datar, simetris, ICS tak

melebar

melebar

Pergerakan hemitoraks

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra, retraksi

sinistra = dextra, retraksi

intercostal (-)

intercostal (-)

Nyeri tekan (-), simetris

Nyeri tekan (-), simetris,

Massa (-), krepitasi (-),

massa (-), krepitus (-)

deviasi trachea (-)

Deviasi trachea (-)

Stem fremitus sinistra =

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

dextra, pergerakan

hemitoraks sama kuatnya

hemitoraks sama kuatnya

Sonor di seluruh lapang

Sonor di seluruh lapang

paru, batas paru hati pada

paru

ICS VI linea mid clavicula


sinistra
Auskultasi
Suara dasar

Vesikuler (+)

Vesikuler (+)

Suara tambahan

Wheezing

(-)

(-)

RBH

(-)

(-)

RBK
Belakang

(-)

(+)

Inspeksi

Kulit seperti kulit sekitar,

Kulit seperti kulit sekitar,

datar, simetris, ictus cordis

datar, simetris, ictus cordis

tak terlihat, ICS tak

tak terlihat, ICS tak

melebar

melebar

Pergerakan hemitoraks

Pergerakan hemitoraks

sinistra = dextra

sinistra = dextra

Nyeri tekan (-), simetris

Nyeri tekan (-), simetris

Stem fremitus sinistra =

Stem fremitus sinistra =

dextra, pergerakan

dextra, pergerakan

Palpasi

Perkusi

hemitoraks sama kuatnya

hemitoraks sama kuatnya

Sonor di seluruh lapang

Sonor di seluruh lapang

paru, peranjakan paru

paru, peranjakan paru

5cm

5cm

Vesikuler (+)

Vesikuler (+)

Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan

Wheezing

(-)

(-)

RBH

(+)

(-)

RBK

(+)

(-)

11. Abdomen :
Inspeksi

Permukaan datar, warna sama dengan kulit

Auskultasi

sekitar.
Bising usus (+) meningkat (35x/menit), bising

Perkusi

renal (-)
Timpani di seluruh regio (+), pekak sisi (-),

Palpasi

pekak alih (-)


Nyeri tekan (+), pekak sisi dan pekak alih (-),
turgor >2 detik, defans muskuler (-) hepar,
ginjal, lien tidak teraba.

12. Ekstremitas :
Ekstremitas
Sianosis
Akral dingin
Oedem
Capillary refill

Superior
-/+/+
-/< 2 detik
7

Inferior
-/+/+
-/>2 detik

Gerak
Kekuatan

1.

Dalam batas normal


5/5

Dalam batas normal


5/5

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
(Tanggal 20-12-2015)
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
Granulosit
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
GDS
HbsAG

2.

Hasil
12.0
10.5
213.0
4.07
36.1
73.4
19.8
7
88.8
29.5
33.2
18
0.54
17
8
84
Non Reaktif

Nilai Normal
12.0-16.0
4.0-12.0
150.0-400.0
4.50-5.50
40.0-48.0
50.0-80.0
20.5-51.1
2-9
80.3-103.4
26.0-34.4
31.8-36.3
10-50
0.60-1.10
6-25
4-30
< 180
Non Reaktif

Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan
Makroskopis
Warna
Konsistensi
PUS
Lendir
Darah
Mikroskopis
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Telur Cacing
Amuba
Yeast
Amilum
Lemak
Serat Tumbuhan

Hasil

Nilai Rujukan

Kuning
Lembek
Negatif
+/Positif
Negatif

Negatif
Negatif
Negatif

1-2
8-9
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

0-1
4-5
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

3.

Pemeriksaan Elektrolit
Pemeriksaan
Kalium
Natrium

4.

Hasil
2.9
124

Nilai Rujukan
3.5-5.1
135-145

Pemeriksaan USG Abdomen


Kesan

Tak tampak kelainan pada Hepar, Vesica


Felea, lien, pancreas, kedua ren, vesica
urinaria.
Tak
tampak

ascites.

appendix

tak

tervisualisasi.
5.

Pemeriksaan Rontgen Thoraks


Kesan

Bronkhitis
Besar cor dalam batas normal

V.

RESUME
Pasien Ny.S 55 tahun mencret sejak 3 hari SMRS. Mencret 3 kali
sebanyak gelas belimbing dalam 1 hari, konsistensi cair, ampas (-),
warna kekuningan, lendir (+), darah (-). Perut terasa mules, mual (+),
muntah (+), badan lemas (+). Nafsu makan menurun, BAK sejak kemarin
sebanyak 1x, dengan kualitas dan kuantitas seperti biasa. Beberapa hari
sebelumnya pasien sempat makan durian, alpukat, dan buah naga.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah diare namun dengan obat warung
sembuh, riwayat penyakit keluarga disangkal, riwayat gizi kesan pasien
kurang gizi dan riwayat sosial ekonomi pasien menggunakan asuransi
jamkesmas kesan ekonomi kurang.
Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemas, TD : 110/70
mmHg, N: 122x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 37,3 OC, BMI : 17,18
(underweight). Pemeriksaan generalisata kepala, hidung, telinga, mulut
leher dalam batas normal, pulmo ditemukan ronkhi basah kasar pada
pulmo dextra, cor dalam batas normal, abdomen nyeri tekan kiri atas (+),
bising usus (+) meningkat, turgor kulit >2detik.
Hasil pemeriksaan penunjang Ht 36,1 , limfosit 19,8 , feses
lendir (+), eritrosit 1-2/lpb, leukosit 8-9/lpb, elektrolit Na 2,9, Kalium

124, rontegen thoraks gambaran bronkhitis, USG abdomen dalam batas


normal.

VI. DAFTAR ABNORMALITAS


Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
1. Diare
13. BMI 17,18 (underweight)
2. Diare < 15 hari
14. Turgor > 2 detik
3. BAB konsistensi cair,
15. Cappilarr refil > 2detik
16. RBK (+/-)
ampas (+)
17. RBH (-/-)
4. BAB lendir darah (+)
18. Abdomen Distended
5. Mual
19. Nyeri tekan abdomen
6. Muntah
20. BU (+) meningkat
7. BAK berkurang
Pemeriksaan penunjang
8. Perut nyeri
21. Laboratorium : Hematokrit 36.1
9. Riwayat
konsumsi
, Limfosit 19,8
makanan asam
22. Feses : Lendir (+), eritrosit (110. Batuk kering
11. Suara serak
2/lpb), leukosit, (9-9/lpb)
12. Tenggorokan gatal
23. Elektrolit : Kalium 2,9, Na 124
24. Radiologi : Bronkitis

VII. PROBLEM
1.

Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang :

1,2,3,4,5,6,8,9,11, 13,14,15,18,19,20,21,22,23
2.
Bronkitis : 10,11,12,24

10

VIII. TATALAKSANA
1. Gastroenteritis Akut
-

Assesment
Problem :

Subjektif : BAB encer 3x sehari gelas belimbing, lendir


(+), nyeri & kram abdomen, nyeri saat BAB.

Objektif :

abdomen distended (+), BU (+) meningkat,

pemeriksaan elektrolit : Kalium 2.9, Na 124.


-

Initial Plan

IpDx : analisis feses rutin, mikroskopik feses, kultur


feses.

IpTx
Rehidrasi
Menggunakan rumus perhitungan Daldiyono.

11

Pemeriksaan
Rasa haus/muntah

Skor
1

Suara serak

Kesadaran apatis
Kesadaran somnolen, sopor

1
2

atau koma
Tekanan darah sistolik 60-90

mmHg
Tekanan darah sistolik < 60

mmHg
Frekwensi Nadi > 120 x/menit

Frekwensi nafas > 30 x/menit


Turgor kulit menurun

1
1

Facies cholerica/wajah keriput


Ekstremitas dingin

2
1

Washers womans hand


Sianosis
Umur 50-60 tahun

1
2
-1

Umur > 60 tahun

-2

Cairan diberikan

Total Scor Daldiyono = 5


Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (kg) x
1 liter
15
= 5 x 10% x 44 x 1
15
= 1,46
Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:

12

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x


kgBB
Kebutuhan Cairan = 5% x 44
= 2,2
Scor dengan cara 50% defisit diberikan dulu dalam
satu jam pertama, setelah itu sisa defisit dilanjutkan
dalam 3 jam berikutnya sambil diberikan cairan
kebutuhan rumatan.
Nutrisi
Diberikan 4 jam setelah rehidrasi. Makanan diberikan
dalam bentuk small and frequent feeding dibagi
menjadi 6x makan sehari. Diet terdiri dari menu tinggi
kalori dan mikronutrien, seperti nasi, gandum, daging,
buah dan sayur-sayuran.
Obat-obatan

Antimotilitas : Loperamid 3x1 tab 2mg sehari

Antispasmodik : Papaverin 2-3x1 tab 40mg sehari

Pengeras feses : diagit (atapulgit 600mg, pectin


50mg) 3 tab sehari

Antibiotik : berdasarkan etiologi, jika etiologi


belum diketahui maka berikan:
Lini pertama : siprofloxacin 2x500mg 5-7 hari
Lini kedua : cotrimoxazole 2x960mg 5-7 hari
Lini ketiga : metronidazole 3x250-500mg 7-14
hari (curiga infeksi parasit/bakteri anaerob)

13

Koreksi Hipokalemia: KCl tab 3x1 (1 tab = 20


mEq) atau KCl parenteral lewat vena perifer
maksimal 60 mEq/1000 ml (10-20 mEq/jam) atau
vena sentral 20 mEq/100ml (40-100 mEq/jam)
Dapat diberi dengan cara drip KCl 1-2 flash (1fl
= 25mEq) dalam 1 flabot NaCl 0,9% (500ml).

IpMx : Keadaan Umum, Tanda Vital, Hasil laboratorium,


monitor urine output, monitor balance cairan (Input
Output+IWL), monitor balance cairan, monitor produk
feses (adakah darah, lender), monitor efek samping obat.

IpEx : menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien


tentang penyakit yang diderita pasien, komplikasi lebih
lanjut dari penyakit. Menjelaskan untuk makan secara
teratur dan menghindari makanan yang merangsang
saluran cerna (terlalu pedas, asam).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

14

I.

Definisi
Menurut WHO diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga

kali sehari.Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih
lembek dari dua minggu. Sedangkan diare kronik yaitu diare yang berlangsung
lebih dari 15 hari. Disebut sebagai diare persisten apabila berlangsung selama 2
sampai 4 minggu.4

II.

Epidemiologi
Data WHO 2009,diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian

pada lebih dari 3 juta penduduk dunia. Di Amerika Serikat ditemukan 100 juta
kasus diare akut pada dewasa tiap tahunnya menyebabkan 250.000 diantaranya
dirawat dirumah sakit dan 5000 meninggal dunia. Kematian karena diare akut di
negara berkembang terjadi terutama pada anak-anak yang berusia kurang dari 5
tahun, dimana dua pertiga diantaranya tinggal di daerah/lingkungan yang
buruk,kumuh dan padat.Dengan sistem pembuangan sampah yang tidak
memenuhi

syarat,keterbatasan

air

bersih

dalam

jumlah

maupun

distribusinya,kurangnya bahan sumber makanan disertai cara penyimpanan yang


tidak memenuhi syarat,tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya fasilitas
pelayanan kesehatan.4
Di Amerika Serikat, dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan,
prevalensi diare karena infeksi berkurang. Data dariCenters for Disease Control
and prevetion (CDC) menunjukan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella,
Listeria, E.coli,dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas
kebersihan dan keamanan makanan. Sementara dibeberapa rumah sakit di
Indonesia data menunjukkan diare karena infeksi masih menduduki peringkat
pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat kerumah
sakit.4
III.

Etiologi 4,5

15

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar
10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, dan
sebagainya
Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella
dysentriae, Vibrio cholera, Vibrio parachemolyticus, Yersinia intestinalis,
Coccidosis.
2. Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomanes hominis, Isospora sp.

Jenis cacing penyebab yaitu: A.

Duodenale, N. Americonus, T. Saginata, T. Soiitum.


3. Virus
Jenis virus penyebab yaitu: rotavirus, adenovirus, norwalk virus
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan
umur, tempat, dan waktu. Dinegara maju, diare akut paling sering
disebabkan oleh norwalk virus, Helicobacteri jejuni, Salmonella sp,
Clostridum

difficle,

sedangkan

penyebab

paling

sering

dinegara

berkembang adalah Enterotoxicgenic eshericia coli, rotavirus dan V.


cholerae.

IV.

Patofisiologis6
Sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya,berasal

dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung,empedu dan
sebagainya). Sebagaian besar(75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi
kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar.
Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi,sehingga tersisa
jumlah 150-250 ml caran yang akan ikut membentuk tinja.

16

Faktor-faktor faal yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu


sama

lain,misalnya,cairan

intra

luminal

yang

meningkat

menyebabkan

terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume,sehingga motilitas


usus meningkat. Sebaliknya, bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus
sehingga waktu penyerapan elektrolit,air dan zat-zat lain terganggu.
Patogenesis4,7

V.

Dua hal yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi
adalah faktor kausal(agent) dan faktor penjamu(host).Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut,terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan
inter traktus intestinalis seperti keasaman lambung,motilitas usus,imunitas dan
juga

mencakup

lingkungan

mikroflora

usus,sekresi

mukosa,dan

enzim

pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi Shigella sp.terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V.cholera.Hipomotilitas usus pada infeksi usus dapat
memperpanjang waktu diaredan gejala penyakit,serta mengurangi absorbsi
elektrolit dan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.Peran imunitas
dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada mereka yang
kekurangan IgA,demikian pula diare yang terjadi pada penderita HIV/AIDS
karena gangguan imunitas.Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali,akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya
lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,kemampuan memproduksi
toksin yang mepengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat
membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan
menjadi:
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri

17

yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri


non invasi misalnya V. cholera, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C.
perfringens,

Stap.

aureus, B.

cereus, Aeromonas

spp,

V. cholera

eltormengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang
berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga
meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam
sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang
diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pompa
Na tidak terganggu, karena itu keluarnya ion Cl - (disertai ion HCO3-, H2O, Na+
dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh
H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa
tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan
HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai
diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin yaitu labile toxin (LT) dan
stable toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi
hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase.
Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan
dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan
makanan menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera
yang menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella spp, Shigella spp, C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C.
perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C. difficile,

18

Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa


nekrosis dan ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur dengan lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kumankuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada
pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
3. Diare Osmotik
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorpsi dengan baik di usus halus,
maka tekanan osmotik terlalu meningkat sehingga menarik cairan plasama ke
lumen. Jumlah cairan yang bertamabah melebihi kemampuan reabsorbsi kolon
menyebabkan terjadinya diare yang cair. Diare akan berhenti bila pasien
puasa. Penyebabnya bisa intoleransai laktosa konsumsi laksatif atau antasida
yang mengandung magnesium. Diare osmotik bila osmotic gap feses >125
mosmol/kg (normal (<50mosmol/kg). Osmotic gap dihitung dengan cara
osmolaritas serum (290mosmol/kg)-(2xkonsentrasi natrium+kalium feses).
4. Diare Dismotilitas
Disebebkan dismotilitas usus sehingga waktu transit memendek dan
absorbsi berkurang dan disebebkan neuromiopati yang menyebabkan statis
atau overgrowthbakteri. Karakteristiknya mirip feses diare sekretrorik namun
dapat disertai steatorrhea ringan, penyebab bisa hipertirodisme sindrom
karsinoid obat-obatan prokinetik, diabetes milletus atau irritable bowel
syndrome.
VI.

Klasifikasi
Berdasarkan durasinya diare diklasifikasikan menjadi :

VII.

1.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung < 14 hari

2.

Diare kronis diare yang berlangsung >14 hari

Manifestasi klinis4
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal
oral

langsung

dari

penderita

diare

atau

melalui

makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang


berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
penderita.

