Disusun oleh:
Wida Iswandari
Jafan Argya Pradana
Partisipan:
M. Rizky Hendiperdana
Syifa Andini
Azmi Fadhlih
Tasa Tammya
Eko Ferdiansyah
Preceptor:
Apen A, dr., Sp.PD
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas
(CSS). Tugas laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi laporan clinical science
hari, penulis dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran yang
bantuan, bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai
besarnya dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Apen A, dr., Sp.PD selaku perseptor yang telah
maaf kepada semua pihak apabila selama penulisan laporan kasus ini, penulis
Semoga segala amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan pahaya yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati penulis berharap karya tulis ini dapat berguna bagi siapa
Penulis
BAB I
1.1. Definisi
Airflow yang tidak sepenuhnya reversible. Keterebatasan aliran udara ini biasanya
progressive dan dihubungkan dengan respon inflamasi yang abnormal paru – paru
terhadap partikel berbahaya atau gas. ( Global Initiative for Chronic Obstructive
Lung Disease ).
1.2. Epidemiologi
- Non-perokok:
memasak.
dihirup.
- ± 14 juta orang di US:
kombinasi keduanya.
banyaknya jumlah perokok (90% penderita PPOK adalah smoker atau ex-
smoker)
1.3. Etiologi
2. Environmental Pollution
3. Genetic faktor.
4. Infection
Definisi Mikroorganisme
Group A Mid exacerbation: H. influenza
No risk factors for S. pneumoniae
poor outcome M. catarrhalis
Chlamydia pneumoniae
Viruses
Group B Moderate Group A plus, presence of
exacerbation resistant organisms (β-lactamase
with risk factor(s) for producing, penicillin-resistant
poor outcome S.pneumoniae),
Enterobacteriaceaae(K.pneumoniae,
E.coli, Proteus, Enterobacter, etc)
Group C Severe exacerbation Group B plus:
with risk factors for P.aeruginosa
P.aeruginosa
infection
1) Genetik
PPOK adalah polygenic disease dan contoh klasik interaksi antara gene-
alpha (TNFα).
2) Paparan partikel
o Tobacco smoke
respiratory dan PPOK karena peningkatan total partikel dan gas yang
Exposure meliputi organic dan inorganic dust dan agen kimia dan
asap.
pollution dari biomass cooking dan heating pada tempat tinggal yang
4) Oxidative stress
endogen dari phagocyte dan type cell lain atau secara exogen dari polusi
udara atau cigarette smoke. Ketika terjadi ketidakseimbangan antara
5) Gender
6) Usia
7) Respiratory infections
8) Socioeconomic status
terhadap indoor dan outdoor air pollutants , keramaian, nutrisi yang buruk
atau factor lain yang berhubungan dengan status ekonomi yang rendah.
9) Nutrisi
dan inspirasi.
1.5. Klasifikasi
Stage
Stage I: Mild FEV1/FVC <0.70
FEV1 80 % predicted
Stage II: Moderate FEV1/FVC <0.70
50% FEV1 80% predicted
Stage III: Severe FEV1/FVC <0.70
30% FEV1 50% predicted
Stage IV: Very Severe FEV1/FVC <0.70
FEV1 < 30% predicted or FEV1 < 50%
predicted plus chronic respiratory failure
- “ At risk for COPD” dahulu dikenal sebagai stage 0 (tahun 2001), yaitu
orang-orang dengan baruk kronik dan produktif, namun bukti yang ada belum
- Stage I: Gejala batuk kronik dan produktif mungkin ada tapi tidak selalu.
Pada stage ini, pasien mungkin belum sadar bahwa fungsi paru-parunya telah
menurun.
- Stage II: shortness of breath yang khas berkembang pada saat exertion dan
batuk dengan sputum juga kadang-kadang ada. Pada stage ini, pasien akan
dan eksaserbasi berulang yang hampir selalu berefek pada quality of life dari
pasien.
