OLEH
18.04.032
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
T.A 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
CAP (Community Acquired Pneumonia)
Nama Mahasiswa : Sri Wahyuni, S.Kep Tgl Praktik :25 Feb 2019
NIM :18.04.032 Ruangan Rawat :PICU
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap CAP
adalah :
1. Skor PORT/PSI lebih dari 70
2. Bila skor PORT/PSI kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat
inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini:
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
MASALAH KEPERAWATAN
e. Hipertermi
h. Resiko jatuh
MASALAH KOLABORASI
a. Efusi pleura
b. Empiema
c. Pneumotoraks
d. Piopneumotoraks
e. Pneumatosel
f. Abses Paru
g. Sepsis
h. Gagal nafas
i. Ileus paralitik fungsional
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai
30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke
kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis
etiologi dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
Kultur darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak
diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI,
2015).
TERAPI
Penatalaksanaan CAP berupa terapi antibiotik dan suportif. Terapi
suportif dengan pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi serta
elektrolit dan nutrisi. Selain itu juga dapat diberikan anti piretik jika
dibutuhkan serta mukolitik. Pemberian antibiotik diberikan secara empirik
dan harus diberikan dalam waktu kurang dari 8 jam. Alasan pemberian
terapi awal dengan antibiotik empirik adalah karena keadaan penyakit
yang berat dan dapat mengancam jiwa, membutuhkan waktu yang lama
jika harus menunggu kultur untuk identifikasi kuman penyebab serta
belum dapat dipastikan hasil kultur kuman merupakan kuman penyebab
CAP.
Panduan penanganan CAP saat ini merekomendasikan melakukan
stratifikasi pasien ke dalam kelompok risiko, melakukan pemilihan terapi
antimikroba empirik yang tepat berdasarkan peta pola kuman,
farmakokinetik dan farmakodinamik obat, ada tidaknya alergi obat,
riwayat penggunaan antibiotika sebelumnya, Efek samping obat, patogen
lokal, harga. Tujuan pemberian antimikroba adalah untuk menurunkan dan
mengeradikasi kuman, menurunkan kesakitan dan kematian serta
meminimalkan resistensi.
Terapi empiris untuk CAP ( PDPI)
Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada anak dihitung menggunakan formula yang
dikembangkan oleh Holliday-Segar tahun 1957.60 Kebutuhan cairan bervariasi
tergantung usia dan berat badan anak. Pembatasan cairan dilakukan pada kondisi
anak dengan tekanan tinggi intrakranial, gagal ginjal, penyakit jantung kongenital,
dan displasia bronkopulmoner. Pada kondisi ini dapat diberikan nutrisi parenteral
dan cairan infus intravena dengan konsentrasi lebih tinggi, nutrisi enteral dapat
juga diberikan dengan konsentrasi lebih tinggi. Osmolaritas dari cairan ini harus
dimonitor dengan seksama untuk menjamin toleransi yang adekuat dan mencegah
risiko dehidrasi. Adanya demam dapat meningkatkan kebutuhan cairan dengan
adanya kehilangan dari respirasi dan melalui kulit. Pada setiap kenaikan derajat
diatas 38oC, terdapat peningkatan insensible water loss sebesar 5 ml/kgBB dalam
24 jam.53 Perhitungan kebutuhan cairan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Perhitungan kebutuhan cairan pada anak