Anda di halaman 1dari 110

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja. APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu
kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya.

Alat Pelindung Kepala

Fungsi alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di
udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim. Tutup kepala juga berfungsi untuk menutup rambut
dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu
pembedahan.
Kap harus dapat menutup semua rambut.

Alat Pelindung Mata dan Muka

Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-
partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas,
atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajagasm.
Pelindung mata juga berfungsi melindungi petu
Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).

1
Alat Pelindung Pernapasan

Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih
dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang
berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker,
respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply
Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus
(SCBA), dan emergency breathing apparatus.
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang, dan
semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk
mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk kedalam hidung
atau mulut petugas kesehatan.

Alat Pelindung Tangan

Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi

2
elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan
tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Alat pelindung tangan
juga berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien
dari mikroorganisme pada tangan petugas kesehatan. Alat ini merupakan pembatas fisik
terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti untuk mencegah
infeksi silang.
Jenis Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan
kimia.

Alat Pelindung Kaki

Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir. Alat pelindung kaki juga berfungsi untuk melindungi kaki dari cairan
yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya
peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

3
Pakaian Pelindung

Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti
virus, bakteri dan jamur.
Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme
yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu
pembedahan.
Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls),
Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

Sumber :

4
Daftar Tilik

Alat Pelindung Diri

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran


Universitas Jambi

Kasus : Ny. 23 tahun, dalam observasi anda, saat ini dalam fase kala 2 persalinan, DJJ 140 kali per
menit, his 4-5 x/10, pembukaan lengkap, kepala di HIII-IV. Peragakan persiapan sampai dengan
memakai alat pelindung diri untuk menolong persalinan

Dipersiapkan oleh: dr. Ade Permana, SpOG(K)

5
LANGKAH / TUGAS

I. Sebelum melakukan pertolongan persalinan persiapan : Menyiapkan Larutan DTT dan


alat perlindungan diri
1. Tutup kepala
2. Masker
3. Kaca mata
4. Apron
5. Sepatu
6. Membuka Sarung tangan
II. Prosedur Mencuci tangan
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air
10. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering
11. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran
12. Melakukan pemasangan sarung tangan dengan benar

Jambi,.2017

Pembimbing

6
ASUHAN ANTENATAL

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu
hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga.

Tabel 2.1. Kunjungan pemeriksaan antenatal

MELENGKAPI RIWAYAT MEDIS

Pada kunjungan pertama, lengkapi riwayat medis ibu. Pada kunjungan berikutnya, selain
memperhatikan catatan pada kunjungan sebelumnya, tanyakan keluhan yang dialami ibu selama
kehamilan berlangsung

7
MELENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama:
- Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi napas)
- Berat badan
- Tinggi badan
- Lingkar lengan atas (LILA)
- Muka : apakah ada edema atau terlihat pucat
- Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap, meliputi: kepala, mata, higiene mulut dan
gigi, karies, tiroid, jantung, paru, payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi di daerah areola,
bagaimana kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi terkait uterus), tulang belakang,
ekstremitas (edema, varises, refleks patella), serta kebersihan kulit

Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya:


- Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, pernafasan napas)
- Berat badan
- Edema
- Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya

MELENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI


Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama:
- Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu)
- Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan
lainnya.
- Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks*, uterus*, adneksa*, kelenjar bartholin, kelenjar skene ,
dan uretra (*bila usia kehamilan <12 minggu)
- Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri

Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya:


- Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi
fundus (jika tersedia), atau lihat gambar berikut:

8
Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:
Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak di fundus uteri (dilakukan
sejak awal trimester I)
Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu(dilakukan mulai akhir trimester
II)
Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah uterus (dilakukan mulai akhir
trimester II)
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia
kehamilan >36 minggu)

- Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan > 16
minggu)

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2013.

9
Daftar Tilik Pemeriksaan Antenatal dan Leopold

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran


Universitas Jambi

Kasus :Ny. A. 38 tahun,G1P0A0 Hamil 38 Minggu, Janin Presentasi kepala tunggal hidup. Datang
untukNyNy
ANC. Lakukan pemeriksaan (Leopold)

Standar kompetensi : 3 (tiga)

Dipersiapkan oleh : dr.Hanif M.Noor, SpOG

10
LANGKAH/TUGAS
I SAMBUNG RASA
1. Ucapkan salam dan perkenalan diri, tanyakan identitas ibu

2. Tanyakan tentang
- Riwayat perkawinan
- Riwayat HPHT
- Riwayat penyakit ibu
- Riwayat persalinan
3. Tentukan usia kehamilan dan taksiran persalinan

II PEMERIKSAAN
Umum
- Keadaan umum
- TB, BB
- TTV
- Mata = konjungtiva, sklera
- Kondisi jantung dan paru
- Palpasi hati dan limpa
Pemeriksaan khusus Obstetri
(jika usia kehamilan>20minggu)
4. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada ibu

5. Jelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari pemeriksaan

6. Persilahkan ibu untuk berbaring

7. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut tampak jelas

8. Inspeksi : tinggi fundus uteri, hiperpigmentasi dan striae, bentuk


dan kesimetrisan dinding perut, parut bekas operasi
Palpasi :
Leopold I :
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus.
Angkat jari telunjuk kiri, kemudian atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan
rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.TFU Hitung TBJ
Leopold II :
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser kearah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian2 kecil
(ekstremitas)
Leopold III :

11
Letakkan ujung tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu,
tekan secara lembut secara bersamaan/bergantian untuk menentukan
bagian terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogeny adalah
kepala, sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong
Leopold IV :
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap kebagian kaki ibu
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis
Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus
Perhatikan semua sudut yang dibentuk oleh jari-jari tangan kanan dan kiri
(konvergen atau divergen)
Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
di dekat leher dan bila presentasi bokong usahakan memegang pinggang
bayi. Nilai penurunan kepala dengan palpasi persalinan
Auskultasi : dengar dan hitung frekuensi DJJ pada bagian
punggung janin selama 60 detik
9. Buat kesimpulan Pemeriksaan :.
Ex : janin tunggal, letak memanjang, preskep, puki, TBJ 2600 gram,HIS (-
), kepala teraba 5/5, DJJ (+) 140 kali/menit

Jambi,.2017

Pembimbing

12
KALA II
Tatalaksana Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu:
Mengenali tanda dan gejala kala dua :
- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektumdan/
atau vaginanya.
- Perineum menonjol dan menipis.
- Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Sumber :

13
Daftar TilikAsuhan Persalinan Normal Kala II
Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran Universitas Jambi

Kasus

Ny. 30 tahun, G2P1A0 Hamil 38 minggu, janin tunggal hidup presentasi kepala. Datang
dengan keluhan mules yang semakin sering dan keluarnya lendir bercampur darah dari
kemaluan dari hasil pemeriksaan didapatkan denyut jantung janin 140 dpm, his 4x/10/90
relaksasi baik. Periksa dalam dilatasi serviks 9 cm dengan teraba kepala di HIII. Dalam 2
jam observasi pasien merasaada tekanan pada rektan seperti ingin BAB Perineum tampak
menonjol.

Lakukan langkah pertolongan asuhan persalinan normal

Standar kompetensi : 4 (empat)

Dipersiapkan oleh : dr.Hanif.M.Noor,SpOG

14
LANGKAH / TUGAS

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua:
a. Dorongan meneran
b. Tekanan anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan alat dan bahan untuk menolong persalinan menyiapkan
oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
5. Pakai sarung tangan DTT
6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5%
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
MELAHIRKAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin dalam
keadaan baik dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

15
17. Buka tutup partus set
18. Pakai sarung tangan DTT
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dan dangkal

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat


21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan
lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian Bayi Baru Lahir sebagai berikut sambil menempatkan bayi di
atas perut lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna
kehijauan)?
c. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
d. Apakah tonus otot bayi/bayi bergerak aktif
26. Mengeringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan tubuh bagian lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

16
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin kedua
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intra
muskuler) di 1/ 3 paha atas bagian dista lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari tali pusat. Mendorong isi tali pusat kearah distal(ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat :
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya..

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

Jambi, 2017

Pembimbing

17
KALA III

Kala tiga persalian dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi
plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput janin, persalinan aktif selesai. Karena bayi
sudah lahir, uterus secara spontan berkontraksi keras dengan isi yang sudah kosong.
Normalnya, pada saat bayi sudah dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini
berupa suatu massa otot yang hampir padat dengan tebal beberapa sentimeter diatas segmen
bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian umbilikus.
Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini disertai dengan pengurangan bidang tempat
implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang
mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas,
plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkkannya menyebabkan lapisan desidua
yang paling lemah lapisan spongiosa, atau desidua spongiosa mengalah, dan pemisahan
terjadi ditempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran
tempat implantasi dibawahnya. Pada seksio sesarea fenomena ini mungkin dapat diamati
langsung bila plasenta berimplantasi di posterior.

Pemisahan plasenta amat dipermmudah oleh sifat struktur desidua spongiosa yang longgar
yang dapat disamakan dengan garis perforasi pada perangko. Ketika pemisahan berlangsung,
terbentuk hematoma diantara plassenta yang sedang terpisah dan desidua yang tersisa.
Pembentukan hematoma biasanya merupakan akibat, bukan penyebab akibat pemisahan
tersebut, karena ada beberapa kasus perdarahan dapat diabaikan. Namun, hematoma dapat
mempercepat proses pemisahan. Karena pemisahan plasenta melalui lapisan spongiosa
desidua, bagian dari desidua tersebut dibuang bersama plasenta, sementara sisanya tetap
menempel pada miometrium. Jumlah jaringan desidua yang tertinggal ditempat plasenta
bervariasi.

Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah pelahiran. Brandt dan
peneliti lain, berdasarkan hasil yang diperoleh dari gabungan penelitian klinis lain dan
radiografik, mendukung gagasan bahwa beberapa bagian perifer plasenta mungkin
merupakan bagian yang paling melekat, pemisahan biasanya dimulai dimanapun. Kadangkala
beberapa derajat pemisahan dimulai sebelum kala tiga persalinan yang mungkin menjelaskan
terjadinya kasus-kasus deslerasi denyut jantung janin tepat sebelum ekspulsi janin.

18
EKSTRUSI PLASENTA

Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang diberikan padanya oleh
dinding uterus menyebakan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen bawah uterus
atau bagian atas vagina. Pada beberapa kasus, plasenta dapat terdorong keluar dari lokasi-
lokasi itu akibat meningginya tekanan abdomen, tetapi ibu yang dalam posisi terlentang
sering tidak dapat mendorong keluar plasenta secara spontan. Dengan demikian, diperlukan
cara-cara artificial untuk menyelesaikan stadium ketiga. Metode yang biasa dilakukan adalah
bergantian menekan dan menaikkan fundus sambil melakukan traksi ringan pada tali pusat.

Bila terjadinya pemisahan plasenta tipe central atau biasa hematoma retro plasenta dipercaya
mendorong plasenta menunju rongga uterus pertama, bagian tengah dan kemudian sisanya.
Dengan demikian, plasenta mengalami inversi dan dibebani oleh hematoma tersebut,
kemudian turun. Karena membran sekitarnya menempel kaku pada desidua, plasenta hanya
dapat turun dengan menyeret membran secara perlahan-lahan. Kemudian membran-membran
tersebut mengelupas bagian perifernya. Akibatnya, kantong terbuat oleh membran tersebut
mengalami inversi dan yang muncul di vulva adalah amnion yang mengilap diatas permukaan
plasenta atau ditemukan didalam kantung inversi. Pada proses ini yang dikenal sebagai
ekspulsi plasenta secara mekanisme schultze darah dari tempat plasenta ke dalam kantong
inversi tersebut dan tidak mengalir keluar sampai setelah ekstrusi plasenta. Cara ekstrusi
plasenta yang lain dikenal sebagai mekanisme duncan, yakni pemisahan plasenta pertama kali
terjadi di perifer, dengan akibat darah mengumpul diantara membran dinding uterus dan
keluar dari plasenta. Pada situasi ini, plasenta turun ke vagina secara menyamping dan
permukaan ibu adalah yang petama kali terlihat di vulva.

Sumber :

19
Daftar Tilik Asuhan Persalinan Normal Kala III

Kasus
p
Anda baru saja menolong persalinan pada seorang G2P1A0 hamil 38 minggu,dengan berat lahir 3000
gram,panjang bayi 50 cm,menangis kuat. Sekarang lakukan managemen Kala III aktif

Standar kompetensi : 4 (empat)

Dipersiapkan oleh : dr.Hanif M.Noor.SpOG

20
LANGKAH / TINDAKAN

I. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

21
1. Jelaskan mengenai prosedur Kala III aktif dan resiko yang mungkin timbul

2. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin kedua

3. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

4. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intra muskuler) di 1/ 3 paha atas bagian dista lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).

5. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

6. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

7. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial) secara
hati-hati.

8. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,


minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

9. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua


tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

II. RANGSANGAN TAKTIL (MASASE UTERUS)

10. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uteus berkontraksi (fundus teraba keras)

III. MENILAI PERDARAHAN

22
11. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh.

Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum

IV. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

12. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam

13. . Lakukan inisiasi Menyusui Dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam

14. Lakukan pemeriksaan fisik BBL (timbang dan ukur panjang bayi, suntikkan
vitamin K1 di paha kiri)

15. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, beri imunisasi hepatitis B dipaha
kanan.

V. EVALUASI

16. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

18. Evaluasi dan estimasi jumlah darah

19. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan 30 menit selama jam ke dua pasca persalinan

20. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

VI. KEBERSIHAN,KEAMANAN DAN DEKONTAMINASI

21. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0.5%

22. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0.5%

23. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai

23
24. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang kering dan bersih

25. Pastikan ibu merasa nyaman.

26. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

27. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% , balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit

28. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

29. Melengkapi partograf dan mencatat prosedur yang telah dikerjakan di catatan
medik

30. Menjelaskan seluruh prosedur yang telah dilakukan kepada pasien dan
keluarga

Jambi,.2017

Pembimbing

24
Manual Plasenta

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan
langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya
plasenta secara spontan atau dengan tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila
setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam
waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan
segera.

A. Tanda dan Gejala Retensi Plasenta


1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel
fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak
lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
2. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit

Teknik Manual Plasenta

menurut Crede uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan
4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut
dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar.
Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar.

Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi.


Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat.
Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10

25
mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau
duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan
yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut

Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati
serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi
dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi.
Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil
menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke
plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga,
biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara
dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti
mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang

26
di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian,
kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta

Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada
bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi
sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan
untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan
lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya
laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.

Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka
dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan
perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.

Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan


dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai
tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui
suntikan atau per-oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.

Sumber :

27
DAFTAR TILIK

MANUAL PLASENTA

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


Kedokteran Universitas Jambi

Kasus : P1 Post Partum spontan lahir bayi laki laki 3000 g,A/S 8/9, setelah 30 plasenta
belum lahirsudah diberikan oksitosin 10 unit im dua kali. Perdarahan pervaginam
+.Lakukan penanganan perdarahan pasca persalinan karena retensio plasenta

Standar kompetensi : 3 (Tiga)

Dipersiapkan oleh : dr.Firmansyah, SpOG (K)

28
LANGKAH/TUGAS

I PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


1 Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang
akan melakukan tindakan medik
2 Jelaskan tentang diagnosis dan tatalaksanan prosedur dan informed
consent
3 Mempersiapkan pasien dalam posisi litotomi
4 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Klem kocher
Sarung tangan steril panjang
Celemek
Masker
Kacamata
Sedativ
II PENETRASI KE KAVUM UTERI
5 Beri sedativa dan analgetika
6 Kosongkan kandung kemih
7 Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata
pelindung
8 Cuci tangan dan pakai sarung tangan panjang steril
9 Jepit tali pusat dengan Kocher, tegangkan tali pusat dengan tangan
kiri (sejajar lantai)
10 Tangan kanan masuk melalui introitus vagina secara obstetrik,
menelusuri tali pusat hingga serviks.
11 Tangan kiri menahan fundus, tali pusat dipegang oleh asisten
12 Lanjutkan penetrasi tangan kanan ke kavum uteri, kemudian tangan
obstetri dibuka menjadi seperti memberi salam
13 Menggunakan lateral jari tangan, susuri dan cari pinggir perlekatan
plasenta
III MELEPAS PLASENTA
14 Sisipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus
15 Setelah penyisipan berhasil, gerakkan tangan ke kiri dan kanan
sehingga secara bertahap plasenta dapat dilepaskan dengan tepi luar
jari-jari tangan dalam.
IV MENGELUARKAN PLASENTA
16 Eksplorasi dan pastikan tidak ada sisa plasenta.

29
17 Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat atau memegang pangkal
tali pusat (tahan korpus uteri pada suprasimfisis)
18 Letakkan plasenta pada tempat yang telah disediakan
19 Lakukan masase uterus selama 15 detik, perhatikan kontraksi uterus
dan kemungkinan perdarahan
20 Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan
V DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA
TINDAKAN
21 masukkan bahan dan instrument yang akan dipergunakan lagi,
kedalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%
22 Celupkan tangan ke dalam larutan klorin dan buka sarung tangan
secara terbalik
VI PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Jambi, 2017

Pembimbing

30
Kompresi Bimanual
Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera homorrage
postpartum.dinamakan demikian karena secara literature melibatkatkan kompresi uterus diantara
dua tangan.(varney,2004)
. Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan
perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan sampai uterus
dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan
sesaat tekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah
perdarahan.
Penolong dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksterna sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri.
Dalam melakukan kompresi bimanual eksterna ini, waktu sangat penting, demikian juga
kebersihan. sedapat mungkin ,gantillah sarung tangan atau cucilah tangan sebelum memulai
tindakan ini.
KBE menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua
beah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila
perdarahan berkurang,kompresi diteruskan , pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi. Bila belum berhasil diakukan kompresi bimanual internal.

2. Kompresi Bimanual Interna (KBI)


Ada kalanya setelah kelahiran plasenta terjadi perdarahan aktif dan uterus tidak
berkontraksi walaupun sudah dilakukan menajemen aktif kala III. Dalam kasus ini uterus
tidak berkontraksi dengan penatalaksanaan menajemen aktif kala III dalam waktu 15 detik
setelah plasenta lahir. Tindakan atau penanganan yang dapat dilakukan adalah melakukan
tindakan kompresi bimanual interna,kompresi bimanual eksterna atau kompresi aorta
abdominalis. Sebelum melakukan tindakan ini harus dipastikan bahwa penyebab perdarahan
aadalah atonia uteri,dan pastikan tidak ada sisa plasenta.
Proses penanganan atonia uteri ini merupakan suatu rangkaian tindakan dalam proses
persalinan. Kompresi Bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanik yang digunakan adalah aplikasi
31
tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium ( yang untuk
sementara waktu tidak dapat berkontraksi). Kontraksi miometrium dibutuhkan untuk
menjepit anyaman cabang-cabang pembuluh darah besar yang berjalan diantaranya.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan postpartum
adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk
perdarahan karena retensio plasenta.

Etiologi / Penyebab
Tindakan kompresi bimanual interna ini akibat adanya perdarahan yang disebabkan karena
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
3.Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk
ke dalam kavum uteri

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah
tersebut menjadi kuat.

Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).


1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi
perdarahan tidak berkurang.Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Sumber :

32
Daftar Tilik Kompresi Bimanual Uterus

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

Kasus :

Seorang wanita (28 tahun), Post Partum spontan, lahir bayi laki laki 3200 g, A/S 8/9. Setelah
plasenta lahir maka dilakukan masase fundus uteri selama 15 detik, tetapi kontraksi uterus
lembek dan terjadi perdarahan. Lakukan penanganan tindakan perdarahan pasca persalinan
dengan kompresi bimanual uterus.

Standar kompetensi : 3 (Tiga)

Dipersiapkan oleh : dr.Firmansyah, SpOG (K)

33
LANGKAH/TUGAS
I PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
II PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
Pasien
Penolong
III PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
IV PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
1. Kosongkan kandung kemih
2. Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut kateter dan masukkan
dalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%
3. Pasang spekulum bawah dan atas. Bila diperlukan, pasang spekulum
lateral kiri dan kanan.
4. Tentukan bahwa perdarahan memang keluar melalui ostium serviks,
bukan dari laserasi atau robekan jalan lahir
5. Lepaskan spekulum dan letakkan dalam wadah yang tersedia
6. Bersihkan sarung tangan, lepas dan rendam secara terbalik dalam
larutan klorin 0,9%
7. Cuci tangan danlengan, keringkan dengan handuk
8. Pakai sarung tangan DTT yang baru secara benar
9. Pastikan cairan infus berjalan baik dan uteretonika sudah diberikan
V
10. Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan antiseptik pada
sarung tangan kanan. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Sisihkan
kedua labium majus ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus
11. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada forniks anterior, dorong uterus ke arah
kranioanterior
12. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
13. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
14. Perhatikan perdarahan yang terjadi. Bila perdarahan berhenti,
pertahankan posisi demikian hingga kontraksi uterus membaik. Bila
perdarahan belum berhenti, lanjutkan ke tindakan berikut.
15. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%
16. Cuci tangan dan lengan kanan, keringkan dengan handuk
17. Pakai sarung tangan DTT yang baru secara benar
VI KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
18. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu
19. Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus uteri agat telapak
tangan kiri dapat mencakup dinding belakang uterus
20. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan dapat
menekan korpus uteri bagian depan
21. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri san

34
kanan dan perhatikan perdarahan yang terjadi
22. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti,
lanjutkan ke langkah berikut.
VII DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA
TINDAKAN
VIII PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Jambi,.2017

Pembimbing

35
Penjahitan Robekan Perineum

Menurut kamus Dorland perineum adalah daerah antara kedua belah paha, antara
vulva dan anus. Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Laserasi
perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mochtar, 1998).

Penyebab Robekan Perineum :


a. Faktor Maternal

1) Partus presipitatus
2) Mengejan terlalu kuat
3) Perineum yang rapuh dan oedema
4) Primipara
5) Kesempitan pintu bawah panggul
6) Varises Vulva
7) Kelenturan jalan lahir
b. Faktor Janin

1) Janin Besar
2) Presentasi defleksi
3) Presentasi bokong
4) Distosia bahu
5) Kelainan kongenital seperti Hidrosefalus
c. Faktor Penolong Persalinan

1) Cara memimpin mengejan dan dorongan pada fundus uteri


2) Ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala
3) Anjuran posisi meneran
4) Episiotomi
Penyembuhan luka pada perineum akan lebih sempurna bila pinggirnya lurus dan
otot-otot mudah dijahit. Pada persalinan spontan sering terjadi robekan perineum yang

36
merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan
perineum sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya
persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat kepala janin tampak dari luar dan
mulai meregangkan perineum (Saifuddin, 2007).
Tindakan episiotomi pada masa lalu dilakukan secara rutin terutama pada primipara.
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada
sfingter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Kenyataannya tindakan episiotomi dapat
menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum,
meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari pertama
postpartum (Sumarah, Widyastuti & Wiyati, 2009).

a) Indikasi episiotomi
Menurut Sumarah, Widyastuti & Wiyati, 2009, indikasi episiotomi adalah :
(1) Gawat janin.
(2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.
(3) Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina.
(4) Perineum kaku dan pendek.
(5) Adanya ruptur yang membakat pada perineum.
(6) Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin
tidak masuk kembali kedalam vagina (Saifuddin, 2007).
Episiotomi dilakukan bila perineum sudah menipis dan kepala janin tidak masuk lagi dalam
vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perineum. Ada tiga arah irisan
diantaranya medialis, medio-lateralis dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah supaya tidak
terjadi robekan perineum yang tidak teratur (Mochtar, 1998).

3. Derajat Laserasi perineum


Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu sebagai berikut :
a. Derajat I : luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa
mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik.

37
b. Derajat II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi
perineum.

c. Derajat III : robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani.

d. Derajat IV : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke dinding depan rektum. Penolong asuhan
persalinan normal tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga
atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan (Siswosudarmo & Emilia, 2008, JNPK-KR,
2008).

38
Sumber :

39
DAFTAR TILIK PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


Kedokteran Universitas
M Jambi

Kasus
p

Standar kompetensi : 4 (empat)

Dipersiapkan oleh :Dr. dr. Herlambang, SpOG (K)

40
41
LANGKAH/TUGAS

I PERSIAPAN ALAT
1. Siapakan peralatan untuk melakukan penjahitan :
Wadah DTT berisi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum
jahit,chromic catgut atau catgut no.2/0 atau 3/0,pinset
Spuit 10 cc
Lidokain
2. Posisikan ibu litotomi
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot/senter kearah vulva/perineum ibu
5. Pakai satu sarung tangan
6. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain tanpa epinefrin
7. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan
8. Bersihkan vulva dan perineum
II ANASTESI LOKAL
9 Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan
jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka
10 Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap.
11 Suntikkan cairan lidokain sambil menarik jarum suntik pada tepi luka
daerah perineum
12 Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik
sepanjang tepi luka pada mukosa vagina
13 Lakukan langkah no 10 s/d 13 untuk kedua tepi robekan
14 Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan
hasil optimal dari anestesi
III PENJAHITAN ROBEKAN
15. Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas
batas luka
16. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam
vagina. Ikat dan potomg salah satu ujung dari benang dengan menyisakan
benang kurang lebih 0,5 cm.
17. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur dengan jerat ke
bawah sampai lingkaran sisa himen
18. Tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan himen dan keluarkan
pada sisi dalam luka perineum.
19. Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada subkutis dan otot sampai ke
ujung luar luka
20. Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan
rapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler
21. Bila telah mencapai lingkaran himen, tembuskan jarum ke luar mukosa
vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler
22. Tahan benang dengan klem, tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina
dengan jarak 2mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi
berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan
23. Ikat benang yang di keluarkan dengan benang pada klem dengan simpul
kunci
24. Lakukan kontrol jahitan dengan rectal touche
25. Tutup jahitan dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptik
IV PENANGANAN KALA IV

42
Jambi,.2017

Pembimbing

43
Teknik pertolongan sungsang spontan pervaginam (spontan Bracht)

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus dipenuhi
yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran
berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan
pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan
bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di
fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak
terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan
pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi
ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak
adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan
pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008, p.593).

Persalinan spontan (spontaneous breech) yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan
pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara
bracht :

Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5 cm.
Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 12 his berikutnya fase cepat
dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.
Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin
dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian
belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin (gambar 1).
Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak keperut ibu
(gerak hiperlordosis) sampai kedua kaki anak lahir. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian
belakang dan keempat jari-jari berada pada pinggang janin (gambar 2).
Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan (gerak
mendekatkan bokong anak pada perut ibu) sedikit kearah kiri atau kearah kanan sesuai
dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai
akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir
dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin. Setelah anak lahir,

44
perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan
pervaginam pada presentasi belakang kepala.

Gambar1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

Gambar2 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

45
Gambar Pertolongan persalinan secara bracht

Prognosis

Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala.


Prognosis lebih buruk oleh karena:

Perkiraan besaran sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya peristiwa


after coming head.
Kemungkinan rupture perinea totalis lebih sering terjadi.

Sebab kematian anak:

Tali pusat terjepit saat fase cepat.


Perdarahan intracranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala anak
pada fase lambat kedua.
Trauma collumna vertebralis.
Prolapsus tali pusat.

Sumber :

46
DAFTAR TILIK

MELAHIRKAN BAYI PRESENTASI BOKONG SECARA BRACTH

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Fakultas Kedokteran
M Universitas Jambi

Kasus
p
Ny. 34 tahun, G3P2A0 Hamil 38 minggu, janin tunggal hidup presentasi bokong murni.
Datang dengan keluhan mules yang semakin sering dan keluarnya lendir bercampur darah
dari kemaluan dari hasil pemeriksaan didapatkan denyut jantung janin 140 dpm, his 4-
5x/10/90 relaksasi baik, taksiran berat janin 3000 g. Periksa dalam pembukaan lengkap
dengan teraba bokong di HIII-IV.

Lakukan langkah pertolongan asuhan persalinan normal

Standar kompetensi : 4 (empat)

Dipersiapkan oleh : dr. Panggayuh, SpOG

47
LANGKAH/TUGAS
I Persetujuan tindakan medis
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan
melakukan tindakan medic
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanan pada presentasi bokong
3. Informasikan kepada pasien bahwa setiap tindakan medis mengandung
risiko baik yang telah diduga sebelumnya, maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan
ulang apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan
Persiapan tindakan
Pasien
7. Ibu dalam posisi tempat tidur persalinan
8. Mengosongkan kandung kemih pasien
9. a. Instrumen (bahan dan alat)
Partus set
Hecting set
Oksitosin
Gunting episiotomi
Spuit 3 cc
Lidocain
Kapas DTT
Povidone iodine
Penolong
10. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker, kacamata pelindung
11. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
12 Pakai sarung tangan steril
II. Tindakan pertolongan partus sungsang
13. Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai posisi, pembukaan dan
turunnya bokong adalah hal-hal lain
14. Mengintruksikan pasien agar meneran dengan benar selama ada his (
meneran dengan benar : di mulai dengan menarik dalam. Menutup mulut
dan mengarahkan tenaga keabdomen dan anus. Kedua tangan merangkul
pangkal paha, kepala di tundukan dan melihat ke pusar.

15. Melakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah
tipis.
16. Injeksi oksitosin 2-5 IU im sebgai profilaksis
17. Cara melahirkan bayi :
a) Cara Bracht
o Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjangnya
paha sedangkan jari-jari lain memegang daerah panggul.
18. M.Winckel
o Melonggarkan tali pusat saat pusat lahir dengan jari

48
o Dorongan kristeler pada fundus uteri di mulai bersamaan
dengan tindakan hiperlordosis lakukan hiperlordosis janin
pada saat angulus skapula inferior tampak di bawah simpisis,
dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan, hanya di sesuaika
dengan lahirnya badan bayi
o Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk
hangat, bersihkan jalan nafas, tali pusat di potong
o Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui
(kontak dini)
o Apabila anak lahir sampai pusat tak maju lagi, maka Bracht
dinyatakan gagal dan bahu dapat di lahirkan secara klasik,
Muller atau Lovset serta kepala Mauriceau. Sejak tali pusat
lahir sampai bayi lahir, tidak boleh lebih dari 8 menit.
19. Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
20. Luka episiotomi/robekan perineum di jahit
21. Pemberian obat-obatan sesuai keperluan
III PASCA TINDAKAN
22. Awasi kala IV
23. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
IV DEKONTAMINASI
24. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrument yang akan dipergunakan lagi, kedalam wadah yang mengandung
larutan klorin 0,5%
25. Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah yang tersedia
mengandung larutan klorin 0,5%
26. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan
larutan klorin 0,5%
27. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5% keudian lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
V CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
28. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun di bawah
air mengalir
29. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue yang bersih
VI PERAWATAN PASCA TINDAKAN
30 Periksa kembali tanda vital pasien
31 Jambi,.2017
Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan di dalam
kolom yang tersedia pada catatan medik penderita.

Jambi,.2017
Penguji

Pembimbing

49
Presentasi Bokong Manual Aid
Manual aid adalah janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara manual aid ada 3 tahapan yaitu :
1. Lahirnya boking sampai pusar yang dilahirkan dengankekuatan ibu sendiri
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik,
Mueller, lovset
3. Lahirnya kepala dengan memakai cara mauriceau, dan forcep piper..
1. Persalinan bahu secara Lovset
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan arah jarum jam
sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahir
didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
1) Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas panggul dengan sumbu panggul)
2) Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah depan lebih panjang dibanding
lengkungan dinding sacrum disebelah belakang

50
Tubuh janin dipegang dengan pegangan femuropelvik.
Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan
sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang kembali
menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
2. Persalinan bahu secara klassik
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul sebelah
belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah depan) dan kemudian
melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
Tehnik :

51
Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK


3. Persalinan bahu secara Mueller
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ; disusul
melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul

(kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan
telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

52
(kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari
tangan kiri penolong)

Lengan menunjuk ( didepan dada (menjadi lengan depan).


Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara KLASIK.

Lengan kiri menunjuk kekanan

Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)

53
Menurunkan lengan anak

Sumber :

DAFTAR TILIK
MELAHIRKAN BAYI PRESENTASI BOKONG SECARA
MANUAL AID

Departemen Kebidanan Mdan Penyakit Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

Kasus

Ny. 34 tahun, G3P2A0 Hamil 38 minggu, janin tunggal hidup presentasi


bokong murni. Datang dengan keluhan mules yang semakin sering dan
keluarnya lendir bercampur darah dari kemaluan dari hasil pemeriksaan
didapatkan denyut jantung janin 140 dpm, his 4-5x/10/90 relaksasi baik,
taksiran berat janin 3000 g. Periksa dalam pembukaan lengkap dengan teraba
bokong di HIII-IV.

Lakukan langkah pertolongan asuhan persalinan normal


54
Standar kompetensi : 4 (empat)

Dipersiapkan oleh :dr.Panggayuh,SpOG


LANGKAH/TUGAS
I Persetujuan tindakan medis
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang
akan melakukan tindakan medic
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanan pada presentasi
bokong
3. Informasikan kepada pasien bahwa setiap tindakan medis
mengandung risiko baik yang telah diduga sebelumnya, maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat
penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis
dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan

II Persiapan Sebelum Tindakan


a. Pasien
8. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
9. Mengosongkan kandung kemih pasien

b. Instrumen (bahan dan alat)


Partus set
Hecting set
Oksitosin
Gunting episiotomi
Spuit 3 cc
Lidocain
Kapas DTT
Povidone iodine
c. Penolong
10. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung

11. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir


12. Pakai sarung tangan steril

III Tindakan Pertolongan Persalinan Partus Sungsang


13. Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai posisi, pembukaan dan turunnya
bokong adalah hal-hal lain
14. Mengintruksikan pasien agar meneran dengan benar selama ada his ( meneran
dengan benar : di mulai dengan menarik dalam. Menutup mulut dan
mengarahkan tenaga keabdomen dan anus. Kedua tangan merangkul pangkal

55
paha, kepala di tundukan dan melihat ke pusar.

15. Melakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
16. Injeksi oksitosin 2-5 IU im sebgai profilaksis
17. b) Cara Klasik
o Prinsip : melahirkan bahu belakang lebih dahulu
o Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik di lakukan jika
dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
o Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam dan dilahirkan
sehingga bokong dan kaki lahir.
o Tali pusat di kendorkan
o Bila punggung janin kiri, dengan tangan kiri
o Memegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan
menariknya keatas (dengan tangan kiri dan menariknya kearah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada
di belakang. Atau dengan tangan kanan bila punggung janin
kanan dan menariknya kearah kiri atas ibu, untuk melahirkan
bahu kiri bayi yang berada belakang).
o Memasukkan dua jari tangan kanan/kiri sesuai letak bahu
belakang sejajar dengan lengan bayi untuk melahirkan lengan
belakang bayi. Tangan kiri anak di keluarkan dengan tangan kiri
penolong dan sebaliknya.
o Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki di tarik ke
arah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk
melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.
18. c) Cara Muller
o Prinsip : Melahirkan bahu depan lebih dahulu
o Pengeluaran bahu dan lengan secara Muller di lakukan jika
dengan cara Bracht, bahu dan lengan tidak bisa lahir.
o Melahirkan bahu depan terlabih dahulu dengan menarik kedua
kaki dengan cara yang sama seperti klasik, curam ke arah
bawah kontralateral dari letak bahu depan.
o Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang
sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.

19 d) Cara Lovset ( dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di


belakang kepala /nuchal arm)
o Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi di pegang
dengan kedua tangan.
o Memutar bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit
kearah penunjuk jari tangan yang menjungkit.
o Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan
kekiri/kekanan, beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan
bayi lahir tidak menjungkit, selanjutnya bahu dan lengan dan
bahu dilahirkan secara klasik/Muller
20. e) Ekstraksi kaki
o Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak keadaan janin/ibu
yang mengharuskan bayi segera di lahirkan
o Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusiri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi,
tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki di pegang dengan dua jari dan di tuntun

56
ke luar dari vagina dari batas lutut.
o Kedua tangan penolang memegang betis janin, yaitu , kedua ibu
jari di letakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha
dan jari-jari lain di depan betis, kaki di tarik curam kebawah
sampai pangkal paha lahir.
o Pegangan di pindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan
kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha
dan jari lain di depan paha.
o Pangkal paha di tarik curam kebawah sampai trokhanter depan
lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama
dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua
trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
o Sebaliknya bila kaki belakang yang di lahirkan lebih dahulu,
maka yang akan lebih lahir dahulu ialah trokhanter belakang
dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha di
tarik terus curam ke bawah.
o Setelah bokong lahir maka di lanjutkan cara b atau c atau
d.
21 f) Tehnik ekstraksi bokong
o Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah
turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak
keadaan janin /ibu yang mengharuskan bayi segera lahir
o Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin ,
dimasukkan kedalam jalan lahir dan di letakkan di lipatan
bagian depan. Dengan jari ini lpat paha/krista iliaka di kait dan
di tarik curam ke bawah.
o Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah
simpisis maka jari telunjuk penolong yang yang lain mengait
lipatan paha di tarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
o Setelah bokong lahir bayi di lahirkan secara b atau c atau
d
o Ektraksi bokong lebih berat /sukar dari pada ekstraksi kaki, oleh
karena itu perlu di lakukan perasat Pinnard pada presentasi
bokong murni.
22. Cara melahirkan kepala bayi
23 Cara Mauriceau (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual atau bila dengan
Bracht kepala belum lahir)
o Pada punggung anak di sebelah kiri, badan anak di tunggangkan
pada lengan kiri bagian volait, dan sebaliknya
o Jari tengah dimasukan di mulut dan jari telunjuk dan jari ke
empat menekan fosa kanina di maksila
o Tangan yang lain memegang/mencengkam bahu dan tengkuk
bayi
o Menugaskan seorang asisten menekan fundus uteri secara
Kristeler
o Bersamaan dengan his asisten menekan fundus uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan
lahir didinding jari yang di masukkan untuk menekan
dagu/mulut. Bila suboksiput tampak di bawah simpisis kepala
janin dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehongga lahir dagu mulut dan kepala keseluruhan.
o Pengeluaran kepala bayi dengan forsep Pipper di kerjakan kalau
pengeluaran kepala bayi dengan Bracht/Mauriceau gagal.
Caranya tangan dan badan bayi di bungkus kain steril, diangkat

57
keatas, Forsep Pipper di pasang melintang terhadap pangggul
san kepala kemudian di tarik
24. Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi
25. Luka episiotomi/robekan perineum di jahit
26. Pemberian obat-obatan sesuai keperluan
IV PASCA TINDAKAN
27. Awasi kala IV
28. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas
V DEKONTAMINASI
29. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan instrument
yang akan dipergunakan lagi, kedalam wadah yang mengandung larutan klorin
0,5%
30. Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah yang tersedia mengandung
larutan klorin 0,5%
31. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan larutan
klorin 0,5%
32. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5% keudian lepaskan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
VI CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
33. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun di bawah air
mengalir
34. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue yang bersih
VII PERAWATAN PASCA TINDAKAN
35. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi bila di
perlukan
36. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia pada catatan medik penderita.

Jambi,.2017

Pembimbing

Pembimbing

58
DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetric oleh karena
dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.

Faktor penyebab distosia bahu

FAKTOR TEMUAN DIAGNOSIS


Jalan Lahir Palpasi luar menunjukkan bagian terbawah janin Kesempitan pintu atas
belum masuk pintu atas panggul panggul
Diameter anteriorposterior lebih kecil dari normal
atau pintu atas panggul berbentuk segitiga
Promontorium sangat menonjol
Dinding samping panggul menyempit dan Krista Kesempitan panggul
iliaka sangat menonjol tengah
Arcus pubis kurang dari 90
Sacrum melengkung kedepan dan coccygeus Kesempitan pintu
mengarah pada sumbu jalan lahir baewah panggul
Bayi Taksiran berat badan bayi sangat ekstrim Makrosomia
Presentasi muka (bagian terbawah) Presentasi muka
Dagu berada di belakang dan dasar panggul Mentoposterior
persistens
Sutura sagitalis melintang dengan parietal tertahan Asinklitismus
dipromontorium
Teraba tangan atau lengan disamping kepala atau Presentasi majemuk
bokong

Teraba rusuk dan atau lengan dengan posisi kepala di Letak lintang
lateral
Bahu pada posisi anteroposterior dan tertahan pada Distosia bahu
dasar panggul
Tenaga Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi Inersia Uteri
Ekspulsi Ibu tidak mampu atau tak dapat membuat posisi Ibu kelelahan
efektif untuk mengedan
Lingkaran konstriksi Disproporsi feto-pelvik

59
Komplikasi dari distosia :

A. Komplikasi ibu
Perdarahan
Trauma / cedera jalan lahir Infeksi
B. Komplikasi janin
Asfiksia berat
Ekskoriasi kepala
Sefalhematoma
Perdarahan subgaleal dan ikterus neonatorum berat
Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia dikemudian hari

Sumber:

Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, ed pertama
2013.

Cunningham, Leveno et al. 23rd edition Williams Obstetric. Mc GrawHill Companies.


United States. 2010.)

60
DAFTAR TILIK PROSEDUR DISTOSIA BAHU

DEPARTEMEN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

Kasus :

Standar Kompetensi : 3 (Tiga)


Dipersiapkaan Oleh : dr. Firmansyah, SpOG (K)

61
LANGKAH/ TUGAS

I PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


II PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
- Pasien
- Penolong
- Bayi
III PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
IV TINDAKAN SEBELUM MELAKUKAN DISTOSIA BAHU
V ANESTESI LOKAL DAN EPISIOTOMI
VI MANUVER MC ROBERTS
1. Baringkan ibu terlentang pada punggung
Minta ibu untuk melipat kedua pahanya, sehingga kedua lututnya berada sedekat
2.
mungkin dengan dada. Gunakan kedua tangan untuk membantu fleksi maksimal paha
3. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala bayi kearah bawah
VII MANUVER UNTUK MELAHIRKAN BAHU BELAKANG
Masukkan tangan mengikut lengkung sakrum sampai jari penolong mencapai fosa
4.
antecubiti
5. Dengan tekanan jari tengah, lipat lengan bawah ke arah dada
Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari vagina, kemudian tarik hingga bahu
6.
belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan
7. Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan lengan belakang dilahirkan
Bila bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu belakang ke depan (jangan menarik lengan
bayi tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu depan ke belakang (mendorong
8.
anterior bahu depan dengan jari telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti arah
putaran bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan
VIII DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASKA TINDAKAN
IX PERAWATAN PASKA TINDAKAN

Jambi, ................................2017

Pembimbing

62
EKSTRAKSI VAKUM

Batasan :
Ekstraksi Vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
ventouse

Indikasi :
Ibu : 1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :
Penyakit jantung kompensata
Penyakit paru-paru fibrotic
Janin : Gawat janin

Kontraindikasi :
Ibu : 1. Rupture uteri membakat
2. Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya
payah jantung, preeklamsia berat
Janin : letak muka, After coming head, janin peterm
Alat ekstraksi vakum:
Mangkuk ( cup )
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan
mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. pada dinding
belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator
Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer,
saluran menuju ke pompa penghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang
dilengkapi pentil
Karet penghubung
Rantai penghubung antara mangkok dengan pemegang
Pemegang (extraction handle)
Pompa penghisap (vacuum pump)

Syarat ekstraksi vakum :

63
Pembukaan serviks lengkap
Presentasi kepala
Tenaga meneran ibu kuat
Cukup bulan (aterm)
Tidak ada kesempitan panggul
Anak hidup
Penurunan H-III(+) H-IV
Kepala tidak lebih dari 2/5 diatas simfisis
Ketuban sudah pecah
Alat berfungsi baik

Kriteria ekstraksi vakum gagal


1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali
Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan :
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum
yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk
tidak dapat mencengkam dengan baik
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina,serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik
f. Traksi terlalu kuat
g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung
h. Adanya disporposi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus
diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan diatas dan diusahakan melakukan
koreksi
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahie

Komplikasi
Ibu : perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi
Janin : ekskoriasi kulit kepala, sefalhematom, subgaleal hematom. Hematom ini cepat
diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur

64
dapat menimbulkan icterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala
(scalpneurosis), yang dapat menimbulkan alopesia

Sumber :
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ekstraksi vakum. Dalam Ilmu Bedah Kebidanan; Jakarta;
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; 80-7

65
DAFTAR TILIK EKSTRAKSI VAKUM
Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran Universitas Jambi

Kasus

Ny.30 tahun, hamil aterm dirujuk dengan PK II lama his 3X dalam 10 menit, DJJ 160 x/
menit. Pembukaan lengkap kepala di H3+,lakukan tindakan ekstraksi vakum

Standar kompetensi : 3(Tiga)

Dipersiapkan Oleh : dr. Paryanto, SpOG

66
LANGKAH/TUGAS
I. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
II. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
- Pasien
- Penolong
- Bayi
III. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
IV. TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM
TINDAKAN SEBELUM MELAKUKAN EKSTRAKSI VAKUM
1. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk
2. Pakai sarung tangan DTT
3. Bersihkan vulva dan sekitarnya
4. Lakukan kateterisasi urin bila resiko penuh
5. Cek fungsi dan kemampuan ekstraktor vakum pada tangan
6. Periksa persiapan untuk menolong bayi
7. Lakukan pemeriksaan dalam untuk :
- Memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum
- Menilai sutura sagitalis dan menentukan letak ubun-ubun kecil
V PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
8. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring, pasangkan
Pada kepala bayi.
9. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan
jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi
mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit
diantara mangkok dan kepala
10. Setelah hasil pemeriksaan dinyatakan baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan
dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya
11. Instruksikan sisten untuk menurunkan tekanan secara bertahap
12. Pompa hingga tekanan mencapai - 0,2 kg/cm2, periksa ulang pemasangan
mangkok vakum, kemudian naikkan hingga 0,6 kg,cm2
13. sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak pasien
harus mengedan sekat tenaga dan selama mungkin
VI PENARIKAN
14. Pada fase puncak his, minta pasien untuk mengedan, lakukan penarikan
dengan pengait mangkuk, dengan arah sesuai sumbu panggul dan tegak lurus
terhdapa mangkok.
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah kanan kiri di batas tepi mangkok dengan
kulit kepala bayi
15. Minta asisten untuk melakukan memeriksa denyut jantung janin
Bila belum berhasil pada tarika pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua.
Episiotomi dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk

67
kembali.
Bila tarikan ketiga tidak turun, lakukan rujukan pasien.
Lakukan dengan ekstraktor vakum maksimal 25 menit
16. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga
lahirlah berturut-turut dahi, muka, dagu
17. Lepaskan mangkok vakum setelah kepala lahir dengan melepaskan tekanan
negatif
VII MELAHIRKAN BAYI
VIII LAHIRKAN PLASENTA
IX EKSPLORASI JALAN LAHIR
18. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau
robekan pada dinding vagina di tempat lain
19. Pasang spekulum, ambil klem ovum 2 buah, jepit secara bergantian ke arah
samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
Jika ada robekan, lakukan penjahitan
X PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
XI PERAWATAN PASCA TINDAKAN
20. Periksa kembali tanda vital pasien
21. Catat kondisi pasien pasca tindakan

Jambi, 2017

Pembimbing

KURETASE

68
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi atau serangkaian proses pelepasan
jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan
memanipulasi/menggunakan instrumen (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.

Tujuan Kuretase
a. Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim
Yaitu mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga dapat diketahui
penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi misalnya perdarahan pervaginam
yang tidak teratur, perdarahan hebat, kecurigaan akan kanker endometriosis atau
kanker rahim, pemeriksaan kesuburan/fertilitas.
b. Kuret sebagai terapi
Yaitu bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran kehamilan
dengan cara mengeluarkan hail kehamilan yang telah gagal berkembang,
menghentikanperdarahan akibat mioma dan polip dari dalam rongga rahim,
menghentikan perdarahan akibat gangguan hormone dengan cara mengeluarkan
lapisan dalam mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran,
tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proes persalinan, hamil
anggur, menghilangkan polip rahim.

Instrumen yang disiapkan, antara lain:

Tenakulum
Spekulum cocor bebek
Spekulum Sims/L
Klem ovum/Foerster
Cunam tampon
Set sendok kuret
Set dilatator serviks
Sonde uteri

69
Komplikasi dilakukannya Kuretase
a. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligatum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus
harus ditetapkan terlebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks jangan digunakan tekanan yang berlebihan.
b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksaan maka dapat timbul robekan
pada serviks dan perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka
akibat yang segera timbul adalah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina.
c. Perlekatan dalam kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan sampai terkerok, karena hal itu dapat
menyebabkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah
dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kassa kedalam uterus dan vagina

Sumber :

70
DAFTAR TILIK KURETASE

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


Kedokteran Universitas Jambi

Kasus

Ny. 30 thn,abortus inkomplit pada hamil 8 minggu,lakukan kuretase

Standar kompetensi : 3 (Tiga)

Dipersiapkan oleh :Dr.dr. Herlambang, SpOG

71
LANGKAH/TUGAS
I. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
II. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
1. Cairan dan selang infuse sudah dipasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air sabun
2. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
3. Medikamentosa
a. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin HcL 0,5 mg/kg BB, Tramadol
1-2 mg/kg BB)
b. Sedative (Diazepam 10 mg)
c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
4. Larutan antiseptic (Povidon Iodin 10%)
5. Oksigen dengan regulator
6. Instrumen
a. Cunam tampon : 1
b. Klem ovum (Foerster/Fenster Clampf) lurus : 1
c. Sendok kuret pascapersalinan : 1
d. Spekulum Sims atau L dan kateter karet : 2 dan 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik no. 23 (sekali pakai) : 2
B. PENOLONG ( Operator dan Asisten)
7. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker, kacamata pelindung : 3 set
8. Sarung tangan DTT/Steril : 4 pasang
9. Alas kaki (Sepatu/bobot karet) : 3 pasang
10. Instrumen
a. Lampu sorot : 1
b. Mangkok logam : 2
c. Penampung darah dan jaringan : 1
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
11. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga siku, dibawah air mengalir
12. Keringkan tangan dengan handuk DTT
13. Pakai baju dan als kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung
14. Pakai sarung tangan DTT/Steril
15. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alat bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah, fiksasi klem kain
D. TINDAKAN
16. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgenetika
17. Lakukan kateterisasi kandung kemih
18. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan bukaan serviks,
besar, arah dan konsistensi uterus
19. Bersihkan dan laukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin
20. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
21. Masukkan spekulum sims/L secara vertikal ke dalam vagina, setelah itu itu putar
ke bawah sehingga posisi bilah menjadi transversal
22. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah
23. Dengan sedikit menarik spekulum bawah masukkan bilah spekulum atas secara
vertikal kemudian putar dan tarik ke atas hingga jelas terlihat serviks 72
24. Minta asisten untuk memegang spekulum atas
25. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina, tentukan bagian serviks yang akan
dijepit
26. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas
27.
28. Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkung uterus dengan penera kavum uteri.
Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan
serviks hingga menyentuh fundus
29. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam, hingga
bersih
30. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina
bagian belakang
31. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks
32. Lepaskan sepkulum bawah
33. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
34. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptic
III DEKONTAMINASI
IV CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
V PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Jambi, .. 2017

73
ASPIRASI VAKUM MANUAL

Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi
pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri dengan
tekanan negatif (vakum) sebesar 1 atm atau 660 mmHg.
Perlengkapan
Instrumen yang disiapkan antara lain:
1. Tabung dengan volume 60 mL.
2. Pengatur katup (1 atau 2 buah).
3. Toraks dan tangkai penarik/pendorong.
4. Penahan toraks (collar stop) di pangkal tabung.
5. Silikon pelumas cincin karet.
6. Kanula steril dengan 2 lobang di ujungnya. Kanula terdapat dalam ukuran kecil (4,5, dan 6
mm) dan besar (6, 7, 8, 9, 10 dan 12 mm).
Persiapan
1. Upaya pencegahan infeksi: cuci tangan dengan sabun atau air mengalir (sebelum dan setelah
prosedur), gunakan peralatan steril atau DTT, usap vagina dan serviks dengan antiseptik serta
gunakan teknik tanpa sentuh.
2. Periksa fungsi isap (tekanan negatif) tabung AVM.
3. Pastikan kesiapan tindakan gawat darurat.
4. Buat tekanan negatif (vakum) di dalam tabung AVM.
Komplikasi:
Perforasi
Perdarahan
Infeksi
Anjurkan pasien segera kembali ke dokter bila ditemukan:
Nyeri perut lebih dari beberapa hari
Pingsan
Perdarahan berlanjut >2 minggu
Perdarahan lebih dari haid
Demam
Menggigil

74
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2013.

DAFTAR TILIK PROSEDUR ASPIRASI VAKUM MANUAL

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


Kedokteran Universitas Jambi
p

ASPIRASI VAKUM MANUAL

Kasus

Ny.30 tahun, hamil aterm dirujuk dengan PK II lama his 3X dalam 10 menit, DJJ 160 x/
menit. Pembukaan lengkap kepala di H3+,lakukan tindakan aspirasi vakum manual

Standar kompetensi : 3(Tiga)

Dipersiapkan Oleh : dr. Paryanto,SpOG

75
LANGKAH/TUGAS

76
I. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
II. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
E. PASIEN
1. Cairan dan selang infuse sudah dipasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air sabun
2. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
3. Medikamentosa
d. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin HcL 0,5 mg/kg BB, Tramadol
1-2 mg/kg BB)
e. Sedative (Diazepam 10 mg)
f. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
4. Larutan antiseptic (Povidon Iodin 10%)
5. Oksigen dengan regulator
6. Instrumen
f. Cunam tampon : 1
g. Klem ovum (Foerster/Fenster Clampf) lurus : 1
h. Sendok kuret pascapersalinan : 1
i. Spekulum Sims atau L dan kateter karet : 2 dan 1
j. Tabung 5 ml dan jarum suntik no. 23 (sekali pakai) : 2
F. PENOLONG ( Operator dan Asisten)
7. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker, kacamata pelindung : 3 set
8. Sarung tangan DTT/Steril : 4 pasang
9. Alas kaki (Sepatu/bobot karet) : 3 pasang
10. Instrumen
d. Lampu sorot : 1
e. Mangkok logam : 2
f. Penampung darah dan jaringan : 1
G. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
11. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga siku, dibawah air mengalir
12. Keringkan tangan dengan handuk DTT
13. Pakai baju dan als kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung
14. Pakai sarung tangan DTT/Steril
15. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alat bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah, fiksasi klem kain
H. TINDAKAN
16. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgenetika
17. Lakukan kateterisasi kandung kemih
18. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan bukaan serviks,
besar, arah dan konsistensi uterus
19. Bersihkan dan laukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin
20. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru
21. Masukkan spekulum sims/L secara vertikal ke dalam vagina, setelah itu itu putar
ke bawah sehingga posisi bilah menjadi transversal
22. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah
23. Dengan sedikit menarik spekulum bawah masukkan bilah spekulum atas secara
vertikal kemudian putar dan tarik ke atas hingga jelas terlihat serviks
24. Minta asisten untuk memegang spekulum atas
25. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina, tentukan bagian serviks yang akan
dijepit

77
26. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas
27.
28. Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkung uterus dengan penera kavum uteri.
Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan
serviks hingga menyentuh fundus
29. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam, hingga
bersih
30. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina
bagian belakang
31. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks
32. Lepaskan sepkulum bawah
33. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
34. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptic
III DEKONTAMINASI
IV CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
V PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Jambi, 2017

Pembimbing

78
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Simptomatologi untuk kasus-kasus ginekologi berkisar antara 3 gejala : 1). perdarahan 2).
rasa nyeri 3). pembengkakan
Letak Penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :
1) Letak litotomi
Letak ini paling popular, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring di atas meja gin, sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan
tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam posisi mengangkang (gambar)
Dengan penerangan lampu sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat jelas dan
pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat dilakukan. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan dengan pemeriksa duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya
pemeriksa berdiri.
2) Letak miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan
lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan
insekulo.
3) Letak Simm
Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul membuat sudut
miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian
penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih
mudah dilakukan.

79
Pemeriksaan Genetalia Eksterna
Dengan inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari genetalia
eksterna, perineum, anus dan sekitarnya ; dan apakah ada fluor albus, atau darah. Apakah
himen masih utuh dan klitoris normal.
Pemeriksaan dengan Spekulum
Setelah dilakukan inspeksi alat genital, untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat
dilakukan pemeriksaan dengan speculum, terutama apabila akan dilakukan sitologi vagina.
Namun ada juga yang memulai dengan pemeriksaan bimanual terlebih dahulu. Untuk wanita
yang belum pernah melahirkan dipilih speculum yang kecil, atau pada anak kecil apabila
memang diperlukan memenggunakan speculum paling kecil sesuai dengan kecilnya introitus
vagina.
Cara pemasangan Spekulum
Spekulum Simm
Dipasang terlebih dahulu ke dalam vagina bagian belakang. Mula-mula ujung
speculum dimasukkan agak miring ke dalam IV, didorong ke dalam sedikit, dan diletakkan
melintang dalam vagina; lalu speculum ditekan ke balakang dan didorong lebih dalam lagi,
sehingga ujung speculum menyentuh puncak vagina di fornik posterior. Setelah speculum
pertama dipasang, maka pemasangan speculum kedua yang lebih kecil menjadi sangat
mudah; ujungnya diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan. Biasanya portio

80
langsung tampak dengan jelas. Apabila portio menghadap terlampau ke depan atau ke
belakang, maka posisi speculum disesuaikan, sehingga letak portio tepat di tengah speculum.
Spekulum Cocor Bebek
Dalam keadaan tertutup, speculum dimasukkan ujungnya ke dalam IV sedikit miring,
kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan didorong masuk lebih dalam
ke arah fornik posterior sampai di puncak vagina. Lalu speculum dibuka melalui mekanik
pada tangkainya. Dengan demikian dinding vagina depan dipisah dari yang belakang, dan
portio tampak jelas. Apabila portio belum tampak jelas, posisi speculum dapat disesuaikan.
Waktu speculum dibuka daun depan tidak menyentuh portio karena agak lebih pendek dari
daun belakang. Dengan menggunakan speculum, periksa dinding vagina (rugae, Ca, fluor
albus), dan portio ( bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio, peradangan, polip,
tumor atau ulkus, juga perhatikan warna, dan OUE membuka / menutup ) Selain itu dengan
speculum dapat dilakukan usap vagina dan usap servik untuk pemeriksaan sitologi, getah
kanalis servikalis untuk pemeriksaan GO, dan getah dari fornik posterior untuk pemeriksaan
trikomoniasis dan kandidiasis. Dapat juga digunakan untuk pelepasan AKDR.

Sumber : Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008

81
Daftar Tilik Pemeriksaan Ginekologi

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran


Universitas Jambi

Kasus :

Standar kompetensi : 3 (tiga)

Dipersiapkan oleh : dr. Firmansyah, SpOG

82
LANGKAH/TUGAS
A PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Jelaskan tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan
Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
B PERSIAPAN BAHAN DAN PERALATAN
2. Pasien : kapas dan larutan antiseptik, kateter nelaton, spekulum, meja instrumen,
ranjang ginekologi, lampu sorot
Pemeriksa : sarung tangan DTT, apron dan baju periksa, sabun dan air bersih,
handuk bersih dan kering
C MEMPERSIAPKAN PASIEN
3 Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
4 Persilahkan pasien untuk berbaring di meja ginekologi
5 Atur pasien pada posisi litotomi
6 Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar
7 Cuci tangan dan pakai sarung DTT
D PEMERIKSAAN
8 Basahi kapas dengan larutan antiseptik, bersihkan pada vulva, vagina dan perineum
9 Inspeksi pada daerah vulva dan perineum
10 Buka celah antara kedua labium majus, perhatikan muara uretra dan introitus. Raba
dan telusuri labium majus dengan ibu jari dan telunjuk
11 Masukkan spekulum secara gentle, nilai ukuran dan warna porsio, dinding dan
sekret vagina atau forniks.
12 Keluarkan spekulum secara gentle dan letakkan pada tempat yang sudah disediakan
13 Lakukan vaginal touche, dan nilai besar uterus, konsistensi dan arahnya, konsistensi
serviks, tanda hegar dan parametrium
14 Keluarkan tangan secara perlahan
15 Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
mengambil tempat duduk
E PENCEGAHAN INFEKSI
16. Masukkan semua peralatan ke dalam larutan klorin
17. Celupkan tangan ke dalam larutan klorin dan buka sarung tangan
18. Cuci tangan dengan sabun dan air megalir
19 Keringkan dengan menggunakan handuk
E PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN

83
Jambi, ............................................ 2017

Pembimbing

PEMERIKSAAN
PAP SMEAR

A. Definisi
Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan yang dilakukan dibawah mikroskop
cahaya dimana dilakukan pemeriksaan sel yang diusap dari sel serviks.

B. Interpretasi Hasil Pap Smear


Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear,
sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem
Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano,
1993), yaitu:
Kelas I : Tidak ada sel abnormal.
Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
ringan sampai sedang.
Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
Kelas V : Keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika
Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap
Smear terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang
dari sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement membrane dari epithelium.

84
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui
beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001.
Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS).
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL).
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL).
d. Squamous Cells Carcinoma.
2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
Tabel klasifikasi Lesi prakanker (diambil dari HOGI, panduan pelayanan kilnik 2013)
ASCUS : Atypical Squamous of Undetermined Significance

ASCH : Atypical Squamous cell cannot exclude a high grade squamous


epithelial lesion
LISDR : Lesi intraepitel skuamosa derajad rendah (LSIL: Low grade
intraephitelial lesion)

85
LISDT : Lesi intraepitel skuamosa derajad tinggi (HSIL: High grade
Intraephitelial lesion)
Sumber :

Daftar Tilik Genitalia discharge, endocervical swap dan


scrapping

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


p
Kedokteran Universitas Jambi

Ny. 38 th para 2, datang dengan keluhan keputihan yang berulang.


Lakukan swab serviks dan pap smear

Standar Kompetensi : Dapat melakukan secara mandiri

Dipersiapkan Oleh : dr.Panggayuh,SpOG

86
LANGKAH/TUGAS
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
1 Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan
melakukan tindakan medik
2 Jelaskan tentang kemungkinan diagnosis dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3 Informasikan kepada pasien bahwa tindakan medis yang dilakukan akan sedikit
tidak nyaman
4 Pastikan pasien dan keluarga telah mengerti dengan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
5 Jika perlu mintalah persetujuan secara tertulis
B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
6 Instrumen dan medikamentosa
1. Kasa steril
2. Sarung tangan
3. Larutan klorin
4. Tampon tang
5. Spekulum ukuran s,m, l
6. Obyek glass
7. Kaca penutup obyek glass
8. Spatula aire
9. Cyto brush
10. Kapas lidi
11. Alkohol 96%
12. KOH
13. Gentian violet
14. Mikroskop
C CARA KERJA
7 Pasien berbaring di meja ginekologi dan diposisikan secara ginekologis
8 Dokter ataupun tenaga medis duduk dengan pandangan lurus ke vagina ( gunakan
masker)
9 Bersihkan kemaluan luar dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi dengan
saflon mulai dari anterior ke posterior ( cukup satu kali usapan)
10 Gunakan speculum yang sesuai
11 Pasang speculum dan tampakan portio secara jelas
12 Minta asisten untuk menyiapkan 2 gelas obyek dan spatula aire, cytobrush, lidi
kapas
13 Dengan menggunakan spatula aire lakukan swap di mulut serviks secara gentle
(Putar spatula aire 360 derajat searah jarum jam)
14 Pulaskan hasil swap di gelas obyek
15 Dengan menggunakan cytobrush lakukan swap di endoserviks secara gentle

87
(putar cytobrush 180 derajat berlawanan arah jarum jam)
16 Pulaskan hasil seap di gelas obyek, lakukan fiksasi dengan merendam gelas
obyek di dalam larutan alcohol 96%
17 Lakukan swap lendir serviks dan vagina dengan lidi kapas
18 Pulaskan hasil swap pada gelas objek, teteskan KOH dan tutup dengan penutup
gelas obyek
19 Bersihkan vagina dan mulut serviks

20 Lepaskan speculum secara gentle, dan rendam dalam larutan klorin

21 Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan

22 Buat catatan rekam medis pasien

Jambi, ................................................. 2017

Pembimbing

88
PEMERIKSAAN
INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA TEST)

A. Definisi
Inspeksi visual dengan asam asetat adalah pemeriksaan serviks secara langsung
dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat pembesar setelah serviks diusap dengan
asam asetat 3-5%.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prakanker atau
kanker melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih, yang disebut acetowhite.
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan
yang atipik.

89
Sumber :

Daftar Tilik Inspeksi Visual Asam Asetat


Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran
Universitas Jambi
p

Ny. 38 th para 2, datang dengan keluhan keputihan yang berulang. Post coital bleeding
setelah dilakukan swab serviks dan pap smear,dilakukan inspeksi visual asam asetat

Standar kompetensi : Dapat melakukan secara mandiri

Dipersiapkan oleh :dr. Firmansyah, SpOG

90
LANGKAH/TUGAS
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
1 Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan
melakukan tindakan medis
2 Jelaskan tentang kemungkinan diagnosis dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3 Persiapkan Alat dan bahan :
- Sarung tangan steril
- Air DTT
- Spekulum
- Lidi kapas
- Larutan asam asetat 5%
- Lampu
- Meja ginekologi
- Kassa
4 Posisikan ibu pada posisi litotomi
5 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6 Bersihkan genitalia eksterna menggunakan kassa steril dan air DTT
7 Lakuan inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
8 Masukkan spekulum secara gentle hingga porsio terlihat secara jelas
9 Gunakan lidi kapas untuk membersihkan sekret, cairan, darah
10 Identifikasi daerah sambungan skuamo-kolumnar (zona transformasi) dan
area disekitarnya
11 Semprotkan asam asetat 5% atau oleskan dengan lidi kapas yang sudah
dibasahi asam asetat 5% ke portio, tunggu 1 2 menit
12 Nilai perubahan warna pada portio khususnya pada sambungan skuama
kolumnar

91
13 Normal : tidak terdapat perubahan warna pada portio, khususnya pada
sambungan skuama kolumner
Tidak normal : terdapat perubahan warna pada portio khususnya pada
sambungan skuama kolumnar berupa plak keputihan (aseto white)
14 Setelah pemeriksaan selesai lepaskan kembali spekulum secara gentle
15 Rendam spekulum dalam larutan klorin
16 Celupkan tangan ke dalam larutan klorin dan buka sarung tangan

17 Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai


18 Catat hasil pemeriksaan
19 Jelaskan hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya

Jambi, .......................................... 2017

Pembimbing

92
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
Profil :

Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (10 tahun)


Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
Dapat dipakai oleh semua perempuan usis reproduksi.
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual
(IMS) Jenis :
AKDR CuT-380A
NOVA T (Schering)

Cara Kerja :

Menghambat kemampuan sperma


untuk masuk ke tuba falopii.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri.
AKDR bekerja terutama mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
Memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus.
Gambar 1. Jenis AKDR

Keuntungan :

Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.


Sangat efektif (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
AKDR dapat efektif segera setelah pemaangan.
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A).
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

93
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian :

Efek samping yang umum terjadi :


- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
- Saat haid lebih sakit.
Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
- Perforasi dinding uterus ( sangat jarang terjadi jika pemasangan benar).
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan.
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.

Gambar 2. Cara pemasangan AKDR

94
Yang dapat menggunakan AKDR :

Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
Setelah melahirkan dan tidak menyususi bayinya
Setelah abortus dan tidak mengalami infeksi.
Resiko rendah IMS
Tidak menghendaki metode hormonal
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR :

Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)


Prdarahan vagina yang tidak diketahui.
Sedang menderita infeksi alat genital
Tiga bulan terakhir memiliki riwayat menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
Penyakit trofoblas ganas.
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genitas
Ukuran rongga Rahim kurang dari 5 cm.

Waktu penggunaan :

Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca
persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL)
Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

95
Sumber :

Daftar Tilik Keterampilan Klinik IUD

Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas


Kedokteran Universitas Jambi
p

Kasus

Ny. 29 thn P2 nifas hari ke 40. Datang untuk konsultasi KB,lakukan konsultasi KB Post Partum
dan lanjutkan dengan pemasangan IUD

Standar Kompetensi : 3(Tiga)

Dipersiapkan Oleh : Dr.dr. Herlambang,SpOG(K)

96
LANGKAH / TUGAS
A. KONSELING PRA PEMASANGAN
B. PERSIAPAN
Siapkan peralatan dan instrumen
1. Spekulum
Tenakulum
Sonde uterus
Korentang
Gunting
Mangkuk untuk larutan antiseptik
Sarung tangan DTT
Povidon iodine
Kassa
Lampu
AKDR (CuT 380A) dalam kemasan steril
2. Posisikan pasien dalam posisi litotomi.
3. Pastikan pasien telah mengosongkan kandung kemihnya.
4. Siapkan lampu untuk penerangan pada pemeriksaan
5. Cuci tangan dan pakai sarung tangan DTT
6. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna
Untuk memeriksa apakah ada ulkus ataupun pembengkakan kelenjar bartolin.
7. Lakukan pemeriksaan bimanual :
Pastikan gerakan serviks bebas
Tentukan besar dan posisi uterus
Pastikan tidak ada kehamilan

97
Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
8. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang ke tempat sampah yang sudah di
tentukan.
9. Untuk sarung tangan pakai ulang , rendam dengan larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi
PEMASANGAN IUD COPPER T 380 A
Tindakan Pra Pemasangan
1. Masukan lengan IUD CuT 380 A di dalam kemasan sterilnya
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan DTT
3. Pasang spekulum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
4. Jepit serviks dengan menggunakan tenakulum
5. Masukan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no tauch
technique), dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus
6. Keluarkan sonde dan ukur kedalaman rongga uterus
7. Atur letak pembatas berwarna biru pada tabung inserter sesuai dengan
kedalaman kavum uteri.
8. Buka seluruh penutup transparan, pegang tabung inserter dalam posisi
horizontal agar pendorong tidak terjatuh.
9. Pegang tenakulum, masukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh
OUE
10. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong.
11. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter.
Setelah pendorong keluar, dorong secara perlahan tabung inserter sampai
pembatas menyentuh serviks.
12. Tarik keluar sebagian tabung inserter dan gunting benang AKDR kira-kira 3
4 cm dari ostium serviks.
13. Keluarkan seluruh tabung inserter
14. Lepaskan tenakulum.
15. Periksa serviks dan bila ada pendarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum,
tekan dengan kassa.
16. Keluarkan spekulum dengan hati hati

98
17. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai.
Tindakan pasca pemasangan
1. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai kedalam larutan klorin selama
10 menit untuk dekontaminasi
2. Buang bahan bahan yang sudah tidak di pakai lagi ( kassa, sarung tangan
sekali pakai ) ketempat yang telah disediakan
3. Untuk sarung tangan pakai ulang, celupkan kedua tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin, kemudian dengan cara
membalikkan dan rendam dalam larutan klorin tersebut
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan.
6. Buat rekam medic dan lengkapi kartu IUD untuk klien

Jambi, 2017

Pembimbing

99
KONTRASEPSI IMPLAN
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat
mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh
The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk
mengembangkan teknologi kontrasepsi.

JENIS KONTRASEPSI

1. Norplant (terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg levonorgestrel)
2. Jadelle (Norplant II)
3. Implanon (kontrasepsi subdermal kapsul tunggal mengandung etonogestrel)
4. Implant lainnya (Nestorone)

Gambar 1. Norplant Gambar 2. Jadelle Gambar 3. Implanon

MEKANISME KERJA

Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara, seperti kontrasepsi


progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mucus serviks sehingga
tidak dapat dilewati oleh sperma.

100
Gambar 4. Bagian-bagian trocar Gambar 5. Cara memasukkan trokar

EFEK SAMPING

Pemakaian klinik pada lebih dari 4 juta perempuan di 30 negara menunjukkan bahwa
tingkat ditoleransi dari sebagian besar perempuan terhadap Implan-2 adalah sangat tinggi.
Keuntungan utama dari implant-2 adalah tidak mengandung esterogen yang menyebabkan
berbagai efek samping pada pemakaian pil kontrasepsi. Efek samping yang paling sering
terjadi pada pemakaian implant adalah perubahan pola perdarahan haid. Dapat terjadi
perdarahan bercak atau terus-menerus pada 6-9 bulan pertama dari penggunaan implant-2.

Sumber :

101
Daftar Tilik Keterampilan Klinik IMPLAN
Departemen Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas
Kedokteran Universitas Jambi

p
Kasus

Ny. 29 thn P2 nifas hari ke 40. Datang untuk konsultasi KB,lakukan konsultasi KB Post
Partum dan lanjutkan dengan pemasangan Implan

Standar Kompetensi : 3(Tiga)

Oleh : dr. Firmansyah, SpOG

102
LANGKAH / TUGAS
A PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
1. Sapa dan salam kepada pasien secara sopan.
2. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
3. Jelaskan kepada klien tindakan apa yang akan dilakukan
B Siapkan peralatan dan instrumen
Meja periksa untuk tempat tidur klien
Penyangga lengan
Alas penyangga
Baki steril
Handscoon steril/DTT
Doek steril
Kassa steril
Larutan antiseptik
Klem
Lidocain
Spuit 3cc
Implan 2 plus (skalpel, trokar, pendorong, 2 buah kapsul Implan)
Band aid / plester
Kassa gulung
Larutan Klorin
C PERSIAPAN
4. Minta klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.
5. Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
6. Persilahkan klien untuk berbaring dan lengan atas ditempatkan di meja penyangga
dengan membentuk sudut 30 terhadap bahu dan siku 90
7. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipat siku dan reka posisi
kapsul di bawah kulit (subdermal)

103
8. Siapkan alat dan bahan serta buka bungkus steril tanpa menyentuh peralatan yang
didalamnya dan letakkan di baki steril
Untuk implan 2 plus, kapsul sudah berada di dalam trokar.
D Tindakan Sebelum Pemasangan
9 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril/DTT
10 Lakukan tindakan septik dan antispetik pada tempat insisi secara sirkuler dari
dalam ke luar dengan menggunakan kassa betadin
Pasang doek steril
11 Lakukan anestesi lokal menggunakan lidocain sebanyak 3 cc pada intrakutan dan
subdermal di lengan yang sudah dipersiapkan.
12 Pastikan efek anestesi telah berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
E. Pemasangan Kapsul
Pegang skalpel dengan sudut 45, buat insisi dangkal
Trokar dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas
Tanda 1 dekat pangkal menunjukkan batas masuknya trokar sebelum
memasukkan setiap kapsul.
Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas pencabutan trokar setelah
memasang setiap kapsul.
Masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45kemudian
turunkan menjadi 30 saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar
permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1.
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar keatas
sehingga kulit terangkat, masukkan trokar perlahan sampai ke tanda 1.
Trokar harus terlihat mengangkat kulit selama pemasangan.
Saat trokar masuk sampai tanda 1, pendorong dimasukkan dengan
posisi panah pendorong menghadap ke atas dan diputar 180 searah
jarum jam sampai terbebas dari tahanan..
Tahan pendorong di tempatnya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong
sampai tanda 2 muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh
pegangan pendorong, pastikan kapsul keluar dari trokar tepat berada di
bawah kulit.
Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar

104
seluruhnya dari trokar.
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung trokar ke arah lateral
kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul
pertama bebas. Kemudian geser trokar sekitar 15 mengikuti pola huruf
V pada lengan, masukkan kembali trokar mengikuti alur kaki V
sebelahnya sampai tanda 1.
Bila tanda 1 sudah tercapai, putar pendorong 180 berlawanan dengan
arah jarum jam. Kemudian trokar ditarik kembali ke arah pangkal
pendorong
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul
telah terpasang.
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi kapsul sudah dipastikan
tepat, keluarkan trokar perlahan
Pastikan ujung dari kedua kapsul cukup jauh dari luka insisi (sekitar
5mm)
Tekan tempat insisi menggunakan kasa untuk menghentikan
perdarahan.
Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik.
F. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
13. Temukan kedua tepi insisi dan gunakan plester dengan kasa steril untuk menutup
luka insisi. Balut dengan menggunakan kassa
14. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai
G. Tindakan pasca pemasangan
15 Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai kedalam larutan klorin selama 10
menit untuk dekontaminasi
16. Buang bahan bahan yang sudah tidak di pakai lagi ( kassa, sarung tangan sekali
pakai ) ketempat yang telah disediakan
17. Untuk sarung tangan pakai ulang, celupkan kedua tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin, kemudian dengan cara membalikkan dan
rendam dalam larutan klorin tersebut
18. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
19. Buat catatan pada rekam medik dan amati pasien selama 15-20 menit

105
20 Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi

Jambi,.2017

Ruptur Portio Pembimbing

1. Definisi

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang menimbulkan


perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim.

2. Etiologi
a. Persalinan lama
Apabila serviks terjepit diantara kepala bayi dan symphisis pubis, sisi anterior
dapat membengkak, tidak teregang dengan baik dan kemungkinan akan rupture
b. Kelahiran dengan bantuan, misalnya ; forsep, atau versi dan ekstraksi, sedangkan
pembukaan belum lengkap
c. Kegagalan serviks untuk berdilatasi karena kelainan kongenital atau jaringan parut
akibat luka terdahulu.2
3. Tanda atau gejala klinis
Robekan biasanya terdapat dipinggir samping serviks bahkan kadang-kadang sampai
ke segmen bawah Rahim dan membuka parametrium. Robekan yang sedemikian
dapat membuka pembuluh-pembuluh darah yang besar dan menimbulkan perdarahan
hebat.2
4. Diagnosis
Perdarahan pasca persalinan pada uterus yang berkontraksi baik, maka lakukan
pemeriksaan spekulum untuk memeriksa serviks uteri.4
5. Terapi
Robekan serviks harus dijahit jika perdarahan atau luka lebih dari 1cm. Kadang bibir
rahim depan serviks tertekan antara kepala anak dan simfisis, terjadi nekrosis dan
terlepas.4
Biasanya pada robekan serviks terjadi pada bagian kiri tengah atau kanan tengah
(posisi jam 3 atau 9), dan akan terlihat saat dilakukan inspeksi vagina dan serviks,

106
robekan serviks juga dapat terjadi pada persalinan spontan, itulah sebabnya
pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan secara teliti. Pada robekan ringan
akan cepat sembuh,jika robekan meluas harus dijahit.2,3
Perbaikan robekan serviks :
a. Beritahu ibu tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan dan beri dukungan
b. Jika robekan luas berikan obat pereda nyeri
c. Tahan fundus
d. Jepit bibir serviks dengan klem ovum, kemudian pindahkan klem bergantian
searah jarum jam sehingga semua bagian serviks dapat diperiksa
e. Jika ditemukan robekan tinggalkan 2 klem diantara robekan
f. Tempatkan klem dalam satu tangan
g. Tarik ke arah depan
h. Mulailah menjahit bagian apeks (atas) serviks
i. Lakukan penjahitan terputus disepanjang luka berjarak 1 cm, dengan mengambil
seluruh ketebalan pada setiap bibir serviks
j. Gunakan pembalut steril pada perineum
Perawatan lanjutan
a. Periksa tanda vital 2-4 jam
b. Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma
c. Beri cairan IV dan atau donor sesuai keadaan pasien
d. Beri antibiotik profilaksis selama 5 hari
e. Tindak lanjuti selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan bahwa
luka benar-benar sembuh.3

107
Gambar Robekan Dan Penjahitan Serviks
Sumber gambar : Paket pelatihan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi dasar (PONED)

6. Komplikasi
a. Komplikasi awal
1. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan baik.
Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan ketika sedang
menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari uterus yang atonik.
2. Hematoma
Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya
terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya
pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi urine
3. Retensi urin
Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak
mampu maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan kandung kemih
4. Infeksi
Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan antibiotik
profilaktik pada maternal dan gunakan teknik aspetik saat menjahit robekan.
Jika terjadi infeksi, jahitan harus segera dilepas dan diganti dengan jahitan
kedua kali, jika diperlukan hanya setelah infeksi teratasi.
b. Komplikasi Lanjut
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina dapat menyebabkan nyeri
selama bersenggama dan persalinan lama pada kelahirn berikutnya, jika
robekan yang terjadi tidak diperbaiki
2. Vesiko vagina, vesiko serviks atau fistula dapat terjadi apabila robekan vagina
atau serviks meluas terkandung kemih atau rektum.1,2,3

Sumber :

108
1. Leveno, Kenneth J. Cunningham, F Gary. F Gant,Norman. Bloom, Steven L. dkk. 2012.
Obstetri Williams Panduan Ringkas. Jakarta ; EGC
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN PERLUKAAN JALAN LAHIR DAN PENJAHITAN
ROBEKAN PORTIO

LANGKAH / TUGAS
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
- Pasien
- Penolong

C PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


D TINDAKAN
1. Pasien dengan posisi litotomi, pasangkan kain penutup
2. Kosongkan kandung kemih
3. Lakukan periksa dalam
4. Ganti sarung tangan
5. Pasang spekulum bawah dan atas
E EKSPLORASI ULANGAN (SEBELUM TINDAKAN)
6. Eksplorasi dinding vagina
7. Jepit porsio dengan klem ovum secara bergantiansehingga porsio dapat
diperiksa menurut arah putaran jarum jam. Pasang klem ovum kanan dan
kiri, masing-masing 2 cm di tepi luka.
8. Bila timbul nyeri akibat penjepitan, beri sedative dan analgetika
9. Penjahitan mulai dari ujung luka, 1 cm ke atas (proksimal porsio) dari kanan
luar menembus permukaan dalam, menyilang ke kiri dalam (proksimal),

109
tembus ke kiri luar, menyeberang ke kanan luar (proksimal) menembus
permukaan dalam kanan, menyilang ke kiri dalam (distal), menembus luar
kiri (distal) baru dibuat simpul kunci dengan pangkal benang di kanan luar
(distal).
10. Jahitan angka 8 tersebut di atas, dilanjutkan kea rah distal sehingga seluruh
robekan porsio dijahit, dan perdarahan dapat diatasi.
F. EKSPLORASI ULANGAN (PASCA TINDAKAN)
11. Dengan bantuan speculum, periksa ulang bahwa perdrahan dapat diatasi.
Periksa permukaan dalam porsio dengan jalan menjepit porsio dengan klem
ovum kemudian balik posisi gagangnya.
12. Lakukan penjahitan di bagian lain, jalan lahir (apabila ditemukan)
13. Bersihkan porsio dan lumen vagina dengan kapas dan larutan antiseptik
14. Lepaskan jepitan cunam pada porsio, cabut speculum
G. DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
H. PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Jambi, 2017

Pembimbing

110

Anda mungkin juga menyukai