Penularan

dapat
19

juga

berupa

transmisi

dari

manusia

ke

manusia

melalui

udara

(droplet

infection)

misalnya: rota virus, atau melalui aktivitas seksual kontak


oral-genital atau oral-anal.
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik
(watery

diarrhea)

dengan

gejala-gejala:

mual,

muntah,

dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan disertai


atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam
setelah makan atau minuman yang terkontaminasi.
Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan
renjatan

hipovolemik

atau

karena

gangguan

biokimiawi

berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan


cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit turun, serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Kehilangan

bikarbonas

menyebabkan

perbandingan

bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang menyebabkan


penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih cepat dari
biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan
untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat
kembali

normal.

Gangguan

kardiovaskular

pada

tahap

hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tandatanda denyut nadi yang cepat lebih dari 120x/mnt, tekanan
darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang
sianosis. Karena kehilangan kalium, pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.
20

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal


sangat menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis
tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pada pembagian darah
dengan pemusatan darah yang lebih banyak dalam sirkulasi
paru-paru.

Observasi

ini

penting

sekali

karena

dapat

menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima


rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut
sebagai diare inflamasi dengan gejala mual, muntah dan
demam yang tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus, diare
disertai darah dan lendir. Pada diare akut karena infeksi,
dugaan

terhadap

berdasarkan

bakteri

anamnesis

penyebab

makanan

dapat

atau

diperkirakan

minuman

dalam

beberapa jam atau hari terakhir, dan anamnesis atau


observasi bentuk diare.
Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan
kolon bagian proksimal, dengan nyeri abdomen disertai nyeri
tekan

di

regio

titik

Mc.Burney

dengan

gejala

seperti

apendisitis akut.
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala
sistemik lainnya seperti Reiters syndrome (arthritis, uretritis,
dan konjungtivitis) yang dapat disebabkan oleh Salmonella,
Campylobacter,

Shigella,

dan

Yersinia.

Shigella

dapat

menyebabkan hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat


juga sebagai gejala utama beberapa infeksi sistemik antara
lain hepatitis virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik
renjatan sindrom.

21

Tabel 1. Epidemi Diare Akut


Sarana
Air

Bakteri Patogen
Vibrio cholerae, Norwalk agent, Giardia,
Cryptospordium (termasuk makanan
yang dicuci dengan air tersebut).

Makanan
Unggas

Salmonella, Campylobacter, dan

Sapi, juice buah yg

Shigella spp.
Enterohemoragic escherichia coli

tidak dipasteurisasi
Babi
Sea food dan kerang

Cacing pita (tape worm)


V. cholerae, V. parahaemolyticus; vibrio
spp, Salmonella spp., Aeromonas spp,

Keju, susu
Telur
Mayoinase +

Hepatitis A,B,C
Listeria spp.
Salmonella spp.
Staphylococcus dan Clostridium

makanan & cream


Nasi goring
Berrie segar
Sayuran atau buah-

Bacillus cereus
Cycklospora spp.
Clostridium spp.

buahan kaleng
Kecambah

Enterohemorrhagic E. coli dan


Salmonella spp.

Lingkungan
Hewan ke manusia

Salmonella, Campylobacter,

Manusia ke manusia

Cryptosporodium, Giardia spp.


Semua bakteri enterik, virus, parasit

(termasuk seksual
kontak)
Rumah

C. difficile

sakit/antibiotic
Kolam renang
Wisatawan asing

Giardia dan Crytosporodium spp.


E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Giardia, Entamoeba
histolytica

VIII.

Diagnosis4,8
22

1. Anamnesis
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:

Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)

Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh


penderita.

Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh
karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.

Dimana tempat tinggal penderita.

Pola kehidupan seksual.

Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi,
tampak darah pada feses, panas > 38,5 o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda
perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia
>50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan
tubuh yang rendah.
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena
kelainan kolon sering berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas yaitu: nausea, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung
bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasive,
dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakai toksin
atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan
muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang
mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
23

mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit
yang

tidak

menginvasi

mukosa

usus,

seperti

Giardia

lamblia

dan

Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang


ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas
dan kembung.
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism
yang menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic
E.coli (serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism
Yersinia seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala
nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi
Compylobacter jejuni sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali
kelumpuhan anggota badan dan (GBS). Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini
sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek dokter karena ketidaktahuan
masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus
dengan inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel
tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan
helminthes. Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan
Vibrio spesies (missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga
menginvasi mukosa usus; pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti
diare berdarah dalam beberapa jam atau hari.
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat
timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella,
terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat
disertai sindrom Reiter (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis,
perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enteric, disebabkan Salmonella
parathypi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai
demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik, diikuti nyeri
tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash).
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea
dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi
sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan

24

warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada
keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa
seperti kebingungan dan pusing kepala.
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda
toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting.
Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen
dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.
Nilai tanda vitaldan derajat dehidrasi pada pasien. Keberadaan bercak-bercak pada
kulit, ulserasi mulut, pembesaran pada tiroid,, mengi, artritis, acites, masa
abdomen, tenderness, dan defans muskuler. Bila tidak yakin adanya darah di feses
bisa dilakukan dengan colok dubur.
3.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis

leukosit, kadar elektrolit serum


Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan

mineral tubuh.
Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
Kultur feses perlu dilakukan pada pasien dengan dehidrasi, demam >38,50C,
diare berdarah, nyeri abdomen pada pasien >50 tahun, pasien >70 tahun,
imunodefisiensi atau pasien dengan pengobatan 3 hari antibiotik tidak terjadi
perbaikan klinis.
Pemeriksaan terhadap shiga toxin harus dilakukan pada pasien dengan riwayat

hospitalisasi dan penggunaan antibiotik.


Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi
giardiasis dan tes serologic amebiasis
Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada

25

infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan


darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses
rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya
miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan
medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis
dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses,
laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic.
3. Penentuan Derajat Dehidrasi
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:

Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor

kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.


Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak,

pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang
ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku,
sianosis)

Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat

Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 1,040


Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 1,032
Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 1,028

Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)

IX.

Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal


Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi

Penatalaksanaan1,5
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang

dewasa terdiri atas:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
2. Memberikan terapi simptomatik
3. Memberikan terapi definitive
26

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan1,4,5


Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL
merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran,

meskipun

jumlah

kaliumnya

lebih

rendah

bila

dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak


tersedia

cairan

ini,

boleh

diberikan

cairan

NaCl

isotonik.

Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml


pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat
diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan
berbagai akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya
jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan memakai cara:

BJ Plasma dengan memakai rumus:


Kebutuhan cairan:
BJ Plasma 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001

Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:


Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x kgBB
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x kgBB
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x kgBB

Metode

Daldiyono

berdasarkan

keadaan

diberikan penilaian/skor sebagai berikut:


Pemeriksaan
Rasa haus/muntah
Suara serak

Skor
1
2

27

klinis

yang

Kesadaran apatis
Kesadaran somnolen, sopor

1
2

atau koma
Tekanan darah sistolik 60-90

mmHg
Tekanan darah sistolik < 60

mmHg
Frekwensi Nadi > 120 x/menit
Frekwensi nafas > 30 x/menit
Turgor kulit menurun
Facies cholerica/wajah keriput
Ekstremitas dingin
Washers womans hand
Sianosis
Umur 50-60 tahun
Umur > 60 tahun

1
1
1
2
1
1
2
-1
-2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (kg) x 1 liter


15
Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan
pada orang dewasa dapat melalui oral dan intravena. Untuk
pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 20 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Na bikarbonat
dan 1,5 gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan
mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak
ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda,
dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1
cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per
oral juga digunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah
rehidrasi inisial.
Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal rehidrasi inisial
yang dihitung dengan rumus BJ plasma atau sistem skor
Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Tujuannya jelas agar
tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian
28

cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada


kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial
sebelumnya, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
Pemberian makanan harus langsung dimulai 4 jam setelah
rehidrasi. Makanan diberikan dalam small and frequent feeding
dibagi dalam 6x makan sehari. Diet terdiri dari menu tinggi kalori
dan mikronutrient seperti nasi, gandum, daging buah dan sayursayuran.

Susu

sapi,

makanan

kaleng,

buah-buah

kaleng

sebaiknya dihindari dulu karena dapat memicu diare.


Diet yang dianjurkan diet BRAT : banana, rice, apel, tart
2. Memberikan terapi simptomatik1,4,5
Obat anti diare:
a. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai
tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat
sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga
enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan
fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di
Indonesia saat ini tersedia di bawah nama Hidrasec
sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare.
b. Kelompok opiat
Dalam

kelompok

ini

tergolong

kodein

fosfat,

loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin


sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x
sehari, loperamid 2 4 mg atau 3 4 x sehari dan lomotil 5
mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan
sehingga

dapat

propulsi,

peningkatan

memperbaiki

absorbsi

konsistensi

cairan

feses

dan

mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara


yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
29

gejala

demam

dan

sindrom

disentri

obat

ini

tidak

dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat,
pektin,

kaolin,

atau

smektit

diberikan

atas

dasar

argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius


atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa
usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat hidrofilik
Ekstrak

tumbuh-tumbuhan

yang

berasal

dari

Plantago oveta, Psyllium, Karaya(Strerculia), Ispraghulla,


Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi
dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10
cc atau 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam
bentuk kapsul atau tablet.
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria

atau

Saccharomyces

boulardii,

bila

mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan


memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi atau menghilangkan diare harus
diberikan dalam jumlah yang adekuat.
3. Memberikan terapi definitif1,4,5
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang
dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik
diindikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
30

seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi


ekskresi

dan

kontaminasi

lingkungan,

persisten

atau

penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan


pasien immunocompromised. Terapi kausal dapat diberikan pada
infeksi:

V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari


atau kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2
tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500 mg/hr
selama 7 hari atau golongan Fluoroquinolon.

ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon selama


3 hari.

S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari

Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500


mg/hr selama 2 minggu atau Sefalosporin generasi 3 yang
diberikan secara IV selama 7-10 hari, atau Ciprofloksasin 2
x 500 mg selama 14 hari.

Salmonella non Typhi: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau


ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5
7 hari.

Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500


mg/hr selama 5 hari.

Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500


mg atau 4 x 250 mg, anak: 30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis
terbagi selama 5-7 hari atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr
selama 5-7 hari.

Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol


dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.

Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu


atau Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.

Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari


Virus: simptomatik dan suportif.

31

Indikasi Rawat Inap

X.

Dehidrasi sedang-berat
Vomitus persisten
Diare yang progresif dan makin berat dalam 48 jam
Lansia dan geriatri
Pasien immunokompremise
Diare akiut disertai kimplikasi

Komplikasi1,5
Kehilangan

cairan

dan

kelainan

elektrolit

merupakan

komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak.


Pada

diare

mendadak

akut

karena

sehingga

kolera

terjadi

syok

kehilangan
hipovolemik

cairan

secara

yang

cepat.

Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke


hipokalemia dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan
medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat
diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal
yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi
yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS
menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 1214 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi
EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan
antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu
setelah

penyakit

diare

karena

Salmonella, atau Yersinia spp.

32

Campylobakter,

Shigella,

XI.

Prognosis5
Penggantian

cairan

yang

adekuat,

perawatan

yang

mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis


diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas

yang

minimal.

Seperti

kebanyakan

penyakit,

morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada


lanjut usia. Pada negara Amerika Serikat, mortalits berhubungan
dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi
EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan
sindrom uremik hemolitik.

XII.

Pencegahan5,6
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,

penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi


yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran
manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan
air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian

khusus.

membersihkan

Minum

makanan,

air,

air

yang

digunakan

untuk

atau

air

yang

digunakan

untuk

memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan


tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang
diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa
menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air. Semua
buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air
yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum
dikonsumsi.
Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat
digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran.

33

Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk


susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah
EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang
tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah
jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi

cukup

menjanjikan

dalam

mencegah

diare

infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat


terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.
colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak
begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan.
Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya
lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 %
efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral
terbaru juga melindungi 70 %, hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama
4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin
lainnya.

BAB III
PEMBAHASAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines
2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan
34

jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare
kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan
infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare
infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, anamnesis yang didapatkan dari pasien Ny.S 55
tahun mencret sejak 3 hari SMRS. Mencret 3 kali sebanyak gelas belimbing
dalam 1 hari, konsistensi cair, ampas (-), warna kekuningan, lendir (+), darah (-).
Perut terasa mules, mual (+), muntah (+), badan lemas (+). Nafsu makan
menurun, BAK sejak kemarin sebanyak 1x, dengan kualitas dan kuantitas seperti
biasa. Beberapa hari sebelumnya pasien sempat makan durian, alpukat, dan buah
naga. Riwayat penyakit dahulu pasien pernah diare namun dengan obat warung
sembuh, riwayat penyakit keluarga disangkal, riwayat gizi kesan pasien kurang
gizi dan riwayat sosial ekonomi pasien menggunakan asuransi jamkesmas kesan
ekonomi kurang.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemas, TD :
110/70 mmHg, N: 122x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 37,3 OC, BMI : 17,18
(underweight). Pemeriksaan generalisata kepala, hidung, telinga, mulut leher
dalam batas normal, pulmo ditemukan ronkhi basah kasar pada pulmo dextra, cor
dalam batas normal, abdomen nyeri tekan kiri atas (+), bising usus (+) meningkat,
turgor kulit >2detik.
Hasil pemeriksaan penunjang Ht 36,1 , limfosit 19,8 , feses lendir (+), eritrosit
1-2/lpb, leukosit 8-9/lpb, elektrolit Na 2,9, Kalium 124, rontegen thoraks
gambaran bronkhitis, USG abdomen dalam batas normal.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa gastroenteritis akut dapat didagnosis
dengan anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang bahwa konsistensi frekuensi
volume BAB encer dan lebih banyak dari biasanya, diare pada kasus ini bisa

35

disebabkan karena inflamatory yaitu akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus,
diare ini dapat disertai malabsorbsi lemak cairan dan elektrolit serta hipersekresi
dan hipermitalitas akibat pelebasan sitokin proinflamasi. Penyebabnya yaitu
infeksi bakteri yang bersifat invasif seperti Camplybacter jejuni, Shigella,
Salmonela yersinia, enterocolia, Enteroinvasive Escherechia coli (EIEC),
Enterohemorrage Escherecia coli (EHEC), karakteristik berupa feses dengan
mukus atau darah karena kerusakan mukosa, analisis feses menunjukan leukosit,
biasanya disertai nyeri perut dan demam.
Dalam tatalaksana kasus ini yang pertama adalah rehidrasi cairan dengan
menggunakan scor Daldiyono dan medikamentosa Antimotilitas : Loperamid 3x1
tab 2mg sehari, Antispasmodik : Papaverin 2-3x1 tab 40mg sehari, Pengeras
feses:diagit (atapulgit 600mg, pectin 50mg) 3 tab sehari, Antibiotik metronidazole
500mg 3xsehari selama 7 hari. Hal ini sesuai dengan teori tatalaksana diare akut
yaitu pemberian cairan rehidrasi bergantung pada derajat dehidrasi pasien, metode
pemberiannya dapat oral atau intravena, jumlah cairan rehidrasi juga berdasarkan
dehidrasinya,

medikamentosa

simtomatik

dapat

diberikan

antimotalitas,

antisekretorik, antispasmolitik, pengeras feses dan antibiotik untuk meredakan


penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

1. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam, Jilid 1, Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. Hal. 410
415.
2. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. In :Harrison's
Principles of Internal Medicine 16th Edition. Mc-Graw-Hill Professional.
2004.
3. Lung E. Acute Diarrheal Disease. In : Friedman SL. Current diagnosis and
treatment in Gastroenterology 2nd Ed. Mc Graw Hill & Lange. 2002.

36

4. Diare akut. Dalam : Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1,


Edisi ketiga. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2001. 500-4.
5. Kayser FH. Medical Microbiology. New York. 2005.
6. Fauci AS, et al. Harrison Manual of Medicine 17th Edition. Mc-Graw-Hill
Medical. 2009.
7. Fried M, Fox M. Diarrhea. In : Siegenthaler W. Differential Diagnosis in
Internal Medicine From Symptom to Diagnosis. Thieme. New York. 2007.
8. Guidline. Diarea Acute, World Gastroenterology Organization global
guidelines 2005

37

Anda mungkin juga menyukai