Pembimbing :
dr. Monique Noorvitry, Sp. A
Penyusun :
Valentina Verrell Purnomo
20190420189
Laporan kasus dengan judul “Kejang Demam et cause Rhinitis Akut” telah diperiksa
dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi Kepaniteraan
Dokter Muda yang dilakukan di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Haji Surabaya.
Pembimbing,
Dalam penulisan tugas laporan kasus ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak, khususnya penulis ingin berterima kasih kepada dr. Monique Noorvitry,
Sp.A atas bimbingan beliau penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas ini dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan umpan balik berupa saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
tugas laporan kasus ini dan perkembangan diri penulis.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 4
BAB I ........................................................................................................................................... 5
LATAR BELAKANG....................................................................................................................... 5
BAB 2 .......................................................................................................................................... 6
LAPORAN KASUS ........................................................................................................................ 6
2.1 Identitas Pasien ........................................................................................................... 6
2.2 Perjalanan Penyakit ..................................................................................................... 6
2.2.1 Anamnesis ............................................................................................................ 6
2.2.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................................. 8
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 12
2.3 Resume ...................................................................................................................... 13
2.4 Daftar Masalah .......................................................................................................... 13
2.5 Diagnosis Kerja .......................................................................................................... 13
2.6 Tatalaksana................................................................................................................ 13
2.7 Prognosis ................................................................................................................... 14
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 15
3.1 Definisi ....................................................................................................................... 15
3.2 Epidemiologi .............................................................................................................. 15
3.3 Klasifikasi ................................................................................................................... 15
3.4 Faktor Resiko ............................................................................................................. 16
3.5 Patofisiologi ............................................................................................................... 17
BAB I
LATAR BELAKANG
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium tanpa adanya
infeksi intrakranial atau penyebab lain.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Umur : 10 bulan
PB/BB : 70cm/8,5kg
2.2.1 Anamnesis
Keluhan Utama : Kejang
Pasien datang ke IGD RSU Haji Surabaya dibawa oleh ibunya pada hari Senin, 17 Juni
2019 pukul 15.00 WIB dengan keluhan kejang. Kejang terjadi hanya satu kali selama tiga
menit saat pasien digendong oleh ayahnya di rumah. Saat kejang pasien sempat tidak sadar
dan setelah kejang berhenti pasien langsung sadar dan diam. Selama kejang terjadi seluruh
tubuh dan tangan kaki pasien terasa kaku dengan posisi tangan seperti menekuk dan kaki
lurus. Kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke RS Haji. Perjalanan ditempuh dalam 10
menit. Saat tiba di IGD pasien tidak kejang tapi masih panas. 2 hari SMRS pasien mengalami
pilek dengan ingus jernih. Tidak bersin-bersin lebih dari lima kali, hidung tidak tersumbat,
hidung tidak terasa gatal-gatal, namun tidak diobati oleh ibunya. 1 hari SMRS pasien
mengalami panas yang mendadak tinggi sehingga dibelikan obat tempra drop di apotek
tetapi tetap masih panas. Tidak disertai batuk, muntah dan sesak napas. BAB sekali sehari,
lembek dan berwarna kuning, BAK kuning jernih terakhir 4 jam SMRS. Pasien tidak sering
rewel ketika sakit hanya diam saja seperti lemas. Sebelumnya pasien masih bermain dengan
kakaknya di rumah.
Riwayat alergi makanan, obat, suhu ekstrim yang dingin, debu rumah disangkal.
Riwayat Kehamilan :
Pemeriksaan dilakukan di bidan trimester pertama sekali, trimester kedua dua kali,
trimester ketiga dua kali, kesehatan ibu sewaktu hamil baik, tidak mengalami sakit saat
hamil, obat yang dikonsumsi selama kehamilan berupa vitamin dan tablet tambah darah.
Riwayat Kelahiran :
Usia kandungan 38 minggu, berat lahir 3kg, lama kelahiran 1,5jam (waktu datang di
bidan langsung bukaan 2 dan cepat), cara kelahiran spontan. Keadaan saat lahir baik (lahir
langsung menangis dan pernapasan spontan).
Riwayat Neonatal :
Apgar score : warna kulit merah muda, langsung reflex menangis kuat dan aktif
bergerak. Sianosis (-), pucat (-), kuning (-), kejang (-), perdarahan (-), lumpuh (-), gangguan
minum (-).
Riwayat Imunisasi :
Motorik kasar :
Mulai mengangkat kepala usia 3 bulan, telungkup 5 bulan, duduk sendiri 6/7 bulan,
merangkak 10 bulan, berjalan dituntun 10 bulan, jalan sendiri 10 bulan.
Motorik halus :
Memegang benda usia 3 bulan
Bahasa :
Bicara “aah ooh” 2-3 bulan, berkata (tidak spesifik) 9-10 bulan.
Personal sosial :
Tersenyum usia 3 bulan, mulai makan 5-6 bulan, tepuk tangan 9-10 bulan.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
Riwayat Gizi :
ASI dari lahir sampai 6 bulan. Usia 7-10 bulan ASI dan susu formula serta makanan
halus seperti bubur ditumbuk dan diselingi kuah bakso, kuah ayam, dll. Nafsu makan baik,
sehari makan 2-3 kali.
Riwayat Keluarga :
Ibu An. VC mengalami keluhan yang sama saat usia kurang dari lima tahun, yaitu
mengalami kejang demam. Riwayat alergi makanan keluarga disangkal. Riwayat asma
disangkal.
Riwayat Kepribadian :
Sering bermain dengan kakak kandungnya di rumah, setiap hari An. VC diasuh oleh
ibunya.
Riwayat Sosial :
An. VC tinggal bersama ibu, ayah, dan kakaknya. Lingkungan tempat tinggal cukup
nyaman dan rumah tidak saling berdempetan.
Vital sign :
Kepala / leher :
Thorax :
Pulmo
o Inspeksi : normochest, gerak dinding dada simetris, retraksi -/-
o Palpasi : ekspansi dinding dada simetris
o Perkusi : semua lapang paru sonor
o Auskultasi : suara vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
Cor
o Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
o Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
o Perkusi : batas kiri jantung ICS V midclav sinistra, batas kanan jantung ICS IV
parasternal dextra
o Auskultasi : S1 S2 single, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
o Inspeksi : simetris, distended (-), jejas (-),darm contour(-)
o Auskultasi : BU (+) normal
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar/lien/ginjal tidak teraba, turgor cukup
o Perkusi : timpani seluruh area abdomen
Extremitas : Ekstremitas atas dan bawah kiri dan kanan akral hangat kering
merah tanpa oedema, CRT <2 detik
Status neurologis :
o GCS : 4-5-6
o Meningeal sign : kaku kuduk (-), brudzinky I/II (-/-), kernig sign (-)
o Nervus cranialis : dbn
5|5
o Motorik : 5|5
o Sensorik : dbn
+2 |+2 +2 |+2
o Refleks fisiologis : BPR/TPR +2 |+2 , KPR/APR +2 |+2
o Refleks patologis : babinsky -/-, chaddock -/-
Status gizi :
Tinggi badan : 70 cm
Berat badan : 8,5kg
IMT : 17,34 m2
2.3 Resume
o An. VC 10 bulan kejang didahului demam. 2 hari sebelum demam mulai pilek. Kejang
1x selama 3 menit lalu sadar.
o Riwayat kejang 1x selama 3 menit.
o Riwayat imunisasi dasar lengkap di bidan.
o Riwayat tumbuh kembang baik.
o Riwayat kelahiran usia kelahiran cukup bulan, spontan, post natal baik.
o Pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, compos mentis, tensi-nadi-rr normal, suhu
meningkat 38.50C, pemeriksaan lab DL, UL, GDA, SE dbn.
o Pemeriksaan neurologis dbn.
o Pemeriksaan status gizi baik.
2.6 Tatalaksana
Planning diagnosis :
DL, SE, GDA, UL
Planning terapi :
o Infus cairan D5 1⁄4 NS 850cc/24jam
o Lanjutkan ASI
o Parasetamol 100mg/ml drops 3x sehari
o O2 nasal 1-2lpm bila kejang
o Injeksi diazepam 0.6ml IV jika kejang
Planning monitoring :
o Keadaan umum, TTV
o Awasi timbulnya kejang
o Keluhan utama
Planning edukasi :
o Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai diagnosis, komplikasi dan prognosis.
o Mengedukasi orang tua tentang beberapa hal yang harus dilakukan apabila kembali
kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Jangan memasukkan apapun
kedalam mulut termasuk obat.
4. Ukur suhu, observasi dan catat berapa lama dan bentuk kejang.
5. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan apabila kejang telah berhenti.
6. Bawa ke dokter atau RS apabila kejang berlangsung lebih dari 5 menit
7. Edukasi kepada orang tua bahwa kejang dapat timbul lagi apabila terjadi demam
pada anak, oleh karena itu harus sedia obat penurun panas, termometer, dan
kompres hangat jika panas, diseka seluruh tubuh terutama di kepala, leher,
inguinal.
8. Serta perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk
menurunkan resiko terjadinya kejang yang terulang.
2.7 Prognosis
Dubia ad bonam
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik cerebral yang berlebihan
(Betz&Sowden,2002).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 0C, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Kejang demam memiliki batasan :
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit
atau metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai
kejang demam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun
jarang sekali.
National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan,
sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) menggunakan
batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama
infeksi susunan saraf pusat.
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan
termasuk dalam kejang neonatus. (IDAI, 2016)
3.2 Epidemiologi
Kejadian kejang demam di Indonesia sebesar 2-5% dari keseluruhan penyakit yang
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun (IDAI, 2016)
3.3 Klasifikasi
Kejang Demam Sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk
kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Keterangan:
1. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
2. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri.
3.5 Patofisiologi
Adanya kenaikan suhu tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan
eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan
metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat Celsius
akan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10%-15%, sehingga dengan adanya
peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen. Pada
demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk jaringan otak. Pada keadaan
metabolisme di siklus Crebs normal, satu molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP.
Sedangkan pada keadaan hipoksi jaringan metabolisme berjalan anaerob, satu molekul
glukosa hanya akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksia akan terjadi
kekurangan energi dan mengganggu fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat
oleh sel glia. Kedua hal tersebut mengakibatkan masuknya Na+ ke dalam sel meningkat dan
timbunan asam glutamat ekstrasel. Timbunan asam glutamat ekstrasel akan mengakibatkan
peningkatan permeabilitas membran sel terhadap ion Na+ sehingga semakin meningkatkan
ion Na+ yang masuk ke dalam sel. Ion Na+ ke dalam sel dipermudah pada keadaan demam,
sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion terhadap membran sel.
Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan ekstrasel tersebut akan mengakibatkan
perubahan potensial membran sel neuron sehingga membran sel dalam keadaan
depolarisasi. Disamping itu demam dapat merusak neuron GABA-ergik sehingga fungsi
inhibisi terganggu.
3.6 Diagnosis
Anamnesa
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar infeksi susunan saraf pusat
(infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, Otitis media akut, dll)
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan
hipoglikemia)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
2. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan pungsi
lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami kejang
demam sederhana dengan keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal :
o Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
o Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
o Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya
yang telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat
mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
3. Elektroensefalografi (EEG)
Indikasi pemeriksaan EEG : EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali
bangkitan kejang bersifat lokal.
Keterangan : EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
4. Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI,
papil edema.
3.7 Tatalaksana
a. Pada saat kejang
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum,
penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada umumnya.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg
atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10
mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit
dapat diberikan diazepam intravena. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau
kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien
harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya.
b. Pemberian obat pada saat demam
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya
kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
2. Antikonvulsan
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar
pada tahun pertama.
3.9 Follow up pasien