Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS MEDIK

MORBILI
Disusun oleh:
dr. Ayu Niendar Puspita Dewi

Pendamping:
dr. Santi Susanti

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIDERES


MAJALENGKA
2017
KETERANGAN UMUM
Nama : An. E
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 15 tahun
Alamat : Leuwilaja Sindangwangi Majalengka
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Belum menikah
Masuk Rumah Sakit : 07 Januari 2017, pukul 11.35
WIB
ANAMNESIS
Keluhan utama: panas badan
Anamesa khusus:
Os datang ke IGD RSUD Cideres dengan panas
badan sejak 3 hari yang lalu. Panas badan tiba-tiba
tinggi dan dirasakan terus menerus. Panas badan
tidak ada perbedaan antara pagi siang maupun malam
hari.
Keluhan os disertai dengan adanya batuk sejak 1
hari yang lalu. Batuk terasa berdahak dan nyeri
tenggorokan saat menelan. Selain itu, os juga
mengeluhkan ada mata yang merah dan berair sejak
1 hari yang lalu. Os juga mengeluhkan badannya
timbul bercak-bercak kemerahan sejak 1 hari yang
lalu. Os tidak ingat letak awal muncul bercak-bercak
kemerahan, lama kelamaan bercak kemerahan
menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Keluhan os
disertai dengan nyeri perut, mual dan muntah, serta
ada BAB mecret 2x sehari
Os menyangkal adanya mimisan ataupun muntah darah
dan bintik-bintik kemerahan di badan. Menyangkal adanya
benjolan yang teraba di daerah leher. Tidak ada
pembesaran di bagian leher. Tidak ada sesak napas, nyeri
pada telinga, keluar cairan dari telinga, nyeri ketika
menelan, suara serak, nyeri perut bagian bawah, gangguan
BAK, sesak napas.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit
Keadaan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 96 kali /menit, regular, isi dan tegangan
cukup.
Pernafasan : 20 kali /menit
Suhu : 39,2˚C
Kepala
Normocephali, rambut tidak mudah di cabut, alopesia (-),
deformitas (-)

Mata
Pupil bulat isokor diameter 3 mm/3 mm, Konjungtiva anemis -/-,
Konjunctiva hiperemis +/+, Sklera ikterik -/-,
 
Hidung
Pernafasan cuping hidung (-), sumbatan (-), perdarahan (-), sekret
+/+
 
Telinga
KGB pre-aurikular dan retroaurikular (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-), Ruam makuloeritematus (+)

Mulut
Tonsil T1-T1, hiperemis (-), Faring hiperemis (+)

Leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran KGB (-),
Ruam makuloeritematus (+)
Thorax
Ruam makuloeritematus (+)
Pulmo
I :simetris kanan = kiri
 Pal : VF kanan=kiri
 Per : sonor kanan=kiri
 A : VBS kanan = kiri
Cor
I :ictus cordis tidak terlihat
 Pal : ictus cordis setinggi ICS V LMC sinistra
 Per : batas atas ICS II, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC
sinistra
 A : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : cembung, ruam makuloeritematus (+)
Pal : lembut, nyeri tekan ulu hati (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Per : tympani
A : BU (+)

Ekstemitas atas
Akral hangat, pucat (-), CRT < 2 detik,
Ruam makuloeritematus (+)

Ekstremitas bawah
Akral hangat, pucat (-), CRT < 2 detik,
Ruam makuloeritematus (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin:
 Hb:12,4 g/dL
 Ht:37%
 Leukosit 7500/mm3
 Trombosit 324.000/mm3
O
S
IM
S
o
rK
bE
iR
lJ
iA
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1x1 gram IV (skin test)
Ranitidine 2x1 amp IV
Ondansentron 2x1 amp IV
Paracetamol Infus 3x1 IV
Ambroxol 3x1 PO
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
CAMPAK
Campak, measles atau rubeola, adalah penyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal
masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah
munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan
perantara droplet
Epidemiologi
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun
1990-2002, masih tinggi sekitar 3000-400 per tahun,
demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar biasa
tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174.
Umur terbanyak menderita campak adalah < 12 bulan,
diikuti kelompok umur 1-14 tahun.

Pada pasien berusia 15 tahun


Manifestasi Klinik
Masa inkubasi : 10-12 Panas badan tiba-tiba
hari tinggi dan dirasakan terus
Terdapat 3 stadium : menerus
prodormal-erupsi- Pasien mengeluhkan
kovalesens adanya batuk, nyeri
St. Prodormal : menelan, mata merah dan
 panas badan bisa hingga berair sejak 1 hari
40oC sebelumnya
 3C (coryza, cough,
conjunctivitis)
 Koplik’s spot
St. Erupsi :
Peningkatan suhu tubuh
Suhu tubuh mencapai puncak
muncul ruam
Pada pasien mengeluhkan
makuloeritematus
Muncul ruam dimulai dari badannya timbul bercak-
belakang telinga lalu bercak kemerahan sejak
menyebar ke badan, lengan, 1 hari yang lalu. Os tidak
dan tungkai ingat letak awal muncul
bercak-bercak kemerahan,
lama kelamaan bercak
St. Kovalesens kemerahan menyebar ke
Panas badan mulai menurun badan, tangan, dan kaki.
Ruam meninggalkan bekas
hiperpigmentasi
Diagnosis
Anamnesis Suhu :39,2˚C
Pemeriksaan fisik Mata : Konjunctiva
hiperemis +/+
Hidung : sekret +/+

Berdasarkan manifestasi Faring : Faring


klinik hiperemis (+)
Telinga, leher, toraks,
abd , ekstrimitas: Ruam
makuloeritematus (+)
Pemeriksaan penunjang Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit
Darah rutin:
normal atau meningkat
Hb:12,4 g/dL
apabila ada komplikasi
Ht:37%
infeksi bakteri.
Pemeriksaan untuk Leukosit 7500/mm3
komplilkasi Trombosit 324.000/mm3
 Ensefalopati :pemeriksaan
cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah dan analisis gas
darah
 Enteritis: feses lengkap
 Bronkopneumonia :
pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah
Penatalaksanaan
Medikamentosa IVFD RL 20 tpm
Tirah baring
Ceftriaxone 1x1 gram
Suportif : cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, IV (skin test)
antibiotik diberika terjadi Ranitidine 2x1 amp IV
infekasi sekunder Ondansentron 2x1 amp
Antikonvulsi apabila terjadi
kejang IV
Vitamin A 100.000 IU bila Paracetamol Infus 3x1
malnutrisi dan dilanjutkan IV
1500 IU/hr
Ambroxol 3x1 PO
Diet makanan cukup
cairan, kalori yang Rawat ruang isolasi
memadai
Pasien dirawat (di ruang
isolasi) bila :
hiperpireksia (suhu >
Pada pasien Suhu :39,2˚C
39,00C)
dehidrasi
kejang
Hiperpireksia

asupan oral sulit


adanya komplikasi
Prognosis
Morbili merupakan self
limiting disease dan bila
tanpa disertai dengan
dengan komplikasi
maka prognosis baik. Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam : ad
bonam
Quo ad sanationam :
dubia ad bonam
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai