Anda di halaman 1dari 21

WALK THROUGH SURVEY

PT. MARTINA BERTO


15 MEI 2019
KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI

Disusun Oleh :

dr. Anindita
dr. Aurellius Assisi
dr. Claudia Fetricia
dr. Elbert Aldrin Harijanto
dr. Fitri Hidayah
dr. Friska Wilda Wijaya
dr. Gloria Teo
dr. Greselda
dr. Inge Pradita
dr. Irma Rakmawati Nur Fatimah
dr. Kevin Anggana Chandra
dr. Linda Levina Dharmawan
dr. Maria Mustika Dewanti
dr. Maria Teressa
dr. Susi
dr. Yuliana

Pelatihan Hiperkes Dan Kesehatan Kerja


Dokter Perusahaan
Periode 13 – 18 Mei 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perlindungan dan keselamatan kerja merupakan unsur penting dalam mencapai kondisi
lingkungan kerja yang baik di dalam keseluruhan arus konteks globalisasi ekonomi dewasa
ini. Hiperkes dan keselamatan kerja pada prinsipnya tidak hanya merupakan kebutuhan untuk
mencapai kondisi lingkungan kerja yang baik dan sehat tetapi juga merupakan faktor utama
dan positif di dalam membantu pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.
Setiap tempat kerja mengandung potensi bahaya bagi tenaga kerja sehingga terjadi
kemungkinan terjadi suatu keadaan darurat. Potensi bahaya tersebut meliputi potensi bahaya
fisik, kimia, biologis, ergonomis, mekanis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat
bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus dibuat
sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan
dalam suasana aman dan nyaman.
Iklim kerja, kebisingan, dan pencahayaan merupakan faktor fisik yang memiliki peran
penting di lingkungan kerja. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan
karyawan mudah lelah dan menimbulkan gangguan kesehatan, sedangkan ruangan yang
terlalu yang dingin akan mengakibatkan daya tahan tubuh tenaga kerja berkurang sehingga
para pekerja akan sering sakit. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi,
komunikasi, dan kemampuan berpikir. Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan,
penurunan daya dengar yang mula-mula bersifat sementara dan kemudian bersifat permanen.
Faktor ketiga yaitu pencahayaan penting bagi efisiensi kerja. Hampir semua tempat kerja
selalu membutuhkan pencahayaan yang baik sesuai dengan tingkat ketelitian dan jenis
pekerjaan yang berlangsung di tempat kerja tersebut. Kelelahan mata dapat menimbulkan
rasa kantuk dan berbahaya bila tenaga kerja mengoperasikan mesin-mesin yang berbahaya
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan pengkajian terhadap faktor fisik yang meliputi iklim kerja, kebisingan dan
pencahayaan di PT Martino Berto mengenai permasalahan yang ditimbulkan serta usaha-
usaha yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan Kegiatan

Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih difokuskan untuk:

 Mengetahui pelaksanaan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT


Martina Berto,Tbk

 Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kimia, dan biologis di PT Martina


Berto,Tbk

 Mengidentifikasi kebersihan dan higienitas industri di PT Martina Berto, Tbk

 Mengidentifikasi pengolahan limbah di PT Martina Berto, TBK

Dasar Hukum

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.


2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengetahui
Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Permenaker No 5 tahun 2018

Profil Perusahaan

History

Perusahaan Martino Berto, tbk didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC.Martha Tilaar, (Alm)
Pranata Bernard, dan Theresa Harsini Setiady. Pada tahun 1981, perusahaan mendirikan
pabrik modern pertama di Jl. Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Estate, yang
memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek "Sariayu Martha Tilaar" untuk pertama
kalinya. Pada tahun 1986, Perusahaan mendirikan pabrik modern kedua di Jl. Pulo Kambing,
Kawasan Industri Pulogadung ("Pabrik Pulo Kambing"). Karena pertumbuhan penjualan
yang pesat, pada tahun 1995, perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri,
Bogor. Sementara factrory Pulo Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka
Belkosindo Indah. Ini memproduksi kosmetik dengan merek "Mirabella" dan
"Cempaka". Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah Belkosindo digabung dengan perusahaan
sehingga merek "Mirabella" dan "Cempaka" juga dikombinasikan dengan produksi di pabrik
Pulo Kambing. Selanjutnya, Pulo Ayang pabrik dialihkan dan memungkinkan sebagai kantor
penjualan samping untuk perusahaan Distribution Center, yang terletak di Jl. Pulo Ayang No
24-25, Kawasan Industri Pulogadung. 

Pada tahun 1993, Perusahaan mengakuisisi PT Cedefindo, mana bidang usaha utama
adalah Kontrak Manufaktur (Makloon) dalam produk kosmetik, sebagai perluasan bisnis
perusahaan untuk hulu. Selanjutnya, perusahaan menjual aset pabrik di Gunung Putri dan
kemudian terus menjalankan pabrik jamu dengan perjanjian sewa sampai akhir 2011. 

Aktivitas perusahaan utama adalah: 

1. Memproduksi barang kosmetik dan obat tradisional (jamu)


2. Pemasaran dan Niaga kosmetik, perawatan kecantikan dan barang obat tradisional.
3. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh
anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang kosmetik manufaktur kontrak atau makloon
dengan kering, semi-padat, cair, dan aerosol.Selain itu, termasuk layanan formulasi,
pendaftaran, pembuatan bahan baku / kemasan, proses produksi, pengemasan, dan satu-
stop layanan logistik untuk internal Martha Tilaar Group dan eksternal kepada
perusahaan lain.

VISI

Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa (Beauty & Spa) yang terkemuka di dunia
dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan teknologi modern
dan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai tambah
bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya.

MISI

1. Mengembangkan,  memproduksi dan memasarkan produk perawatan kecantikan dan spa


yang bernuansa  ketimuran dan alami dengan standar mutu internasional guna memenuhi
kebutuhan  konsumen di berbagai segmen pasar dari premium, menengah atas,
menengah dan  menengah-bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek
mampu  mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang dimasukinya.
2. Menyediakan  layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi yang seimbang,
termasuk  konsumen dan para penyalur produk.
3. Mempertahankan  kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis.
4. Merekrut,  melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan produktif
sebagai  bagian dari aset Perusahaan.
5. Memanfaatkan  metode operasi, sistim dan teknologi yang efisien dan efektif di seluruh
unit  dan fungsi usaha.
6. Menerapkan ‘Good Corporate Governance’ secara  konsisten demi kepentingan para
pemangku kepentingan (stakeholders).
7. Memberikan  tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang saham.
8. Mengembangkan  pasar kosmetika dan jamu internasional dengan fokus jangka
menengah di kawasan  Asia Pasifik dengan produk dan merek pilihan, dan fokus jangka
panjang di pasar  global.

Saat ini, PT Martini Berto memiliki ± 1600 tenaga kerja, sebagian besar laki-laki ( 960
orang ) , perempuan ( 640 orang ). Perusahaan ini menerapkan sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Sertifikasi

- ISO 14001
Perusahaan ini telah melewati standar mutu ramah lingkungan

Asuransi Pegawai

Setiap pegawai mendapatkan asuransi ASTRA LIFE dan BPJS Ketenagakerjaan


Alur Produksi

Hasil Usaha

1. Segmen A plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar , PAC Martha Tilaar, Jamu garden Martha Tilaar,
Martha Tilaar Solution
2. Segmen A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segmen B
Sariayu Martha Tilaar, Martha Tilaar Caring colours, Belia Martha Tilaar
4. Segmen C
Mirabella, Cempaka, Pesona, Martina.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan
atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002). Sanitasi
adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna
(Depkes RI, 2004).
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif &
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut
pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat
bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkup
hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah

Lingkungan Kerja

Definisi Lingkungan Kerja

Tempat kerja dikenal sebagai lingkungan yang mengandung berbagai sumber bahaya
dan mengancam keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Lingkungan kerja merupakan
kehidupan  sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja
dalam melaksanakan tugasnya (Komarudin 1983). Pada Undang-undang (UU) no.1 Tahun
1970 Tentang Keselamatan Kerja yang salah satu isinya yaitu agar dilakukannya pencegahan
dan pengendalian suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara, dan getaran. Secara luas, UU ini mengamanahkan dilakukanya
pencegahan dan pengendalian Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Faktor – factor Lingkungan Kerja


1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelakan
maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual
(Eyaanoer, 1997)
menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan
intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan dengan
intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari dengan
demikian setiap kenaikan 3 dB maka waktu pemajanannya berkurang
setengahnya. Telingan manusia hanya mampu mendengar frekuensi antara 16-
20.000 Hz.
1) Jenis-jenis kebisingan :
a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise). Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steadt
state, narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas
pesawat terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan,
tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam
seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi
pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau permanen.
3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari
20-20.000Hz.

b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas
cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
 Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis
pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.

c. Iklim dan suhu.


Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah yang
signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang
memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan
merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tbuh sekitara
36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus menrus akan
menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek “heat stress’
(ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan fisik
tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan
menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe
Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah
sbb:
 Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius
dan berat 25 derajat celsius.
 Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat
celsius dan berat 27,9 derajat celsius.
 Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat
celsius dan berat 30 derajat celsius.

d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran lengan/tangan
( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui kaki
( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat
pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah
getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor
tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
 Level(m/dr2)
 Frekuensi (Hz)
 Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
 Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan
white finger serta kelainan otot rangka.
 Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam
sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan
gangg.penglihatan
 Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration
meter.

e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:


1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung
dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak,
kerusakan nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter
personal.

2. Faktor Kimia
a. Bahan-bahan kimia:
 Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas
yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
 Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan
normal.
 Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat
atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
 Kabut
 Debu

b. Efek-efek bahan kimia


 Iritasi
 Reaksi alergi: flour, garlic powder.
 Asfiksia
 Cancer
 Efek sistemik: otak ,peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,
ginjal, paru
 Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan
resiko keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari
bahan kimia yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik
atau gas-gas yang kontak dengan sumber api.

c. Pengukuran.
 Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-
bahan kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang
sudah tesedria di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai
kualitas dan kuantitas.
 Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
d. Nilai ambang batas.
 NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
 Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi

3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
 Infeksi akut dan kronis
 Parasit
 Produk toksik.
 Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
 Irritan.

Klasifikasi faktor biologis meliputi :


1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya
2. Arthropoda. Contoh: crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
5. Protein alergen dari hewan vertebrata
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.

Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:


1. Inhalasi
2. Ingesti
3. Kontak kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut

4. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik
dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek
terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat
dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang
kimia.

Konsep dasar hygiene perusahaan

Pengenalan lingkungan kerja

Mengenali tahap tahap kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan atau proses produksi
(bahan/material, proses kegiatan dan aktifitas kerja). Tujuan nya untuk mengetahui secara
kualitatif dari tahapan/rangkaian kegiatan yang secara potensial dapat membahayakan.
Terdapat dua tipe keadaan bahaya, yaitu bahaya bagi keselamatan dan bahaya bagi kesehatan.

Penilaian lingkungan kerja

Faktor bahaya yang telah dikenali secara kualitatif perlu dinilai secara kuantitatif dengan
cara pengukuran, proses perlindungan secara tehnik dan adminitrasi. Sehingga mengetahui
tingkat bahaya atau kadar faktor bahaya di lingkungan kerja, dan sebagai tolak ukur dalam
penilaian lingkungan kerja adalah NAB (nilai ambang batas)

Manfaat Penilaian Lingkungan:

1. Sebagai dasar untuk mendeteksi kondisi lingkungan kerja berada dalam keadaan yang
secarapotensial membahayakan atau tidak
2. Sebagai data dasar untuk merencanakan alat atau metode pencegahan dan
penanggulangan faktor bahaya lingkungan
3. Sebagai kelengkapan untuk mengkorelasikan sesuatu kasus atau keluhan dengan
pemaparan terhadap faktor bahaya lingkungan
4. Dokumentasi ditaatinnya peraturan K3

Pengendalian lingkungan kerja

Tindakan Pengendalian Bahaya:

1. Eliminasi bahaya: menghilangkan bahaya dan sumbernya


2. Substitusi: modifikasi proses untuk mengurangi bahaya, misalnya dengan mengubah
proses kerja, atau peralatan kerja
3. Reduksi (pengurangan tingkat bahaya):
4. Pemisahan/isolasi:menghilangkan sumber bahaya dengan cara menempatkannya jauh
dari pekerja lainnya
5. Engineering control: mengendalikan bahaya dengan memodifikasi lingkungan kerja
( Penyediaan alat keselamatan, penyediaan alat peringatan)
6. Administration control: mengendalikan bahaya dengan melakukan modifikasiinteraksi
pekerja dengan lingkungan kerjanya.
7. Penyediaan alat pelindung diri (APD)

Monitoring lingkungan kerja

Monitoring kerja dilakukan secara berkesinambungan dengan standar yang berlaku


dengan maksud mengurangi atau menghilangkan paparan berbahaya bagi tenaga kerja.

Tujuan Hygiene Perusahaan


Terdapat beberapa tujuan hygiene perusahaan, yaitu:

1. Meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya melalui pencegahan


dan penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberantas kelelahan kerja,
meningkatkan kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan
masyarakat sekitarnya terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

Lokasi walk through survey : Ruang produksi PT Martina Berto Tbk.


Tanggal dan waktu : 15 Mei 2019; 14:00 – 16:30 WIB
Ruangan yang diamati :

 Powder Pressing Area


 Martha Tilaar Innovation Center Research
 Martha Tilaar Innovation Development Herbal
 Martha Tilaar Innovation Development Cosmetics
 Martha Tilaar Innovation Development Packaging
 Laboratorium Pengawasan Mutu
 Liquid Processing Area
 Liquid Packing Area
 Lipstick Processing
 Lipstick Moulding Area
 Lipstick Flaming Area
 Lipstick Packing Area

Selama proses walk through survey berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap
faktor fisika, faktor biologi, faktor kimia, kebersihan, dan petugas hygiene industri, dan
pengolahan limbah industri.
Faktor Fisik

Faktor bahaya fisik yang kami temukan dalam pengamatan kami adalah:

1. Kebisingan

Faktor bising tidak dapat dinilai mengingat pengamat hanya mengamati dari balik
kaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi faktor kebisingan dengan cara
masuk ke dalam ruangan untuk mengukur derajat kebisingan di sana.

2. Pencahayaan

Sumber penerangan berasal dari sumber sinar matahari dan sumber buatan (lampu).
Sinar matahari masuk melalui jendela yang bersifat tembus cahaya (kaca). Lampu
yang digunakan dalam ruang-ruang produksi merupakan lampu neon dengan cahaya
berwarna putih. Dinding ruangan berwarna putih, sehingga tidak banyak menyerap
sinar. Secara umum, penerangan di ruangan-ruangan tersebut tergolong baik.

3. Suhu/iklim kerja

Semua ruangan menggunakan AC sentral, namun suhu ruangan tidak diketahui.


Berdasarkan pengamatan singkat, seluruh pekerja tidak tampak
kedinginan/kepanasan, sehingga dapat diperkirakan iklim kerja nyaman bagi mereka.

Pada Lipstick Flaming Area, pekerja melakukan pemanasan lipstik menggunakan api
spiritus. Api ini mengeluarkan panas (heat), tetapi suhu ruangan tampak dapat
dikontrol dengan menggunakan pendingin ruangan.

4. Getaran

Sulit dinilai potensi bahaya akibat getaran.

5. Radiasi

Sulit dinilai potensi bahaya akibat radiasi.

Faktor Kimia

Pengamat tidak mendapatkan penjelasan mengenai bahan kimia apa saja yang digunakan
dalam proses produksi. Meskipun demikian, kami dapat mengamati beberapa faktor kimia
dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.
1. Liquid : cairan Alkohol yang disimpan dalam drum ditempatkan di ruang
terbuka di lantai dasar. Sebagai bahan yang mudah meledak, industry memberi label
“bahan kimia mudah meledak”.

2. Bahan-bahan kimia dalam ruangan laboratorium menjadi ancaman kimia bagi


petugas yang kontak langsung.

Faktor kimia gas, kabut, asap, dan fume tidak ditemukan pada observasi.

Faktor Biologi

Setelah melakukan pengamatan di PT. Martina Berto, didapatkan beberapa kemungkinan


terdapatnya faktor-faktor bahaya biologi sebagai berikut:

1. Kemungkinan terdapat mikroba di pendingin ruangan,


2. Kemungkinan terdapatnya mikroorganisme di bagian administrasi Quality Control,
Development Cosmetic, dan Development Packaging.
Berdasarkan pengamatan, PT. Martina Berto menggunakan pendingin ruangan sentral. Dalam
penggunaan pendingin ruangan, harus dilakukan pemeriksaan berkala. Hal ini ditujukan
untuk membersihkan debu-debu yang menempel dan untuk menghindari tumbuhnya
mikroorganisme yang dapat mengganggu kesehatan.
Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh di pendingin ruangan adalah Legionella
pneumophilla. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan pneumonia. Dalam pengamatan
ini, tidak didapat informasi mendetail tentang frekuensi pembersihan pendingin ruangan per
tahun.

Pada beberapa bagian, yaitu Quality Control, Development Cosmetic, dan Development
Packaging, terlihat ruangan administrasi yang menjadi satu dengan area uji coba produk.
Ruangan administrasi yang berisi buku-buku dapat menjadi sumber penularan
mikroorganisme patogenik.

Limbah pabrik

a. Limbah cair
Limbah hasil produksi pabrik diolah dalam beberapa proses, sehingga limbah

tersebut tidak mencemari lingkungan sekitar pabrik. Setelah mengalami beberapa

tahap pemrosesan, didapatkan hasil akhir berupa air yang dapat digunakan untuk

menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Kualitas air diukur dengan adanya ikan

yang ditempatkan di kolam penampungan limbah akhir.

Dalam proses mengolah limbah, air hasil pengolahan tersebut diletakkan

dalam tempat-tempat penampungan air. Seperti diketahui, air dalam penampungan air

merupakan tempat yang baik untuk nyamuk-nyamuk berkembang biak. Sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin. Hal ini untuk

menghindarkan terjadinya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Namun terdapat

kendala yang sama dalam pengamatan kali ini, yaitu kurangnya informasi yang

diberikan mengenai proses pengolahan limbah dan juga informasi mengenai apakah

dilakukan pemeriksaan jentik secara rutin, dan apabila dilakukan berapa frekuensi

pemeriksaan tersebut dilakukan.

b. Limbah padat

Limbah padat dikumpulkan dari setiap bagian produksi kemudian setiap

seminggu sekali diangkut. Namun informasi yang diberikan kurang lengkap.

c. Limbah gas

Tidak diketahui

Petugas Higiene Perusahaan


Personil K3
Total P2K3 : 60 orang
Petugas K3 : 4 orang
PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing masing
AK3 umum, AK 3 kimia; Damkar
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Higiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat dari golongan pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan tersebut, dan masyarakat umum yang merupakan konsumen produk-produk yang
dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, higiene perusahaan merupakan aspek perlindungan
terhadap kesehatan tenaga kerja dan juga merupakan suatu sarana untuk membina dan
mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia (SDM) yang disiplin,
berdedikasi, penuh tanggung jawab, dan mampu bekerja baik secara produktif maupun secara
efisien.
Pada kunjungan perusahaan PT. Martina Berto ini, pengamat mendapatkan beberapa
kekurangan dari segi higiene lingkungan kerja berupa faktor fisik, kimia, dan biologi yang
berpotensi mengakibatkan penyakit bagi pekerja.
Pengolahan limbah pada perusahaan ini sudah tergolong aman untuk lingkungan
ditandai dengan didapatkan sertifikat ISO 14001.
Pengamat mengalami keterbatasan dalam survey kali ini. Pengamat hanya dapat
mengobservasi dari luar ruangan produksi melalui jendela kaca yang tertutup sehingga data
yang didapatkan menjadi kurang maksimal.

Saran
Penerapan higiene perusahaan sebaiknya dioptimalkan oleh setiap perusahaan atau pun
industri agar hasil yang diperoleh oleh perusahaan atau industri juga optimal. Pengendalian
terhadap bahaya pada faktor-faktor yang telah disebutkan tadi sebaiknya dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara pemantauan berkala aspek hiperkes.
Dengan penjabaran di atas sehubungan dengan potensi bahaya yang ditemukan di PT.
Martina Berto ini, diharapkan agar perusahaan ini dapat segera mencari petugas K3 agar
dapat melakukan pengendalian terhadap ancaman bahaya baik fisik, kimia, maupun biologi
sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas.

REFERENSI

1 Indan, Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
2 Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3 Subaris, Heru. 2008.Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
4 Suma’mur. 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung.
5 Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Toko gunung agung.
6 Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai