DISUSUN OLEH :
RENALIS
NIM.
APENDIKSITIS
I. Konsep teori
A. Definisi
Apendisitis atau radang usus buntu adalah kondisi yang disebabkan oleh
adanya peradangan pada usus buntu (apendiks). Usus buntu (apendiks) sendiri
merupakan organ berbentuk kantong yang terhubung ke usus besar dari sisi
kanan bawah perut.Fungsi usus buntu sendiri yaitu mendukung tubuh untuk
menjaga kesehatan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh, terutama pada
anak-anak
B. Etiologi
sumbatan saluran usus buntu oleh infeksi di rongga usus buntu, sehingga
menyebabkan bakteri berkembang dengan cepat dan menimbulkan
peradangan, pembengkakan hingga nanah pada usus buntu. Pembengkakan
dapat menghambat aliran darah pada bagian usus buntu menyebabkan
kematian jaringan yang diikuti oleh pembentukan lubang pada dinding usus
buntu. Sejumlah faktor yang menjadi penyebab radang usus buntu adalah
sebagai berikut:
Kanker dapat terjadi pada setiap bagian dari organ. Dalam kanker
prostat, sebagian besar berasal dari kanker di zona perifer, diikuti oleh pusat
dan zona peralihan. Ini umumnya terjadi, tetapi mungkin kanker multi-fokus
juga muncul di berbagai daerah di prostat pada saat yang sama. Setelah proses
kanker merasuk, menyebar ke leher kandung kemih, saluran ejakulasi dan
vesikula seminalis. Penyebaran ke kandung kemih dan vesikula seminalis
invasi local dari kanker.
D. Kanker yang masih terbatas pada prostat atau masih berada pada tahap
invasive memiliki prognosis yang lebih baik. Tapi setelah kanker berkembang
ke bagian lain dari tubuh, pengelolaan menjadi sulit. Proses penyebaran kanker
dari organ asal ke organ –organ yang jauh seperti hati atau paru-paru atau
tulang disebut metastasis. Dalam banyak kanker, akan melibatkan metastasis
kanker prostat limfadenopati tetapi mungkin juga tanpa limfadenopati.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
G. Komplikasi
a. Abses. Abses atau terbentuknya kantung berisi nanah merupakan
komplikasi yang muncul sebagai usaha alami tubuh dalam menangani
infeksi pada usus buntu. Kantung yang berisi nanah tersebut dapat
ditangani dengan antibiotik atau dengan melakukan penyedotan nanah
dari kantung tersebut. Namun, penderita penyakit usus buntu yang akan
menjalani operasi, abses dan area disekitarnya akan dibersihkan dengan
hati-hati serta diberikan antibiotik.
b. Peritonitis. Peritonitis merupakan infeksi pada lapisan dalam perut atau
peritoneum. Peritonitis dapat terjadi bila usus buntu pecah hingga
infeksi menyebar sampai ke seluruh rongga perut. Pada umumnya
penderita penyakit usus buntu akan merasakan nyeri yang kuat dan
terus menerus pada seluruh bagian perut, demam, hingga detak jantung
yang lebih cepat bila mengalami kondisi ini. Kemungkinan terburuk
bila peritonitis tidak segera mendapatkan penanganan yang baik, adalah
kematian. Peritonitis harus segera diobati dengan pemberian obat
antibiotik dan operasi bedah terbuka secepatnya agar usus buntu dapat
diangkat serta membersihkan rongga perut.
c. Sepsis. Sepsis adalah kondisi dimana bakteri dari usus buntu yang
pecah dan berisiko masuk ke aliran darah. Hal ini merupakan kondisi
yang serius, karena ketika peradangan yang terjadi telah meluas dan
tersebar ke organ-organ tubuh lain, sehingga membutuhkan
penanganan rumah sakit lebih lanjut.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
SDP: Leukositosis diatas 12.000/mm3
Neutrofil meningkat sampai 75%,
Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material
apendiks (fekalit), ileus terlokalisir Kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga 10.000- 18.000/mm3. Jika peningkatan
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah).
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
Ultrasonografi (USG)
CT Scan
Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling)
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi).
Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg
sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis
akut.
Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha ditekuk kuat
atau tungkai diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut
semakin parah (proas sign).
Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa
nyeri juga.
Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang
lagi adanya radang usus buntu.
Pada apendiks terletak pada retrosekal maka uji proas akan
positif dan tanda rangsangan peritoneum akan lebih menonjol
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan definitif appendicitis adalah dengan apendiktomi. Sebelum
dilakukan tindakan apendiktomi, pasien dapat diberikan resusitasi cairan,
analgesik, dan antibiotik intravena.
a. Terapi Suportif. Pada instalasi gawat darurat, klinisi perlu mengevaluasi
pasien dengan keluhan nyeri perut secara cepat dan tepat. Pada pasien dengan
kecurigaan appendicitis, tata laksana secara oral perlu dihindari. Pemasangan
akses intravena (IV) dan resusitasi cairan perlu diberikan pada pasien dengan
memperhitungkan defisit cairan dan kebutuhan pemeliharaan, terutama pada
pasien yang disertai gejala klinis dehidrasi atau septisemia.[3,6]
1) Pemberian analgesik dan antiemetik dapat dipertimbangkan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Walaupun terdapat kontroversi sebelumnya
mengenai pemberian analgesik yang dapat menutupi gejala nyeri perut,
tidak ditemukan bukti ilmiah yang memadai untuk mendukung
penundaan analgesik. Suatu meta-analisis dari 9 uji klinis acak
terkontrol menyatakan bahwa pemberian opioid tidak meningkatkan
risiko penundaan pembedahan.
2) Paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dapat
dipertimbangkan sebagai manajemen nyeri pada pasien dengan
kecurigaan appendicitis, terutama pada pasien yang memiliki
kontraindikasi opioid.[1,6]
b. Pembedahan
Apendektomi yang dilakukan dengan laparoskopi dan laparotomi merupakan
manajemen standar appendicitis. Kedua prosedur tersebut merupakan operasi rutin
dengan risiko cukup rendah. Morbiditas dan mortalitas terutama ditentukan oleh
tingkat keparahan penyakit itu sendiri.
Nyeri akut
Do : Agen pencedera fisik
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
(mis: waspada,
posisi
menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur
Ds :
- Mengeluh nyeri
- Tindakan invasif
- Kerusakan
integritas kulit
Karena Operasi
- Demam
- Kemerahan
- Bengkak
Do : Prosedur Resiko
- Temperatur pembedahan mayor ketidakseimbangan
cairan
(suhu) :
38,1°c
- Pulse (nadi)
:
102x/menit
- Respiratory
(pernafasan):
20x/menit
- Tekanan darah
: 120/80
mmhg
Ds : -
C. Diagnose keperawatan
Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d luka post oprasi
Risiko tinggi infeksi b.d efek prosedur invasif d.d luka
Resiko ketidakseimbangan cairan b.d prosedur pembedahan d.d mual dan
muntah
D. NCP (Nurse Care Planing)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi