Anda di halaman 1dari 6

DIAGNOSIS INVAGINASI / INTUSUSEPSI

Diagnosis Klinis
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan radiologi, tetapi diagnosis pasti dari suatu invaginasi adalah ditemukannya suatu
keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya, pada saat dilakukan operasi
laparotomy.
Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi dikenal dengan “Trias Invaginasi”, yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat serang serangan, nyeri menghilang
selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan (colicky abdominal pain).
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah,
kiri bawah atau kiri atas (palpebra abdominal mass).
3. Buang air besar campur darah dan lendir ataupun terjadi diare (red currant jelly stools).
Bila penderita terlambat datang ke rumah sakit, sumbatan atau obstruksi pada usus yang
disebabkan oleh invaginasi dapat menyebabkan perut sangat menggembung atau distensi sehingga
pada saat pemeriksaan sukar untuk meraba adanya massa tumor, oleh karena itu untuk kepentingan
diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi yang lainnya.
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah 1 tahun, sedangkan penyakit
diare umumnya juga terjadi pada anak usia di bawah 1 tahun maka apabila ada pasien datang
berumur di bawah satu tahun dengan keluhan sakit perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi
rewel sepanjang hari atau malam, ada muntah, buang air besar campur darah dan lendir maka dapat
dipikirkan kemungkinan terjadinya invaginasi.

Diagnosis Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah
neutrofil segmen (>70%).
2. Pemeriksaan Radiologi Foto polos abdomen: didapatkan distribusi udara didalam usus tidak
merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan
gambaran “air fluid level”. Dapat terlihat “free air“ bila terjadi perforasi
Foto Polos Abdomen yang menunjukkan dilatasi dari usus halus dan terkumpulnya gas kuadran
kanan bawah dan kuadran atas

Foto Polos Abdomen yang Menunjukkan Gambaran Obstruksi Usus dengan “Air Fluid Level”

Barium enema: dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila
gejala-gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring
appearance.

Barium enema dengan kontras udara menunjukkan intususepsi di caecum


Barium enema menunjukkan intussusepsi di colon desenden
Ultrasonografi: pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan gam-baran target sign pada potongan
melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi.
Pada infeksi rotavirus akut dijumpai gambaran lymphadenopathy dan tampak penebalan dinding
ileum distal. Penebalan dari dinding ileum distal merupakan lead point terjadinya invaginasi.
Karena itu rotavirus diduga mempunyai kaitan dengan terjadinya invaginasi

Gambaran USG Abdomen menunjukkan tanda klasik dari intussusepsi di dalam intussupien

Diagnosis Banding
 Gastro – enteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai perubahan
rasa sakit, muntah dan perdarahan.
 Diverticulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.
 Disentri amoeba, pada keadaan ini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya
obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.
 Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.
 Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali. Pada colok
dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada invaginasi
didapati adanya celah
DIAGNOSIS DISENTRI BASILER

Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan
cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien,
riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pendekatan umum diare akut infeksi bakteri baik diagnosis dan terapeutik
terlihat pada gambar

Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya
leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda
inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi patogen (Salmonella,
Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95%
tergantung dari jenis patogennya.
Penanda yang lebih stabil untuk inflamasi intestinal adalah laktoferin. Laktoferin adalah
glikoprotein bersalut besi yang dilepaskan netrofil, keberadaannya dalam feses menunjukkan
inflamasi kolon. Positip palsu dapat terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi, laktoferin
feses, dideteksi dengan menggunakan uji agglutinasi lateks yang tersedia secara komersial,
sensitifitas 83 – 93 % dan spesifisitas 61 – 100 % terhadap pasien dengan
Salmonella,Campilobakter, atau Shigella spp, yang dideteksi dengan biakan kotoran.
Biakan kotoran harus dilakukan setiap pasien tersangka atau menderita diare inflammasi
berdasarkan klinis dan epidemiologis, test lekosit feses atau latoferin positip, atau keduanya.
Pasien dengan diare berdarah yang nyata harus dilakukan kultur feses untuk EHEC O157 : H7.
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia
darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah
lengkap.
Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak membantu
untuk evaluasi diare akut infeksi.

DAFPUS
Ciesla W.P., Guerrant, R.L. 2003. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et
al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York : Lange Medical
Books.
Dorland, N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC.
Hendarwanto. 1996. Diare akut Karena Infeksi. Dalam: Waspadji, S., Rachman, A.M., Lesmana,
L.A., dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta : Pusat Informasi
dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Jong, W.D., Sjamsuhidayat, R. 2004. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Buku
ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Latief, A., Hassan, R. 2005. Invaginasi. Jilid 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Lung, E. 2003. Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors.
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical
Books.
Mansoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Sastroasmoro. 2008. Pemilihan subyek penelitian. In : Sadstroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis ed 3. Jakarta : Sagung Seto.
World Health Organization. 2007. Acute intussusception in infants and children. Available from :
http://whqlibdoc.who.int/hq/2007/WHO_V&B_02.19.pdf.

Anda mungkin juga menyukai