Disusun Oleh :
dr. Anindita
dr. Aurellius Assisi
dr. Claudia Fetricia
dr. Elbert Aldrin Harijanto
dr. Fitri Hidayah
dr. Friska Wilda Wijaya
dr. Gloria Teo
dr. Greselda
dr. Inge Pradita
dr. Irma Rakmawati Nur Fatimah
dr. Kevin Anggana Chandra
dr. Linda Levina Dharmawan
dr. Maria Mustika Dewanti
dr. Maria Teressa
dr. Susi
dr. Yuliana
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perlindungan dan keselamatan kerja merupakan unsur penting dalam mencapai kondisi
lingkungan kerja yang baik di dalam keseluruhan arus konteks globalisasi ekonomi dewasa
ini. Hiperkes dan keselamatan kerja pada prinsipnya tidak hanya merupakan kebutuhan untuk
mencapai kondisi lingkungan kerja yang baik dan sehat tetapi juga merupakan faktor utama
dan positif di dalam membantu pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.
Setiap tempat kerja mengandung potensi bahaya bagi tenaga kerja sehingga terjadi
kemungkinan terjadi suatu keadaan darurat. Potensi bahaya tersebut meliputi potensi bahaya
fisik, kimia, biologis, ergonomis, mekanis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat
bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus dibuat
sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan
dalam suasana aman dan nyaman.
Iklim kerja, kebisingan, dan pencahayaan merupakan faktor fisik yang memiliki peran
penting di lingkungan kerja. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan
karyawan mudah lelah dan menimbulkan gangguan kesehatan, sedangkan ruangan yang
terlalu yang dingin akan mengakibatkan daya tahan tubuh tenaga kerja berkurang sehingga
para pekerja akan sering sakit. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi,
komunikasi, dan kemampuan berpikir. Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan,
penurunan daya dengar yang mula-mula bersifat sementara dan kemudian bersifat permanen.
Faktor ketiga yaitu pencahayaan penting bagi efisiensi kerja. Hampir semua tempat kerja
selalu membutuhkan pencahayaan yang baik sesuai dengan tingkat ketelitian dan jenis
pekerjaan yang berlangsung di tempat kerja tersebut. Kelelahan mata dapat menimbulkan
rasa kantuk dan berbahaya bila tenaga kerja mengoperasikan mesin-mesin yang berbahaya
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan pengkajian terhadap faktor fisik yang meliputi iklim kerja, kebisingan dan
pencahayaan di PT Martino Berto mengenai permasalahan yang ditimbulkan serta usaha-
usaha yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan Kegiatan
Dasar Hukum
Profil Perusahaan
History
Perusahaan Martino Berto, tbk didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC.Martha Tilaar, (Alm)
Pranata Bernard, dan Theresa Harsini Setiady. Pada tahun 1981, perusahaan mendirikan
pabrik modern pertama di Jl. Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Estate, yang
memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek "Sariayu Martha Tilaar" untuk pertama
kalinya. Pada tahun 1986, Perusahaan mendirikan pabrik modern kedua di Jl. Pulo Kambing,
Kawasan Industri Pulogadung ("Pabrik Pulo Kambing"). Karena pertumbuhan penjualan
yang pesat, pada tahun 1995, perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri,
Bogor. Sementara factrory Pulo Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka
Belkosindo Indah. Ini memproduksi kosmetik dengan merek "Mirabella" dan
"Cempaka". Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah Belkosindo digabung dengan perusahaan
sehingga merek "Mirabella" dan "Cempaka" juga dikombinasikan dengan produksi di pabrik
Pulo Kambing. Selanjutnya, Pulo Ayang pabrik dialihkan dan memungkinkan sebagai kantor
penjualan samping untuk perusahaan Distribution Center, yang terletak di Jl. Pulo Ayang No
24-25, Kawasan Industri Pulogadung.
Pada tahun 1993, Perusahaan mengakuisisi PT Cedefindo, mana bidang usaha utama
adalah Kontrak Manufaktur (Makloon) dalam produk kosmetik, sebagai perluasan bisnis
perusahaan untuk hulu. Selanjutnya, perusahaan menjual aset pabrik di Gunung Putri dan
kemudian terus menjalankan pabrik jamu dengan perjanjian sewa sampai akhir 2011.
VISI
Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa (Beauty & Spa) yang terkemuka di dunia
dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan teknologi modern
dan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai tambah
bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya.
MISI
Saat ini, PT Martini Berto memiliki ± 1600 tenaga kerja, sebagian besar laki-laki ( 960
orang ) , perempuan ( 640 orang ). Perusahaan ini menerapkan sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sertifikasi
- ISO 14001
Perusahaan ini telah melewati standar mutu ramah lingkungan
Asuransi Pegawai
Hasil Usaha
1. Segmen A plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar , PAC Martha Tilaar, Jamu garden Martha Tilaar,
Martha Tilaar Solution
2. Segmen A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segmen B
Sariayu Martha Tilaar, Martha Tilaar Caring colours, Belia Martha Tilaar
4. Segmen C
Mirabella, Cempaka, Pesona, Martina.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan
atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002). Sanitasi
adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna
(Depkes RI, 2004).
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif &
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut
pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat
bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkup
hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
Lingkungan Kerja
Tempat kerja dikenal sebagai lingkungan yang mengandung berbagai sumber bahaya
dan mengancam keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Lingkungan kerja merupakan
kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja
dalam melaksanakan tugasnya (Komarudin 1983). Pada Undang-undang (UU) no.1 Tahun
1970 Tentang Keselamatan Kerja yang salah satu isinya yaitu agar dilakukannya pencegahan
dan pengendalian suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara, dan getaran. Secara luas, UU ini mengamanahkan dilakukanya
pencegahan dan pengendalian Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas
cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis
pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran lengan/tangan
( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui kaki
( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat
pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah
getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor
tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan
white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam
sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan
gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration
meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.
2. Faktor Kimia
a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas
yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan
normal.
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat
atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
Kabut
Debu
c. Pengukuran.
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-
bahan kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang
sudah tesedria di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai
kualitas dan kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.
d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi
3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
Infeksi akut dan kronis
Parasit
Produk toksik.
Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
Irritan.
4. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik
dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek
terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat
dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang
kimia.
Mengenali tahap tahap kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan atau proses produksi
(bahan/material, proses kegiatan dan aktifitas kerja). Tujuan nya untuk mengetahui secara
kualitatif dari tahapan/rangkaian kegiatan yang secara potensial dapat membahayakan.
Terdapat dua tipe keadaan bahaya, yaitu bahaya bagi keselamatan dan bahaya bagi kesehatan.
Faktor bahaya yang telah dikenali secara kualitatif perlu dinilai secara kuantitatif dengan
cara pengukuran, proses perlindungan secara tehnik dan adminitrasi. Sehingga mengetahui
tingkat bahaya atau kadar faktor bahaya di lingkungan kerja, dan sebagai tolak ukur dalam
penilaian lingkungan kerja adalah NAB (nilai ambang batas)
1. Sebagai dasar untuk mendeteksi kondisi lingkungan kerja berada dalam keadaan yang
secarapotensial membahayakan atau tidak
2. Sebagai data dasar untuk merencanakan alat atau metode pencegahan dan
penanggulangan faktor bahaya lingkungan
3. Sebagai kelengkapan untuk mengkorelasikan sesuatu kasus atau keluhan dengan
pemaparan terhadap faktor bahaya lingkungan
4. Dokumentasi ditaatinnya peraturan K3
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Selama proses walk through survey berlangsung, pengamat melakukan observasi terhadap
faktor fisika, faktor biologi, faktor kimia, kebersihan, dan petugas hygiene industri, dan
pengolahan limbah industri.
Faktor Fisik
Faktor bahaya fisik yang kami temukan dalam pengamatan kami adalah:
1. Kebisingan
Faktor bising tidak dapat dinilai mengingat pengamat hanya mengamati dari balik
kaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi faktor kebisingan dengan cara
masuk ke dalam ruangan untuk mengukur derajat kebisingan di sana.
2. Pencahayaan
Sumber penerangan berasal dari sumber sinar matahari dan sumber buatan (lampu).
Sinar matahari masuk melalui jendela yang bersifat tembus cahaya (kaca). Lampu
yang digunakan dalam ruang-ruang produksi merupakan lampu neon dengan cahaya
berwarna putih. Dinding ruangan berwarna putih, sehingga tidak banyak menyerap
sinar. Secara umum, penerangan di ruangan-ruangan tersebut tergolong baik.
3. Suhu/iklim kerja
Pada Lipstick Flaming Area, pekerja melakukan pemanasan lipstik menggunakan api
spiritus. Api ini mengeluarkan panas (heat), tetapi suhu ruangan tampak dapat
dikontrol dengan menggunakan pendingin ruangan.
4. Getaran
5. Radiasi
Faktor Kimia
Pengamat tidak mendapatkan penjelasan mengenai bahan kimia apa saja yang digunakan
dalam proses produksi. Meskipun demikian, kami dapat mengamati beberapa faktor kimia
dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.
1. Liquid : cairan Alkohol yang disimpan dalam drum ditempatkan di ruang
terbuka di lantai dasar. Sebagai bahan yang mudah meledak, industry memberi label
“bahan kimia mudah meledak”.
Faktor kimia gas, kabut, asap, dan fume tidak ditemukan pada observasi.
Faktor Biologi
Pada beberapa bagian, yaitu Quality Control, Development Cosmetic, dan Development
Packaging, terlihat ruangan administrasi yang menjadi satu dengan area uji coba produk.
Ruangan administrasi yang berisi buku-buku dapat menjadi sumber penularan
mikroorganisme patogenik.
Limbah pabrik
a. Limbah cair
Limbah hasil produksi pabrik diolah dalam beberapa proses, sehingga limbah
tahap pemrosesan, didapatkan hasil akhir berupa air yang dapat digunakan untuk
menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Kualitas air diukur dengan adanya ikan
dalam tempat-tempat penampungan air. Seperti diketahui, air dalam penampungan air
perlu dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin. Hal ini untuk
kendala yang sama dalam pengamatan kali ini, yaitu kurangnya informasi yang
diberikan mengenai proses pengolahan limbah dan juga informasi mengenai apakah
dilakukan pemeriksaan jentik secara rutin, dan apabila dilakukan berapa frekuensi
b. Limbah padat
c. Limbah gas
Tidak diketahui
Kesimpulan
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat dari golongan pekerja, masyarakat sekitar
perusahaan tersebut, dan masyarakat umum yang merupakan konsumen produk-produk yang
dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, higiene perusahaan merupakan aspek perlindungan
terhadap kesehatan tenaga kerja dan juga merupakan suatu sarana untuk membina dan
mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia (SDM) yang disiplin,
berdedikasi, penuh tanggung jawab, dan mampu bekerja baik secara produktif maupun secara
efisien.
Pada kunjungan perusahaan PT. Martina Berto ini, pengamat mendapatkan beberapa
kekurangan dari segi higiene lingkungan kerja berupa faktor fisik, kimia, dan biologi yang
berpotensi mengakibatkan penyakit bagi pekerja.
Pengolahan limbah pada perusahaan ini sudah tergolong aman untuk lingkungan
ditandai dengan didapatkan sertifikat ISO 14001.
Pengamat mengalami keterbatasan dalam survey kali ini. Pengamat hanya dapat
mengobservasi dari luar ruangan produksi melalui jendela kaca yang tertutup sehingga data
yang didapatkan menjadi kurang maksimal.
Saran
Penerapan higiene perusahaan sebaiknya dioptimalkan oleh setiap perusahaan atau pun
industri agar hasil yang diperoleh oleh perusahaan atau industri juga optimal. Pengendalian
terhadap bahaya pada faktor-faktor yang telah disebutkan tadi sebaiknya dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara pemantauan berkala aspek hiperkes.
Dengan penjabaran di atas sehubungan dengan potensi bahaya yang ditemukan di PT.
Martina Berto ini, diharapkan agar perusahaan ini dapat segera mencari petugas K3 agar
dapat melakukan pengendalian terhadap ancaman bahaya baik fisik, kimia, maupun biologi
sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas.
REFERENSI
1 Indan, Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
2 Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3 Subaris, Heru. 2008.Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
4 Suma’mur. 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung.
5 Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Toko gunung agung.
6 Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Universitas Hasanuddin.