- Stage IV: Respiratory failure didefinisikan sebagai penurunan tekanan
parsial arteri O2 (PaO2) yang kurang dari 8.0 kPa (60 mmhg), dengan atau
tanpa tekanan pasial arterial CO2 (PaCO2) yang lebih besar dari 6.7 kPa (50
mmhg) ketika bernapas pada sea level. Kegagalan respirasi ini mungkin juga
berefek pada jantung, seperti cor pulmonal (gagal jatung kanan) yang
memiliki gejala peningkatan JVP, dan pitting ankle edema. Pasien dengan
1) Anamnesis
pernapasan
o Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
2) Pemeriksaan fisis
- Inspeksi
o Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
sebanding)
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
1.7.1.1 Definisi
hipersekresi mucus dan batuk kronis yang produktif selama 3 bulan atau lebih
pertahun.
1.7.1.2 Etiologi
1) Faktor lingkungan
- Merokok
- Pekerjaan
- Polusi udara
- Infeksi
2) Faktor host
- usia
- jenis kelamin
- Mengik
- Nafas pendek
a. Mucous production
b. Muciliary clearance
c. Airway inflammation
1.7.2 Emphysema
1.7.2.1 Definisi
Kondisi paru-paru yang dikarakteristikan dengan pembesaran abnormal
yang permanent dari acini (gas exchange airway) disertai dengan distruksi dinding
alveolar.
1.7.2.2 Insidensi
1.7.2.3 Etiologi
o Smoking
o Polusi udara
Sesak saat aktivitas, batuk dengan sedikit sputum, pasien biasanya kurus,
1.7.2.5 Klasifikasi
1. Centriacinar (centrilobular)emphysema
>95%dari kasus
yang terkena adalah bagian sentral atau proksimal acini, yang dibentuk
Lesi umumnya terdapat dan lebih parah pada upper lobes, terutama
apical segment
chronic bhronchitis.
alveoli.
Biasanya pada lower zone dan pada bagian batas anterior dari paru-par,
Bagian proximal dari acinus normal, tapi bagian distal lebih sering
terlibat.
Acinus irregular
1.7.2.6 Patogenesis
Protease-antiprotease theory
Alfa 1 antitripsin, disintesis di liver dan berada di serum, tissue fluid, dan
macrophage
inflammasi.
umur umur yang lebih muda dan lebih parah pada individu perokok.
Prinsip aktivitas antietalase pada serum dan jaringan interstitial adalash alfa1-
Neutrophil elastase mampu mencerna paru-paru manusia dan hal ini bisa
1.7.2.7 Patofisiologi
dikarenakan adanya pemecahan dari elastin dalam septa. Ada postulate yang
mengatakan, bahwa inhaled oxidant seperti cigarette dan air pollution akan
kehilangan elastics recoil mengurangi volume dari udara yang dapat diekspirasi
secara passive. Hyperinflation dari alveoli menyebabkan bullae dan aie space
dan alveolar ducts, biasanya pada upper lobes of lung. Alveolar sacs(alveolar
emphysema, kerusakan meliputi acinus dengan lower lobus lung. Dan cenderung
lebih terjadi pada orang yang lebih tua, dan individu dengan defisiensi alfa 1
antitripsin.
Predominant Predominant
Bronchitis Emphysema
Age (yr) 40-45 50-75
Dyspnea Mild ; late Severe; early
Cough Early ; copious sputum Late; scanty sputum
Infection Common Occasional
Respiratory insufficiency Repeated Terminal
Cor pulmonale Common Rare; terminal
Airway resistance Increased Normal or slightly
increased
Elastic recoil Normal Low
Chest radiograph Prominent vessels ; large Hyperinflation; small
heart heart
Appearance Blue bloater Pink puffer
Pink puffer : Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed – lips breathin. Pasien yang over ventilasi dan
Blue bloater : Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
patologis mencakup inflamasi kronis dengan peningkatan jumlah dari tipe sel
inflamasi spesifik pada berbagai bagian dari paru-paru dan perubahan struktural
sebagai akibat dari jejas yang berulang dan mengalami perbaikan. Secara umum,
1.8.1. Patogenesis
Inflamasi pada saluran respirasi pada pasien COPD terlihat sebagai suatu
amplifikasi dari respons inflamasi yang normal pada saluran respirasi terhadap
iritan kronis seperti rokok. Mekanisme untuk amplifikasi ini belum dimengerti
terjadinya respons inflamasi pada pasien ini belum diketahui. Inflamasi paru-paru
lebih jauh teramplifikasi oleh oxidative stress dan kelebihan proteinase pada paru-
Inflammatory Cells
melibatkan neutrofil, makrofag, dan limfosit (Gambar 1.). Sel-sel ini akan
melepaskan mediator-mediator inflamasi dan berinteraksi dengan sel-sel struktural
Inflammatory Mediators
Banyaknya mediator-mediator inflamasi yang meningkat pada COPD
Oxidative Stress
pada exhaled breath condensate, sputum, dan sirkulasi sistemik dari pasien
dihasilkan oleh rokok dan partikel yang terinhalasi lainnya dan dilepaskan dari
konsekuensi efek yang merugikan pada paru-paru yang mencakup aktivasi pada
gen inflamasi, inaktivasi dari antiprotease, stimulasi sekresi mukus, dan stimulasi
superoxide anion dan nitric oxide. Pada gilirannya, nitric oxide dihasilkan oleh
induksi nitric oxide synthase yang diekspresikan pada saluran nafas perifer dan
parenkim paru pada pasien COPD. Oxidative stress juga berhubungan dengan
reduksi dari aktivitas histone deacetylase pada jaringan paru dari pasien COPD,
yang akan meningkatkan ekspresi dari gen inflamasi dan juga reduksi dari kerja
anti-inflamasi glukokortikosteroid.
Protease-Antiprotease Imbalance
memproteksi terhadap kejadian ini. Beberapa protease yang berasal dari inflamasi
dan sel epitel meningkat pada pasien COPD. Terdapat juga bukti bahwa
komponen ini berinteraksi satu dan yang lainnya. Protease memediasi destruksi
dari elastin yang merupakan jaringan konektif utama pada parenkim paru yang
merupakan ciri khas emfisema dan proses ini bersifat irreversibel. Protease dan
antiprotease yang terlibat dalam pathogenesis asma dapat dilihat pada Gambar 3.
respiratory tract, terdapat perbedaan yang mencolok pada sel-sel inflamasi dan
mediator yang terlihat pada dua penyakit ini, yang pada gilirannya menunjukkan
dan COPD. Beberapa pasien dengan COPD mempunyai ciri-ciri seperti asma dan
orang dengan asma yang merokok akan mempunyai ciri khas patologis yang sama
dengan COPD.
Sebagai contoh, penurunan FEV1 biasanya adalah sebagai akibat inflamasi dan
penyempitan jalan nafas perifer sedangkan penurunan transfer gas muncul akibat
Banyaknya inflamasi, fibrosis, dan eksudat luminal pada aliran udara kecil
Obstruksi jalan nafas perifer ini secara progresif akan menjebak udara selama
ekspirasi. Hal ini sangat penting karena alveolar attachment to small airway
ketika exercise (abnormalitas ini lebih dikenal dengan hiperinflasi dinamik), dan
berakibat pada dyspnea dan pembatasan dari exercise capacity. Sekarang telah
yang bekerja pada jalan nafas perifer menurunkan air trapping yang kemudian
akan menurunkan volume paru dan meredakan gejala dan meningkatkan exercise
capacity.
mempunyai beberapa mekanisme pada COPD. Secara umum, transfer gas akan
Mucus Hypersecretion
merupakan ciri khas dari chronic bronchitis dan biasanya tidak berhubungan
mempunyai symptomatic mucus hypersecretion. Ketika hal tersebut ada, hal ini
terjadi karena peningkatan jumlah dari goblet cell dan pembesaran dari
submucosal gland karena respons terhadap chronic airway irritation karena rokok
dan noxious agent lainnya. Beberapa mediator dan protease akan menstimulasi
mucus hypersecretion dan banyak dari substansi ini menunjukkan efeknya melalui
Pulmonary Hypertension
arteries yang akhirnya akan berakibat pada perubahan struktur yang mencakup
Terdapat inflammatory response pada pembuluh darah yang sama seperti terlihat
di airway dan bukti dari endothelial cell dysfunction. The loss of the pulmonary
(cor pulmonale).
Systemic Features
sistemik, terutama pada pasien dengan severe disease dan juga mempunyai
dampak pada harapan hidup dan comorbid disease. Cachexia lazim terlihat pada
pasien dengan severe COPD. Mungkin terdapat loss of skeletal muscle mass dan
weakness sebagai hasil dari peningkatan apoptosis dan atau muscle disuse. Pasien
Assessment symptoms
Gejala utama pada pasien Stage I: Mild COPD adalah batuk kronis dan
berkembang menjadi limitasi aliran udara dan biasanya diabaikan atau tidak
Limitasi aliran udara memburuk pada pasien Stage II: Moderate COPD,
COPD.
dyspnea pada Stage I: Mild COPD atau Stage II: Moderate COPD, dan tidak
datang mencari bantuan medis hingga limitasi aliran udara menjadi lebih parah
Stage III: Severe COPD, gejala-gejala batuk dan produksi sputum biasanya terus
komplikasi (seperti respiratory failure, right heart failure, weight loss, dan
arterial hypoxemia).
Physical Examination
Inspection
- Sianosis sentral
- Hemi-diafragma mendatar
- Pursed-lip breathing
Auscultation
- Mengi
- Crackles
Chest X-ray
tanda hyperinflation (diapragm yang mendatar pada lateral chest film, dan
Tes ini harus dilakukan pada pasien yang stabil dengan FEV 1 <50% predicted
atau dengan clinical sign respiratory failure atau right heart failure.
Pada pasien Caucasian muda yang berkembang COPD (<45 tahun) atau yang
antitrypsin deficiency.
1.11. Komplikasi
Bronkitis akut
Pneumonia
Pulmonary thromboembolism
Heart failure
Hipertensi pulmonal
Cor pulmonale
Pneumotoraks spontan
1.12. Penatalaksanaan
pernafasan
Perbaikan nutrisi
1.12.2 Farmakologis
kronis
Antikolinergik inhalasi à first line therapy, dosis harus cukup tinggi : 2
puff 4 – 6x/day; jika sulit, gunakan nebulizer 0.5 mg setiap 4-6 jam prn,
Ipratoprium bromide (Inhaler : 20-40 mcg, 3-4 kali sehari; Anak s/d 6 th :
20 mcg 3 kali sehari; 6 -12 th : 20-40 mcg 3 kali sehari. Sediaan Inhaler 20
mcg/Semprot. Inhalation solution : 250 - 500 mcg, 3-4 kali sehari; Anak
s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat diulang tiap 4-6 jam, dosis maksimum sehari
1 mg; 6-12 th : 250 mcg, dapat diulang sampai dosis maksimum sehari 1
Salbutamol
Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali
dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam
2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari.
biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-
200 mcg.
respon terhadap terapi konvensional dan pada terapi asma akut berat.
Dewasa dan anak lebih dari 18 bulan 2.5 mg, diulang sampai 4 kali,
Aminofilin
Cara pemberian :
2. Intravenous:
Dosis :
Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi
Corticosteroid:
Inhalasi à 6 – 12 minggu
Antibiotik, indikasi:
Eksaserbasi akut
Bronkitis akut
Operasi
Lung transplantation
Bullectomy
1.13. Pencegahan
Smoking cessation
1.14. Prognosis
Dyspnea, obstruksi berat saluran nafas, FEV1 < 0.75 L (20%) angka
tahun.
BAB II
2.1. Definisi
dan atau sputum, kondisi memburuk dari keadaan normal dari hari ke hari
2.2. Etiologi
- Polusi udara
- Mikroorganisme penyebab:
(enteric bacilli)
- Wheezing
- Chest tightness
- fever
- Spirometry
2.5. Patogenesis
pada jalan nafas pasien COPD, dan dapat dirangsang oleh adanya infeksi virus,
bakteri, atau polutan udara. Pada eksaserbasi ringan dan sedang terdapat
peningkatan neutrofil dan pada beberapa penelitian terdapat eosinofil pada sputum
dan dinding salauran nafas. Hal ini berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
mediator tertentu, seperti TNF-α, LTB4, dan IL-8, serta peningkatan biomarker
dari oxidative stress. Saat eksaserbasi terdapat peningkatan hiperinflasi dan air
hipoksemia berat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II, 4th ed. Jakarta : Departemen Penyakit
3. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. 2007
2007.